Pertimbangan Pendidikan
a. Kebutuhan-kebutuhan dalam Belajar Anak Retardasi Mental
Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin (2005 : 120-124) menjelaskan kebutuhan
belajar anak tunagrahita sebagai berikut
1. Kebutuhan untuk mengembangkan aspek kognitif didalamnya terdapat kebutuhan
dalam mengembangkan keterampilan berbahasa, kebutuhan untuk
mengembangkan kemampuan persepsi, kebutuhan untuk mengembangkan
perhatian dan konsentrasi serta kebutuhan mengembangkan memori.
2. Kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan motorik meliputi
mengembangkan motorik kasar dan motorik halus
3. Kebutuhan untuk mengembangkan perilaku adaptif meliputi :
- Memerlukan banyak situasi yang sesungguhnya pada anak dengan
memberikan banyak kesempatan mengenal banyak orang, sehingga
memunculkan keberanian dalam berkomunikasi, memahami situasi dan aturan
atau tata tertib dimana ia berada.
- Memberi peluang lebih besar pada anak tunagrahita untuk mencoba
melakukan suatu pekerjaan bersifat praktis
- Bermakna dan fungsional yaitu apa yang diajarkan kepada mereka benar-benar
memiliki arti dalam kehidupan nyata sehar-hari
G. Intervensi / Terapi
Terapi yang dapat digunakan untuk anak dengan retardasi mental yaitu
menggunakan terapi bermain dengan puzzle untuk meningkatkan sosialisasi pada anak.
Anak yang diintervensi yaitu dengan kriteria siswa yang sakit fisik dan siswa retardasi
mental, dimana anak-anak tersebut nantinya akan dibagi menjadi kelompok kecil yang
terdiri dari 3 anggota. Puzzle yang digunakan untuk intervensi ini adalah puzzle
sederhana yang menggunakan tema-tema berbeda tiap minggunya. Minggu pertama
dengan tema buah-buahan, minggu kedua yaitu dengan tema hewan dan minggu ketiga
dengan tema alat transportasi.
Terdapat indikator sosialisasi yang dapat dilihat yaitu dari kontak mata, membalas
senyuman, menjawab pertanyaan, menunjukkan barang miliknya kepada orang lain,
bermain dengan teman sebaya, mengikuti permainan sesuai peraturan, tetap bermain
dengan teman walaupun tidak ada guru / pengasuh, berpartisipasi aktif, saling bertanya /
meminta satu sama lain dan bekerjasama. Melalui intervensi dengan bermain puzzle
tersebut maka anak-anak dengan retardasi mental dapat mulai bersosialisasi dengan
teman-temannya, jika dilakukan secara rutin pula maka kemampuan sosialisasi pada
anak retardasi mental akan semakin meningkat pula.
Sumber :
Wardhani, S.H., Terapi bermain : cooperative play dengan puzzle meningkatkan kemampuan
sosialisasi anak retardasi mental