Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi
(Saifudin,dkk., 2002).
Berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk indonesia 2011 tercatat
angka kematian ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup.
Kementrian Kesehatan menargetkan, sampai tahun 2014 ini akan menurunkan jumlah
menjadi 118/100.000
kelahiran hidup dan tahun 2015 akan diupayakan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup.
Depkes menargetkan angka kematian ibu pada tahun 2010 sekitar 226 orang, dan pada tahun
2015 menjadi 102 orang pertahun. Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya terobosan dan
terbukti
mampu meningkatkan keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau
125/100.000 kelahiran hidup (Eko Sutriyanto, 2012). Tujuan pelayanan Antenatal Care
adalah: a)  Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi. b) Mendeteksi dan
menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan. c)
Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
d) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium
normal, dan merawat anak secara fisik, psikologi dan social (Kusmiyati, et al., 2008).
Berdasarkan salah satu tujuan di atas maka pelaksanaan ANC puskesmadan BPM diharapkan
mampu melakukan deteksi dini komplikasi sehingga bias mengurangi terjadimya kegawatan
pada ibu yang berujung pada kematian
. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia kemungkinan terjadi pada ibu hamil
yang berisiko tidak terdeteksi secara dini. Untuk itu bidan harus mampu dan terampil
memberikan pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan khususnya bidan desa sebagai
ujung tombak, dengan peran serta yang proaktif dari petugas supervise sebagai penyelia
untuk bidan di desa diharapkan percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi di
Indonesia serta meningkatkan cakupan : kunjungan pertama ibu hamil (K1), kunjungan ke
empat ibu hamil (K4), dan semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kerja terlatih, semua
komplikasi obstetric mendapat pelayanan rujukan yang adekuat, semua perempuan dalam
usia reproduksi mendapat akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi yang tidak aman (Linda, 2007).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 apa yang dimaksud dengan pemeriksan ANC?
1.2.2 Apa saja tujuan ANC?
1.2.3 Apa saja manfaat ANC?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan antenatal care di komunitas.


1.3.2 Mengkaji pelaksanaana pelayanan anrenatal care terkait evidence base dan
prosedur serta permasalahan yang sering muncul.
1.3.3 Memberikan saran perbaikan mtu pelayanan antenatalcare.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan


oleh bidan atau ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan,
nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar (Manuaba, 1998).
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan
upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Pedoman Pelayanan
Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, 2004 : 1). Pengawasan antenatal adalah
pengawasan sebelum persalinan terutama untuk ditujukan pada pertumbuhan
dan
 perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2002 : 129). Pemeriksaan antenatal
adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kegawatan yang
ditemukan (Depkes RI, 2004 : 12). Pelayanan atau asuhan merupakan cara untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal (Prawirohardjo, 2000 : 89).
Salah satu fungsi terpenting dari perawatan antenatal adalah untuk
memberikan saran dan informasi pada seorang wanita mengenai tempat
kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya. Perawatan
antenatal juga merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada
 para wanita mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan bantuan
segera dari petugas kesehatan (WHO, 2004 : 8).
Pemeriksaan antenatal seyogyanya dimulai segera setelah diperkirakan
terjadi kehamilan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam beberapa hari setelah
terlambat menstruasi, terutama bagi wanita yang menginginkan terminasi
kehamilan, tetapi bagi semua wanita secara umum sebaiknya
 jangan lebih dari saat terlambat menstruasi kedua kali.

3
4

2.2. Gambaran pelaksanaan ANC di Indonesia pada komunitas (Puskesmas dan


BPM)
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar
307/100 ribu kelahiran hidup (SDKI, 2002/2003).  Angka tersebut telah mengalami
penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8/ 100 ribu kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
Target yang diharapkan pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu (AKI) menjadi 125/100
ribu kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu
pesan kunci yaitu setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
(Depkes RI, 2007).

Salah satu bentuk pelayanan yang adekuat selama proses kehamilan adalah pelayanan
antenatal care (ANC) dalam rangka menurunkan dan pemeliharaan kesehatan terhadap ibu
hamil.  Kehamilan merupakan satu ujian berat bagi ibu hamil, dan menimbulkan ketakutan-
ketakutan tertentu.  Ketakutan itu antara lain berupa kerisauan yang disebabkan oleh
kelelahan dan kesakitan jasmaniah, jadi bingung, kecemasan karena tidak mendapatkan
dukungan emosional, mengembangkan reaksi-reaksi kecemasan terhadap cerita dan takhayul
yang mengerikan, atau takut akan keadaan janinnya. Sehingga ibu hamil takut untuk
melakukan aktivitas yang dianggap membahayakan kehamilannya, seperti pemeriksaan
kehamilan (ANC). (Sloane, 1997).

Secara nasional jumlah cakupan pelayanan antenatal pada tahun 2005 cukup
meningkat yakni 69,25% dari target 75% dibandingkan dengan delapan tahun sebelumnya
yang berjumlah 65,72%. Namun jumlah tersebut belum menggembirakan kendati jumlah
tenaga kesehatan pelayanan antenatal terus bertambah. Sementara di Propinsi Lampung
jumlah cakupan pelayanan antenatal pada tahun 2005 sebanyak 124.751 kunjungan (69,39%)
dari target yang diharapkan sebesar 179.768 kunjungan 90%.  Ini berarti masih jauh dari yang
diharapkan (Depkes RI, 2006).
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal
“7T” yang terdiri dari:
2.2.1 Timbang badan dan tinggi badan dengan alat ukur yang terstandar.
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena hubungannnya
erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil yang sehat akan
bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil (Nadesul, 2006). Tinggi badan hanya
diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi <145cm perlu diperhatikan
5

kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan pada saat persalinan (Depkes RI,
1998).
2.2.2 Mengukur tekanan darah dengan prosedur yang benar.
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan
deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein
urin positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah
mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau
tekanan darah > 140/90 mmHg , maka ibu hamil mengalami preeklamsi. Apabila
preeklamsi tidak dapat diatasi maka akan menjadi eklamsi (Mufdlillah, 2009).
2.2.3  Mengukur Tinggi fundus uteri dengan prosedur yang benar.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini
terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi fundus uteri
juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya molahidatidosa, janin
ganda atau hidramnion (Nadesul, 2006)
2.2.4  Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap (sesuai jadwal).
Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus.
Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi TT
Antige Interval (selang waktu Lama %
n minimal) Perlindungan perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
antenata pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99
hidup
Ket : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang
dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum) sumber: (Prawirohardjo,
2006).

2.2.5 Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.


Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet setiap hari,
minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam
folat 500 μg. Tablet besi sebaiknya tidak minum bersama kopi, teh karena dapat
mengganggu penyerapan (Prawirohardjo, 2006).
6

2.2.6  Tes laboratorium (rutin dan khusus).


Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula
darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan
atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan dan
thalasemia. (Meilani, et al., 2009).
2.2.7. Temu wicara (konseling).
Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri selam hamil,
perawatan payudara, gizi ibu hamil, tandatanda bahaya kehamilan dan janin sehingga
ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan
mendengarkan keluhan yang disampaikan (Meilani, et al., 2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Febri (2012) mengenai gambaran pelayanan
ANC oleh bidan di puskesmas memberikan gambaran pelayanan yang Pemeriksaan
TFU, TD, BB, Pemberian Tablet Besi, Menghitung Nadi dan Temu Wicara Untuk
Rujukan Ibu Hamil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa dari 31 bidan
yang diwawancarai diperoleh bahwa keseluruhan (100%) bidan selalu melakukan
pemeriksaan TFU (Tinggi Fundus Uteri) terhadap ibu hamil. Pengukuran TFU dapat
membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko tinggi. Tinggi fundus yang stabil atau
menurun dapat mengindikasikan retardasi pertumbuhan intra uterin, peningkatan yang
berlebihan dapat menunjukkan adanya kehamilan kembar atau hidramnion. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting
dalam pemeriksaan kehamilan (Anonim, 2010).berdasarkan penelitan Febri (2012)
keseluruhan bidan selalu melakukan pemeriksaan TFU. Pemeriksaan TFU ini sangat
penting karena dapat memperkirakan usia kehamilan secara kasar dan dapat membantu
mengidentifikasi faktor-faktor resiko tinggi.

Seorang wanita yang belum pernah mengidap hipertensi, tekanan darahnya bisa
naik ketika sedang hamil. Kondisi ini disebut hipertensi gestasional (hipertensi akibat
kehamilan) dan menjadi masalah yang sering terjadi selama kehamilan. Meskipun
tekanan darah meningkat selama kehamilan, namun akan kembali normal setelah
kehamilan usai. Hipertensi gestasional menjadi penyebab kedua terbesar kematian ibu.
Angka kejadiannya 5-10 % dari kehamilan. Kelainan ini hampir selalu terjadi pada
kehamilan pertama, karena itulah tekanan darah ibu hamil harus selalu dipantau.
Pengukuran dilakukan sambil duduk untuk mendapatkan gambaran tekanan darah yang
sebenarnya. Saat berbaring hasil pengukuran tekanan darah lebih rendah (Ifey, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa dari 31 bidan yang diwawancarai
diperoleh bahwa keseluruhan bidan (100%) selalu melakukan pemeriksaan TD
(Tekanan Darah) terhadap ibu hamil.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin


dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2. Anemia
defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh sehingga kebutuhan zat besi untuk erithropoesis tidak cukup yang ditandai
dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan
transverin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi, dan cadangan besi dalam
sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
7

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami
oleh wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang (Ningrum, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa dari 31 bidan yang diwawancarai
diperoleh bahwa keseluruhan bidan (100%) selalu memberikan tablet besi (FE)
terhadap ibu hamil.

Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil secara teratur mempunyai arti
klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama
kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit
menghasilkan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih
tinggi untuk terjadinya bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan kematian bayi,
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan janin dalam rahim (Eka, 2009). Menurut asumsi peneliti tentang kinerja
bidan dalam penimbangan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Baitussalam Aceh
Besar sudah baik. Setiap ibu hamil yang datang ke puskesmas selalu dilakukan
penimbangan berat badan secararutin oleh bidan untuk memantau kondisi kesehatan ibu
dan bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa dari 31 bidan yang
diwawancarai diperoleh bahwa keseluruhan bidan (100%) selalu melakukan
penimbangan berat badan (BB) terhadap ibu hamil.

Temu wicara (persiapan rujukan)dilakukan untuk memberikan konsultasi atau


melakukan kerjasama terhadap penanganan kesehatan ibu hamil. Tindakan yang harus
dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain : 1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi,
menolong ibu menentukan pilhan yang tepat. 2) Melampirkan kartu kesehatan ibu
beserta surat rujukan. 3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
surat hasil rujukan. 4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5) Memberikan asuhan antenatal. 6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan di
rumah. 7) Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana
proses kelahiran. 8) Persiapan dan biaya persalinan (Daffmox, 2010). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar menunjukkan bahwa dari 31 bidan yang diwawancarai diperoleh bahwa 15 orang
bidan (48,4 %) jarang melakukan temu wicara terhadap ibu hamil.

Seperti yang kita ketahui, kunjungan K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke
puskesmas untuk mendapatkan standar pelayanan kesehatan Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
menunjukkan bahwa dari 31 bidan yang diwawancarai diperoleh bahwa keseluruhan
bidan (100%) telah memenuhi target K1 dalam hal jumlah cakupan kunjungan ibu
hamil. Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan kunjungan ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkn pemeriksaan kehamilan. Istilah
kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas
kesehatan dirumahnya atau diposyandu (Prawirohardjo, 2002). yaitu 7T.

Seperti yang kita ketahui, kunjungan K1 dan K4 sama-sama penting karena


dengan kunjungan ini si ibu dapat memantau kondisi kehamilannya dan melihat sejak
dini apabila ada komplikasi terhadap kehamilan si ibu.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
8

menunjukkan bahwa dari 31 bidan yang diwawancarai diperoleh bahwa keseluruhan


bidan telah memenuhi target K4 dalam hal jumlah cakupan kunjungan ibu hamil.

2.3. Pelaksanaana Pelayanan Anrenatal Care Terkait Evidence Base Dan Prosedur
Serta Permasalahan Yang Sering Muncul.

Salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam memberikan asuhan kebidanan yang
bertanggung jawab adalah dengan mengacu pada hasil penelitiann yang paling up to
date. Hasil penelitian yang didapatkan besrta rekomendasidari  peneliti dijadikan sebagi
acuan dalam memberikan pelayanan. Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada
bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh
penjuru dunia. Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik,
ilmiah dan eksplisit dari penelitia terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang
asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu
memerlukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi
bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau
dicegah.
Menurut MNH ( Maternal Neonatal Health ) asuhan antenatal merupakan
prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas kesehatan ( dokter/bidan/perawat ) dalam
membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan
persalinannya.
Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program
kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut:

2.3.1 Kunjungan ANC minimal 4 kali Kunjungan

No Trimester Waktu Alasan perlu kunjungan


1. Trimester I Sebelum empat 1.mendeteksi masalah yang dapat
(4) minggu. ditanagni sebelum membahayakan
jiwa.
2.mencegah masalah, misal : tetanus
neonatal, anemia, dan kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
3.membangun hubungan saling
percaya .
4. memulai persiapan kelahiran dan
kesiapan mengahdapi komplikasi
5.mendorong perilaku sehat ( nutrisi,
kebersihan, olahraga, istirahat, seks,
dll)

2. Trimester 2 14-28 minggu Sama sengan trimester I , ditambah :


kewaspadaan khusus terhadap
hipertesi kehamilan ( deteksi gejala
pre-eklampsi, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, proteinuria ).
9

3. Trimester 3 I.28-36 minggu -sama dengan trimester sebelumnya


ditambah deteksi kehamilan ganda.
II.>36 minggu -sama dengan trimester sebelumnya,
ditambah kelainan letak atau kondisi
yang memerlukan persalinan di rumah
sakit

2.3.2. Pemberian suplemen mikronutrien


Tablet yang mengandung FeSO4, 320 mg ( setara dengan zat besi 60 mg ) dan asam
folat 500 gr. Sebanyak 1 tablet per hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian
selama 90 hari ( 3 bulan ). Ibu hamil harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama
dengan teh/ kopi agar tidak mengganggu penyerapannya. Berdasarkan penelitian yang
ada, suplemen mikronutrien berguna untuk mengurangi angka kesakitan ( morbiditas )
dan kematian ( mortalitas ) ibu hamil secara langsung yakni dengan mengobati penyakit
pada kehamilan atau secara tidak langsung dengan menurunkan risiko komplikasi saat
kehamilan dan persalinan.

2.3.3. Imunisasi TT 0,5 cc


Imunisasi adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya untuk
pencegahan ter hadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
TT Interval Lama Perlindungan % Perlindungan
TT 1 Kunjungan ANC - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 80%
TT 1
TT 3 6 Bulan betelan 5 tahun 95%
TT 2
TT 4 1 Tahun setelah 10 tahun 99%
TT 3
TT 5 1 Tahun setelah 25 tahun / seumur 99%
TT 4 hidup

2.3.4. 10 T dalam pemeriksaan kehamilan dan 4 Terlalu

Pada pemeriksaan kehamilan bidan wajib memeriksa dan memberikan 10

T  ( Depker RI, 2009 ) yaitu:

2.3.4.1 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2.3.4.2 Tablet Fe

2.3.4.3.Tekanan darah

2.3.4.4. Tetanus Toksoid ( suntik TT )


10

2.3.4.5. Tentukan status gizi ( mengukur LILA )

2.3.4.6. Tinggi Fundus Uteri

2.3.4.7.Tentukan presentasi Janin dan DJJ

2.3.4.8. Temu wicara

2.3.4.9. Tes PMS

2.3.4.10.Tes Laboratorium

Bidan juga harus melakukan konseling pada saat kehamilan atau mengadakan

penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya 4 terlalu, yaitu:

1) Terlalu muda

Dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau kurang dari 20 tahun

2) Terlalu sering hamil

Ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2 tahun.

3) Terlalu banyak anak

Ibu hamil dengan jumlah anak lebih dari 4 anak,

4) Terlalu tua hamil

Ibu hamil dengan usia saat kehamilan lebih dari 35 tahun.

5) terlalu dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan, seperti cacat pada

janin,perdarahan, bahkan sampai kematian ibu dan janin (Manuaba, 2010).

2.3.5  Perkiraan hemoglobin pada kehamilan

Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar hemoglobin. Kadar Hb


terendah terjadi sekitar pada umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan
Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang pada
sekitar 30 minggu. Untuk saat ini anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan
dengan kadar Hb <11g%. Pada Trimester I dan III atau Hb <10,5g% pada trimester II.
Apabila hanya terjadi anemia ringan, sebab yang paling sering adalah difisiensi zat besi
dan dapat diobati secara efektif dengan suplementasi besi 60 mg/hari elemental besi dan
50µg asam folat untuk profilaksi anemia. Program Kemenkes RI memberikan 90 tablet
bsi selama 3 bulan. Semua ibu hamil yang dapat suplementasi besi harus menghindari
tembakau, teh dan kopi serta dipastikan mereka mengonsumsi makanan kaya protein dan
vitamin C.
11

2.3.6. Perkiraan Tinggi Fundus Uteri


Pengukuran Tinggi Fundus UteriTinggi fundus uteri adalah tinggi puncak tertinggi
rahim sesuai usia kehamilan. Biasanya pengukuran inidilakukan saat pemeriksaan
abdomen ibu hamil tepatnya saat melakukan Leopold 1. Dari pengukuranTFU dapat
diketahui taksiran usia gestasi dan taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU
menggunakan jari pemeriksa sebagai alat ukurnya, namun kelemahannya tiap orang
memiliki ukuran jari yang berbeda.TFU lebih baik diukur menggunakan metylen dengan
satuan cm, ujung metylen ditempelkan padasimfisis pubis sedangkan ujung lain
ditempelkan di puncak rahim.

a. TFU untuk mengetahui tafsiran usia kehamilan (UK).

Jika Fundus belum melewati pusat : UK (minggu) = Hasil ukur + 4


Jika Fundus sudah melewati pusat : UK (minggu ) = hasil ukur + 6

b. TFU untuk taksiran Berat Badan Janin.

TBJ ( gram ) =  (TFU – 12) X 155 gram

Terdapat variasi yang lebar antara operator yang melakukan pengukuran TFU dengan
cara tradisional ( jari tangan ). Menggunakan pita ukur untuk mengukur jarak antara tepi
atas simpisis pubis dengan fundus uteri dalam centimeter adalah metoda yang dapat
diandalkan untuk memperkirakan TFU. Jarak tersebut ( dalam cm ) sesuai dengan umur
kehamilan
( dalam minggu ) setelah umur kehamilan 24 minggu.

2.3.7. Hipotensi Pada Saat Berbaring Terlentang.

Posisi terlentang mempengaruhi fisiologi ibu dan janin. Setiap ibu hamil hendaknya
2.3.7.1. Setiap ibu hamil hendaknya menghindari posisi terlentang terutama pada
kehamilan lanjut.
2.3.7.2.Bila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal kecil
dibawah sisi kiri punggung bawah.
menghindari posisi terlentang terutama pada kehamilan lanjut. Hal ini disebabkan
karena apabila berbaring terlentang akan terjadi penekanan oleh uterus pada vena pelvis
major dan vena cava inferior yang akan mengurangu sirkulasi darah  ke jantung bagian
kanan dan akan mengakibatkan pengaliran oksigen ke otak dan akan mengakibatkan
pingsan.
Keadaan tersebut lebih terkenal dengan supine hypotensif syndrome yang dapat
mengakibatkan denyut jantung janin ( DJJ ) abnormal. Namun apabila posisi terlentang
dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal kecil dibawah sisi kiri punggung
bawah.
12

2.4 TUJUAN ANTENATAL CARE (ANC)

Tujuan asuhan antenatal adalah:

2.4.1 Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi.
2.4.2 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu
dan bayi.
2.4.3 Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan, dan pembedahan.
2.4.4 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
2.4.5 Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
2.4.6 Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bagi bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifudin, dkk,
2002).
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan
berakhir dengan:

2.4.6.1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan


dan nifas tanpa trauma mental yang merugikan.

2.4.6.2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

2.4.6.3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.

2.4.6.4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk


mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya
(Poedji Rochjati, 2003 : 41).
13

2.5. MANFAAT ANTENATAL CARE (ANC)

Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat mengetahui


berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan
untuk melakukan rujukan (Manuaba, 1998). Pemeriksaan antenatal juga
memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:
2.5.1. Bagi ibu

2.5.1.1 Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi


kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang
mempengaruhi kehamilan.

2.5.1.2 Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan


fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.

2.5.1.3 Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk


dapat memberikan ASI.

2.5.1.4 Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi


(Manuaba, 1999).

2.5.2. Bagi janin

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga


mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan
bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia
14

BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.3.1 Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan


oleh bidan atau ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

3.3.2 Tujuan asuhan antenatal adalah:

3.1.2.1 Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu


dan tumbuh kembang bayi.

3.1.2.2 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial


ibu dan bayi.

3.1.2.3 Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi


yang mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

3.1.2.4 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan


selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

3.1.2.5 Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan


pemberian ASI eksklusif.

3.1.2.6 Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima


kelahiran bagi bayi dalam tumbuh kembang secara normal
(Saifudin, dkk, 2002).

3.1.2.7 Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan


persalinan berakhir dengan :

1). Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan


nifas tanpa trauma mental yang merugikan.

14
15

2). Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3). Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.

4). Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk


mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya
(Poedji Rochjati, 2003 : 41).
3.2.1.8 Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat
mengetahui berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga
ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan (Manuaba,
1998).
3.2.1.9 Tes terhadap penyakit menular seksual.
3.2.1.10 Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
3.2.1.11 Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan  pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Kunjungan disini bukan hanya ibu
hamil yang datang ke tempat pelayanan tetapi juga setiap
kontak dengan tenaga kesehatan dan diberikan pelayanan
antenatal sesuai standar baik di Posyandu, Polindes, atau
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
3.2 SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami materi tentang pemeriksaan ANC pada
ibu hamil dan dapat meaplikasikan ilmu tersebut.
16

DAFTAR PUSTAKA

Abdul BS, Gulardi HW, Biran A, Djoko W, editor. Buku panduan


praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Ed. 1. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2002.
Ariani DW, Astari MA, Anita H, Anastasia M, Bilal L, Eva S, et al.
Pengetahuan, sikap, dan

  perilaku pada ibu hamil nonprimigravida. Majalah Kedokteran Indonesia


2005; 10(55): 632-38.

Douglas RG, stomme WB. Operative Obstetric. 3rd Ed. Appleton-


Century Crofts. Newyork: 1976.

Anda mungkin juga menyukai