Anda di halaman 1dari 24

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM INTERNALISASI ETIKA

BISNIS DI SMA NEGERI 2 MALANG

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Etika Bisnis dan Profesi yang
dibina oleh Prof. Dr. H. Heri Pratikto, M.Si.

Oleh :

1. Risma Mey Novitasari 180411619561


2. Tanzilla Salsabila 180411819558
3. Titin Santia Oktavianti 180411619568
4. Zannurin Anggi Na’imah 180411619589

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

Februari 2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri atau biasa disebut
manusia merupakan makhluk sosial, karena segala sesuatu dari hal terkecil setiap
individu pasti memerlukan individu yang lain untuk saling memenuhi
kebutuhannya, dalam hal ini manusia diberi kebebasan dan diberi hak asasi
manusia, namun setiap tindakan manusia selalu didasari oleh etika, norma atau
aturan dengan tujuan membatasi perilaku manusia agar tidak melewati batas yang
sudah ada dimasyarakat atau adat istiadat dan bisa saling menghargai hak asasi
manusia.
Namun, dalam fakta yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat, masih
sering dijumpai seseorang yang beretika tidak baik dan dianggap tidak wajar di
masyarakat. Keinginan lebih unggul daripada yang lain bisa dianggap merupakan
salah satu faktor seseorang melakukan etika yang kurang bisa diterima di
lingkunannya, hal ini terjadi karena seseorang tersebut ingin terlihat menjadi
yang terbaik diantara yang lain, dan hal ini sangat sering terjadi baik dibidang
pendidikan maupun di dunia bisnis. Didalam dunia pendidikan peserta didik
selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang berprestasi diantara peserta didik yang
lain dan keinginan seperti ini terkadang melampaui batas sehingga menyebabkan
seseorang melakukan segala cara bahkan yang tidak beretika untuk menjadi yang
paling berprestasi.
Dalam bidang bisnis, setiap orang berbisnis selalu ingin mendapatkan
keuntungan atau laba yang besar, dan dalam dunia bisnis tidak bisa dipungkiri
bahwa persaingan pasti ada, oleh karena itu pula memicu etika enterpreneur yang
kurang baik untuk menghadapi persaingan yang ada. Tidak hanya tentang
persaingan melainkan melakukan kecurangan dalam dunia bisnis dengan modal
sedikit mungkin untuk mendapatkan laba sebesar mungkin, sering kali terjadi
kecurangan ini dibidang makanan dengan mengganti bahan-bahan yang
seharusnya berkualitas dengan bahan yang berkualitas rendah namun memiliki
harga yang rendah. Selain itu, faktor internal bisa mempengaruhi seseorang
memiliki etika yang kurang baik yakni faktor dari keluarga, karena pengetahuan
sedini mungkin bisa didapatkan di dalam keluarga. Faktor yang lain adalah faktor
lingkungan. Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi terbentukya etika dan
karakter seseorang, karena setiap manusia pasti membutuhkan seseorang yang lain
(makhluk sosial), lingkungan masyarakat yang kurang baik akan mencerminkan
kepribadian bahwa seseorang itu juga memiliki etika, perilaku yang kurang baik
dan begitu juga sebaliknya.
Dari berita yang dilansir oleh Detik.com (2008) yang memaparkan bahwa PT
Nabico memproduksi makanan kemasan yang tidak asing dan banyak diminati
oleh masyarakat-masyarakat yakni oreo, bahkan jajanan yang khas dikenal dengan
semboyan “diputer,dijilat dan dicelupin” ini sudah banyak beredar dimasyarakat
Indonesia, namun BPOM dan Dinas Kesehatan mengatakan bahwa oreo adalah
produksi luar negeri yang mengandung melamin dan tidak layak untuk
dikonsumsi karena berbahaya bagi kesehatan maka harus ditarik peredarannya dan
menyebabkan tingkat penjualan yang menurun dratis. Dari kasus tersebut
menjelaskan bahwa PT Nabico melanggar prinsip etika yang baik dalam bisnis
yaitu kejujuran bahkan perusahaan besar pun berani untuk melakukan kecurangan
untuk menekan biaya. Tujuan mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar
dan ongkos produksi yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan
konsumen dan membiarkan pengguaan zat berbahaya dalam produknya.
Menurut H. A Mustafa dengan beretika kita mendapatkan hasil yakni berupa
ilmu yang menyelediki, yang baik dan yang buruk untuk mengamati tindakan
manusia sejauh bisa diketahui oleh pikiran. Hal ini menunjukkan dengan beretika
didunia bisnis, pendidikan, maupun di bidang lainnya dapat memperlihatkan
bagaimana karakter asli yang dimiliki oleh seseorang tersebut dan tidak menutup
kemungkinan beretika bisa dijadika dasar untuk dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah


1.) Bagaimana etika dalam bisnis dan pendidikan?
2.) Bagaimana peran lembaga pendidikan dalam internalisasi etika bisnis?
3.) Bagaimana etika guru dan siswa yang ada di SMAN 2 Malang?
4.) Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan pelanggaran peran
lembaga pendidikan dalam internalisasi etika bisnis yang ada di SMAN 2
Malang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


1.) Pemaparan secara mendalam etika bisnis dan lembaga pendidikan
2.) Peran lembaga pendidikan
3.) Solusi dari kasus pelanggaran etika bisnis

1.4 Tujuan Makalah


1.) Memaparkan etika dalam bisnis dan pendidikan
2.) Memaparkan peran lembaha pendiidkan dalam internalisasi etika bisnis
3.) Memaparkan etika guru dan siswa yang ada di SMAN 2 Malang
4.) Memaparkan solusi untuk mengatasi permasalahan pelanggaran peran
lembaga pendidikan dalam internalisasi etika bisnis di SMAN 2 Malang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Etika Bisnis

2.1.1 Pengertian Etika Bisnis


Ketika berbicara tentang etika bisnis, kita seolah-olah berhadapan dengan dua
hal yang berbeda bahkan bertentangan. Kedua hal tersebut adalah etika sebagai
refleksi atas norma-norma moral manusia, khususnya pebisnis kontemporer atau
etika sebagai ilmu dan bisnis sebagai sarana, dengannya manusia menjadi lebih
baik secara ekonomis atau bisnis sebagai entitas ekonomis. Sebagai ilmu, etika
merupakan filsafat moral atau refleksi kritis-sistematik atas moralitas manusia.
Dalam konteks bisnis, etika merupakan refleksi kritis-sistematik atas perilaku
pebisnis dan semua yang terjaring dalam bisnis sebagai lingkup tindak khusus
manusia. Etika merupakan pemikiran kritis dan mendalam perihal pandangan-
pandangan dan ajaran-ajaran moral (asas-asas tertulis maupun lisan tentang
bagaimana manusia harus bertindak menjadi orang baik). Jadi etika memberikan
kepada kita pengertian yang mendasar dan kritis mengapa kita harus mengikuti
norma-norma dan ajaran-ajaran tertentu atau bagaimana kita harus bersikap secara
tanggung jawab agar menjadi orang baik secara moral. Hal yang tentu berbeda
dengan hakikat bisnis yang selalu terarah kepada maksimalisasi keuntungan
sebagai tujuan tertinggi sekaligus terakhir.
Menurut Manuel G. Velasques, etika bisnis adalah “a specialized study of
moral right and wrong. It concertrates on moral standards as the apply to
bussiness policies, intitutions and behaviour” (2002:13). Paling sedikit ada dua
hal yang patut digarisbawahi dengan definisi etika bisnis Manuel yang pertama
adalah etika merupakan studi khusus tentang apa yang benar dan apa yang salah
secara moral. Maksud dari yang benar atau yang salah secara moral menurut
Manuel adalah ajaran-ajaran atau asas-asas tertentu. Manuel mendeteksi bahwa
etika sebagai ilmu. Menurutnya etika merupakan refleksi kritis atau proses
menguji norma-norma moral seseorang atau suatu masyarakat untuk menentukan
apakah norma-norma tersebut masuk akal atau tidak agar diterapkan dalam situasi
atau isu-isu konkret. Kedua, adalag studi kasus tersebut dipusatkan kepada norma-
norma moral ketika norma-norma moral tersebut ditetapkan pada kebijakan-
kebijakan bisnis, intitusi-institusi bisnis serta perilaku pebisnis. Pada tataran ini
etika bisnis membantu manusia, khususnya para beisnis agar mampu mengambil
sikap yang dapat dipertanggungjawabkan ketika menghadapi berbagai persoalan
moral yang terjadi dalam proses bisnis. Dalam kaitannya dengan binsis, etika
memang buka ajaran, melainkan merupakan usaha sadar manusia, dalam hal ini
para pebisnis menggunakan rasionya sedemikian rupa agar mampu memecahkan
persoalan-persoalan moral yang kerap terjadi di dunia bisnis.

2.1.2 Etika Bisnis dalam Sorotan


Menurut Raff Carmen, Peter WF Davies dan Milton Firedman melansirkan
kesan umum yang biasanya muncul ketika orang mewacanakan etika bisnis, kesan
pertama bahwa profesi bisnis tersebut adalah profesi yang rendah dan hina. Kesan
ini muncul dari pengalaman konkret sehubungan dengan proses pencapaian tujuan
bisnis, maksimalisasi keuntungan yang kerap menghalalkan berbagai cara. Kesan
kedua, bisnis yang didasarkan norma-norma moral yang menghalangi pebisnis
untuk mencapai tujuannya, meraup keuntungan sebesa-besarnya dalam waktu
sesingkat-singkatnya.
Kesan pertama lebih menyangkut profesi pebisnis itu sendiri. Sejak dahulu
hingga sekarang, adas sejumlah orang yang menganggap profesi bisnis sebagai
praktik hidup yang rendah karena perheletannya sering dengan norma-norma yang
dijunjung tinggi, khususnya norma-norma umum seperti keadilan, kejujuran, dan
tanggung jawab. Akibatnya, para pebisnis atau pedagang masih banyak dicurigai .
kecurigaan tersebut dilatarbelakangi oleh upaya-upaya pebisnis atau pedagang
untuk merealisasikan tujuan bisnis dan meraup keuntungan yang maksimal.
Dengan tujuan tersebut banyak pebisnis yang menghalalkan berbagai cara yang
berujung pada kerugian pada pihak konsumen, misalnya kualitas barang ang
buruk sehingga menyebabkan gangguan atau kesehatan pada tubuh manusia jika
dikonsumsi terus menerus karena pada dasarnya tidak ada pebisnis yang ingin
berbisnis untuk merugi, salah satu contohnya adalah potongan atau diskon yang
diberikan di suatu mall dari 30% hingga 70% merupakan hanyalah taktik semata,
biasanya harga sudah dinaikan atau memang barang ada yang cacat dan memang
prinsip bisnis adalah untuk mendapatkan untung yang semaksimal mungkin. Hal
ini menyebabkan profesi ini menmberikan kesan negatif pada sebagian orang
karena isu ketidakjujuran.
Kesan kedua adalah hadirnya etika dalam berbisnis atau menjadikan norma-
norma moral dalam praksis bisnsi relatif terhadap keuntungan, juga beralasan.
Kesan pandang seperti ini biasa dijumpai dikalangan pebisnis juga yang dalam
kaitannya untuk mendapatkan keuntungan dengan waktu yang sesingkat-
singkatnya, para pebisnis yang menempatkan keuntungan diatas segela-galanya
tentu akan menjadikan norma sebagai kendala setidaknya bersifat relatif terhadap
upaya penyampaian tujuan bisnis. Kelompok pebisnis seperti ini merupakan
kelompok pebisnis dalam jangka pendek. Bagi para pebisnis seperti ini usaha,
bisnis adalah tidak ada yang lain selain mencari keuntungan semata, untuk itu
perlu digaris bawahi bahwa penerapan norma-norma moral dalam berbisnis tidak
merugikan pebisnis dalam pengoperasian bisnisnya. Etika bisnis semestinya
dipandang dan diterima dengan baik sebagai unsur penting dalam berbisnis
karena berbisnis diatas norma-norma sosial dengan starndar dan sistem etika
merupakan syarat yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan yang berorientasi
keuntungan tersbut. Karena dasarnya, etika yang baik akan membanun sikap jujur,
adil, bertanggungjawab, ulet, saling percaya diantara semua pihak yang terkait.
Itulah hakikat etika dalam berbisnis.

2.1.3 Etika Bisnis sebagai Sarana Pembelajaran


Secara langsung, etika bisnis dapat menimbulkan suatu kesadaran khas dalam
diri para pebisnis bahwa secara kodrat mereka sesungguhnya terbatas. Etika bisnis
menimbulkan suatu kesadaran suatu kesadaran baru dalam diri mereka bahwa
keuntungan tidak dapat didapatkan dengan begitu saja tanpa keterlibatan pihak-
pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam mendapatkan
keuntungan, pebisnis memerlukan pihak-pihak lain sebagai mitra maupun
kompeter dalam kompetensi bisnis. Etika bisnis memberikan kesempatan pada
paca pebisnis untuk belajar menerima pihak-pihak lain secara tepat dan baik.
Sikap sikap yang tepat disini adalah kepercayaan, keuletan, keberanian moral,
sportivitas dan tanggungjawab yang teramu dalam sebuah sistem yang khas yang
lazimnya disebut krisis itu. Etika bisnis menjadikan seorang pebisnis mengerti
bahwa dia memang harus mengoperasikan usahanya secara jujur dan adil serta
bertanggungjawab, namun ia juga tidak boleh membiarkan dirinya dicurigai oleh
pihak lain. Etika bisnis menjadikan seorang bisnis tidak hanya berhenti dengan
memahami bahwa dalam melaksanakan bisnisnya dia harus menghormati pihak-
pihak lain yang terlibat dalam usahanya dan tidak membiarkan dirinya
diperlakukan atau memperlakukan secara tidak adil. Etika bisnis merupakan
sarana pembelajaran bagi seseorang pebisnis untuk mengembangkan
tanggungjawabnya tidak hanya secara internal tetapi secara eksternal, menyangkut
pelanggan, konsumen bahkan negara.
Indikator untuk perluasan tanggung jawab seorang pebisnis adalah mulai
bergerak dari tanggungjawab yang sempit, hanya memperhatikan kepentingan-
kepentingan pribadi dan keluarganya kepada memerhatikan kepentingan-
kepentingan pihak lain. Ia tidak hanya menuntut pihak lain melakukan kewajiban
mereka terhadap dirinya, melainkan juga bersedia untuk dituntut oleh pihak-pihak
lain dalam konteks penegakkan hak dan kewajiban semua pihak. Ia mulai
melakukan tanggungjawabnya kepada dunia luar, masyarakat baik dilingkungan
bisnis maupun masyarakat luas. Semua sikap positif yang ditampilkan dalam
tindakan konkret pebisnis merupakan buah dari refleksi kritis pebisnis itu sendiri.
Penerapan sikap kritis mengadaikan bahwa pebisnis sealalu memutuskan
kemudian menerapkan suatu kebijakan bisnis diatas pertimbangan-pertimbangan
yang rasional dengan sendirinya akan menjadikan para pebisnis tidak mudah
menyerah dan memotivasi mereka agar tetap bertahan dalam kondisi sesulit
apapun, pada tataran ini etika bisnis merupakan sarana pembelajaran bagi para
pebisnis kontemporer untuk menjadi kepribadian yang kuat secara moral dan
etika.

2.1.4 Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998)


1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan dan tanggung
jawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu
keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri
sesuai dengan apa yang dinyakininya, bebas dari tekanan, hasutan atau
ketergantungan kepaa pihak lain. Oleh karena itu, syarat mutlak yang
harus diciptakan untuk membentuk sikap mandiri adalah mengembangkan
suasana kebebasan dalam berfikir dan bertindak. Namun harus disadari
bahwa kebebasan dalam hal ini harus disetai dengan kesadaran akan
pentingnya memupuk rasa tanggung jawab. Kebebasan tanpa rasa
tanggung jawab akan memunculkan manusia pengecut dan munafik,
sedangkan kebebasan disertai tanggung jawab akan menumbuhkan ‘’sikap
ksatria” yaitu sikap berani bertindak dan mengatakan hal yang benar
sekaligus berani dan berjia besar mengakui suatu kesalahan, serta berani
menanggung konsekuensinya.
2. Prinsip kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah
yang dikatakan dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini
juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen,
kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati. Prinsip kejujuran menjadi
isyarat untuk membangun jaringan bisnis dan kerja tim yang dilandasi oleh
rasa saling percaya dengan semua mitra usaha dan mitra kerja.
3. Prinsip keadilan
Menanamkan sikap untuk merperlakukan semua pihak secara adil
(fair),yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek,
baik dari aspek ekonomi (menyangkut distribusi pendapatan), aspek
hukum (dalam hal perlakuan yang sama di mata hukum), maupun aspek
lainnya seperti agama,ras,suku dan jenis kelamin untuk memperoleh
kesempatan yang sama dalam hal perekrutan karyawan, promosi jabatan,
pemilihan mitra usaha dan sebagainya.
4. Prinsip saling menguntungkan
Menanamkan kesadaran bahwa dalam berbinis perlu ditanamkan prinsip
win-win solution, artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis harus
diusahakan agar semua pihak merasa diuntungan. Prinsip ini melandasi
lahirnya konsep stakeholders dalam proses keputusan dan tindakan bisnis
sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
5. Prinsip integritas moral
Prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan dan
tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa
setiap orang harus dihomati harkat dan martabatnya. Inti dari prinsip
integritas moral ini adalah apa yang disebut sebagai the golden rule atau
kaidah emas,yaitu “perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin
diperlakukan dan jangan dilakukan pada orang lain apa yang anda tidak
ingin orang lain perlakukan kepada anda”.

2.2 Pendidikan

2.2.1 Pengertian Lembaga Pendidikan


Lembaga dalam bahasa Inggris disebut intitute, yakni sarana ataupun
organisasi untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Secara sederhana pendidikan
sering diartikan sebagai salah satu usaha manusia dalam upaya untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat. Dan pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha yang
dijalankan atau dilaksanakan oleh individu atau kelompok orang untuk menjadi
dewasa dan mencapai taraf hidup yang lebih tinggi dan terarah. Pendidikan sangat
dibutuhkan oleh siapapun, sejak manusia dilahirkan ke muka bumi sampai akhir
hayatnya.
Lembaga pendidikan adalah suatu badan yang berusaha mengelola dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian
keterampilan dan keahlian.  yaitu dalam hal pendidikan intelektual, spiritual, serta
keahlian/ keterampilan. Sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi,
terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana,
data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. La Sula pengertian lembaga
pendidikan adalah tempat berlangsungnya pendidikan, khususnya pada tiga
lingkungan utama pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan pendidikan antara lain pendidikan formal (sekolah), informal
(keluarga) dan non formal (masyarakat). Sebagai transmisi pertama dan utama
dalam pendidikan, keluarga memiliki tugas utama dalam peletakan dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Dikatakan pertama karena
keluarga adalah tempat dimana anak pertama kali mendapat pendidikan.
Keluarga adalah awal mula pendidikan sejak manusia itu ada. Ayah dan ibu
sebagai pendidik, dan anak sebagai terdidik. Tugas keluarga adalah meletakkan
dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang
secara baik. Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendidik anaknya,
maka dipercayakanlah tugas mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih
ahli dalam lembaga pendidikan formal, yaitu guru. Sekolah sebagai wahana
pendidikan ini, menjadi produsen penghasil individu yang berkemampuan secara
intelektual dan skill.Pendidikan nonformal adalah jenis lembaga yang
memberikan pendidikan kepada peserta didik di luar pendidikan formal dimana
tujuannya adalah untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan
formal. Beberapa contoh lembaga pendidikan non formal diantaranya yaitu:
1. Lembaga kursus dan pelatihan
2. Mejelis taklim
3. Kelompok belajar
4. Sanggar
5. Tempat penitipan anak
6. Dan lain-lain
Pendidikan di lingkungan masyarakat adalah pendidikan nonformal yang
dibedakan dari pendidikan di keluarga dan di sekolah. Bertujuan sebagai
penambah atau pelengkap pendidikan formal dan informal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Masyarakat sebagai lingkungan
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi seseorang. Dalam hal
ini, masyarakat mempunyai peranan penting dalam upaya ikut serta
menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga & biaya, sarana dan
prasarana dan menyediakan lapangan kerja. Karenanya, partisipasi masyarakat
membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang sangat
diharapkan.
Pendidikan informal adalah lembaga yang memberikan pendidikan di dalam
keluarga dan merupakan lingkungan utama dalam proses pembentukan dan
pengembangan karakter seseorang. Beberapa contoh pendidikan informal
diantaranya yaitu:
1. Pendidikan budi pekerti
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan etika
4. Pendidikan moral
5. Pendidikan sopan santun
Lingkungan pendidikan itu sangat urgen dalam sebuah proses pendidikan karena
fungsinya sangat menunjang PBM yang tertib dan nyaman. Lingkungan
pendidikan dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
praktek pendidikan baik positif ataupun negatif.Lingkungan pendidikan sebagai
tempat berlangsungnya proses pendidikan, merupakan bagian dari lingkungan
sosial. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan sebab
lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang proses belajar mengajar
secara nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses
pendidikan dapat dilaksanakan.
Menurut Enung K. Rukiyati dan Fenti Himawati pengertian lembaga
pendidikan adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang
bersamaan dengan proses pembudayaan. Keberadaan lembaga pendidikan
berperan besar dalam proses sosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Fungsi
sosialisasi ini dilaksanakan melalui berbagai program dan kurikulum pendidikan
di sekolah sehingga transmisi nilai-nilai budaya dapat selaras dengan pendidikan
lainnya.
Kelestarian budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam tentunya harus
dilestarikan. Dalam hal ini lembaga pendidikan punya peranan penting dalam
mengajarkan keanekaragaman budaya nasional tersebut kepada para peserta didik.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati pengertian lembaga
pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan terhadap preserta didik. Dengan adanya lembaga
pendidikan dan segela kegiatannya, maka hal tersebut akan mempengaruhi
kehidupan sosial secara umum. Hal ini terjadi karena nilai-nilai, keyakinan, norma
dan pola pikir yang telah ditanamkan kepada para peserta didik yang membentuk
kepribadiannya sehingga mempengaruhi tingkah lakunya di masyarakat. Melalui
pendidikan para peserta didik juga akan mendapatkan kemampuan berpikir secara
kritis, mandiri dan tidak mudah menyerah menghadapi tantangan, dengan begitu
maka diharapkan para peserta didik dapat berperan menjadi agen perubahan di
masyarakat. Lembaga ini juga berperan dalam hal kontrol sosial dengan cara
menanamkan nilai-nilai, norma dan loyalitas tatanan tradisional kepada para
peserta didik. Dengan adanya fungsi kontrol sosial ini maka diharapkan para
peserta didik memiliki karakter yang berkualitas sehingga tatanan masyarakat
yang harmonis dapat terwujud.
Jadi, lembaga pendidikan adalah suatu tempat atau wadah dimana proses
pendidikan berlangsung yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengubah
tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan
lingkungan sekitar serta wawasan dan pengetahuan yang diperoleh. Tujuan utama
dari lembaga ini ialah untuk mengubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih
baik melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Dengan kata lain,
lembaga ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang.

2.2.2 Tujuan Lembaga Pendidikan


Keberadaan lembaga ini memiliki tujuan yang sangat berarti bagi masyarakat
di suatu negara, lembaga ini juga mengajarkan tentang kemandirian, kemampuan
berprestasi, pengembangan kepribadian dan spesifikasi. Pada dasarnya
pembentukan lembaga ini bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan
potensi para peserta didik sehingga menjadi individu yang mandiri, kreatif,
berilmu, berakhlak mulia, serta bertanggungjawab. Agar dapat mewujudkan
tujuan tersebut, maka lembaga ini memiliki beberapa tugas dan tanggungjawab
yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar kepada peserta didik, baik di
keluarga, sekolah, maupun lingkungannya.
2. Melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan dan
kurikulum yang berlaku.
3. Memberikan bimbingan konseling kepada para peserta didik.
4. Membina kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua,
serta masyarakat.
BAB III
PAPARAN DATA

3.1 Data Tentang SMA Negeri 2 Malang


SMA Negeri 2 Malang merupakan sekolah menengah atas negeri yang terletak
di Jalan Laksamana Martadinata no.88 Malang, sekolah ini merupakan sekolah
pertama yang menerapkan Satuan Kredit Semester (SKS) yang biasanya
diterapkan di perguruan tinggi dan hingga sekarang sekolah ini merupakan
sekolah contoh penerapan sistem SKS ini oleh SMA ataupun SMK yang lain.
Sekolah ini memiliki 3 jurusan yaitu IPA, IPS dan Bahasa, dan SMAN 2
Malang pernah mendapatkan nilai terbaik dalam jurusan bahasanya. Dari segi
sarana prasarana nya sudah sangat memadahi dari bel sekolah yang sudah cukup
keras dan terdengar disema kelas bahkan jika bel kelas suatu kelas rusak dengan
sigap langsung diperbaiki agar pembelajaran dapat berjalan tepat waktu, kamar
mandi bahkan sudah dibuat dibeberapa titik agar strategis dan dapat dijangkau
oleh siswa, bahkan kantinnya pun dibuat sedemikian lengkap dan selalu bersih
sehingga nyaman untuk digunakan, dari segi aula sudah cukup luas dan dapat
muat satu hingga dua angkatan serta untuk tempat beribadah sudah direnovasi
menjadi cukup besar dan peralatan didalamnya sudah memadahi.
Selain itu, SMA Negeri 2 Malang juga memiliki program pembinaan.
 Agama, dari segi agama dapat ditunjukkan dengan rutinnya pihak sekolah
mengadakan acara-acara agama jika ada hari besar keagamaan, dan juga
mewadahi untuk semua agama yang ada
 Minat, sekolah ini menambah jam mata pelajaran untuk lintas minat, lintas
minat ini adalah setiap jurusan dapat mengambil jurusan yang lain sehingga
sedikit demi sedikit dapat menambah wawasan dengan keluar dari zona
jurusan mereka
 Bakat, soal bakat SMAN 2 Malang memiliki 21 ekstrakulikuler yang
menaungi siswanya untuk mengasah bakat atau menemukan bakatnya di
bidang non akademik, ekstrakulikuler tidak hanya memuat tentang olahraga,
bahkan ilmiah, keagamaan, seni dan budaya.
 Prestasi, SMAN 2 Malang bahkan sudah menerapkan wajib KTI atau Karya
Tulis Ilmiah untuk siswanya sehingga siswanya terlatih untuk membuat karya
ilmiah dan berguna untuk ke jenjang berikutnya.

3.2 Etika Siswa di SMA Negeri 2 Malang


Etika murid adalah etika atau perilaku yang seharusnya dimiki oleh seorang murid
atau peserta didik.

 Hormat dan bersikap santun terhadap guru


 Bergaul dengan semua teman tanpa membeda-bedakan status, dll.
 Budayakan 5S – Senyum, sapa salam sopan dan santun
 Datang tepat waktu
 Berpakaian rapi sesuai dengan aturan yang ada
 Mematuhi aturan
 Menggunakan sarana dan prasarana dengan baik
 Mengikuti seluruh kegiatan sekolah

Hal ini adalah salah satu etika yang tetap sakral selama berabad-abad. Guru
adalah sebagai orangtua. Katakanlah guru tersebut mungkin orang udik yang tak
tertahankan, atau seorang guru yang sangat galak tapi selama kamu jadi murid
mereka, mereka selalu benar. Siswa yang paling bijaksana akan tetap baik dan
rendah hati

3.3 Etika Lembaga Pendidikan di SMA Negeri 2 Malang


Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Definisi guru menurut
Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia yaitu jabatan profesi
yang mulia dimana guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan kemuliaan
sebagai unsur dasar moralitas guru itu terletak pada keunggulan perilaku, akal
budi, dan pengabdiannya. Sedangkan guru berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru juga
dapat diartikan sebagai orang yang mendidik peserta didik dari yang tidak tahu
menjadi tahu. Bukan hanya sekedar memberi materi tetapi juga senantiasa
menuntun peserta didik menjadi manusia mandiri. Menurut Sanjaya (2006:18-19)
bahwa sebagai suatu profesi terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik antara lain:

1. Kompetensi pribadi yaitu guru dianggap sebagai sosok yang memiliki


kepribadian ideal bagi para peserta didik. Karena itu, pribadi guru sering
dianggap sebagai model atau panutan yang harus ditiru.
2. Kompetensi professional adalah kompetensi yang berhubungan dengan
penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi
yang sangat penting,sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang
ditampilkan.
3. Kompetensi sosial kemasyarakatan yang berarti kemampuan guru untuk
berinteraksi sebagai makhluk sosial dan sebagai anggota

Sama seperti profesi lainnya, guru juga mempunyai kode etiknya sendiri.
Dengan kode etik tersebut, profesi guru menetapkan aturan yang bertujuan untuk
mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki dan hal ini tidak dapat
dipaksakan dari luar. Etika profesi dirumuskan atas kesepakatan anggota profesi
yang bersangkutan dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral.
Rumusan etika profesi yang teah disepakati bersama itulah yang disebut kode etik.
Kode etik akan menjadi acuan untuk mewujudkan perilaku etika dalam
melaksanakan tugas-tugas pekerjaan dsn mengontrol etika para angota profesi.
Semua anggota harus menghormati, menghayati, mentaati dan menjalankan isi
dari kode etik yang telah disepakati bersama. Dengan demikian setiap anggota
akan merasa aman dan tenteram dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Menurut Sardiman yang dikutip oleh Zulhimma, kode etik berarti sumber etik.
Jadi kode etik di artikan aturan tata susila keguruan. Kode etik guru menurut
Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia adalah pedoman
perilaku guru Indonesia dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Undang-
undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 28
menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman
sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan”. Dalam penjelasan
Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai
Negeri Sipil sebagai aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat
mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita
simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Rumusan Kode Etik Guru Indonesia ini disempurnakan dalam kongres PGRI
XVI tahun 1989 di Jakarta, menjadi sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang berjiwa
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan
4. Menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peranserta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat pofesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan
3.4 Kasus Peran Lembaga Pendidikan dalam Internalisasi Etika Bisnis
Malang - Dwi Retno hampir 4 tahun menjabat Kepala SMAN 2 Malang. Dia
dilengserkan anak didik dalam demo besar-besaran, Kamis (5/4). Seperti apa
sosok Retno di mata anak didik?
Salah satu pelajar, Ramadhani, buka suara. Ada ketentuan tak biasa di sekolah.
Gerbang pagar sekolah dibuka harus seizin Retno. Retno juga kerap berkeliling
mencari siswa yang belum membayar kewajiban. Dia kerap memaki anak didik
yang belum menuntaskan kewajiban.
"Dikatakan anak miskin lah, bodoh, jelek, itu di depan teman-teman. Terparah
sampai mengucap kita anak setan," ujar Ramadhani. Menurut Ramadhani, mobil
Mitsubishi Pajero L1294HL yang merupakan aset sekolah biasa dibawa Retno.
Tapi boleh ada yang memakai. Kesal dengan hal ini, kendaraan itu tak luput dari
sasaran. Tulisan 'Retnoout' ditempel di bodi mobil saat pelajar demo.
Selain itu, ada dugaan keuangan sekolah bermasalah. Terutama dalam hal
subsidi pemerintah ke sekolah. Karena itu, meski sempat diteror, para pelajar
berontak dan demo besar-besaran. Dinas Pendidikan Provinsi Jatim akhirnya
menarik Retno dari kursi kepala sekolah. Tri Suharno yang juga Ketua
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Negeri Kota Malang ditunjuk
sebagai pelaksana tugas (plt). Dalam pertemuan di tengah demo, Retno
menyatakan dirinya tak berniat arogan. Hanya ingin mendisiplinkan anak didik
dan guru. "Beliaunya (Retno), menyampaikan bahwa semua untuk disiplin siswa
dan guru," sebut Tri Suharno, Jumat (6/4/2018).
Saat ini, pelajar bersiap menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) pekan depan. "Kami meminta kepada semua, baik siswa maupun guru,
untuk fokus mempersiapkan diri menghadapi UNBK, digelar pekan depan,"
ujarnya. Dwi Retno sendiri pernah menjabat kepala di sejumlah SMA negeri
favorit di Kota Malang. Namun, jabatannya berakhir ketika dipandang arogan saat
memimpin SMA negeri 2 Kota Malang. Dia belum bisa dikonfirmasi secara
langsung karena keberadaannya tak diketahui.

Sumber https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3957152/cerita-pelajar-soal-
kepala-sman-2-malang-yang-didemo-dan-dicop
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Peran Pendidikan dalam Internalisasi Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan mata kuliah yang diajarkan diperguruan tinggi yang
menawarkan program pendidikan bisnis dan manajeman namun terjadi beberapa
prespektif yang menjadi kendala dalam hal ini. Pertama, kekeliruan persepsi
masyarakat bahwa etika bisnis hanya perlu diajarkan kepada mahasiswa program
manajemen dan bisnis karena pendidikan model ini mencetak lulusan sebagai
mencetak pengusaha. Persepsi demikian tentu tidak tepat. Lulusan dari jurusan /
program studi nonbisnis yang mungkin diarahkan untuk menjadi pegawai tentu
harus memahami etika bisnis. Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan usaha, termasuk dalam berinteraksi dengan stakeholders,
termasuk tentunya karyawan.
Etika bisnis sebaik apa pun yang dicanangkan perusahaan dan dituangkan
dalam pedoman perilaku, tidak akan berjalan tanpa kepatuhan karyawan dalam
menaati norma-norma kepatutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Kedua,
pada program pendidikan manajemen dan bisnis, etika bisnis diajarkan sebagai
mata kuliah tersendiri dan tidak terintegrasi dengan pembelajaran pada mata
kuliah lain. Perlu diingat bahwa mahasiswa sebagai subjek didik harus
mendapatkan pembelajaran secara komprehensif. Integrasi antara aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif dalam proses pembelajaran harus diutamakan. Sehingga
masuk akal apabila etika bisnis aspek afektif sikap dalam hal ini disisipkan di
berbagai mata kuliah yang ditawarkan. Ketiga, metode pengajaran dan
pembelajaran pada mata kuliah ini cenderung monoton. Pengajaran lebih banyak
menggunakan metode ceramah langsung.
Kalaupun disertai penggunaan studi kasus, sayangnya tanpa disertai kejelasan
pemecahan masalah dari kasus-kasus yang dibahas. Hal ini disebabkan substansi
materi etika bisnis lebih sering menyangkut kaidah dan norma yang cenderung
abstrak dengan standar acuan tergantung persepsi individu dan institusi dalam
menilai etis atau tidaknya suatu tindakan bisnis. Misalnya, etiskah mengiklankan
sesuatu obat dengan menyembunyikan informasi tentang indikasi pemakaian?
Atau membahas moral hazard pada kasus kebangkrutan perusahaan sekelas Enron
di Amerika Serikat. Keempat, etika bisnis tidak terdapat dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.
Nilai-nilai moral dan etika dalam berperilaku bisnis akan lebih efektif
diajarkan pada saat usia emas (golden age) anak, yaitu usia 4–6 tahun. Karena itu,
pengajarannya harus bersifat tematik. Pada mata pelajaran agama, misalnya, guru
bisa mengajarkan etika bisnis dengan memberi contoh bagaimana Nabi
Muhammad SAW berdagang dengan tidak mengambil keuntungan setinggi langit.
Kelima, orangtua beranggapan bahwa sesuatu yang tidak mungkin mengajarkan
anak di rumah tentang etika bisnis karena mereka bukan pengusaha. Pandangan
sempit ini dilandasi pemahaman bahwa etika bisnis adalah urusan pengusaha.
Padahal, sebenarnya penegakan etika bisnis juga menjadi tanggung jawab kita
sebagai konsumen. Orangtua dapat mengajarkan etika bisnis di lingkungan
keluarga dengan jalan memberi keteladanan pada anak dalam menghargai hak atas
kekayaan intelektual (HaKI), misalnya dengan tidak membelikan mereka VCD,
game software, dan produk bajakan lain dengan alasan yang penting murah.
Keenam, pendidik belum berperan sebagai model panutan dalam pengajaran etika
bisnis. Misalnya masih sering kita mendapati fenomena orangtua siswa memberi
hadiah kepada gurunya pada saat kenaikan kelas dengan alasan sebagai rasa
terima kasih dan ikhlas.
Pada saat kita berperan sebagai konsumen, sebaiknya memahami betul hak
dan kewajiban dalam menghargai karya orang lain. Orangtua harus menjadi model
panutan dengan memberikan contoh baik tentang perilaku berbisnis kepada anak
sehingga kelak mereka akan menjadi pekerja atau pengusaha yang mengerti betul
arti penting etika bisnis. Pemerintah sebagai regulator pasar turut berperan
mengawasi praktik negatif para pelaku ekonomi. Sudah saatnya pemerintah
mempertimbangkan etika bisnis termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Peran aktif para pelaku ekonomi ini pada akhirnya akan menjadikan
dunia bisnis di Tanah Air surga bagi investor asing.
Dalam hal tersebut memang sangat saling terkait, karena dunia bisnis harus
diawali dari dunia pendidikan (formal atau non formal), materi yang tawarkan
atau diberikan oleh bangku pendidikan memang sangat variatif dalam hal
penyampaiannya ada yang monoton dan ada yang mengeksplor materi tersebut.
Tetapi yang jadi pembahasan kita adalah efek apa yang ditimbulkan oleh
pendidikan etika bisnis dan pendidikan dibangku pendidikan formal maupun non
formal. Bahwa pendidikan etika bisnis haruslah perlu dipikirkan oleh pemerintah
dari proses sampai dengan hasil yang diperoleh, dengan sistem tersebut etika
bisnis sudah tentu dikenal oleh anak cucu bangsa sejak dini (dari bangku Sekolah
Dasar sampai dengan Perkuliahan) karena penanaman moral pada anak didik
haruslah dari usia dini.
4.2 Analisis Peluang
1. Peluang terjadinya kasus tersebut bisa terjadi karena kepala sekolah memiliki
kekuasaan atau wewenang untuk melakkukan tindakan yang tidak terpuji
tersebut. Dikarenakan jabatan kepala sekolah itu tertinggi di suatu sekolah
tidak akan ada yang berani menentang aturan yang dibuatnya karena yang
berani menentang maupun mengecam tindakan kepala tersebut bisa dipastikan
penentang akan terancaam dalam pekerjaannya. Keadaan tersebut yang
membuat kepala sekolah tersebut bisa berbuat semena-mena dalam waktu
yang cukup lama.
2. Kendala
Kendala yang ada adalah semakin lama banyaknya korban dari tindakan
semena-mena kepala sekolah menyebabkan banyak korban yang menutut
keadilan dengan melakukan aksi demo untuk melengserkan kepala sekolah
dari jabatannya. Tidak hanya para siswa yang telah menjadi korban tindakan
semena-mena dari kepala sekolah tapi juga banyak para guru yang telah
menjadi korban atas tindakan kepala sekolah tersebut. Atas dukungan dari
berbagai pihak akhirnya para siswa berani untuk melakukan aksi demo untuk
melengserkan kepala sekolah dari jabatannya.

4.3 Tawaran solusi


Tindakan dari kepala sekolahtersebut tidak patutu dilakukan apalagi tindakan
tersebut dilakukan di sekitar sekolah yang notabenenya sekolah menjadi
tempat pendidikan dan para guru dijadikan panutan para muridnya. Solusi
atas tindakan semena-mena kepala sekolah tersebut adalah dengan
memberentikannya dari jabatan kepala sekolah dan memberikan pengarahan
dan dilakukan rehabilitasi atas kelakuannya yang dinilai kurang pantas yang
telah selama ini dilakukan di sekolah terhadap guru dan para muridnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adanya perilaku yang tidak sesuai dengan etika bisnis di Lembaga Pendidikan
disebabkan karena keinginan untuk menjadi unggul dari yang lain, kainginan
untuk diakui masyarakat luas. Hal tersebut mendorong para pelaku untuk
membuat kecurangan dalam menjalankan bisnis.
Peran Pendidikan sangat penting disini untuk membentuk kepribadian dan
karakter peserta didik sehingga mempengaruhi tingkah lakunya di
masayarakat.Hal ini terjadi karena nilai-nilai, keyakinan, norma dan pola pikir
yang telah ditanamkan.
5.2 Saran
Melihat kasus-kasus yang berkaitan dengan etika bisnis di Lembaga
Pendidikan. Maka saran yang diberikan kepada pembaca yaitu lebih memahami
apa itu etika bisnis agar kita tahu apa hal yang harus dilakukan dan apa yang tidak
harus dilakukan dalam berbisnis. Etika bisnis tidak hanya dipelajari untuk orang
yang berkutat pada bisnis, tetapi juga masyarakat harus memahami etika bisnis
agar tidak terjadi kecuarangan maupun hal-hal yang tidak pantas dilakukan di
masyarkat maupun di Lembaga Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. I Cenik Ardhana.2009.Etika Bisnis dan Profesi.Jakarta: Salemba


Empat
Ahmad Husain. 2016 Juli. Dosen PIM Menjadi Ketua Bisnis Pemalsuan Ijazah
Sarjan
a. Kr Jogja.com
Hanungbayu, (2008). “Optimalisasi Penerapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan dengan Menggunakan Metode Value Chain Management”.
/www.hanungbayu.com
N. Nuryesman M, Moral dan Etka Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen,
Mei/ Juni 1996.
Piliang IJ. 2008 September 37. Oreo dan M&M Masuk Daftar Produksi China
Bermelami. DetikNews.
Purba Victor, Hukum Bisnis dalam Kegiatan Bisnis Para Manajer, Manajemen,
1993.
Dunia Bisnis, Warta Ekonomi, No.29. Desember 1994.
Yosephus, L Sunior. 2010. Etika Bisnis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai