Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT DAN LINGUSTIK

Virgine Ayu Bidari/2222190051

Istilah linguistik yang digunakan oleh berbagai masyarakat Bahasa saat ini sebetulnya
merupakan adopsi dari Bahasa inggris, yaitu dari kata linguistics, yang kemudian diserap
menjadi linguistik (Suhardi, 2013:13__14). Linguistik dapat diartikan sebagai Ilmu Bahasa.
Banyak upaya manusia untuk mengetahui asal mula sebuah Bahasa. Yang pertama ada mitos
Bahasa, dimana setiap kepercayaan atau kebudayaan mempercayai asal muasal sebuah Bahasa
pertama kali ada di bumi adalah Bahasa dari kebudayaan mereka. Yang kedua, motivasi agama.
Salah satu contohnya adalah kisah seorang biksu Hindu, Panini. Ia ingin kata-kata dalam doa
tidak tercemar atau berubah makna karena kesalahan saat membacanya, ia takut kalau doa itu
tidak akan sampai pada Dewa atau Tuhan dan tidak dikabulkan. Sehingga, ia melakukan
inventarisasikalimat dalam kitab doa yang dibukukan dengan judul Vyakarna. Ia melakukannya
bukan untuk linguistik, akan tetapi perbuatannya menginspirasi orang-orang eropa untuk
meneliti sebuah Bahasa. Ketiga, berfilsafat tentang Bahasa. Dan yang keempat mempelajari
Bahasa sebagai ilmu.

Bicara poin ketiga upaya manusia dalam mengetahui asal-usul Bahasa yaitu berfilsafat
tentang Bahasa, kata filsafat diambil dari bahsa Yunani yaitu Philos yang artinya mencintai dan
Shopia yang artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai
mencintai kebenaran. Filsafat adalah mencari sebuah kebenaran yang hakiki sampai akar.
Mengapa berfilsafat tentang Bahasa? Karena seorang filosof tidsk akan terlepas dari Bahasa atau
bisa dikatakan bahwa ahli filsafat membutuhkan Bahasa sebagai peranti untuk berfikir. Tugas
ahli filsafat adalah berfikir untuk menemukan kebenaran dan ia akan menuangkannya dalam
Bahasa. Bagaimana jika filsafat dan linguistik digabungkan? Apakah akan menjadi ‘mencari
kebenaran sebuah ilmu Bahasa’ ataukah menjadi ‘ilmu Bahasa yang benar’?

Filsafat linguistik adalah sebuah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki kedudukan
Bahasa serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat linguistik adalah teori tentang
Bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filosof, sementara mereka itu dalam perjalanan
memahami sebuah pengetahuan lain.
Secara perlahan namun pasti filosof menemukan hakikat sejati dari Bahasa yang
terefleksikan lewat wujud dan perubahannya. Yang pertama, Bahasa sebagai sistem. Hakikat ini
sebenarnya telah diyakini oleh para pengikut paham anomalis namun hakikat ini menjadi jelas
setelah kaum sofis pada abad ke-5 merumuskan kesistematisan Bahasa secara emirik. Yang
kedua, Bahasa sebagai lambang. Hampir tidak ada kegiatan terlepas dari lambang atau simbol.
Dimanapun dan kapanpun kita selalu menemukan hal-hal yang secara simbol mengandung
Bahasa. Yang ketiga, Bahasa adalah bunyi. Hakikat ini dikupas dengan seksama oleh kaum
Stoik. Kaum Stoik merupakan kelompok filosof atau logikus yang berkembang pada permulaan
abad ke-4 SM. Kontribusi mereka cukup besar dalam menganalisis Bahasa, walaupun mereka
belum lepas dari pandangan logika. Yang keempat, Bahasa itu bermakna. Penelitian sistematis
tentang poin ini pun dilakukan oleh kaum Stoik. Yang terakhir, Bahasa itu Universal.
Keuniversalan Bahasa dapat dibuktikan dengan adanya sifat dan ciri-ciri yang sama yang
dimiliki oleh Bahasa-bahasa di dunia.

Kajian Bahasa sudah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai modern. Pada awalnya,
memang hanya filosoflah yang mengkaji segala sesuatu terkait Bahasa mulai dari mengkaji
Bahasa dan memberikan definisi, kategori, membedakan bentuk, jenis dan sifat, dan perbedaan-
perbedaan lainnya karena hal yang ingin mereka ketahui kebenarannya selalu bersinggungan
dengan Bahasa. Peranan filsafat dalam membajukan linguistik memiliki warna berbeda dalam
setiap periode perkembangan linguistik. Periode-periode tersebut antara lain, linguistik zaman
Yunani kuno (abad ke-5 S.M), zaman romawi, zaman pertengahan, linguistik abad 19, dan
linguistik abad 20.

Periode filsafat linguistik dalam abad ke-5 sebelum masehi atau zaman Yunani kuno
memiliki beberapa informasi dari perkembangan pengkajian Bahasa oleh para filosof. Secara
umum digambarkan bahwa zaman ini dapat dicirikan dengan pengaruh filsafat yang kuat.
Periode ini dibedakan atas periode Plato, periode Aristoteles, periode Stoik, dan periode
Alexandria. Pada zaman romawi, objek penelitian filosof pada Bahasa linguistik adalah masa
keemasan filosof kristiani. Aliran-aliran modern sudah tampak pada zaman ini, oleh karena itu
sebagai perhatian filosof terhada Bahasa juga mengarah pada perkembangan linguistic sehingga
pemikiran-pemikiran filosofisnya mejadi dasar pijakan linguistik. Zaman abad modern atau abad
ke-19 yang ditandai dengan Renaisance ( kelahiran kembali) dan Aufkarung menurut istilah
Voltaire: zaman akal), pemikiran filsafat berkembang kearah timbulnya ilmu pengetahuan
modern. Pada abad 20 timbul aliran baru dalam filsafat yang dianggap sebagai suatu “revolusi”
dalam filsafat. Pusat Gerakan baru pemikir filsafat ini adalah Cambridge, dengan tokoh antara
lain George Edward Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig Wittgenstein.

Bahasa adalah segala sesuatu yang kita gunakan sebagai alat komunikasi. Bukan hanya
hasil dari sebuah bunyi, simbol bahkan gestur tubuh juga bisa disebut Bahasa. Ilmu-ilmu Bahasa
awalnya dikembangkan oleh para filosof-filosof yang sementara mereka sedang mengkaji ilmu
pengetahuan lain. Yang artinya, mereka menggali misteri sebuah Bahasa karena mereka
membutuhkannya guna menyelesaikan pengkajian ilmu lain. Filosof tidak bisa lepas dari Bahasa,
dan Bahasa perlu dicari ilmu-ilmunya.

DAFTAR RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Bennylin. 22 Agustus 2010. Wikipedia (https;//id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_bahasa), diakses


17 maret 2020.

Azhar, Iqbal Nurul. 2010. Peranan Filsafat Dalam Mengembangkan Linguistik. Madura:
Universitas Negeri Trunojojo.

Rosidin, Odien. Cetakan 3 2019. Percikan Linguistik. Serang: Untirta Press.

Anda mungkin juga menyukai