Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIK DALAM PEMBELAJARAN


SD
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika
Pembelajaran SD
Dosen Pengampu Muhammad Misbahul Munir, M.Pd.
Kelas 5PGSD A2

Oleh:
NO NAMA NIM
1. Risma Nurhandayani 171330000058
2. Amara Mayang Jelita 171330000064
3. Mahilul Kamil 171330000071
4. Himmatul Aliyah 171330000086
5. Nu Fatimah 171330000096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

1
2020

2
MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIK DALAM PEMBELAJARAN


SD
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika
Pembelajaran SD
Dosen Pengampu Muhammad Misbahul Munir, M.Pd.
Kelas 5PGSD A2

Oleh:
NO NAMA NIM
1. Risma Nurhandayani 171330000058
2. Amara Mayang Jelita 171330000064
3. Mahilul Kamil 171330000071
4. Himmatul Aliyah 171330000086
5. Nu Fatimah 171330000096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

i
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang akan
membahas lebih jauh mengenai Problematika yang dIhadapi
Pendidik dalam Pembelajaran SD. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah Problematika Pembelajaran SD.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad
Misbahul Munir, M.Pd. dosen mata kuliah Problematika
Pembelajran SD sekaligus pembimbing materi. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jepara, 10 Maret
2020

Penyusun

ii
Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Problematika Pembelajaran SD.......................................... 3
B. Problematika Pendidik dalam Pembelajaran SD.................................. 4
..............................................................................................................
C. Tantangan Pendidik pada Abad 21....................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................... 12

B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan
profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam
bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola,
formal, dan sistematis. Dalam UU R.I. Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen pada bab I pasal 1 dinyatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru yang profesional akan tercermin
dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian, baik dalam materi maupun metode.
Di samping keahliannya, sosok guru profesional ditunjukkan
melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya.
Guru profesional hendaknya mampu melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orang
tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Sebagai
pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah
sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam
kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang
dihasilkan dari upaya pendidikan, selalu bermuara pada faktor
guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru
dalam dunia pendidikan. Guru menjadi faktor yang
menentukan mutu pendidikan karena guru berhadapan

1
langsung dengan para peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, guru juga harus
senantiasa meningkatkan keahliannya dan senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga ia mampu menghadapi berbagai tantangan.1
Bagi sebagian guru, menghadapi perubahan yang cepat
dalam pendidikan dapat membawa dampak kecemasan dan
ketakutan. Perubahan dan pembaruan pada umumnya
membawa banyak kecemasan dan ketidaknyamanan. Hal
tersebut itulah yang dapat menjadikan problem yang dihadapi
guru karena harus dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai
dengan perkembangan zamannya baik itu dari metode,
strategi, atau pun yang lainnya.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari problematika pembelajaran SD?
2. Bagaimana problematika dan solusi yang dihadapi pendidik
dalam pembelajaran SD?
3. Apa tantangan yang dihadapi pendidik pada abad 21?

C.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian problematika pembelajaran SD.
2. Mengetahui problematika dan solusi yang dihadapi pendidik
dalam pembelajaran SD.
1
Shabir, M, (2015), Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: (Tugas Dan Tanggung Jawab,
Hak dan Kewajiban, Dan Kompetensi Guru), Auladuna, Vol. 2 No. 2 Desember 2015:
221-232, hlm 222.

2
3. Mengetahui tantangan yang dihadapi pendidik pada abad
21.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Problematika Pembelajaran SD


Istilah problema/problematika berasal dari Bahasa Inggris yaitu
"problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus
Bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan yang
menimbulkan permasalahan. Secara sederhana istilah pembelajaran sebagai
upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai
upaya (efforts) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat juga dikatatan
sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk
membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Dengan kata lain bahwa pembelajaran merupakan upaya
membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan
peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efesien.
Menurut istilah, pembelajaran diartikan oleh beberapa pakar sebagai
berikut; Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi mengartikan Pembelajaran sebagai
suatu aktivitas (proses belajar mengajar) yang sistematis dan sistematik yang
terdiri dari berbagai komponen, antara satu komponen pengajaran dengan
lainnya saling tergantung dan sifatnya tidak parsial, komplementer dan
berkesinambungan. Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Corey menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana

3
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa problematika pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu didapatkannya karena
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena
adanya usaha.

B.Problematika dan Solusi Pendidik dalam Pembelajaran


SD
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat
dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yang berasal
dari diri guru yang bersangkutan dan problem yang berasal
dari dalam diri guru lazim disebut problem internal, sedangkan
yang berasal dari luar disebut problem eksternal.
1. Problem internal
Nana Sudjana mengemukakan bahwa problem internal
yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada
kompetensi profesional yang dimilikinya, baik bidang
kognitif seperti penguasaan bahan/materi, bidang sikap
seperti mencintai profesinya (kompetensi kepribadian) dan
bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai
hasil belajar peserta didik (kompetensi pedagogis) dan lain-
lain.2
a. Menguasai bahan/materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancang
dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang
merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan
2
Sudjana, Nana, (1998), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru,
hlm 41.

4
pembelajaran dari guru kepada peserta didiknya. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,
rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik
dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan
ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah
pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses belajar
mengajardapat terarah dan efektif. Namun hendaknya
dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar disertai
pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif,
dengan memperhatikan segenap hal yang terkandung
dalam makna belajar peserta didik berdasarkan yang
dikemukakan oleh Iskandar Agung.3
b. Mencintai profesi keguruan
Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki
oleh guru dan adanya keinginan kuat untuk menjadi
seorang guru yang baik, persoalan profesi guru di
sekolah terus menarik untuk dibicarakan, didiskusikan,
dan menuntut untuk dipecahkan, karena masih banyak
guru yang punya anggapan bahwa mengajar hanyalah
pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan faktor
dominan dalam pendidikan formal pada umumnya
karena bagi peserta didik, guru sering dijadikan teladan
dan tokoh panutan. Untuk itu guru seyogyanya memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai dalam
mengembangkan peserta didik secara utuh. Peran guru
adalah perilaku yang diharapkan (expected behavior)
oleh masyarakat dari seseorang karena status yang
disandangnya. Status yang tinggi membuat seorang

3
Agung, Iskandar, (2010), Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru, Jakarta:
Bestari Buana Murni, hlm 54.

5
guru mengharuskan tampilnya perilaku yang terhormat
dari penyandangnya.
c. Menilai hasil belajar siswa
Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui
tingkat kemajuan yang telah dicapai peserta didik saja,
melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat
pengetahuan peserta didik yang telah dicapai. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah evaluasi adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh
mana kerberhasilan peserta didik dalam belajar dan
keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai
instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes
tertulis dan tes lisan.4

2. Problem eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar
diri guru itu sendiri. Menurut Nana Sudjana mengemukakan
bahwa kualitas pengajaran juga ditentukan oleh
karakteristik kelas dan karakteristik sekolah.
a. Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana
belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.
b. Karakteristik sekolah yang dimaksud misalnya disiplin
sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah memberikan
perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.5

4
Djamarah, Syaiful Bahri, (2005), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
hlm 20.
5
Wibowo, Catur Hari, (2015), Problematika Profesi Guru dan Solusinya bagi
Peningkatan Kualitas Pendidikan di MTs. Negeri Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri,
Surakarta: Pascasarjana Institut Agama Islam Kabupaten Wonogiri, hlm 19.

6
Dan serta upaya-upaya sebagai solusi dalam mengahadapi
problematika guru untuk mengatasi problematika pendidikan yang
berkaitan dengan profesionalisme guru dalam pembelajaran di sekolah
dasar diperlukan kerja sama antara dunia pendidikan dengan instansi-
instansi lain, mengintegrasikan seluruh sumber informasi yang ada di
masyarakat ke dalam kegiatan belajar mengajar, penanaman tanggung
jawab yang tinggi terhadap tugas yang diembannya dan pembudayaan
akhlaqul karimah dalam setiap perbuatan kesehariannya serta diperlukan
kerja sama dari berbagai pihak, utamanya pemimpin lembaga pendidikan
dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
Guru dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan
berfungsi sebagai mediator dalam penyampaian materi-materi yang
diajarkan kepada peserta didik, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh
peserta didik dalam kehidupan nyatanya, baik di dalam sekolah maupun di
luar sekolah. Dalam proses pembelajaran ini, untuk menjadi guru yang
profesional, hendaknya guru memiliki dua kategori, yaitu capability dan
loyality, artinya guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu
yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang
baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki
loyalitas keguruan, yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak
semata-mata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas.
Kedua, dalam diri guru harus ditanamkan sikap tanggung jawab
yang tinggi terhadap tugas yang diembannya dan guru harus memiliki
sikap-sikap sebagai manusia yang berfikir rasional (multi dimentional),
bersikap dinamis, kreatif, inovatif, beroientasi pada produktivitas,
profesional, berwawasan luas, berpikir jauh ke depan, menghargai waktu
dan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis teknologi dan
informasi (TI).
Ketiga, dalam rangka penyiapan profesionalisme guru yang
mampu mengangkat kompetensi guru diperlukan kerja sama dari berbagai

7
pihak, utamanya pemimpin lembaga pendidikan sebagai pembuat
kebijakan di sekolah. Dalam hal ini, pemimpin lembaga pendidikan
hendaknya memiliki pandangan ke depan (visioner) terhadap lembaga
pendidikan yang dipimpinnya, sehingga ia akan termotivasi untuk selalu
meningkatkan kinerja stafnya (termasuk guru) menuju kepada
profesionalitas yang tinggi dalam rangka menyiapkan mutu lulusannya.
Keempat, di samping itu untuk meningkatkan profesionalisme
guru, pemimpin hendaknya memiliki strategi yang efektif dan efisien
dalam mewujudkan guru yang profesional tersebut, sehingga visi, misi dan
target pendidikan yang berlangsung dalam lembaga yang dipimpinnya
dapat tercapai, apakah dengan memberikan reward berupa peluang guru
untuk studi belajar ke jenjang yang lebih tinggi, supervisi secara berkala,
membuka kesempatan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan
(diklat), penataran-penataran/MGMP, pelatihan tentang jurnalistik untuk
memberi wawasan kepada guru untuk bisa menulis karya ilmiah dan
dalam jangka panjang akan mengadakan studi banding untuk membangun
keterampilan guru dalam KBM.

C.Tantangan Pendidik Abad 21


Keterampilan abad 21 diterjemahkan sebagai keterampilan yang
dibutuhkan untuk survive dalam menghadapi segala tantangan masyarakat
global abad ke 21. Keterampilan ini berimplikasi pada proses pendidikan yang
tidak hanya memfokuskan diri pada pembelajaran konvensional yang bersifat
kognitif, seperti membaca dan berhitung. Akan tetapi, pendidikan diarahkan
pada isu-isu kontemporer seperti kesadaran global, ekonomi serta kepedulian
terhadap lingkungan. Melalui keterampilan abad 21 ini, diharapkan peserta
didik mampu mempraktekan pengetahuannya, untuk memahami dan
memberikan solusi pada tantangan di dunia nyata. Keterampilan tersebut
diantaranya; berfikir kritis dan pemecahan masalah, kreatif dan inovatif.
Berdasarkan hal tersebut, guru menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan

8
proses pembelajaran. Guru hendaknya mampu memberikan pengetahuan,
sikap, perilaku serta keterampilan melalui strategi dan pola pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan abad 21.
Hosnan menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran dan
keterampilan abad 21, yang senada dengan paradigma perkembangan
kurikulum 2013 utamanya melalui pendekatan saintifik dan kontekstual,
peserta didik diharapkan memiliki kompetensi seimbang antara attitude
(sikap), skill (keterampilan), dan knowledge (pengetahuan) yang jauh lebih
baik dari sebelumnya, disamping itu hasil belajarpun diharapkan melahirkan
peserta didik yang produktif, kreatif dan afektif melalui penguatan ranah sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.6 Tentu saja untuk menyikapi
hal tersebut, bukan tanpa tantangan bagi guru dalam mengimplementasikanya.
Abidin menjelaskan, minimal ada tujuh tantangan besar bagi guru, dalam
mengimplementasikan pembelajaran dalam konteks keterampilan abad 21.
Tantangan yang dihadapi guru pada abad 21 adalah sebagai berikut.

1. Kontruksi makna
Guru harus memfasilitasi peserta didik, agar mampu mengkonstruksi
makna. Hal ini berarti konsep pembelajaran berbasis guru harus
ditinggalkan. Guru harus mampu menyelenggarakan pendidikan dengan
beroirientasi pada aktivitas peserta didik atau students center, dalam
menemukan dan menetapkan makna secara mandiri. Sehingga proses
pembelajaran, akan mampu membentuk kemampuan berfikir tinggi pada
diri peserta didik. Pandangan ini sejalan dengan perpektif konstruktivisme
yang beranggapan bahwa; pengetahuan bersifat agar personal, sehingga
maknanya dapat dikontruksikan oleh peserta didik melalui pengalaman.
Oleh sebab itu, belajar harus dimaknai sebagai kegiatan sosial dan kultural
tempat peserta didik mengkonstruksi makna yang dipengaruhi oleh

6
Hosnan, (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21,
Bogor: Ghalia Indonesia, hlm 2.

9
interaksi antara pengetahuan sebelumnya dan peristiwa yang baru terjadi.
Belajar seharusnya difokuskan bukan pada bagaimana individu berusaha
memahami sebuah fenomena, akan tetapi juga pada peran sosial peserta
didik dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran aktif
Guru harus melaksanakan pembelajaran dengan menetapkan model
pembelajaran aktif, berbasis proses saintifik sebagai model pembelajaran
utama yang digunakan. Dalam perspektif ini, belajar dianggap bukan
sebagai peserta didik secara pasif menerima informasi dari guru.
Melainkan peserta didik yang terlibat aktif di dalam pengalaman yang
relevan dan memiliki kesempatan untuk meneliti, bertanya dan berkarya,
sehingga makna dapat berkembang dan dikonstruksikan. Belajar
berlangsung bukan di dalam kelas-kelas yang pasif tetapi di dalam
komunitas, yang ditandai oleh partisipasi dan keterlibataan yang tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran yang dilaksanakan
membutuhkan perubahan drastis pada perilaku guru. Dalam hal ini, guru
harus benar-benar menguasi dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran aktif.

3. Akuntabilitas
Guru harus memiliki akuntabilitas yang jelas. Maksud hal tersebut
bahwa seorang guru haruslah benar-benar orang yang memiliki kapabilitas
di bidangnya. Tingkat kapabilitas ini, sangat banyak dinyatakan dalam
bentuk kepemilikian sertifikat profesi sebagai seorang guru. Dimasa yang
akan datang, bukti kapabilitas guru tidak akan sebatas dimilikinya
setifikasi guru, melainkan unjuk kerja langsung pengetahuan dan
kemampuan mereka tentang pedagogik, kompetensi profesionalisme
konten mata pelajaran yang akan diajarkan, serta kemampuan
melaksanakan pembelajaran.
4. Penggunaan teknologi

10
Guru mendatang akan keharusan menguasai tekhnologi. Sejalan
dengan perkembangan iptek yang semakin pesat, saat ini komputerisasi
dan jaringan internet telah menjadi bagian dari media pembelajaran yang
penting. Perubahan paradigma masyarakat dari agraris menuju masyarakat
industri, memang mengharuskan penerapan teknologi pendidikan dalam
proses pembelajaran. Kenyataan ini akan berdampak pada keharusan guru
terampil menguasai teknologi pembelajaran, sehingga akan mampu
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian, dimasa yang akan datang, seleksi guru
pastilah akan memprasyaratkan kemampuan penggunaan teknologi ini,
sehingga guru dan atau calon guru yang belum “melek” teknologi lama
kelamaan akan terpinggirkan dari tuntutan lapangan profesinya.
5. Peningkatan kompetensi
Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik. Kompetensi dalam hal ini adalah kompetensi
yang sesungguhnya mengedepankan hanya pada pengetahuan tingkat
hafalan saja. Akan tetapi kompetensi yang mengharuskan guru mengenali
betul karakteristik peserta didik, sehingga ia tidak hanya mengembangkan
IQ peserta didik sebagai indikator tunggal kemampuan peserta didik,
melainkan jauh lebih penting meningkatkan kreativitas peserta didik dalam
lingkup kompetensi yang lebih komprehensif atau dengan konsep yang
lebih popular biasa disebut kecerdasan majemuk “multiple intelegent”.
6. Kepastian pilihan
Guru di masa depan adalah keharusanya menentukan kepastian
pilihan. Maksudnya adalah semakin besar perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan dan kualitas guru, maka akan semakin tinggi pula tuntutan
terhadap guru profesional. Berkaitan dengan hal tersebut, hanya guru yang
benar-benar berkualitaslah yang jelas memiliki pilihan untuk bertahan
sesuai dengan menjadikan guru sebagai profesinya. Sedangkan sebaliknya,
guru yang kurang berkualitas atau kurang berkompeten akan terombang-
ambing dalam ketidakpastian dan selalu risau menghadapi tantangan

11
sekaligus tuntutan yang dipersyaratkan terhadap guru sebagai pendidik
professional.
7. Masyarakat multikultur
Guru harus mampu mengajar dalam situasi masyarakat yang
multikultural. Saat ini saja di Indonesia telah memiliki berbagai macam
budaya sehingga peserta didik pun semakin heterogen, dampaknya muncul
keluhan dari guru yang mengalami kesulitan ketika mengajar.7

7
Abidin, (2014), Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013,
Bandung: Refika Aditama, hlm 27-29.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Problematika pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat
peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik yang belajar, dimana perubahan itu didapatkannya karena kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
Dan problematika guru ada dua faktor yaitu faktor internal (lemahnya sentuhan
pedagogik,metode, serta kurangnya keselarasan kompetensi guru pada
umumnya), dan faktor ekternal yang berasal dari luar lingkungan seperti
fasilitas yang kurang memadai dan sebagainya.
Berkaitan dengan tantangan yang dihadapi pada abad 21 antara lain
meliputi kontruksi makna, pembelajaran aktif, akuntabilitas, penggunaan
teknologi, peningkatan kompetensi, kepastian pilihan dan masyarakat
multikultur. Sehingga para guru (pendidik) harus bisa mempersiapkan mulai
dari sekarang serta memahami hal-hal tersebut supaya siap dalam menghadapi
tantangan yang akan terjadi nantinya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam
penulisan dan penyusunan kalimat, kami mohon maaf. Untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami semua. Amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: Refika Aditama.

Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru.


Jakarta: Bestari Buana Murni.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Hosnan . 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar


Baru.

Shabir, M. 2015. Kedudukan Guru sebagai Pendidik (Tugas dan Tanggung


Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru). Auladuna, Vol. 2
Desember 2015: 221-232, hlm 222.

Wibowo, Catur Hari. 2015. Problematika Profesi Guru Dan Solusinya Bagi
Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Mts. Negeri Nguntoronadi Kabupaten
Wonogiri. Surakarta: Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri . hlm 19.

14
15

Anda mungkin juga menyukai