Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN PPDH KERUMAHSAKITAN

ANIMAL CLINIC JAKARTA

Visi Nur Sa’diah Rukanda (B94174347)


Kelompok G
Periode Kegiatan 31 Desember 2018 – 12 Januari 2019
Angkatan PPDH Gelombang III Tahun 2017/2018

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
Hipotiroidisme disertai Malasseziasis pada Anjing Winter
Oleh: Visi Nur Sa’diah Rukanda, SKH

Anamnesa
Anjing Winter dibawa ke klinik pada tanggal 31 Oktober 2018 dengan
keadaan kurus sekali, tidak mau makan, telingan kotor sekali pada bagian kiri dan
kanan, kulit berkerak seluruh badan dan terdapat alopecia seluruh bagian ventral.
Hewan sebelumnya sudah datang ke klinik dan sudah meminum obat yang
sebelumnya diresepkan dokter. Kulit berkerak pada seluruh tubuh mengalami
hiperkeratosis, bagian ventral dari mulai leher hingga pergelangan alopecia (Gambar
1). Mulut dan rongga mulut, serta limfoglandula tidak ada kelainan. Thoraks,
abdomen, serta ekstremitas juga tidak ditemukan ada kelainan.

Gambar 1. Keadaan kulit winter yang pruritus, alopecia, dan hiperketatosis pada
ventral tubuh

Sinyalemen
Nama : Winter
Jenis Hewan : Anjing
Ras : West Highland White Terrier
Warna Rambut : Putih
Jenis Kelamin : Betina
Umur : 8 tahun
Bobot Badan : 4.5 Kg

Pemeriksaan Fisik
Perawatan : Baik
Habitus : Tulang punggung lurus
Tingkah laku : Lemas, murung
Gizi : Cukup
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Tegak pada 4 kaki
Suhu rektal : 38.9o C
Frekuensi napas : 24 kali/menit
Frekuensi jantung :120 kali/menit
Adaptasi lingkungan : Baik
Kulit dan Rambut
Aspek rambut : Kusam, kasar
Kebotakan : alopcia bagian ventral badan, kaki, dan leher
Turgor kulit : < 2 detik
Permukaan kulit : Berkerak, kemerahan.

Kepala dan Leher


Inspeksi
Ekspresi wajah : Baik
Pertulangan kepala : Tegas, simetris
Posisi kepala : Di atas tulang punggung
Posisi tegak telinga : Kedua telinga tegak ke samping

Mata dan Orbita Mata (Kiri dan Kanan)


Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Mengarah ke luar
Konjungtiva : Pucat, mengkilat, bersih
Membrana nictitan : Tersembunyi

Bola Mata (Kiri dan Kanan)


Sclera : Berwarna putih
Kornea : Jernih, terang tembus
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Merata
Pupil : Tidak ada kelainan
Reflek pupil : Terdapat refleks
Vasa injectio : Tidak ada

Hidung dan Sinus-Sinus


Cermin hidung : Basah
Bentuk : Simetris
Sinus : Nyaring
Lubang hidung : Tidak ada leleran (bersih)

Mulut dan Rongga Mulut


Lesio/ luka bibir : Tidak ada
Mukosa : Rose, basah, mengkilat
Gigi geligi : Tidak ada kerusakan, lengkap
Lidah : Rose, tidak ada perlukaan
Telinga
Posisi : Turun
Permukaan daun telinga : Tiak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Bau : Khas serumen
Refleks panggilan : Ada

Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernafasan : Costal
Frekuensi : 24 kali/ menit
Ritme Intensitas : Cukup dangkal

Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada rasa sakit
Palpasi intercostale : Tidak ada rasa sakit atau reaksi batuk

Auskultasi
Suara pernafasan : Tidak terdengar dengan jelas
Suara ikutan : Tidak ada

Sistem peredaran darah


Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada

Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada kelainan

Auskultasi
Frekuensi : 104 kali/ menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistolik & diastolic : Terdengar
Sinkron pulsus & jantung : sinkron

Abdomen dan Organ Pencernaan


Inspeksi
Besar abdomen : Tidak ada kelainan
Bentuk abdomen : Simetris

Palpasi
Epigastrikus : Tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : Tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : Tidak ada respon sakit
Auskultasi
Peristaltik abdomen : Tidak dilakukan
Peristaltik usus : Tidak dilakukan

Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Ada

Alat Perkemihan dan Kelamin Jantan


Inspeksi dan palpasi
Preputium : Ada, tidak ada peradangan pada gland penis
Besar : Tidak ada perubahan
Bentuk : Tidak ada perubahan
Sensitivitas : Sensitif
Warna : Rose
Kebersihan permukaan : Bersih

Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan & belakang : Tidak ada kelainan
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada

Kestabilan pelvis
Konformasi : Kompak
Kesimetrisan : Simetris

Palpasi
Struktur Pertulangan
Kaki depan kiri dan kanan : Tegas
Kaki belakang kiri dan kanan : Tegas
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak menunjukkan reaksi sakit

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada winter yaitu pemeriksaan
Complete Blood Count (CBC), pemeriksaan kimia darah, uji Scotch Test.
Pemeriksaan CBC dan kimia darah dilakukan sebanyak dua kali pada tanggal 31
Oktober 2018 dan 14 Desember 2018. Hasil pemeriksaan CBC pada tanggal 31
Oktober 2018 menunjukkan terdapat nilai limfosit yang menurun, monosit yang
meningkat, jumlah trombosit meningkat, dan nilai ureum meningkat. Sedangkan
pemeriksaan pada tanggal 14 Desember terdapat nilai monosit yang lebih besar dari
nilai normal yaitu 6.1%. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan tidak adanya
kelainan. Selain itu dilakukan uji Scotch Test diamati adanya sel oval atau
memanjang dengan diameter 3 hingga 5 μm, dengan tunas tunggal khas (seperti
kacang tanah). Anjing winter diketahui sebelumnya telah melakukan pemeriksaan
fungsi thyroid dengan hasil menunjukkan nilai-nilai yang berada di bawah normal,
sehingga winter mengalami hipotiroidisme.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan penunjang CBC dan Kimia Darah anjing Winter
Hasil
31 Okt Ket 14 Des Ket
Parameter Nilai Normal
2018 2018
Leukosit (103/µl) 6-17 8.98 Normal 9.28 Normal
3
Limfosit (10 /µl) 1-4.8 0.97 Menurun 1.36 Normal
Monosit (103/µl) 0.2 – 1.5 0.53 Normal 0.57 Normal
Neutrofil (103/µl) 3 – 12 7.47 Normal 7.34 Normal
Eosinofil (103/µl) 0 – 0.8 0.01 Normal 0.01 Normal
3
Basofil (10 /µl) 0 – 0.4 0.01 Normal 0.00 Normal
Limfosit relatif (%) 12 – 30 10.8 Menurun 14.6 Normal
Monosit relatif (%) 2–4 5.9 Meningkat 6.1 Meningkat
Neutrofil relatif (%) 62 – 87 83.2 Normal 79.2 Normal
Eosinofil relatif (%) 0–8 0.1 Normal 0.1 Normal
Basofil relatif (%) 0–2 0.1 Normal 0.0 Normal
Eritrosit (106/µl) 5.5 – 8.5 7.07 Normal 6.24 Normal
Hemoglobin (g/dl) 12 – 18 14.1 Normal 12.6 Normal
Hematokrit (%) 37 – 55 43.67 Normal 39.12 Normal
MCV (fl) 60 – 77 62 Normal 63 Normal
MCH (pg) 19.5 – 24.5 19.9 Normal 20.2 Normal
MCHC (g/dl) 31 – 34 32.2 Normal 32.2 Normal
Trombosit (103/µl) 200 – 500 517 Meningkat 436 Normal
MPV trombosit (fl) 3.9 – 11.1 7.6 Normal 7.8 Normal
Ureum (mg/dL) 15 – 40 43.55 Meningkat
Kreatinin (mg/dL) 0.5 – 1.5 0.96 Normal
Hasil Pemeriksaan Tiroid

TT3 31 35 – 70 Menurun
TT4 < 0.91 1,40 – 3.50 Menurun

FT4 0.52 0.85 – 2.30 Menurun


TSHS <0.0025
MCV: mean corpuscular volume MCH: mean corpuscular haemoglobin
MCHC: mean corpuscular haemoglobin concentration TT3: Triiodothyronine TT4:
Thyroxine FT4: free Thyroxine TSHS: Thyroid stimulating hormone

Diagnosa
Hipotiroid dan Malasseziasi.
Diferensial Diagnosis
Demodekosis, dermatofitosis, pyoderma superfisial

Prognosis
Fausta

Terapi
Winter diberikan obat racik ketoconazole 10 mg/KgBB dan Cephalexin 20
mg/KgBB setiap 12 jam selama 15 hari, Thyrax 1 tablet setiap 12 jam, tetes telinga
Erlamycetin® setiap 12 jam, dan terapi mandi jamur menggunakan malaceb setiap 1
minggu sekali. Dua minggu kemudian terapi yang dilakukan masih sama tetapi
diresepkan obat menjadi Terbinafine 30 mg/KgBB setiap 24 jam. Empat minggu
kemudian winter diresepkan Clavamox® 1 ml/4.5 KgBB setiap 12 jam selama 7 hari.
Anjing Winter juga diberikan sediaan Thyrax® 1 tablet setiap 12 jam.

Pembahasan
Anjing Winter dibawa ke klinik dalam keadaan kurus, tidak mau makan,
telingan kotor sekali pada bagian kiri dan kanan, kulit berkerak seluruh badan dan
terdapat alopecia seluruh bagian ventral. Selain itu kulit terlihat kemerahan dan
hiperpigmentasi dari leher hingga pergelangan kaki depan dan belakang. Berdasarkan
anamnesa pemilik dan riwayat yang tercatat menunjukkan bahwa masalah kulit sering
dialami oleh Winter.
Penyebab utama permasalahan pada kulit perlu diketahui dengan spesifik,
oleh karena itu dilakukan Scotch Test sebagai pemeriksaan penunjang. Kemudian
dilakukan juga pemeriksaan Complete blood count (CBC) dan kimia darah untuk
mengetahui tingkat infeksi yang dialami Winter. Pemeriksaan CBC dan kimia darah
awal secara umum terjadi penurunan jumlah limfosit dan peningkatan jumlah
monosit, trombosit, dan kreatinin. Berdasarkan hasil tersebut peningkatan jumlah
monosit diduga disebabkan adanya infeksi kronis berasal dari infeksi kulit yang
dialami, sedangkan peningkatan jumlah hemoglobin dan kreatinin menunjukkan
bahwa hewan mengalami dehidrasi, hal tersebut sesuai dengan pemeriksaan fisik
yang dilakukan dimana turgor kulit lebih dari 2 detik (Ettinger dan Feldman 2017).
Pemeriksaan darah kedua secara umum tidak menunjukkan adanya kelainan kecuali
nilai monosit yang masih meningkat menunjukkan hewan mengalami infeksi yang
kronis akan tetapi sudah tidak dehidrasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Scotch
Test menunjukkan bahwa Winter terinfeksi Malassezasis dengan tingkat yang cukup
parah (+++).
Malasseziasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh khamir
Malassezia pachydermatis atau Pityrosporum canis. Secara umum khamir ini normal
terdapat pada saluran telinga luar dan kulit. Khamir dapat berproliferasi dan
menimbulkan penyakit ketika terdapat perubahan lingkungan dan kondisi hewan
menurun. Lesio dapat bersifat regional (interdigit, telinga, atau perianal) atau secara
menyeluruh tergantung tingkat infeksi yang terjadi. Lesio yang ditimbulkan berupa
erythema, hiperpigmentasi pada kulit, alopesia, dan kulit seperti bersisik (Zachary
dan McGavin 2012). Malassezia yang dialami Winter termasuk pada tingkat yang
cukup parah karena lesio bersifat menyeluruh hingga alopecia pada bagian ventral
tubuh.
Malassezisis memiliki predisposisi yaitu biasa terjadi pada anjing ras
Highland White terriers, Dachshunds, English setters, Basset hounds, American
cocker spaniel, Shih tzus, Springer spaniels. Penyakit kulit terjadi pada anjing ketika
reaksi hipersensitivitas terhadap organisme berkembang, atau ketika ada pertumbuhan
berlebihan kulit. Pada anjing, pertumbuhan berlebih dari khamir M.pachydermatis
hampir selalu dikaitkan dengan atopi, alergi makanan, endokrinopati, keratinisasi,
penyakit metabolik, atau terapi jangka panjang dengan kortikosteroid (Medleau dan
Hnilica 2006).
Terapi yang diberikan kepada winter yaitu sediaan antifungal ketoconazole
dengan dosis 5mg/KgBB diberikan setiap 12 jam selama 15 hari. Pemberian
ketoconazole untuk permasalahan kulit memerlukan waktu cukup lama, akan tetapi
perlu dipertimbangkan karena sediaan ini menekan system kekebalan tubuh.
Ketokonazole diketahui menekan eritropoietin di ginjal, oleh karena itu perlu
diimbangi dengan pemberian Vitamin B12. Anjing Winter juga diberikan antibiotik
Cephalexin yang diketahui merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
pertama. Cara kerja dari antibiotic ini yaitu menghambat sintesis dinding bakteri.
Target kerja Cephalexin memiliki spectrum yang luas tetapi lebih dominan pada
bakteri gram negatif dan bakteri anaerob (Plumb 2008).
Terapi dengan ketoconazole 2 minggu kemudian diganti dengan Terbinafine
yang merupakan sediaan yang direkomendasikan untuk mengobati masalah kulit
akibat Pityrosporum canisI. Sediaan ini diketahui well-tolerated dibandingkan obat-
obat antifungal golongan azole karena tidak dimediasi melalui sistem enzin sitokrom
p-450 yang akan mengubah konsentrasi kortisol dan testosterone. Dosis yang
diberikan untuk terapi infeksi pada kulit yaitu 30mg/Kg setiap 24 jam. Penggunaan
obat ini biasanya sampai terus berlanjut sampai hasil pemeriksaan penunjang kulit
(Scotch Test) selama dua kali dihasilkan negatif . Pemeriksaan pertama dapat
dilakukan 3-4 minggu setelah pemakaian obat. Sediaan Amoxicilin Clavulanic Acid
juga diberikan dengan dosis 12.5 mg/Kg BB setiap 12 jam selama 7 hari. Sediaan ini
merupakan antibiotik dengan spektrum diperluas yang digunakan untuk terapi pada
saluran urogenital, kulit, dan jaringan lunak. Penggunaan antibiotik ini minimal
selama 5-7 hari, apabila belum terlihat perubahan dapat diperpanjang hingga 21 hari
maksimal 30 hari (Plumb 2008).
Anjing winter diketahui mengalami gangguan metabolik yaitu hipotiroidisme
berdasarkan hasil pemeriksaan tiroid. Hal ini memiliki keterkaitan dengan kejadian
malasseziasis yang dialami Winter. Defisiensi dari hormon tiroid merupakan penyakit
endokrin yang umum terjadi pada anjing yang disebabkan oleh atropi tiroid idiopatik
dan limfositik tiroid. Hormone tiroid memiliki peran yang esensial pada pertumbuhan
normal dan perkembangan organ-organ termasuk kulit. Folikel rambut pada anjing
merupakan target penting dari hormone tiroid, dimana hormon diperlukan untuk
siklus awal pembentukan rambut. Apabila defisiensi terjadi, lesion yang terjadi yaitu
kusam, kering, mudah dicabut, alopecia, dan gagal tumbuh kembali. Sehingga pada
kasus anjing winter menjadi rentan dan persembuhan yang terjadi cukup lama
(Medleau dan Hnilica 2007).
Terapi yang diberikan untuk keadaan hipotiroid pada Winter yaitu diberikan
Obat Thyrax® yang berisi levotiroksin atau sistetik hormone tiroid. Sediaan ini dapat
digunaak untuk semua spesies. Hormon tiroid mempengaruhi laju banyak proses
fisiologis termasuk metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat, meningkatkan
sintesis protein, meningkatkan glukoneogenesis, dan mendorong mobilisasi dan
pemanfaatan simpanan glikogen. Hormon tiroid juga meningkatkan konsumsi
oksigen, suhu tubuh, detak jantung dan curah jantung, volume darah, aktivitas sistem
enzim, oleh karena itu kontraindikasi penggunaan sediaan ini pada hewan dengan
penyakit myocardial. Dosis yang diberikan menurut literature yaitu pada awal
diberikan 0.02 mg/KgBB secara peroral setiap 12 jam, dosis maksimum pemberian
yaitu 0.08mg/KgBB, kemudian dilakukan evaluasi respon klinis setelah 4 sampai 8
minggu terapi (Plumb 2008).

Simpulan
Anjing Winter mengalami gangguan metabolik yaitu hipotiroidisme disertai
malasseziasis. Persembuhan dapat dilakukan apabila diberikan terapi dengan tepat
dan hewan dimandikan setiap seminggu sekali secara teratur.

Daftar Pustaka
Ettinger SJ, Feldman EC. 2017. Textbook of Veterinary Internal Medicine. California
(US): Elsevier Health Science.
Medleau L, Hnilica KA. 2006. Small Animal Dermatology: Atlas Colour and
Therapeutic Guide 2nd Edition. St.Louis (US): Saunders Elsevier
Plumb DC. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook Sixth Edition. Iowa (US):
Black Well Publishing Proffesional.
Zachary JF, McGavin. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease Expert Consult
E-Book 4th Edition. Philadelphia (US): Elsevier Health Science.
Tindakan Gastrotomy pada Kasus Gastric Foreign
Body Anjing Cleo

Oleh: Visi Nur Sa’diah Rukanda, SKH

Anamnesa
Klien datang pada tanggal 8 Januari dengan keluhan anjingnya muntah-
muntah dan tidak mau makan sejak tanggal 3 Januari 2018, sempat muntah
mengeluarkan spons cuci piring dan plastik. Hewan belum defekasi sejak hari jumat
tanggal 4 Januari. Hewan sudah datang ke dokter sebelumnya, sudah diberikan
antibiotik dan dexamethasone. Hewan dirujuk ke Animal Clinic Jakarta dan
disarankan untuk X-Ray kontras barium oleh klinik sebelumnya.

Sinyalemen
Nama : Cleo
Jenis Hewan : Anjing
Ras : Siberian Husky
Warna Rambut : Hitam Putih
Jenis Kelamin : Betina
Umur : 11 bulan
Bobot Badan : 21.2 Kg

Pemeriksaan Fisik
Perawatan : Baik
Habitus : Tulang punggung lurus
Tingkah laku : Lemas, murung
Gizi : Sedang
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Tegak pada 4 kaki
Suhu : 39.1 oC
Frekuensi nafas : 60 kali/menit (normal: 20-40 kali/menit)
Frekuensi nadi : - kali/menit (normal: 140-240 kali/menit)
Mukosa : Rose
Turgor : > 3 detik
Adaptasi lingkungan : Baik

Kulit dan Rambut


Aspek rambut : Mengkilat
Kebotakan : Tidak ada
Turgor kulit : > 3 detik
Permukaan kulit : Bersih
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Murung
Pertulangan kepala : Tegas, simetris
Posisi kepala : Di atas tulang punggung
Posisi tegak telinga : Kedua telinga tegak ke samping

Mata dan Orbita Mata (Kiri dan Kanan)


Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Mengarah ke luar
Konjungtiva : Pucat, mengkilat, bersih
Membrana nictitan : Tersembunyi

Bola Mata (Kiri dan Kanan)


Sclera : Berwarna putih
Kornea : Jernih, terang tembus
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Merata
Pupil : Tidak ada kelainan
Reflek pupil : Terdapat refleks
Vasa injectio : Tidak ada

Hidung dan Sinus-Sinus


Cermin hidung : Basah
Bentuk : Simetris
Sinus : Nyaring
Lubang hidung : Tidak ada leleran (bersih)

Mulut dan Rongga Mulut


Lesio/ luka bibir : Tidak ada
Mukosa : Rose, basah, mengkilat
Gigi geligi : Tidak ada kerusakan, lengkap
Lidah : Rose, tidak ada perlukaan

Telinga
Posisi : Turun
Permukaan daun telinga : Tiak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Bau : Khas serumen
Refleks panggilan : Ada

Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernafasan : Abdominal
Frekuensi : 60 kali/ menit
Ritme Intensitas : Cukup dangkal

Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada rasa sakit
Palpasi intercostale : Tidak ada rasa sakit atau reaksi batuk

Auskultasi
Suara pernafasan : Tidak terdengar dengan jelas
Suara ikutan : Tidak ada

Sistem peredaran darah


Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada

Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada kelainan

Auskultasi
Frekuensi : 104 kali/ menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistolik & diastolic : Terdengar
Sinkron pulsus & jantung : sinkron

Abdomen dan Organ Pencernaan


Inspeksi
Besar abdomen : Tidak ada perubahan
Bentuk abdomen : Asimetris

Palpasi
Epigastrikus : Terdapat massa menggumpal
Mesogastrikus : Terdapat massa menggumpal
Hipogastrikus : Tidak ada repon sakit.

Auskultasi
Peristaltik abdomen : Tidak ada peristaltik
Peristaltik usus : Tidak ada peristaltik

Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Ada

Alat Urogenital
Mukosa vulva : Rose
Discharge : Tidak ada

Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan & belakang : Tidak ada kelainan
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada

Kestabilan pelvis
Konformasi : Kompak
Kesimetrisan : Simetris

Palpasi
Struktur Pertulangan
Kaki depan kiri dan kanan : Tegas
Kaki belakang kiri dan kanan : Tegas
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak menunjukkan reaksi sakit

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah complete blood count (CBC),
kimia darah, dan X-Ray kontras barium. Pengambilan X-Ray dilakukan untuk
mengetahui penyebab hewan muntah dan tidak mau makan. Hewan diberikan sediaan
barium sulfat 10% yang dicampur makanan basah sebanyak 80 ml. X-ray pertama
dilakukan pukul 11.30 dengan pengambilan pada thorax dan abdomen, keduanya
dengan posisi lateral kiri. Kemudian dilakukan pengambilan gambar radiografi kedua
pukul 12.30 pada abdomen dengan posisi lateral kiri. Pengambilan gambar radiografi
terakhir yaitu pukul 15.30 pada abdomen dengan posisi lateral kiri. Hasil dari
pemeriksaan menggunakan X-ray ditemukan massa berbungkul-bungkul pada
lambung dan tidak terdapat barium yang mengalir hingga ke usus, menandakan
bahwa barium tertahan di daerah lambung (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil radiografi kontras barium pada anjing Cleo
Gambar Keterangan
Pengambilan radiografi thorax dengan
posisi lateral kiri pukul 11.30. Tidak terlihat
adanya barium yang tertahan pada area
esophagus, sedangkan terdapat massa
berbungkul-bungkul pada bagian lambung.

Pengambilan radiografi abdomen dengan


posisi lateral kiri pukul 11.30. Tidak terlihat
adanya barium yang tertahan pada area
esophagus, sedangkan terdapat massa
berbungkul-bungkul pada bagian lambung.

Pengambilan radiografi abdomen dengan


posisi lateral kiri pukul 12.30. Terlihat
akumulasi barium yang lebih menyebar
tetapi tertahan hanya pada daerah
epigastrikum.

Pengambilan ragiografi abdomen dengan


posisi lateral kiri pukul 15.30. Posisi
kontras barium masih tetap sama seperti
pengambilan X-Ray sebelumnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya benda asing


pada saluran pencernaan bagian epigastrikum. Terlihat dari hasil radiografi kontras
dimana barium tidak bergerak ke belakang. Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
pemeriksaan CBC dan kimia darah. Hasil pemeriksaan dilampirkan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan penunjang CBC dan Kimia Darah anjing Winter

Hasil Keterangan
Parameter Nilai Normal
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Complete Blood Count
Leukosit (103/µl) 12.24 6-17 Normal
3
Limfosit (10 /µl) 0.97 1-4.8 Menurun
Monosit (103/µl) 1.01 0.2 – 1.5 Normal
3
Neutrofil (10 /µl) 10.24 3 – 12 Normal
3
Eosinofil (10 /µl) 0.01 0 – 0.8 Normal
Basofil (103/µl) 0.00 0 – 0.4 Normal
Limfosit relatif (%) 8.0 12 – 30 Menurun
Monosit relatif (%) 8.2 2–4 Meningkat
Neutrofil relatif (%) 83.7 62 – 87 Normal
Eosinofil relatif (%) 0.1 0–8 Normal
Basofil relatif (%) 0.0 0–2 Normal
6
Eritrosit (10 /µl) 7.87 5.5 – 8.5 Normal
Hemoglobin (g/dl) 17.7 12 – 18 Normal
Hematokrit (%) 52.69 37 – 55 Normal
MCV (fl) 67 60 – 77 Normal
MCH (pg) 22.5 19.5 – 24.5 Normal
MCHC (g/dl) 33.6 31 – 34 Normal
3
Trombosit (10 /µl) 199 200 – 500 Menurun
MPV trombosit (fl) 8.6 3.9 – 11.1 Normal
Pemeriksaan kimia darah
BUN (mg/dL) 24 7 – 27 Normal
Kreatinin (mg/dL) 1.5 0.6 – 1.6 Normal
Glukosa (mg/dL) 111 60 – 125 Normal
ALP (IU/L) 104 10 – 150 Normal
AST (IU/L) 34.20 8.9 – 48.5 Normal
Total Protein (g/dL) 6.0 5.1 – 7.8 Normal
GPT (IU/L) 59 5 – 60 Normal
GGT (IU/L) 10 0 – 10 Normal
Bilirubin Total (mg/dL) 0.01 0 – 0.6 Normal
Albumin (g/dl) 4.08 2.5 – 4.5 Normal
MCV: mean corpuscular volume MCH: mean corpuscular haemoglobin
MCHC: mean corpuscular haemoglobin concentration MPV: mean platelet volume
BUN: Blood urea nitrogen ALP: Alkaline phosphatase AST: Aspartate aminotransferase
GPT: Glutamic Pyruvic Transaminase GGT: gamma glutamyl transpeptidase

Berdasarkan hasil pemeriksaan CBC dan kimia darah secara umum limfosit
mengalami penurunan dan monosit mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
selain itu trombosit darah menurun. Sedangkan hasil pemeriksaan kimia darah secara
keseluruhan semua nilai parameter berada pada rentang normal.

Diagnosis
Gastritis foreign body

Diferensial diagnosa
Gastritis, tumor, intersusepsio usus

Prognosis
Fausta

Terapi
Pemberian Infus ringer dextore 100 ml
Tindakan pembedahan Gastrotomy

Prosedur Operasi Gastrotomy


1. Pre Operasi
Preparasi Ruangan
Ruangan bedah dibersihkan dari debu dan kotoran dengan cara disapu dan dipel
menggunakan dettol.
Persiapan dan Preparasi Hewan
Hewan yang akan dioperasi harus diperiksa status kesehatannya untuk
mengetahui layak tidaknya hewan dilakukan tindakan operasi. Persiapan hewan
sebelum operasi yang dilakukan yaitu pemasangan infus dan pemberian antibiotik
ampicillin dengan dosis 10-20mg/KgBB. Hewan diketahui tidak makan sejak 5 hari
lalu, hal tersebut dapat diartikan tidak ada makanan yang masuk sehingga dapat
memenuhi syarat untuk dioperasi sesegera mungkin. Hewan dipuasakan dimaksudkan
menghindari terjadinya muntah, ataupun defekasi saat operasi berlangsung.
Selanjutnya hewan diberikan premedikasi berupa preparat atropin 0.25 mg/ml dengan
dosis 0.025 mg/kg berat badan yang diinjeksikan secara subkutan.
Volume pemberian = BB (kg) × Dosis (mg/kg BB)
Konsentrasi (mg/ml)
Volume pemberian Atropin = 21.2 kg × 0,025 mg/kg BB = 2.12 ml
0.25 mg/ml
Pembiusan Hewan
Setelah 10-15 menit dari pemberian premedikasi, kucing dilakukan pembiusan
dengan kombinasi ketamine 10 mg/KgBB dan diazepam 0.5 mg/KgBB, serta anastesi
inhalasi isoflurane. Setelah hewan teranastesi, dipasangkan endotracheal tube dan
pasien monitor yang distempel pada lidah. Selanjutnya hewan dilakukan dilakukan
pencukuran daerah abdomen lalu pembersihan rambut dengan air sabun yang
dicampur dengan saline steril. Setelah itu, daerah sayatan dan sekitarnya dibersihkan
dengan alkohol 70%. Setelah daerah operasi kering kemudian diolesi antiseptik
chlorhexidine dengan gerakan memutar dari tengah dan melingkar ke arah luar agar
daerah tersebut tetap terjaga kesterilannya. Kaki depan dan belakang diikat ke ujung-
ujung meja menggunakan tali dengan simpul tomfool.
Preparasi Operator dan Asisten Operator
Tahapan yang dilakukan selama preparasi tim bedah yaitu mencuci tangan lalu
mengenakan tutup kepala dan masker. Selanjutnya mencuci tangan dengan sabun dan
disikat dimulai dari ujung jari hingga siku dan dibilas menggunakan air bersih yang
mengalir. Lalu tangan dikeringkan menggunakan handuk dengan sisi yang berbeda
untuk tangan kanan dan tangan kiri. Operator dan asisten kemudian memakai pakaian
bedah dan sarung tangan. Proses operasi dapat dilakukan setelah semua prosedur
persiapan tersebut dilalui secara aseptis.

2. Operasi

Teknik Operasi
Pembedahan pada bagian dorsal abdomen dilakukan dengan pemasangan
drape pada sekitar daerah insisi kemudian dijepit menggunakan towel clamp masing-
masing ujungnya. Setelah itu, identifikasi orientasi sayatan yang dibutuhkan. Operasi
yang dilakukan yaitu laparotomi medianus pada daerah linea alba. Selama operasi
berlangsung harus frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas, dan saturasi oksigen harus
senantiasa diperiksa selama 15 menit sekali. Insisi dilakukan secara berurutan pada
kulit, lapisan sub kutan yang terdiri dari lemak, aporneurose musculus rectus
abdominis, kemudian linea alba dan peritoneum menggunakan scalpel.
Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan peritoneum dan omentum.
Setelah itu omentum disingkirkan dan usus dicari dengan hati-hati, ditelusuri hingga
ditemukan lambung. Lambung dikeluarkan dan ditelusuri kembali posisi dimana
terdapat akumulasi benda asing yang akan diambil. Jika terjadi perdarahan harus
segera dihentikan dengan tampon. Permukaan lambung disayat dan diusahakan agar
lambung dan organ sekitarnya tetap dalam keadaan fisiologis dengan cara
membilasnya menggunakan NaCl Fisiologis yang telah direndam air hangat.
Lambung disayat pada bagian permukaan yang tidak mengandung banyak pembuluh
darah. Setelah disayat, benda asing kemudian dikeluarkan, lalu ditelusuri dengan hati-
hati untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Bagian lambung dijahit kembali
dengan pola sederhana menggunakan Poliglycolic acid 3/0. Selanjutnya lambung dan
penggantungnya dimasukkan kembali ke rongga abdomen, lalu di flushing
menggunakan NaCl fisiologis, dan linea alba dijahit dengan menggunakan benang
PGA 3/0. Lapisan lemak dan subkutan selanjutnya dijahit dengan pola  simple
continue menggunakan benang PGA, kemudian dialkukan penjahitan kulit dengan
pola subcutan. Setelah selesai penjahitan, bekas sayatan dibersihkan dengan NaCl,
dan dibalut dengan kassa Lomatuell® dan plester serta dikuatkan.

3. Perawatan Post Operasi


Selama post operasi dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti temperatur,
frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas, nafsu makan, urinasi, defekasi serta
kondisi luka. Hewan diberikan sediaan tolfedine sebagai antipiretik, ondansetrone
sebagai antivomit, ceftriaxone sebagai antibiotik dengan spektrum luas, dan infus
metronidazole sebagai antibiotik spesifik saluran pencernaan. Hewan keesokan
harinya diberi makan sebanyak 3-4 kali sedikit demi sedikit dengan pakan basah yang
diencerkan.

Pembahasan
Berdasarkan anamnesa klien, bahwa anjing muntah sejak 5 hari yang lalu
menandakan bahwa terjadi masalah pada saluran pencernaan hewan, diagnosa
kemudian semakin mengarah saat klien mengatakan hewan muntah mengeluarkan
spons cuci piring dan plastik. Berdasarkan keterangan tersebut dapat mengarahkan
pada dugaan hewan memakan sesuatu yang menyebabkan muntah. Seperti yang
diketahui hewan juga baru berumur 11 bulan, dimana puppies memiliki sifat
penasaran yang tinggi dan cenderung memakan apa yang ada dihadapannya (Ettinger
dan Feldman 2017).
Hewan kemudian diperiksa dan ditemukan keadaan lemas dengan turgor kulit
>2 detik, hal tersebut dapat menandakan bahwa hewan mengalami dehidrasi karena
tidak ada asupan ke dalam tubuhnya selama 5 hari. Untuk mempertegas diagnosa
selanjutnya hewan dilakukan pemeriksaan darah baik itu CBC dan kimia darah, serta
dilakukan pengambilan X-Ray. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah terdapat
penurunan nilai limfosit dan peningkatan nilai monosit, selain itu jumlah trombosit
berada dibawah normal. Keadaan limfosit yang menurun dan monosit yang
meningkat diduga karena hewan mengalami infeksi karena limfosit dan monosit
merupakan indikator terjadinya peradangan. Hasil pemeriksaan kimia darah pada
anjing cleo tidak ditemukan adanya kelainan.
Hasil pemeriksaan X-Ray menunjukkan tidak ditemukan kelainan pada
esophagus karena kontras barium tidak ada yang tertinggal, akan tetapi barium
tersebut tertahan di usus dan terserap oleh massa berbungkul-bungkul di sekitar
lambung. Selang satu jam kemudian dilakukan X-Ray kembali dimana barium terlihat
menyebar ke daerah duodenum. Selang tiga jam kemudian diambir radiografi kembali
dan barium tetap tertahan di darah epigastrikum. Hal tersebut menunjukkan adanya
massa yang menyebabkan obstruksi saluran pencernaan sehingga menyebabkan
hewan muntah dan tidak mau makan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah menunjukkan kondisi hewan dalam
keadaan baik dan fungsi organ-organ bagus, maka dapat dilakukan tindakan bedah
pada hewan. Sebelum dilakukan tindakan bedah hewan diberikan sediaan antibiotik
ampicillin dengan dosis 20 mg/KgBB. Hal tersebut dilakukan agar antibiotik
menyebabr ke seluruh tubuh sebagai tindakan pencegahan infeksi yg disebabkan
ketika operasi. Kemudian hewan dipasang infus dan diberikan obat premedikasi yaitu
sediaan atropine sulfate.
Atropin merupakan obat antikolinergik sebagai premedikasi yang digunakan
untuk mencegah muntah dan hipersalivasi akibat anastesi yang diberikan pada hewan.
Agen antimuskarinik ini menghambat asetilkolin untuk berikatan neuroreseptor.
Selain sebagai premedikasi, antopin juga banyak digunakan sebagai antidota dari
sediaan agen kolinergik dan treatment untuk penyakit bronkhokonstriksi. Kemudian
hewan diberikan sediaan anastesi berupa kombinasi ketamine dan diazepam.
Ketamine merupakan obat dengan daya kerja anstesi cepat yang memiliki efek
minimal pada penekanan kardiovaskular apabila digunakan. Ketamin berkerja dengan
cara menghambat GABA dan memblok serotonin, norepinefrin, dan dopamine pada
sistem syaraf pusat. Dosis yang digunakan untuk ketamine tergantung pads
penggunaannya dan dikombinasikan dengan apa. Menurut plumb (2008) dosis yang
digunakan pada kombinasi ketamine diazepam yaitu 10 mg/KgBB ketamine dan
0.5mg/KgBB diazepam. Diazepam sendiri berfungsi sebagai musle relaxan pada
kombinasi anatesi ini.
Anastesi inhalasi yang digunakan pada saat operasi yaitu isoflurane. Sediaan
ini memiliki keuntungan yaitu memiliki efek yang minimal penekanan sistem
miokardial. Penggunaan isoflurane aman bagi pasien dengan penyakit ginjal maupun
hati. Isoflurane yang digunakan dapat digunakan sampai 5% konsentrasi untuk
induksi agar hewan tertidur, kemudian dapat diberikan 1.5%-2.5% untuk maintenance
(Plumb 2008).
Pada saat operasi dimulai penyayatan dilakukan di area line alba, lambung
yang di insisi di bagian yang minimal pembuluh darah agar meminimalisir
pendarahan pada pasien. Ketika lambung dan organ sekitarnya berada diluar dari
tubuh, perlu dijaga agar tetap fisiologis seperti kondisi di dalam perut. Oleh karena itu
organ selalu disiram oleh NaCl fisiologis yang dihangatkan, agar sama dengan suhu
tubuh. Apabila prosedur tersebut tidak digunakan, jaringan lambung dan organ sekitar
yang dikeluarkan berpotensi mengalami nekrosis. Setelah benda asing dikeluarkan,
kemudian dilakukan penjaitan pada lambung, omentum, otot, lemak, hingga kulit.
Penjaitan yang dilakukan pada kulit menggunakan metode subcutan, hal tersebut
berkaitan dengan estetika agar meminimalisir bekas yang dihasilkan setelah operasi.
Bekas luka jahit kemudian dibersihkan dengan NaCl fisiologis dan ditempelkan
dengan kassa Lomatuell® dan dibalut dengan hypafix.
Perawatan pasca operasi hewan perlu dipantau keadaan umumnya seperti
suhu, apakah hewan sudah mau makan dan minum, serta habitus nya. Sediaan yang
diberikan pada hewan pasca operasi yaitu tolfedine 4 mg/KgBB secara IV sebagai
analgesik dan menghilangkan rasa sakit. Tolfedine merupakan salah satu obat NSAID
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan jangka panjang, karena obat NSAID
menyebabkan imunosupresi. Diketahui tolfedine tidak dianjurkan pengunaannya
untuk pre-operasi (Plumb 2008). Kemudian hewan diberikan ondansetrone sebagai
antivomit karena setelah tindakan bedah pada pencernaan memungkinkan
mumculnya rasa mual, sehingga antivomit diperlukan. Kemudian hewan diberikan
sediaan antibiotic ceftriaxone yang merupakan antibiotik cefalosporin bekerja dengan
target dan spektrum yang luas, dan diberikan antibiotic metronidazole sebagai
antibiotik spesifik saluran pencernaan.
Hewan diperbolehkan makan tetapi sedikit-sedikit dan sering. Hal tersebut
karena saluran pencernaan hewan sedang dalam massa pemulihan sehingga butuh
dijaga agar tidak terlalu berkontraksi. Oleh karena itu makanan yang diberikan juga
diencerkan. Hewan perlu dipantau perkembangan setiap harinya untuk melihat
persembuhan luka.
Simpulan
Anjing Cleo didiagnosa gastric foreign body dengan dilakukan tindakan
enterotomy, enterectomy, dan gastrotomy. Prognosa dari kasus anjing ini adalah
fausta karena penyebab utama berhasil dieliminasi. Saran yang diberikan kepada
klien yaitu hewan sementara perlu diamati secara intensif dan diarankan tidak boleh
kawin untuk sementara waktu hingga luka benar-benar sembuh sampai keadaan
hewan sudah optimal.

Daftar Pustaka

Ettinger SJ, Feldman EC. 2017. Textbook of Veterinary Internal Medicine. California
(US): Elsevier Health Science.
Plumb DC. 2008. Plimb’s Veterinary Drug Handbook Sixth Edition. Iowa (US):
Black Well Publishing Proffesional.

Lampiran 1. Prosedur operasi gastric foreign body pada Anjing Cleo


Foto Keterangan
Pemasangan ETT no 7.5 mm pada anjing
yang telah diberikan anastesi sebelumnya.

Preparasi anjing, dicuci memakai sabun,


dan disucihamakan.

Area penyayatan hewan.


Penyayatan abdomen medianus pada kulit

Penyayatan pada daerah lemak dan


subkutan

Penyayatan pada lambung

Pengambilan benda asing dari lumen


lambung

Benda asing yang ditemukan pada


lambung.

Penjahitan lambung
Penjahitan bagian subkutan dan lemak
dengan metode simple continous

Penjahitan pada kulit dengan metode


subcutan

Pemasangan kassa Lomatouell® pada luka


jahitan

Ditutup dengan Hypafix

Anda mungkin juga menyukai