PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini
dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang
terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit membuat asuhan pasien
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
(Permemenkes, 2011).
jatuh pada saat mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Pasien di sini dapat
sebagai pesien rawat jalan, maupun sebagai pasien rawat inap (Sanjoto,
1
meningkatkan mutu pelayanan tersebut salah satu yang harus diperhatikan
oleh pihak rumah sakit adalah sistem keselamatan pasien (Patient Safety).
Dalam hal ini rumah sakit di haruskan untuk lebih meningkatkan patient
atau bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis ataupun Non Medis.sistem
hasil penelitian besar di Utah dan Colorado yang menemukan kasus KTD
tentang medical Eror secara pasti belum ada. Namun, pada data laporan
insiden keselamtan tahun 2010, sebanyak 46,1% dari 105 kasus terjadi di unit
2
keperawatan di rumah sakit. Infeksi nasokomial erat kaitannya dengan patient
(Geriwandi, 2015)
bahwa kejadian infeksi nasokomial pada trimester III tahun 2009 sebesar
4,4%. Untuk jenis infeksi nasokomial yang banyak di derita adalah jenis
plebitis sebesar 5,20% pada bulan Januari – Juni di tanhun 2009. Infeksi
Di RSUD Lakipadada Tana Toraja Data yang diperoleh dari Komite PPI,
jumlah KTD seperti Infeksi Nasokomial pada bulan januari 4,33 %, Februari
1,843%, maret 3,286 %, April 1,35%, dan Mei 1,66%. Jadi jumlah total
Untuk jenis Infeksi Nasokomial yang banyak di derita adalah jenis plebitis.
Sedangkan untuk untuk jenis KTD yang lain belum ada pencatatan medikal
Hal ini mungkin di sebabkan oleh karena belum matangnya sistem penerapan
program patient safety. Oleh karena itu perlu program untuk memperbaiki
3
proses pelayanan yang komprehensif. KTD dapat dan mungkin terjadi karena
penenganan pelayanan, waktu tunggu yang lama, pemberian obat yang harus
diberikan. Setiap proses tersebut dapat terjadi eror. Belum lagi di tambah
yang tinggi dan lingkungan kerja yang penuh dengan stress dan mendebarkan
organisasi yang sangat kompleks yang di dalamnya sangat padat modal, padat
tekhnologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, dan padat mutu serta
Eevent) akan sering terjadi dan akan berakibat terjadinya injuri atau kematian
pasien. Oleh karena itu perawat harus menyadari perannya sehingga harus
rumah sakit pemerintah yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan di Tana
4
Toraja. Dengan visi terwujudnya pelayanan bermutu dan terjangkau, RSUD
keperawatan kepada pasien secara aman yang merujuk pada Patien Safety
melaksanakan prosedur Patient Safety dan juga perawat yang kurang patuh
dalam melaksanakan patien safety (Ngalgola, 2012). Oleh karena itu tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap
sakit umum daerah lakipadada tana toraja, serta untuk mengetahui sikap
B. Rumusan Masalah
dari penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap
Toraja?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
5
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
2. Secara Praktis
c. Bagi Institusi
penelitian-penelitian selanjutnya.
6
d. Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu atau teori pada waktu kuliah yang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Tingkatan pengetahuan
berikut :
a. Tahu (Know)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
8
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (analyssis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
a. Pengalaman
9
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
b. Tingkat pendidikan
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
10
banyak objek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan
c. Keyakinan
d. Fasilitas
e. Penghasilan
f. Sosial budaya
11
Majunya tekhnologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
h. Ligkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya infeksi timbal balik ataupun tidak
i. Usia.
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
demi suksenya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
12
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
menambah pengetahuannya.
oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak disadari
rumah sakit yang disebut dengan National Patient Safety Goals for Hospital
13
(identifikasi pasien dengan benar), improve staff communication
(Arumaningrum, 2014).
(Tomey, 2006). Namun ada aspek yang juga berpengaruh terhadap mutu
pelayan di rumah sakit. Dan seharusnya menjadi perhatian besar bagi pihak
pelayanan yang berkualitas tetapi juga suatu juga kondisi yang meyakinkan
mereka bahwa pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang aman dan
14
Akhirnya pengetahuan yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya
akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan
(Notoatmodjo, 2010).
karena jika pengetahuan perawat tentang patient safety kurang maka jelas
akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak di sadari oleh pengetahuan.
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
(Notoatmodjo, 2009).
15
Sp
N= x 100 %
Sm
16
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
1. Definisi
selalu menyertakan unsur sikap baik setiap individu atau kelompok sebagai
tingkah laku.
pelaksana motif tertentu. Sikap belum tentu suatu tindakan atau aktivitas,
tingkah laku yang terbuka. Lebi dapat dijelaskan lagi bahwa sikap
17
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2009). Sedangkan menurut
interpretasi suatu objek tertentu, baik berupa orang, lembaga atau persoalan
2. Unsur-unsur sikap
c. Tanpa adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau adanya
3. Struktur Sikap
18
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senag adalah hal yang
negatif.
secara tidak langsung. Sikap bisa muncul sebelum perilaku tetapi bisa
atau perasaan seseorang terhadap suatu objek tertentu, maka akan dapat
kecenderungan berperilaku.
4. Bentuk Sikap
19
a. Sikap positif
b. Sikap Negatif.
pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang
5. Ciri-Ciri Sikap
bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa yang terjadi, serta
terhadap objek, baik berupa orang, lembaga atau persoalan tertentu. Adapun
a. Attitude ini bukan dibawa orang sejak ia lahir melainkan dibentuk atau
objeknya.
20
d. Objek attitude kumpulan dari hal-hal tertentu.
6. Fungsi Sikap
Ada empat fungsi sikap menurut Katz dalam Geriwandi (2015:12), yaitu :
d. Fungsi pengetahuan
berikut :
21
c. Fungsi pernyataan Nilai, menunjukkan keinginan individu untuk
mengorganisasikan pengalamannya.
baik ataupun buruk, serta merupakan alat pengatur tingkah laku dan
seseorang.
7. Perubahan sikap
(2009), sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu :
22
a. Adopsi
b. Diferensiasi
c. Integrasi
d. Trauma
Menurut Kelman dalam Azwar S (2012) ada tiga proses yang berperan
a. Kesedihan (Compliance)
b. Identifikasi(Identification)
c. Internalisasi(Internalaization)
adalah derajat efek positid atau negatif yang dikaitkan dengan suatu objek
psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang
terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan
mempunyai sikap dan periaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatn, yaitu
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, yaitu sikap dan
23
Seseorang mempunyai sikap aktif selalu berusaha untuk hidup dengan
lebih baik, akan tetapi seseorang yang sikapnya apatis akan menerima apa
adanya dan tidak mempunyai pilihan dan pertimbangan, sikap seperti itu
tidak langsung. Sikap bisa muncul sebelum perilaku tetapi bisa juga
Safety, dimana semakin baik sikap perawat tersebut maka dalam tindakan
summated ratings. Skala ini merupakan tekhnik self report bagi pengukuran
24
Skala likert adalah salah satu tekhnik pengukuran sikap yang paling
pernyataan.
Sp Keterangan :
N= x 100 %
Sm
N = Nilai pengetahuan
Sm = Skor tertinggi
maksimum
dimana rumah sakit membut asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
25
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
seharusnya diambil.
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera
adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
26
Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
Dari beberapa definisi dari diatas dapat di simpulkan secara garis besar
keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem rumah sakit yang
pasien.
KTD
27
4. Sistem keselamatan pasien di rumah sakit
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada
a. Hak pasien
pasien.
28
Adapun uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
a. Hak pasien
Standar :
Kriteria :
pelayanan
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
kemungkinan KTD
Standar :
Kriteria :
pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme
29
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
Standar :
pelayanan.
Kriteria :
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
30
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
dan efektif.
Standar :
Kriteria :
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit kebutuhan
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien
Rumah Sakit”.
31
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
Standar :
Sakit”.
mengurangi insiden.
32
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
Kriteria :
pasien.
event).
keselamatan pasien.
kepentingan analisis.
diaksanakan.
33
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
tersebut.
dan implementasinya.
Standar :
34
Kriteria :
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
pasien.
Standar :
Kriteria :
35
6. Langkah penerapan patient safety (Depkes RI, 2006)
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
Langkah penerapan:
di rumah sakit.
36
d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
2) Bagi Unit/Tim :
insiden
Pasien
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya.
37
2) Untuk Unit/Tim :
penerapan:
risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
c) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
2) Untuk Unit/Tim :
38
b)Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
2) Untuk Unit/Tim :
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
penting.
penerapan :
39
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
2) Untuk Unit/Tim :
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
penyebab
40
b) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
analisis lain, yang harus mencakup semua insiden yang telah terjadi
dan minimum satu kali per tahun untuk proses risiko tinggi.
2) Untuk Unit/Tim :
a) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pasien.
41
e) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
2) Untuk Unit/Tim :
pastikan pelaksanaannya.
a) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
lnfeksi nosokomial.
42
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan patient safety
a. Kepemimpinan
efektif.
b. Individu
43
dapat mengadakan pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
c. Budaya
d. Infrastruktur
44
e. Lingkungan
keselamatan pelayanan.
45
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
yang komprehensif.
operasional.
dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
biaya pengobatan.
46
h. Pasal 32q UU No.44/2009 tentang rumah sakit
i. Pasal 43 UU No.44/2009
pasien.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan menteri.
47
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system
tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
2008)
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel independen
dependen.
2. Variabel dependen
atau independen.
49
C. Alur Penelitian
kesimpulan
50
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional
51
Merupakan reaksi atau respon perawat untuk Positif : Jika skor Kusioner Ordinal
Sikap Perawat langsung yang mempunyai maksud mendukung jawaban < 63%.
pelaksanaan Patien Safety.
52
E. LOKASI DAN WAKTU
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
Yang dimaksud dengan Populasi atau juga dengan istilah Universe atau
(Amron & Munif, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua
2. Sampel
Sampel disini diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi obyek
penelitian (Amron & Munif, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya
53
sampel dan representatif (Margono, 2009). Oleh karena itu jumlah
populasi yang diteliti pada penelitian ini sedikit, maka peneliti menjadikan
sampling), yaitu responden yang diambil adalah yang bersedia ikut serta
kerangka konsep yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan adalah dengan
pada tiap jawaban, dimana skor jawaban = 2 dan salah = 1, dengan kriteria
objektif baik jika skor jawaban ≥ 75% dan kurang jika skor jawaban <
75%.
54
dengan bentuk pernyataan ada dua yaitu dengan pernyataan positife dan
negatife. Dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) di mana nilai dari setiap jawaban
adalah jika pernyaan positif maka perhitungan skor mulai dari Sangat
kebalikan dari pernyataan positif. Dengan kriteria objektif positif jika skor
skala ordinal yang terdiri dari 12 item pernyataan. Dengan pemberian skor
kriteria objektif baik jika skor jawaban ≥ 75%, dan kurang jika skor
I. Pengelolaan Data
55
Pengolahan data sering disebut juga dengan kegiatan proses
penelitian, masih merupakan data kasar atau data dasar (raw data).
Pengelolaan data digunakan agar data kasar atau data dasar tersebut dapat
pertanyaan, kartu, buku register dan lain-lain (Amron & Munif 2010).
Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data
56
tahap ini adalah mengubah informasi dengan menggunakan kunci
3. Tabulating (tabulasi)
kusioner.
J. Analisa Data
a. Analisa Univarat
Tekhnik ini dilakukan terhadap setiap variabel hasil dari penelitian, hasil
analisis univarat ini dapat diketahui apakah konsep yang kita ukur tersebut
sudah siap untuk dianalisis serta dapat dilihat gambaran secara rinci.
Untuk kemudian disiapkan kembali ukuran dan bentuk konsep yang akan
57
b. Analisis Bivarat
Model analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antar
yaitu :
K. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu sistem yang harus dipatuhi oleh peneliti saat
dari penelitian tersebut dan resiko yang didapatkan (Polit & Beck, 2012).
58
berdasarkan pada prinsip etik respect for autonomy. Prinsip ini
responden.
59