Anda di halaman 1dari 4

Agung Darmawan

1182040004

Pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu
menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi, berkomunikasi dan
berkolaborasi. Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan. Selain pemilihan metode
pembelajaran yang tepat, media dan sumber belajar juga tidak kalah pentingnya berperan dalam
pencapaian proses belajar mengajar yang efektif.

1. Psikologis

Penggunaan media dalam proses pembelajaran di sekolah berhubungan dengan tingkatan


perkembangan psikologis serta tarap kemampuan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dan
disesuaikan dengan minat serta bakat siswa yang dapat membangkitkan motivasi siswa terhadap
belajar. Dalam melakukan pembelajaran, setiap guru hendaknya memiliki media pembelajaran. Media
pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan
masuknya berbagai teori dan teknologi, media pembelajaran terus mengalami dan tampil dalam
berbagai jenis.

Saya ambil contoh yaitu dalam pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Penggunaan media dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA mampu membuat peserta didik lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, dan aktivitas lainnya seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan sebagainya.Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas bertujuan
melatih peserta didik untuk mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam hal ini
adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris di SMA diarahkan
untuk mengembangkan keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis sehingga lulusan
mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris. Terdapat berbagai jenis teks yang harus
dikuasai siswa SMA dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, antara lain: Procedure, Recounts, Hortatory
Exposition, Analytical Exposition, Report, Spoof dan Narrative. Selain pengeuasaan genre (jenis teks),
siswa di Sekolah Menengah Atas juga dituntut untuk meguasai materi Kompetensi linguistik
(kebahasaan) yang diwujudkan dalam kemampuan menerapkan dan memahami unsur-unsur
tatabahasa, kosakata, Kompetensi sosiokultural, yakni menyatakan pesan dengan benar dan berterima
menurut konteks sosial budaya yang terkait dengan kegiatan komunikasi.

2. Sosiologis

Dalam menggunakan media, guru perlu mempertimbangkan latar belakang sosial anak didik dalam
sekolah. Sebab jika media yang digunakan tidak sesuai latar belakang sosial anak didik maka materi
pelajaran atau pesan yang dikirim tentunya tidak bisa tersampaikan secara optimal. Bahkan
pembelajaran akan menjadi biasa karena media yang digunakan guru tidak sesuai dengan kondisi sosial
anak didik.

Misalnya, seorang guru yang mengajar disekolah yang rata-rata siswanya berasal dari keluarga dengan
latar belakang sosial kurang maju secara teknologi. Mereka belum pernah melihat tampilan slide
berbaris komputer, lalu sang guru menyampaikan materi dengan menggunakan CD dan disiasi dengan
berbagai animasi gambar, maka siswa akan lebih memperhatikan kecanggihan media dan animasi yang
ditampilkan. Sementara itu, materi pelajarannya tidak diperhatikan sehingga pembelajaran menjadi bias
karena media yang dipilih tidak sesuai kondisi sosial anak didik. Begitu sebaliknya, guru yang mengajar
disekolah yang anak didiknya berasal dari keluarga yang kondisi sosialnya lebih maju dan sehari-hari
telah berinteraksi dengan komputer serta jenis media berbasis komputer lainnya. Maka saat guru
memilih media yang tradisional siswa akan makin menurun motivasi belajarnya dan tidak fokus pada
materi yang disampaikan guru. Padahal diantara fungsi dan manfaat media pembelajaran adalah untuk
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran.

Untuk itu, landasan sosiologis perlu dipertimbangkan guru dalam memilih dan menggunakan media
pembelajaran guru perlu menganalisis latar belakang sosial anak didik dalam menggunakan media
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi kesesuaian media dengan kondisi sosial
anak didik.

3. Teknologi

Pengajaran Bahasa Inggris telah berlangsung selama bertahun-tahun dan signifikansinya terus
tumbuh serta didorong sebagian oleh pengaruh Internet. Penelitian Eaton (2010:35) menunjukkan
bahwa pada tahun 2000 ada sekitar satu miliar pelajar bahasa Inggris, tetapi satu dekade kemudian
jumlahnya meningkat dua kali lipat. Data ini menunjukkan lonjakan dalam pembelajaran bahasa
Inggris, yang telah mencapai puncaknya pada tahun 2010. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa
lebih dari 80% informasi yang disimpan di internet menggunakan bahasa Inggris. Dengan
perkembangan pesat sains dan teknologi, munculnya teknologi multimedia dan aplikasinya untuk
mengajar, menampilkan audio, visual, serta efek animasi membawa warna tersendiri dalam
pengajaran bahasa Inggris dan menetapkan platform yang menguntungkan untuk reformasi dan
eksplorasi pada model pengajaran bahasa Inggris di era baru. Terbukti bahwa teknologi multimedia
memainkan peran positif dalam mempromosikan aktivitas dan inisiatif siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris di kelas. Dockstader (2008:76) menyatakan bahwa inovasi teknologi
telah berjalan dengan baik dengan pertumbuhan bahasa Inggris n mengubah cara siswa
berkomunikasi. Adalah wajar untuk menyatakan bahwa pertumbuhan internet telah memfasilitasi
pertumbuhan bahasa Inggris dan hal ini terjadi pada saat komputer tidak lagi menjadi domain
eksklusif dari beberapa orang yang berdedikasi, tetapi lebih tersedia untuk banyak orang. Larsen-
Freeman (2011:34) menegaskan bahwa dengan ini telah terjadi proliferasi literatur yang sangat
signifikan mengenai penggunaan teknologi dalam pengajaran bahasa Inggris. Sebagian besar
penelitian ilmiah terpublikasi pada Jurnal dengan tegas menerima teknologi sebagai bagian paling
penting dalam mengajar. Artinya, ada kecenderungan untuk menekankan proses pembelajaran pada
peran teknologi yang tak terelakkan dalam pedagogi. Dan sebagai hasilnya jika kita mengabaikan
perkembangan teknologi, maka ketertinggalan kita akan terus berlanjut dan akan sulit untuk dapat
terkejar, terlepas dari segala disiplin atau cabang ilmu yang dipelajari. Untuk alasan ini, penting bagi
guru bahasa Inggris untuk memahami dan menguasai teknologi terbaru dan terbaik dan memiliki
pengetahuan penuh tentang apa yang tersedia dalam situasi tertentu. Guru dapat menggunakan
teknologi multimedia untuk memberikan ceramah yang lebih berwarna dan menstimulasi.

4. Filosofis

Bahasa sebagai alat komunikasi atau sebagai sistem semiotik sosial yang dikembangkan oleh
Haliday (1985). Pandangan ini lebih dikenal dengan nama Systemic Functional Linguistics (SFL).
Menurut pandangan SFL, bahasa pada tingkat internal terdiri atas 3 strata yaitu semantik (makna),
tatabahasa (bentuk) dan fonologi/grafologi (ekspresi). Sedangkan pada tingkat ekternal
(ekstralinguistik), bahasa sebagai semiotik sosial berhubungan erat dengan konteks situasi, konteks
budaya dan konteks ideologi (Haliday, 1985, 1995) penggunaan bahasa (pembangunan suatu teks
tulis/lisan), berdasarkan pandangan ini, sangat ditentukan oleh konteks budaya dan konteks situasi.
Dalam konteks apapun, dalam menggunakan bahasa seseorang melakukan tiga fungsi (three meta
functions), yaitu: (a) Fungsi gagasan (ideational function) – fungsi bahasa untuk mengemukakan
atau mengkonstruksi gagasan atau informasi; (b) Fungsi interpersonal (interpersonal function) ---
fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan sesama manusia yang mengungkapkan tingkat tutur (speech
act) yang dilakukan, sikap, perasaan, dan sebagainya; dan (c) Fungsi tekstual (textual function) ---
fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang diciptakan ditata sehingga tercapai kohesi
dan koherensi untuk memudahkan orang membaca/mendengarnya. Dengan demikian, pengembangan
program pengajaran bahasa Inggris siswa harus diarahkan pada kemampuan untuk mengungkapkan
nuansa-nuansa makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual.

5. Historis

Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran
visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923.Yang dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi
pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman
visual yang nyata kepada siswa.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual instruction” atau “audio visual
education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio
visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini adalah
digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman siswa
melalui mata dan telinga. Pemanfaat-an konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut
Pengalaman” dari Edgar Dale.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio visual communication”
pada tahun 1950-an.
Dengan diterapkannya konsep komunikasi dalam pembelajaran, penekanan tidak lagi diletakkan pada
benda atau bahan yang berupa bahan audio visual untuk pembelajaran, tetapi dipusatkan pada
keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, materi atau bahan) kepada
penerima (peserta didik). Berlaku juga ketika kita belajar bahasa Inggris media yang dijelaskan diatas
menjadi sejarah dalam perkembangan pembelajaran bahasa Inggris.

6. Religius

Dalam landasan ini setiap agama memiliki aturan masing masing, tetapi dalam hal pembelajaran
perkembangan Zaman semua sepakat untuk belajar menjadi lebih pintar karena agama tanpa ilmu itu
tidak akan berjalan dengan baik, Lalu media yg yang digunakan hampir sama dengan media yang telah
digunakan tetapi dalam point biasanya diimplementasikan kepada sikap dan kita bisa ambil dengan
hikmah dari semua itu.

Anda mungkin juga menyukai