Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu bangunan konstruksi, terdapat beberapa elemen yang
menunjang suatu bangunan dapat berdiri kokoh. Salah satu elemen tersebut yaitu
pelat lantai.
Pelat merupakan salah satu elemen struktural dari suatu bangunan karena pelat
sebagai elemen bangunan pertama yang menerima beban. Beban tersebut kemudian
diteruskan ke balok, lalu balok meneruskan beban kepada kolom, kolom meneruskan
beban kepada pondasi dan pada akhirnya pondasi meneruskan beban tersebut
kedalam tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana breakdown pekerjaan pelat lantai?
2. Bagaimana metode pekerjaan pelat lantai?
3. Apa saja standar SNI yang disyaratkan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui breakdown pekerjaan pelat lantai.
2. Untuk mengetahui metode pekerjaan pelat lantai.
3. Untuk mengetahui standar SNI yang disyaratkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelat lantai


Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang
lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh:
1. Besar lendutan yang diinginkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan material konstruksi dan pelat lantai.
Pelat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass
(mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), pelat lantai dapat diberi
sedikit kemiringan untuk kepentingan aliran air. Ketebalan pelat lantai ditentukan
oleh: beban yang harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan
atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai. Pelat
lantai merupakan suatu struktur solid tiga dimensi dengan bidang permukaan
yang lurus, datar dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensinya
yang lain. Struktur pelat bisa saja dimodelkan dengan elemen 3 dimensi yang
mempunyai tebal h, panjang b, dan lebar a. Adapun fungsi dari pelat lantai
adalah untuk menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya. Pada
pelat lantai merupakan beton bertulang yang diberi tulangan baja dengan posisi
melintang dan memanjang yang diikat menggunakan kawat bendrat, serta tidak
menempel pada permukaan pelat baik 7 bagian bawah maupun atas. Adapun
ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi tulangan tambahan bergantung pada
bentuk pelat, kemampuan yang diinginkan untuk pelat menerima lendutan yang
diijinkan.

2
2.2 Informasi Proyek
 Proyek : Power House Gedung Geofisika Interior
 Kontraktor : CV. Mitra Mandiri
 Konsultan Pengawas : CV. Karya Nyata
 Alamat Proyek : Gedung Geofisika Interior ITS, Keputih, Kecamatan
Sukolilo, Kota Surabaya, JawaTimur
 Awal Mulai Pekerjaan : 24 Oktober 2019 – 20 Februari 2020
Total durasi 120 hari
 Waktu Pelaksanaan Proyek : Hari Kalender
 Jenis Kontrak : Surat Penunjukan (Letter of Acceptance)
 Jenis Pembayaran : Lumpsum
 Mata Uang : Rupiah

2.3 Breakdown Pelat Lantai


 Pengukuran dimensi pelat lantai
 Pemasangan skafolding
 Pemasangan bekisting
 Pembesian pelat lantai
 Pemotongan tulangan dan pembengkokan tulangan
 Pemasangan tulangan, tahu beton dan kursi tulangan
 Pembersihan
 Pengecoran

 Pemesanan

 Material on side

 Uji slump

 Pembuatan benda uji

 Penuangan beton dari truk mixer

3
 Perataan dan vibrator

 Perawatan

 Curing (menggunakan water curing)

2.4 Standar SNI Yang Disyaratkan Pada Pekerjaan Kolom


1. Panjang penyaluran

Gambar 2.1 tabel panjang penyaluran.

Panjang Penyaluran dapat dilihat di SNI-03-2847-2002 pada point


9.10 halaman 46. Pada gambar 2.1 dijelaskan batang atau kawat polos tanpa
lapis dengan kait standar dan kait tersebut harus tertanam didalam inti beton
yang terkekang oleh tulangan dengan panjang penyalural 48 db (diameter
besi).

4
2. Selimut beton

Gambar 2.2 tabel tebal selimut beton.

Tebal selimut beton dapat dilihat di SNI-03-2847-2002 pada point


9.7 halaman 41. Pada gambar 2.2 dijelaskan beton yang berhubungan dengan
tanah dan cuaca memiliki tebal selimut 40 mm.
3. Perencanaan cetakan
Perencanaan cetakan dapat dilihat di SNI-03-2847-2002 pada point 8.1
halaman 33 sebagai berikut:

5
4. Perawantan beton
Perawatan beton dapat dilihat di SNI-03-2847-2002 pada point 7.11 halaman
32, sebagai berikut:

2.5 Spesifikasi Pelat lantai

• Mutu Beton : fc 30 Mpa setara K-350.

• Jenis tulangan :Tulangan Ulir Mutu BJTD-40 (fy = 400 Mpa).

• Jenis Plat : 1 arah (SNI 2002 10.3)

6
• Panjang Penyaluran : 6 cm (SNI 2002 14)

• Bekisting : Multipleks 12 mm lapis film rangka kayu meranti dan


hebel. (SNI 2002 8.1 dan 8.2)

• Dimensi Kolom : 6 x 20 m

• Tebal Selimut : 40mm (SNI 2002 9.7)

• Tebal Plat Lantai : 13 cm (SNI 2002 11.5)

• Tulangan Ulir : D10 – 200 mm (SNI 2002 5.5)

• Jumlah tulangan : < 200

• Sambungan : 5 cm (SNI 2002 9.2)

• Tekukan : 2 cm (SNI 2002 9.2)

• Komposisi : Agregat halus (SNI 2002 3.3)

Agregat kasar (SNI 2002 3.4)

Air (SNI 2002 5.4)

• Jenis Curing : Water Curing (2002 7.11)

2.6 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai

1. Pemotongan besi tulangan

7
Gambar 2.3 proses pemotongan besi
Pada proses ini dilakukan pemotongan besi tulangan dengan
menggunakan alat gerinda yang dilakukan oleh dua orang pekerja.
2. Pembengkokan besi tulangan

Gambar 2.4 Proses pembengkokan besi tulangan.


Pada proses ini dilakukan pembengkokan besi tulangan dengan
menggunakan alat manual (konvensional) yang dilakukan oleh 2 orang
pekerja.
3. Pemasangan bekisting dan scafolding

Gambar 2.5 proses pemasangan bekisting dan scafolding


Pemasangan bekisting dan scafolding dilakukan oleh 6 orang pekerja.

8
4. Perakitan dan instal pembesian

Gambar 2.6 proses perakitan dan instal pembesian.


Proses perakitan tulangan dilakukan setelah pemasangan begisting dan
scaffolding yang dilakukan oleh 20 orang pekerja.
5. Pengambilan uji slump

Gambar 2.7 Proses uji slump


Uji slump dilakukan oleh 2 orang pekerja, satu pekerja bagian
menuangkan beton yang ada di truck mixer ke dalam harco dan satu pekerja

9
lagi bagian menuangkan beton ke dalam cone, sedangkan yang menjaga agar
cone tetap berdiri dan tidak bocor yaitu dari pihak readymix.
6. Pembuatan benda uji

Gambar 2.8 Pembuatan benda uji


Setiap truck mixer diambil sebanyak 2 benda uji, dan pembuatan
benda uji dilakukan oleh satu orang pekerja.
7. Proses Pengecoran dan Perataan

Gambar 2.9 Proses pengecoran


Pada proses pengecoran dilakukan oleh 16 orang, dengan cara beton
dituangkan menggunkan bantuan concrete pump dan di getarkan dengan
menggunakan vibrator.

10
8. Pelepasan bigisting

Gambar 2.10 Pelepasan bigisting


Pelepasan bigisting di lakukan dengan 4 orang dengan waktu tunggu
selama 3 hari setelah pengecoran.

2.7 Mapping Area Survey

Gambar 2.11 Mapping Area Survey

11
2.8 Dokumentasi Survey

Dibawah ini adalah dokumentasi survey :

Gambar 2.12 Pemasangan bekisting Gambar 2.13 Uji slump


dan scafolding

Gambar 2.14 Proses pembekokan


Gambar 2.15 Pengecoran
tulangan

Gambar 2.17 Benda uji


Gambar 2.16 Pelepasan bigisting

12
Gambar 2.19 Pembesian
Gambar 2.18 Pemotongan besi
tulangan

13

Anda mungkin juga menyukai