Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang
membantu dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Berbagai jenis dalam
pengembangan kurikulum dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam mencapai
cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak
generasi penerus bangsa yang berakhlak serta berbudi pekerti luhur. Hal ini
perlu adanya kerja sama antara pemerintah pusat, administrator, kepala kantor
wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan.
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja
berdasarkan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan
yang dianut serta konsep pendidikan yang digunakan.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga
pendidikan dapat diidentifikasikan dengan cara mengkaji buku kurikulum
lembaga pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
a) Apa pengertian kurikulum ?
b) Apa-apa saja komponen-komponen pengembangan kurikulum?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
a) Mengetahui pengertian kurikulum
b) Mengetahui komponen-komponen pengembangan kurikulum

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggaraan pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut
serta kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum menurut UU. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
pendidikan nasional. Salah satu fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen-
komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut.

2.2 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum


Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang salin berkaitan
dan tidak dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja maka
komponen lain tidak akan berjalan berjalan sebagaimana mestinya.
Kajian komponen-komponen pengembangan kurikulum ini meliputi komponen
tujuan, komponen isi/materi pelajaran, komponen metode/strategi, dan
komponen evaluasi.
1. Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses
penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai
tujuan, karena tujuan menutun kepada apa yang hendak dicapai atau sebagai
gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan, dengan mempunyai
gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapat diupayakan
berbagai kegiatan maupun perangkat untuk mencapainya. Tujuan suatu
kegiatan dapat muncul dari diri sendiri, dapat pula disodorkan oleh orang

2
lain untuk menjadi kearah kegiatan kita. Namun demikian, setiap tujuan
yang ingin dicapai dari manapun sumbernya dapat mengarahkan kegiatan
yang dilakukan.
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan.Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.Bahkan rumusan
tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalnya,
filsafat atau sistem nilai yang yang dianut masyarakat Indonesia adalah
pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum
adalah terbentuknya masyarakat yang pancasila. Dalam skala mikro, tujuan
kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan-tujuan
yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu:
1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman
oleh setiap usaha pendidikan. Artinya, setiap lembaga dan
penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang
sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal.
Tujuan pendidikan nasional merupakan sumber dan pedoman dalam
usaha penyelenggaraan pendidikan.
2. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidkaan. Dengan kata lain, tujuan ini didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah
mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program disuatu
lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan
antara untuk mencapaai tujuan umum yang dirumuskan dalam
bentuk kompetensi lulusan dsetiapp jenjang pendidikan, misalnya
standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan
jenjang pendidikan tinggi.
3. Tujuan Kurikuler (TK)

3
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran.Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat
didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah
mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu
lembaga pendidikan.Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan
tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan
demikian,setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan
diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
4. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler,
dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh
anak didik setelah mereka mempelajari bahasan dalam bidang
tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang
memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik
siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka
menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru. Sebelum
melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka
selesai mengikuti pelajaran.

Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of educational


objectives yang terbit pada 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan
yang harus dirumuskan dapat digolongkan dalam 3 klasifikasi yaitu:
1) Domain Kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan
dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir
seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan
masalah. Domain kognitif meurut Bloom dibagi menjadi 6
tingkatan
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan kemampuan mengingat dan
kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang
sudah dipelajarinya (recall). Kemampuan
pengetahuan ini merupakan taraf yang paling rendah.
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami
suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan

4
untuk memahami mungkin terjadi manakala didahului
oleh sejumlah pengetahuan (knowledge). Oleh sebab
itu, pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari
pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar
mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan
kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan,
atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu
konsep.
c. Penerapan (application)
Penerapan adalah kemampuan menggunakan konsep,
prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan
menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih
tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini
berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan
suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti
teori, rumus-rumus, hukum, konsep dan sebagainya
kedalam situasi yang konkret.
d. Analis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau
memecahkan suatu bahan pelajaran kedalam bagian-
bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian
bahan itu.Analisis merupakan tujuan pembelajaran
yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan
dipahami oleh siswa yang telah dapat menguasai
kemampuan memahami dan menerapkan.Analisis
berhubungan dengan nalar.
e. Sintesis
Sintesis adalahh kemampuan untuk menghimpun
bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang
bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau
melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi
yang tersedia.Sintesis merupakan kebalikan dari
analisi.Kalau analisis mampu menguraikan menjadi
bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan
menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi
sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan

5
mensintesis merupakan kemampuan dasar untuk
dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan
kreasi baru.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam
domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan
kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam
tujuan ini terkandung pula kemampuan untuk
memberikan suatu keputusan dengan berbagai
pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu, misalkan
memberikan keputusan bahwa sesuatu yang diamati
baik, buruk, jelek dan sebagainya.

2) Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan
apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan
kelanjutan dari domain kognitif. Artinya seseorang hanya
akan memeiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala
telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut
Krathwohl dan kawan-kawan (1964) dalam bukunya
Taxonomy of educational objectives: affective domain,
domain afektif memiliki tingkata yaitu:
a. Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan
seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau
suatu masalah.Seseorang memiliki perhatian yang
positif terhadapa gejala-gejala tertentu manakala
mereka memiliki kesadaran tentang gejala,
kondisi, atau objek yang ada.kemudian mereka
juga menunjukan kerelaan untuk menerima,
bersedia memperhatikan gejala, atau komdisi
yang diamatinya.
b. Merespon
Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh
kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tertentu seperti kemampuan menyelesaikan tugas

6
tepat waktu, kemampuan untuk mengikuti diskusi,
kemauan untuk membantu oranglain dan
sebagainya.
c. Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemsusn untuk
memberi penilaian atau kepercayaan kepada
gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai
terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan
keyakinan tertentu seperti menerima adanya
kebebasan atau persamaan hak antara laki-laki
dan perempuan: mengutamakan suatu nilai seperti
memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran
tertentu, serta komitmen akan kebenarana yang
diyakini dengana aktivitas.
d. Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengana organisasi ini
berkenaan dengan pengembangan nilai kedalam
sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan
antar nilai dan tingkta prioritas nilai-nilai
itu.Tujuan ini terdiri dari mengonseptualisasi
nilai, yaitu memahami unsur-unsur abstrak dari
sutu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang
datang kemudian, serta mengorganisasi suatu
sistem nilai yaitu mengembangkan suatu sistem
nilai yang saling berhubungan antara yang atas
dengan yang lainnya.
e. Karakterisasi nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan
internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara
mendalama, sehingga nilai-nilai yang
dibangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah)
hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak
dan berperilaku.

3) Domain Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah tujuan yang berhubungan
dengan kemampuan kemampuan keterampilan atau skill

7
seseorang. Ada 7 tingkatan yang termasuk kedalam domain
ini:
a. Persepsi (perception)
Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam
memandang sesuatu yang
dipermasalahkan.Persepsi pada dasarnya hanya
mungkin dimiliki oleh seseorang dengan
sikapnya. Oleh karena itu dalam kemampuan
mempersepsi terkandung kemampuan
internalisasi nilai yang didasarkan pada proses
pengorganisasian intelektual yang selanjutnya
akan membentuk pandangan seseorang.
b. Kesiapan (set)
Kesiapan berhubungan dengan kesediaan
seseorang untuk melatih diri tentang keterampilan
tertentu yang direfleksasikan dengan perilaku-
perilaku khusus, misalnya tergambar dari
motivasinya, kemauan, partisipasi serta
kemampuan menyesuaikan dieri dengan situasi
yang ada.
c. Meniru (imitation)
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam
mempraktikan gerakan sesuai dengan contoh yang
diamatinya. Kemampuan meniru tidak selamanya
diikuti oleh pemahaman pentingnya serta gerakan
yang dilakukan.
d. Membiasakan (habitual)
Membiasakan adalah kemampuan seseorang
untuk mempraktikan gerkan tertentu tanpa harus
melihaat contoh. Kemampuan habitual merupakan
kemampuan yang didorong oleh kesadaran
dirinya walaupun gerkan yang dilakukan itu
masih seperti pola yang ada.
e. Menyesuaikan (adaptation)
Kemampuan beradaptasi gerakan atau
kemampuan itu sudah disesuaikan dengan
keadaan situasi atau kondisi yang ada

8
f. Menciptakan (organitation)
Tahap ini merupakan tahap puncak dari
keseluruhan kemampuannya menghasilkan
sesuatu yang baru

2. Komponen Isi/ Mata Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua
aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran
yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan
atau aktivitas dan kegiatan siswa.Baik materi maupun aktivitas itu
seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Pengalaman
belajar yang diperoleh siswa dari sekolah menjadi isi kurikulum. Siswa
melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajar
tersebut. Pengalaman-pengalaman ini dirancang dan diorganisasi
sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan.

3. Komponen Metode/Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang
sangat penting sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi
yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat
dicapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. T. Rakajoni (1989)
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan
guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaram. Ini berarti penyusunan suatu strategi
baru sampai pada proses penyususnan rencana kerja belum sampai pada
tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari
semua keputusan penyususnan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan
demikian, penyususnan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan
berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya

9
pencapaian fasilitas. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dilihat dari kemasan materi dan cara siswa mempelajari materi,
menurut Rowntree (1974), strategi pembelajaran dapat dibagi atas: strategi
exposition dan strategi discovery learning, serta strategi groups dan
individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga siswa tinggal menguasai saja. Oleh sebab itu,
metode yang banyak digunakan dalam strategi ini adalah metode ceramah.
Melalui metode ceramah siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran
yang diceramahkan. Dengan demikian, strategi ini lebih bersifat strategi
yang berorientasi pada penguasaan isi pelajaran (conten oriented). Dalam
discovery learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang sudah jadi,
tetapi siswa diharapkan dapat beraktivitas secara penuh, mencari dan
mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, metode yang lebih banyak digunakan adalah metode
pemecahan masalah. Melalui metode ini siswa bukan hanya dituntut untuk
menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana menggunakan potensi
berpikirnya untuk memecahkan suatu persoalan. Oleh sebab itu, strategi ini
lebih berorientasi kepada proses belajar (procces oriented). Strategi
pembelajaran individual dan kelompok lebih menekankan bagaimana desain
pembelajaran itu dilihat dari sisi siswa yang belajar.
Apabila siswa belajar secara kelompok bersama-sama, memepelajari
bahan yang sama, oleh guru yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan
minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki siswa, maka strategi
pembelajaran ini dinamakan strategi pembelajaran kelompok (group
learning), atau yang dikenal dengan sistem klasikal. Sedangkan manakala
pembelajaran didesain dengan pola pembelajaran yang memerhatikan
kemampuan dasar siswa, kecepatan belajar, bahkan memerhatikan
minat,dan bakat siswa secara penuh, maka strategi ini dinamakan strategi
pemeblajaran individual. Dalam strategi pembelajaran individual, siswa
dapat maju sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya masing-masing.
Siswa yang cepat belajar, akan cepat pula menyelesaikan program
pembelajaran, sedangkan siswa yang lambat, akan lambat pula dalam
menyelesaikan program pendidikannya. Dengan demikian, siswa yang cepat
belajar tidak akan terhambat oleh siswa yang lambat belajar, demikian juga

10
sebalinya siswa yang lambat belajar tidak akan merasa tergususr oleh siswa
yang cepat belajar.

4. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Olivia, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka evaluasi merupakanbagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum. Melalui
evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak,
dan bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasii merupakan
komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks
kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai
umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi
tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif.
Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat
dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu tes dan nontes.
a) Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Hasil
tes biasanya diolah secara kuantatif. Dilihat dari fungsinya, tes yang
dilaksanakan setelah selesai satu caturwulan atau satu semester
dinamakan tes sumatif. Hal ini disebabkan hasil dari tes itu
digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran sebagai bahan untuk mengisi buku kemajuan belajar
(nilai raport). Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses
belajar mengajar atau mungkin setelah satu pokok bahasan
dinamakan tes formatif, karena fungsinya bukan utnuk melihat
keberhasilan siswa akan tetapi digunakan sebagai umpan balik untuk
perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
1. Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi
Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus
memiliki dua kriteria yaitu kriteria viliditas dan
reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikataka memiliki
tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak

11
diukur. Tes memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan
jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang
konsisten. Misalnya jika suatu tes diberikan kepada
kelompok siswa, kemudian diberikan lagi kepada
sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda,
maka hasilnya akan relative sama. Ada beberapa teknik
untuk meningkatkan reliabilitas tes, pertama, dengan tes-
retes, yaitu dengan mengorelasikan hasil testing yang
pertama dengan hasil testing yang kedua.Kedua, dengan
mengorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan
item genap (idd-even method).Ketiga, dengan
memecahkan hasil testing menjadi dua bagian, kemudian
keduanya dikorelasikan.
2. Jenis-jenis Tes
Tes hasil bejar dapat dibedakan beberapa jenis.
Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat
dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individual. Tes
kelompok adalah tes yang dilakukan tehadap sejumlah
siswa secara bersama-sama , sedangkan tes individual
adalah tes yang dilakukan kepada seorang siswa secara
perorangan. Dilihat dari cara penyusunannya, tes juga
dapat dibedakann menjadi tes bauatan guru dan tes
standar.
Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi
yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan. Misalnya untuk
mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan
materi pelajaran siswa yang diajarnya, atau untuk melihat
efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Tes buatan guru biasanya tidak terlalu memerhatikan
tingkat validitas dan reliabilitas. Tes standar adalah tes
yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes
standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa
pada masa yang akan datang. Tes standar biasanya
digunakan untuk kepentingan seleksi, misalnya seleksi
mahasiswa baru. Sebagai tes untuk mengukur
kemampuan, maka suatu tes standar harus memiliki

12
derajat validitas dan reliabilitas melalui serangkaian uji
coba, serta memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda
yang tinggi.
Dilihat darai pelaksanaannya, tes dapat dibedakan
menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes
tertulis atau sering juga disebut tes tulisam adalah tes
yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah
item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang
termasuk kedalam tes tertulis yaitu tes esai dan tes
objektif. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan
bahasa secara lisan. Tes ini bagus untuk menilai
kemampuan nalar siswa. Tes lisan hanya mungkin dapat
dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit,
serta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi
mendalam.
Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan.Tes ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan dan
keterampilan seseorang mengenai sesuatu. Contohnya
memperagakan suatu alat dan sebagainya.

b) Nontes
Nontes adalah alat evakuasi yang biasanya digunakan untuk menilai
aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada
beberapa jenis nontes sebagai alat evaluasi:
1. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara
mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Ada dua
jenis observasi yaitu observasi partisipatif dan
nonpartisipatif. Observasi parsipatif adalah observasi
yang dilakukan dengan menempatkan observer sebagai
bagian dimana observasi itu dilakukan. Observasi
nonpartisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan
cara observer murni sebgaia pengamat. Artinya, observer
dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian
dari kegiatan itu, akan tetapi ia berperan semata-mata
hanya sebagai pengamat saja. Oleh sebab itu, salah satu

13
kelemahan observasi ini yaitu kecenderungan yang
diobservasi untuk berperilaku dibuat-buat sangat tinggi.
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang
diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis
wawancara, yaitu wawancara langsung dan tidak
langsung.Dikatakan wawancara langsung manakala
pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang
dievaluasi.Sedangkan wawancara tidak langsung
dilakukan manakala pewawancara ingin mengumpulkan
data subjek melalui perantara.
3. Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu
dalam periode tertentu secara terus-menerus. Misalnya
ingin mempelajari bagaimana sikap dan kebiasaan siswa
tertentu dalam belajar bahasa Inggris di dalam kelas
selama satu semester.
4. Skala Penilaian
Skala penilaian atau disebut rating scale merupakan salah
satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah
disusun dari ujung negative sampai dengan ujung positif,
sehingga pada skala tersebut penilai tinggal membubuhi
tanda centang.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelengga
2) raan pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan
3) Sistem kurikulum terdiri atas empat komponen yang meliputi komponen
tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen
evaluasi.
4) Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaiatan satu sama lain.
Jika salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau
tidak berkaitan dengan komponen lainnya maka sistem kurikulum juga akan
terganggu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Ali Mohammad, M.Pd., M.A, 1985. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.


Bandung : Sinar baru

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan pembelajaran, 2011. Kurikulum dan


pembelajaran. Jakarta : UPI / PT Raja Grafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai