Anda di halaman 1dari 21

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Pranata Sosial

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat kepada aktifitas-
aktifitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat. Pranata sosial berasal
dari Bahasa Inggris yaitu institution. Beberapa ahli sosiologi menerjemahkan pranata sosial
dengan istilah berbeda-beda, ada yang mengemukakan lembaga kemasyarakatan, bangunan
sosial, ataupun lembaga sosial.

Pranata Sosial Institution dapat diartikan sebagai:seperangkat aturan dalam suatu


kegiatanseperangkat aturan dalam suatu kegiatansosial yang berhubungan dengansosial yang
berhubungan denganmasyarakat dan kepedulian terhadapmasyarakat dan kepedulian
terhadapkepentingan umumkepentingan umum

B. Pranata Sosial Menurut Para Ahli


a. Durkheim

Mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi. Dalam bahasa Indonesia dijumpai


terjemahan berlainan dari konsep institution. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964),
misalnya, menggunakan istilah “lembaga kemasyarakatan” sebagai ter-jemahan konsep social
institution. Koentjaraningrat, Mely G. Tan dan Harsja W. Bachtiar menggunakan istilah
“pranata.”

b. Kornblum (1988:60)

Membuat definisi sebagai berikut: “… an institution is a more or less stable structure of statues
and roles devoted to meeting the basic needs of people in society”—suatu struktur status yang
diarahkan ke pemenuhan keperluan dasar anggota masyarakat. Harry M. Johnson mengemukkan
bahwa institusi ialah “seperangkat norma yang terinstitusionalisasi (institutionalized),” yaitu: (1)
telah diterima sejumlah besar anggota system sosial; (2) ditanggapi secara sungguh-sungguh
(internalized); (3) diwajibkan, dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu.

c. Peter L. Berger (1978:104)

Mendefinisikan institusi sebagai “a distinctive complex of social actions.” Untuk memudahkan


pemahaman mengenai konsep institusi Berger mengacu pada pendapat Arnold Gelhen yang
menamakan institusi suatu “regulatory agency” yang menyalurkan tindakan manusia laksana
naluri mengatur tindakan hewan.

d. Koentjaraningrat

1
Lembaga sosial atau pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang trpusat
pada aktifitas-aktifitas khusus dalam kehidupan masyarakat.

e. Bruce J. Cohen

Pranata sosial adalah system pola-pola sosial yang tersusun rapid an relative bersifat permanent
serta mengandung perilaku-perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan.

f. Mac Iver dan Page

Pranata sosial adalah tata cara dan prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan
antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok masyarakat.

g. Joseph S. Rucek dan Roland L. Warreng.

Pranata sosial adalah pola-pola yang mempunyai kedudukan tetap untuk memenuhi berbagai
kebutuhan manusia yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dengan mendapatkan persetujuan dan
cara-cara yang sudah tidak dipungkiri lagi untuk memenuhi konsep kesejahteraan masyarakat
dan menghasilkan suatu struktur.

h. Alvin L. Berrtrand

Pranata sosial adalah kumpulan norma sosial(struktur-struktur sosial) yang telah diciptakan
untuk melaksanakan fungsi masyarakat.

i. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt

Pranata sosial adalah suatu system norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dianggap penting.

j. Summer

Lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan dipandang dari sudut kebudayaan adalah
pebuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan yang bersifat kekal, tujuannya adalah
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

k. Herkovits

Mengatakan bahwa pranata sosial itu tidak lain adalah wujud dari respon-respon yang
diformulasikan dan disistematisasikan dari segala kebutuhan hidup.

l. Hetzler

Secara lebih rinci mendefinisikan pranata sosial itu sebagai satu konsep yang kompleks dan
sikap-sikap yang berhubungan dengan pengaturan hubungan antara manusia tertentu yang tidak

2
dapat dielakkan, yang timbul karena dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan elementer individual,
kebutuhan-kebutuhan social yang wajib atau dipenuhinya tujuan-tujuan sosial penting. Konsep-
konsep itu berbentuk keharusan-keharusan dan kebiasaan, tradisi, dan peraturan. Secara
individual paranta sosial itu. mengambil bentuk berupa satu kebiasaan yang dikondisikan oleh
individu di dalam kelompok, dan secara sosial pranata sosial itu merupakan suatu struktur.

C. Perbedaan Pranata Sosial dan Lembaga Sosial

Institution (pranata) adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas
masyarakat yang bersifat khusus. Sedangkan institute (lembaga) adalah badan atau organisasi
yang melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-aturan khusus,
wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid, sekolah, partai, CV, dan
sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan yang mengatur perilaku
dan hubungan antara anggota masyarakat agar hidup aman, tenteram dan harmonis. Dengan
bahasa sehari-hari kita sebut “aturan main/cara main”.

Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan
sosial. Pranata sosial merupakan kesepakatan tidak tertulis namun diakui sebagai aturan tata
perilaku dan sopan santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak berbunyi, di Indonesia
pengguna jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak orang lain, dan sebagainya.
Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial bersifat abstrak, namun keduanya
saling berkaitan.

Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu.
Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata termasuk
kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat aturan, bersifat
abstrak. Wujud nyata dari pranata adalah lembaga.

D. Pranata dan Lembaga

a. Proses timbulnya Pranata Sosial

Pranata sosial tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi melalui proses yang panjang. Proses
timbulnya lembaga kemasyarakatan terkait dengan :

b. Norma-norma masyarakat

Supaya hubungan antar manusia sesuai dengan yang diharapkan, maka disusun norma-norma
masyarakat. Mula-mula norma tersebut terbentuk tidak sengaja, namun lama-kelamaan norma itu
dibentuk dengan sengaja. Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga (institusionalized)

3
apabila norma tersebut memenuhi tahapan-tahapan diketahui, dipahami atau dimengerti, ditaati,
dan dihargai oleh masyarakat.

E. Pengendalian Sosial (Social Control)

Pengendalian sosial dapat diartikan sebagai segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak
yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar
mematuhi norma-norma yang berlaku. Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu
terhadap individu lainnya atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap satu kelompok sosial.
Selain itu, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh kelompok terhadap kelompok lainnya.

Dipandang dari sudut sifatnya pengendalian sosial terdiri atas :

1. Pengendalian sosial bersifat preventif

Pengendalian sosial ini merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-
gangguan pada keserasian antara kepastian dan keadilan. Misalnya, menyelenggarakan
penyuluhan terhadap bahaya penggunaan narkoba di kalangan siswa SMA. Setelah para siswa
memahami tentang bahaya penggunaan narkoba, diharapkan mereka menjauhi penggunaan
narkoba.

2. Pengendalian sosial bersifat represif

Pengendalian sosial ini dilakukan setelah kejadian berlangsung. Misalnya, polisi menangkap
pengedardan pemakai narkoba.Wujud konkret pengendalian sosial harus diwujudkan dalam
bentuk alat. Alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan pengendalian sosial bermacam-
macam. Alat pengendalian sosial tersbut sebgai berikut :

 Mempertebal kekayaan keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan norma-norma


masyarakat.
 Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada norma-norma
masyarakat
 Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakatapabila mereka
menyimpang dari norma kemyasarakatan dan nilai-nilai yang berlaku.
 Menciptakan system hokum, yaitu system tata tertib dengan sanksiyang tegas bagi
pelanggar.

F. Fungsi dan Tujuan Pranata Sosial

Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial yaitu untuk mengatur agar kebutuhan
hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, dan untuk mengatur agar kehidupan sosial

4
warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku. Sebagai contoh, pranata keluarga mengatur bagaimana keluarga harus memelihara anak.
Sementara itu, pranata pendidikan mengatur bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak
hingga menghasilkan lulusan yang handal. Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia
nyaris bisa dipastikan bakal porak-poranda karena jumlah prasarana dan sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia relatif terbatas, sementara jumlah warga masyarakat yang membutuhkan
justru semakin lama semakin banyak. Untuk mewujudkan tujuannya, menurut Soerjono
Soekanto (1970), pranata sosial didalam masyarakat harus dilaksanakan dengan fungsi-fungsi
berikut :

 Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau
bersikap didalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
 Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat.
 Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian sosial
(social control).

Selain fungsi umum tersebut, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt berpendapat tentang fungsi
pranata sosial. Fungsi tersebut adalah :

a. Fungsi Manifes (nyata)

Fungsi ini merupakan tujuan lembaga yang diakui. Misalnya, lembaga ekonomi harus
menghasilkan atau memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok serta mengarahkan arus
modal ke pihak yang membutuhkan.

b. Fungsi Laten (terselubung)

Fungsi laten adalah hasil yang tidak di kehendaki dan mungkin tidak di akui, atau jika di akui
dianggap sebagai hasil sampingan. Misalnya, dalam pranata keluarga mempunyai fungsi laten
dalam pewarisan gelar atau sebagai pengendalian sosial dari perilaku menyimpang.

Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia dapat dipastikan bakal porak poranda kaena
jumlah prasarana atau sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas, sementara
jumlah orang yang membutuhkan justru semakin lama semakin banyak. Itulah mengapa semakin
lama, seiring dengan meningkatkan jumlah penduduk suatu masyarakat, pranata sosial yang ada
di dalamnya juga semakin banyak dan kompleks. Kompleksitas pranata sosial pada masyarakat
desa akan lebih rendah daripada masyarakat kota.

Koentjaraningrat (1979) mengemukakan tentang fungsi pranata sosial dalam masyarakat, sebagai
berikut:

5
Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau
bersikap di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya fungsi ini kaena pranata
sosial telah siap dengan bebagai aturan atau kaidah-kaidah sosial yang dapat digunakan oleh
anggota-anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidupnya.

Menjaga keutuhan masyarakat (integrasi sosial) dari ancaman perpecahan (disintegrasi


sosial). Hal ini mengingat bahwa jumlah prasarana atau sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia terbatas adanya, sedangkan orang-orang yang membutuhkannya semakin lama justru
semakin meningkat kualitas maupun kuantitasnya, sehingga memungkinkan timbulnya
persaingan (kompetisi) atau pertentangan/pertikaian (konflik) yang bersumber dari ketidakadilan
atau perebutan prasarana atau sarana memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Sistem norma yang
ada dalam suatu pranata sosial akan berfungsi menata atau mengatur pemenuhan kebutuhan
hidup dari para warga masyarakat secara adil dan memadai, sehingga keutuhan masyarakat akan
terjaga.

Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam melakukan pengendalian sosial (social


control). Sanksi-sanksi atas pelanggaran norma-norma sosial merupakan sarana agar setiap
warga masyarakat konformis (menyesuaikan diri) terhadap norma-norma sosial itu, sehingga
tertib sosial dapat terwujud. Dengan demikian, sanksi yang melakat pada setiap norma itu
merupakan pegangan dari warga masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial -meluruskan
—warga masyarakat yang perilakunya menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.

G. Bentuk atau Tipe Pranata Sosial

Dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai macam pranata sosial, dimana satu dengan yang
lain sering terjadi adanya perbedaan-perbedaan maupun persamaan-persamaan tertentu.
Persamaan dari berbagai pranata sosial itu diantaranya, selain bertujuan untuk mengatur
pemenuhan kebutuhan warganya, juga karena pranata itu terdiri dari seperangkat kaidah dan
pranata sosial. Sedangkan perbedaannya, seperti dikemukakan oleh J.L. Gillin dan J. P. Gillin
(1954), bahwa pranata sosial itu diantaranya dapat diklasifikasikan menurut:

1. Dari Sudut Perkembangan

Dari sudut perkembangannya dikenal 2 macam pranata sosial yaitu :

a. Crescive institutions, pranata sosial yang tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat
masyarakat sehingga disebut juga pranata yang paling primer. Contoh : pranata hak milik,
perkawinan, dan agama.Enacted institutions, pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk
b. mencapai suatu tujuan tertentu. Contoh : pranata utang-piutang dan pranata pendidikan.
Dari Sudut Sistem Nilai yang Diterima oleh Masyarakat

6
2. Dari sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat dikenal 2 macam pranata social
yaitu :
a. Basic institutions, pranata sosial yang penting untuk memelihara dan mempertahankan
tata tertib dalam masyarakat, misalnya keluarga, sekolah, dan Negara.
b. Subsidiary institutions, pranata sosial yang berkaitan dengan hal yang dianggap oleh
masyarakat kurang penting, misalnya rekreasi.

3. Dari Sudut Penerimaan Masyarakat


Dari sudut penerimaan masyarakat dikenal 2 macam pranata sosial yaitu :
a. Aproved dan Sanctioned institutions, pranata sosial yang diterima oleh masyarakat,
seperti sekolah dan perdagangan.
b. Unsantioned institutions, pranata sosial yang ditolak oleh masyarakat meskipun
masyarakat tidak mampu memberantasnya, misalnya pemerasan, kejahatan, dan
pencolongan.

4. Dari Sudut Penyebaran


a. General institutions, pranata sosial yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat dunia.
Misalnya : pranata agama, HAM.
b. Restricted institutions, pranata sosial yang hanya dikenal oleh sebagian masyarakat
tertentu, misalnya pranata Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dll.

5. Dari Sudut Fungsi


a. Operative institutions, pranata sosial yang berfungsi menghimpun pola-pola atau cara-
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan,
misalnya pranata industri.
b. Regulative institutions, pranata sosial yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata
kelakuan yang ada dalam masyarakat, misalnya pranata hukum seperti kejaksaan dan
pengadilan.

H. Jenis Pranata Sosial


a. Pranata Keluarga

Pranata keluarga adalah bagian dari pranata sosial yang meliputi lingkingan keluarga dan
kerabat. Pembentukan watak dan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pranata keluarga
yang dialami dan diterapkannya sejak kecil. Bagi masyarakat, pranata keluarga berfungsi untuk
menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat.

7
Berdasarkan jumlah anggotanya, keluarga dapat dibedakan menjadi :

 Keluarga inti atau batin (nuclear family) adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas ayah
dan ibu (orang tua) beserta anak-anaknya dalam satu rumah, ada juga keluarga inti yang
belum atau tidak mempunyai anak.
 Keluarga luas (extended family) adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas lebih dari
satu generasi atau lebih dari satu keluarga inti dalam satu rumah. Misalnya, keluarga
mempunyai kakek atau nenek, paman atau bibi, keponakan, yang tinggal serumah.
 Keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Keluarga mempunyai banyak fungsi penting yaitu :
1. Fungsi Reproduksi

Keluarga merupakan lembaga yang fungsinya mempertahankan kelangsungan hidup


manusia. Dalam masyarakat yang beradab, keluarga adalah satu-satunya tempat untuk
tujuan itu. Berlangsungnya fungsi reproduksi berkaitan erat dengan aktivitas seksual laki-
laki dan wanita. Dengan berkeluarga, manusia dapat melanjutkan keturunan secara tepat,
wajar, dan teratur di lihat dari segi moral, cultural, sosial, dan kesehatan.

2. Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan manusia adalah kasih saying atau rasa saling mencintai. Apabila
kebutuhan kasih sayang tidak terpenuhi, keluarga akan mendapatkan gangguan
emosional, masalah perilaku, dan kesehatan fisik.

3. Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama dan paling utama bagi anak sehingga
kelak dapat berperan dengan baik di masyarakat. Keluarga sebagai media sosialisasi
kelompok primeryang pertama bagi seorang anak, dan dari situlah perkembangan
kepribadian dimulai. Pada saat anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok atau
media sosialisasi lain diluar keluarga. Pondasi dasar kepribadian anak sudah tertanam
secara kuat, dan kepribadiannya pun sudah terarah dengan baik melalui keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi anggota keluarganya. Untuk


memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, semua anggota keluarga melakukan kerja sama.
Pada umumnya, seorang suami melakukan kegiatan ekonomi untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhan keluarga, sedangkan isteri berfungsi mengatur keuangan dan
belanja keluarga.

8
5. Fungsi penentuan status

Melalui keluarga seorang anak memperoleh statusnya dalam masyarakat, seperti nama,
jenis kelamin, hak waris, tempat dan tanggal lahir, dan sebagainya.

6. Fungsi pendidikan

Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang pertama kali dikenal oleh anak, sehinggah
keluargalah anak memperoleh pendidikan pertamanya dari orang tua atau kerabat
lainnya. Orang tua, dalam hal ini ayah dan ibu memiliki tanggung jawab yang sama untuk
memberikan dasar pendidikan yang baik bagi anak sebelum mereka memasuki masa
bermain di lingkungan dan sekolahnya.

7. Fungsi perlindungan

Keluarga merupakan tempat berlindung lahir batin bagi anak khususnya bagi seluruh
anggota keluarga pada umumnya. Berdasarkan fungsi ini, anak atau anggota lainnya
merasa aman, nyaman, dan dapat menerima curahan kasih saying dari orang tua atau dari
sesame anggota keluarga. Mengingat arti penting pranata keluarga tersebut, maka perlu
diciotakan suasana keluarga yang harmonis sehingga dapat digunakan sebagai tempat
perlindungan anak yang pertama dan utama.

 Unsur-unsur pranata keluarga :

Pola perilaku : afeksi, keetiaan, tanggung jawab, rasa hormat, dan kepatuhan

Budaya simbolis : mas kawin, cincin kawin, busana pengantin, upacara

Budaya manfaat : rumah, apartemen, alat rumah tangga, dan kendaraan

Kode spesialisasi : izin kawin, kehendak, keturunan, dan hukum perkawinan

b. Pranata Ekonomi

Pranata ekonomi merupakan bagian dari pranata sosial yang mengatur kegiaan ekonomi, seperti
produksi, distribusi, dan konsumsi barang/jasa yang dibutuhkan manusia. Pranata ekonomi ada
dan diadakan oleh masyarakat dalam rangka mengatur dan membatasi perilaku ekonomi
masyarakat agar dapat tercapai keteraturan dan keadilan dalam perekonomian masyarakat.
Pranata ekonomi muncul sejak adanyainteraksi manusia, yaitu sejak manusia mulai
membutuhkan barang dan jasa dari manusia lain. Bentuk paling sederhana dari pelaksanaan

9
pranata ekonomi adalah adanya system barter (tukar menukar barang). Akan tetapi, untuk
kondisi saat ini system barter telah jarang digunakan dan sulit untuk diterapkan. Secara umum,
peran-peran pranata ekonomi dapat dibedakan atas peran pranata ekonomi produksi, distribusi
dan konsumsi.

1) Peran ekonomi produksi

Kegiatan produksi meliputi unsure-unsur bahan dasar, modal, tenaga kerja dan manajemen.
Pemanfaatan unsure-unsur produksi tersebut harus melalui aturan yang berlaku agar tercapai
suatu keseimbangan dan keadilan sosial. Di dalam pemanfaatan sumber daya alam, pranata
ekonomi berperan dalam menjaga keseimbangan dalam pemanfaatannya. Aturan-aturan dibuat
sedemikian rupa sehingga para pelaku produksi dapat memanfaatkan ketersediaan sumber daya
alam secara efektif dan efisien. Beberapa aturan dalam pemanfaaan sumber daya di Indonesia,
antara lain :

o Monopoli pemerintah

Dilakukan oleh Negara untuk menjamin ketersediaan suatu sumber produksi. Pada umumnya
sumber-sumber produksi tersebut sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak,
misalnya minyak, air, listrik, dan lain-lain.

o Monopoli swasta

Dilakukan oleh pihak swasta melalui perjanjian atau kontrak kerja khusus dengan pemerintah
untuk memanfaatkan sumber daya alam tertentu.Contoh monopoli garam, monopoli cengkeh,
hak penguasaan hutan.

o Kuota

Dilakukan pemerintah untuk membatasi produksi dan konsumsi dalam suatu barang atau sumber
daya alam. Hal ini dimaksudkan agar produksi dan pengolahan sumber daya alam tersebut dapat
dilakukan dengan hemat.

o Proteksi

Dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi produk local dari persaingan luar negeri (impor).
Dlam hal ini, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk impor tertentu atau
bahkan melarangnya sama sekali.

2) Peran ekonomi distribusi

Distribusi merupakan kegiatan menyalurkan barang hasil produksi ke konsumen untuk


dikonsumsi. Pendistribusian penting dilakukan untuk mencapai kemakmuran rakyat dengan cara

10
memeratakan ketercukupan kebutuhan rakyat akan barang dan jasa. Dengan adanya proses
distribusi, maka produsen dapat menjual hasil produknya dan konsumen dapat memperoleh
barang dan jasa yang dibutuhkan, melalui proses distribusi pulalah, arus perdagangan dapat
berjalan.

3) Peran ekonomi konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau menggunakan nilai guna suatu barang atau jasa.
Penggunaan atau pemanfaatan nilai guna barang atau jasa tersebut dapat dilakukan sekaligus
ataupun secara berangsur-angsur. Pemenuhan kebutuhan kebutuhan manusia yang diukur melalui
tingkat pendapatan atau penghasilan. Hal yang harus diperhatikan adalah kebutuhan manusia
dalam berkonsumsi tidak terbatas, sedangkan kemampuan manusia terbatas. Oleh karena itu,
manusia harus pandai-pandai membelanjakan uangnya sesuai dengan tingkat kebutuhan.

“Berdasarkan peran-peran tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa peran atau fungsi pokok pranata
ekonomi adalah mengatur kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi agar dapa tberjalan dengan
lancar, tertib dan dapat memberi hasil yang maksimal dengan meminimalisasi dampak negatih
yang ditimbulkan.”

Unsur-unsur pranata ekonomi :

 Pola Perilaku : efisiensi, penghematan, professional, dan mencari keuntungan.


 Budaya simbolis : merek dagang, hak paten, slogan, dan lagu komersial
 Budaya manfaat : toko, pabrik, pasar, kantor, blanko, dan formulir
 Kode spesialisasi : kontrak, lisensi, hak, monopoli, dan akte perusahaan

c. Pranata Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan. Di Indonesia,
pendidikan dapat di golonggan menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan
pendidikan luar sekolah (pendidikan informal). Pada perkembangannya, ada beberapa ahli
sosiologi yang menambahkan satu golongan pendidikan lagi, yaitu pendidikan yang di peroleh
melalui pengalaman atau kehidupan sehari-hari (pendidikan informal).

Pranata pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu mencari nafkah hidup
saat ia dewasa kelak. Persiapan-persiapan yang dimaksud, meliputi kegiatan dalam :

 Meningkatkan potensi, kreatifitas, dan kemampuan diri


 Membentuk kepribadian dan pola pikir yang logis dan sistematis
 Mengembangkan sikap tanah air

11
d. Pranata Politik

Politik adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, meliputi segala urusan
dan tindakan atau kebijakan mengenai pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain. Di dalam
hal ini, yang dimaksud politik adalah semua usaha dan aktifitas manusia dalam rangka
memperoleh, menjalankan, dan mempertahankan kekuasaan dalam kaitannya dengan
penyelanggaraan pemerintahan Negara.

Pranata politik adalah serangkaian peraturan, baik tertulis ataupun tidak tertulis yang berfungsi
mengatur semua aktifitas politik dalam masyarakt atau Negara. Di Indonesia, pranata politik
tersusun secara hieraki, berikut ini :

 Pancasila
 Undang-Undang Dasar 1945
 Ketetapan MPR
 Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Keputusan Menteri
 Peraturan Daerah

Beberapa peran atau fungsi pranata politik, antara lain :

Pelindung dan penyaluran aspirasi/hak asasi manusia, sesuai dengan UUD’45, bahwa masyarakat
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hokum dan pemerintahan. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka rakyat berhak berpolitik sejauh tetap mematuhi kaidah-kadah politik
yang telah ditetapkan.

Memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat, dalam hal ini rakyat secara langsung mulai
dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan. Rakyat ditempatkan sebagai subjek dan bukannya
objek kebijakan. Dengan cara ini, akan dapat tercapai keberhasilan pembangunan dan
meningkatkan stabilitas sosial.

Meningkatkan kesadaran berpolitik di kalangan masyarakat, hal ini terlihat dari meningkatnya
keikutsertaan masyarakat dala pemilu, kesadaran dalam mengawasi jalannya pemerintahan, dan
adanya tuntuta transparasi dan akuntabilitas pemerintah.

Unsur-unsur pranata politik :

 Pola perilaku : loyalitas, kepatuhan, subordinasi, kerjasama, dan konsesus

12
 Budaya simbolis : bendera, materai, mascot, dan lagu kebangsaan

e. Pranata Agama

Agama adalah ajaran atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Ynag Maha Kuasa serta mencakup pula tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Jika dilihat dari sudut
pandang sosiologi, agama memiliki arti yang lebih luas, karena mencakup juga aliran
kepercayaan yang sebenarnya berbeda dengan agama.

Sebagai salah satu bentuk pranata sosial, pranata agama memiliki beberapa fungsi berikut ini :

1) Fungsi ajaran

Memberi tujuan atau orientasi sehingga timbul rasa saling hormat antar sesame manusia. Agama
juga dapat menumbuhkan sifaat disiplin, pengendalian diri, dan mengembangkan rasa kepekaan
sosial.

2) Fungsi hukum

Memberikan aturan yang jelas terhadap tingkah laku manusia akan hal-hal yang dianggap benar
dan hal-hal yang di anggap salah.

3) Fungsi sosial

Sehubungan dengan fungsi hukum, aturan agama juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sosial manusia, yaitu sebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat, misalnya dalam masalah
ekonomi, pendidikan, kesehatan, perkawinan dan lain-lain.

4) Fungsi ritual

Ajaran agama memiliki cara-cara ibadah khusus yang tentu saja berbeda dengan agama lainnya.
Seoran yang telah menentuka agamanya, harus mau menjalankan ibadah sesuai yang
diperintahkan Tuhan dengan ikhlas seuai dengan petunjuk yang terdapat dalam kitab suci.
Dengan mendalami dan memahami ajaran agama, seorang akan mengetahui sanksi yang akan
diterimanya jika ia melakukan pelanggaran.

5) Fungsi transformatif

Agama dapat mendorong manusia untuk melakukan perubahan kea rah yang lebih baik. Oleh
karena itu, kita harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat agar tidak terjebak
dalam fanatisme agama yang berlebihan. Dengan kata lain, kita harus mampu menyeimbangkan
antara hubungan vertical kita dengan Tuhan dan hubungan horizontal kita dengan sesame
manusia atau masyarakat. Bila keadaan ini dapat kita ciptakan dan dipelihara, maka akan tercipta

13
suatu kehidupan keagamaan yang serasi dan saling menghormati sebagaimana termuat dalam
butir II sila I Pancasila, “Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, seghingga terbina kerukunan hidup.”

 Unsur-unsur pranata agama :


 Kepercayaan agama, yaitu suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi.
Misalnya, kepercayaan bahwa Tuhan itu satu(monoteisme)
 Simbol agama, yaitu identitas agama yang dianut umatnya. Misalnya, baju koko sebagai
symbol umat islam
 Politik agama, yaitu hubungan vertical antara manusia dengan Tuhannya, serta hubungan
horizontal atau hubungan antar umat beragama sesuai dengan ajaran agama. Hubungan
vertical contohnya berdoa, puasa dan semahyang. Hubungan horizontal contohnya saling
menolong antar manusia.
 Umat, yaitu penganut masing-masing agama
 Pengalaman keagamaan, yaitu bebagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh
penganut-penganutnya secara pribadi. Misalnya, panggilan untuk menunaikan ibadah
haji.

I. Karakteristik dan Unsur Pranata Sosial


a. Karakteristik dalam Pranata Sosial

Dari uraian-uraian sebelumnya dapat ditemukan unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian
atau konsep pranata sosial, seperti: (1) berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia dalam hidup
bermasyarakat, (2) merupakan organisasi yang relatif tetap dan tidak mudah berubah, (3)
merupakan organisasi yang memiliki struktur, misalya adanya status dan peran, dan (4)
merupakan cara bertindak yang mengikat.

Gillin dan Gillin mengemukakan ciri-ciri pranata sosial sebagaimana dikutip oleh Selo
Soemadjan dan Soelaiman Soemardi (1964) dan Koentjaraningrat (1979) yang ringkasannya
sebagai berikut:

Pranata sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan perilakuan yang terwujud sebagai
aktivitas warga masyarakat yang berpijak pada suatu “nilai tertentu” dan diatur oleh: kebiasaan,
tata kelakuan, adat istiadat maupun hukum.

Pranata sosial memiliki tingkat kekekalan relatif tertentu. Pranata sosial pada umumnya
mempunyai daya tahan tertentu sehingga tidak cepat lenyap dari kehidupan bermasyarakat.
Umur yang relatif lama itu karena seperangkat norma yang merupakan isi suatu pranata sosial
terbentuk dalam waktu yang relatif lama dan tidak mudah, juga karena norma-norma tersebut
berorientasi pada kebutuhan pokok, maka masyarakat berupaya menjaga dan memelihara pranata
sosial tersebut sebaik-baiknya, apalagi kalau pranata tersebut berkaitan dengan nilai-nilai sosial

14
yang dijunjung tinggi. Pranata sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan yang ingin dicapai
atau diwujudkan.

Memiliki alat-alat perlengkapan baik keras (hardware) maupun lunak (soft ware) untuk mencapai
atau mewujudkan tujuan-tujuan dari pranata sosial. Karena masing- masing pranata memiliki
tujuan yang berbeda-beda, maka perlengkapannyapun berbeda antara satu pranata dengan
pranata lainnya. Perlengkapan dalam pranata keluarga berbeda dari perlengkapan pada lembaga
pendidikan, ekonomi, politik, maupun agama

Memiliki simbol atau lambang tersendiri. Lambang, di samping merupakan spesifikasi dari suatu
pranata sosial, juga sering dimaksudkan secara simbolis menggambarkan tujuan atau fungsi dari
suatu pranata. Lambang suatu pranata sosial daat berupa gambar, tulisan, atau slogan-slogan,
yang dapat merupakan representasi ataupun sekedar menggambarkan spesifikasi dari pranata
sosial yang besangkutan. Misalnya Burung Garuda atau Bendera Merah Putih dapat
merepresentasikan Indonesia, sedangkan gambar buku dan pena merupakan gambaran dari
spesifikasi suatu lembaga pendidikan.

Memiliki dokumen atau tradisi baik lisan maupun tertulis yang berfungsi sebagai landasan atau
pangkal tolak untuk mencapai tujuan serta melaksanakan fungsi.

J. Unsur-unsur Pranata Sosial

Menurut Horton dan Hunt (1987), setiap pranata sosial mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.

 Unsur budaya simbolik, misalnya cincin kawin dalam lembaga keluarga


 Unsur budaya manfaat, misalnya rumah atau kendaraan dalam lembaga keluarga
 Kode spesifikasi baik lisan maupun tertulis, misalnya akta atau ikrar nikah dalam
lembaga keluarga
 Pola perilakuan, misalnya pemberian perlindungan dalam lembaga keluarga
 Ideologi, misalnya cinta dan kasih sayang dalam lembaga keluarga

K. Contoh Pranata Sosial


a. Pranata Keluarga

Berikut adalah sebuah kasus keluarga yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh
masyarakat Indonesia :

 Ario Kiswinar Teguh tidak di akui sebagai Anak oleh Mario Teguh

Melalui sebuah acara televisi, Ario Kiswinar Teguh memberikan paparan bahwa dirinya tidak
diakui sebagai anak oleh pengacara kondang Mario Teguh. Pada acara tersebut kiswinar
15
membawa beberapa bukti yang menyatakan bahwa dirinya adalah anak yang sah dari Mario
Teguh. Barang bukti tersebut diantaranya adalah Akta Kelahiran Ario Kiswinar Teguh dan foto-
foto masa kecilnya bersama Mario Teguh.

Karena pernyataan yang di lontarkan oleh Ario, Mario Teguh pun angkat bicara dan membuat
klarifikasi melalui acara televisi. Beliau mengungkapkan sebuah fakta pahit yang terjadi di masa
lalu antara dirinya dengan mantan istrinya alias Ibunda Ario Kiswinar Teguh. Mario Teguh yang
sangat menyayangi Ario ketika ia masih muda kemudian mengetahui bahwa anak yang ia
sayangi itu adalah anak dari hubungan antara mantan istrinya dengan orang ketiga yang
disebutnya dengan Mr. X. Mr. X adalah sesosok orang yang sangat dihormati oleh Mario Teguh.
Mengetahui hal itu, Mario Teguh pun memutuskan untuk bercerai dengan Ibunda Ario sepuluh
tahun yang lalu. Mario Teguh kemudian mengundang Ario Kiswinar Teguh untuk melakukan
Tes DNA bersamanya, demi membuktikan apakah Ario benar-benar anak dari Mario Teguh dan
Ibunda Ario.

Berdasarkan fakta yang ada dan keterangan-keterangan berita dari berbagai sumber, penulis
menganalisis bahwa kasus ini sangat cocok dijadikan contoh nyata dalam pranata keluarga.
Berikut analisis penulis :

Perlakuan Mario Teguh terhadap Ario telah bergeser dari fungsi pranata keluarga, yaitu fungsi
status. Berdasarkan bukti yang ada Ario Kiswinar Teguh layak mendapatkan status sebagai
seorang anak motivator terkenal.

Perceraian antara Mario Teguh dengan Ibunda Ario adalah sesuatu yang melenceng dari fungsi
keluarga, yaitu fungsi afeksi. Dengan berpisah nya suami istri, maka salah satu orang tua akan
jarang memberikan kasih sayangnya kepada anak. Dan ini dapat menyebabkan tekanan batin
tersendiri pada si anak.

b. Pranata Ekonomi

Berikut adalah contoh kasus pranata ekonomi yang berhubungan dengan fungsi nya yaitu
produksi, distribusi dan konsumsi.

 Produksi Samsung Galaxy Note 7 di hentikan sementara

Perusahaan teknologi terkenal, Samsung, memutuskan menghentikan produksi handphone nya


untuk sementara. Setelah di produksi ke berbagai negara besar, terutama Amerika dan Australia,
banyak laporan konsumen yang telah menggunakan Samsung Galaxy Note 7 bahwa Handphone
tersebut meledak ketika digunakan yang diduga bersumber dari baterai handphone. Daya baterai
yang terlalu cepat habis meskipun di gunakan dengan normal.

16
Karena mendapatkan laporan tersebut perusahaan samsung langsung menghentikan produksi dan
disribusi terhadap Samsung Galaxy Note 7.

Berdasarkan fakta yang didapat dari berbagai sumber, berikut adalah analisis penulis mengenai
kasus ini :

Samsung adalah sebuah perusahaan yang memproduksi teknologi sebagai kebutuhan masyakarat.
Maka kasus ini sangat cocok dalam pranata ekonomi.

Sebagai sebuah perusahaan, Samsung telah melakukan ketiga fungsinya dengan baik, yaitu
produksi dan distribusi serta mengawasi jalannya konsumsi masyarakat.

Namun dalam menjalankan fungsi nya, Samsung masih memiliki kekurangan di karenakan
proses produksi nya yang kurang maksimal sehingga menyebabkan konsumen melapor mengenai
efek samping yang fatal saat menggunakan Barang yang di produksi.

Penyelesaian masalah yang dilakukan sangat tepat yaitu menghentikan produksi Samsung
Galaxy Note 7 agar tidak menimbulkan korban akibat ledakan baterai handphone tersebut.

c. Pranata Pendidikan

Pendidikan merupakan institusi yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh masyarakat
luas. Berikut ada sebuah kasus yang dapat menjadi satu pembahasan penting mengenai pranata
ini.

 Full Day School

Siapa pun yang menyukai berita pasti telah membaca wacana tersebut yang di paparkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Wacana tersebut merupakan sebuah ide
yang berasal dari amanat Presiden yaitu Nawacita. Full Day School dikaitkan oleh Mendikbud
sebagai bagian dari implementasi mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia

Menteri Muhadjir Effendy ingin mengikuti negara-negara maju yang telah menerapkan sistem
tersebut, salah satunya ialah negara Finlandia. Berikut terdapat tiga alasan penting mengapa Full
Day School akan dilaksanakan.

 Tidak ada Mata Pelajaran

Dalam praktiknya, full day school dimaksudkan untuk menambah waktu anak-anak di sekolah
hingga pukul 5 sore, yang semula hanya sampai pukul 1 siang. Dengan sisa waktu tersebut, siswa
dapat mengembangkan dirinya dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

17
 Orang Tua bisa menjemput anak ke sekolah

Orang tua yang bekerja hingga sore hari bisa menjemput anaknya pasca pulang bekerja, sehingga
anak-anak tetap aman karena berada di sekolah hingga orang tua pulang bekerja.

 Sertifikasi Guru

Program ini pula membantu para guru untuk mendapatkan sertifikasi mengajar 24 jam.

Program ini dicanangkan sejak bulan Agustus 2016 kemarin dan sudah mulai diterapkan di
Provinsi Sulawesi Utara.

L. Kasus Pranata Sosial dalam keluarga :

Pada umumya orang mempercayai bahwa suatu perkawinan adalah sesuatu yang sacral, oleh
karenanya setiap keluarga berupaya menjaga agar tetap utuh. Meski demikian perkawinan
terkadang harus menghadapi kenyataan bahwa ikatan yang mempertalikan suami istri terputus,
sehingga terjadilah perpisahan atau perceraian. Selain itu juga ada beberapa problem keluarga
yang lain, yaitu kekerasan di dalam rumah tangga, seperti pemukulan, dan juga broken home.

Untuk mempelajari kekerasan terhadap pasangan, beberapa sosiolog telah mempelajari korban
secara mendalam (Goetting 2001), sedangkan sosiolog lain telah mewawancarai suatu sampel
representative dari pasangan Amerika Serikat (Straus dan Gelles 1988; Straus 1992). Meskipun
tidak disepakati oleh semua sosiolog (Dobash dkk. 1992, 1993; Pagelow 1992), Murray Straus
menyimpulkan bahwa suami dan istri berpeluang sama untuk menyerang satu sama lain.
Meskipun kesetaraan gender ada, dampak dari kekerasan menunjukkan hal yang sebaliknya. 85
persen dari mereka yang cedera adalah perempuan (Renisson 2003).

Sebagian besar alasannya tentu saja karena sebagian besar suami lebih besar dan lebih kuat
dibandingkan istri mereka, sehingga para istri berada dalam posisi yang tidak menguntungkan
dalam pertempuran antar jenis kelamin (secara harafiah). Kekerasan terhadap perempuan
berhubungan dengan struktur masyarakat yang mendiskriminasikan gender. Karena mereka
dibesarkan dengan norma yang mendorong agresi dan penggunaan kekerasan, beberapa orang
laki – laki merasa bahwa berhak mengendalikan perempuan.

Jika mereka mengalami frustasi tentang hubungan yang mereka jalani, atau bahkan peristiwa di
luar hubungan itu sendiri, beberapa laki – laki mengarahkan kemarahan mereka pada pada istri
bahkan anak – anaknya. Pertanyaan sosiologis mendasar ialah bagaimana cara mensosialisasikan
para suami untuk menangani frustasi dan perbedaan pendapat tanpa harus berpaling ke
kekerasan (Rieker dkk. 1997). Masalah pertengkaran tersebut akan dapat berkelanjutan sehingga
menjadikan suatu percerai.

18
M. Pembahasan kasus :

Setelah mempelajari perceraian dan penganiayaan keluarga, orang dapat dengan mudah
menyimpulkan bahwa pernikahan jarang berhasil. Untuk mengetahui apa yang membuat suatu

perkawinan yang berhasil, sosiolog Jeanette dan Robert Lauer (1992) mewawancarai 351
pasangan yang telah menikah selama lima belas tahun atau lebih. Terdapat 51 pasangan tidak
memiliki perkawinan yang bahagia, tetapi pasangan tersebut tetap memutuskan untuk tidak
bercerai karena alasan agama, tradisi keluarga, atau “demi anak”.

Di sisi lain, 300 pasangan yang merasa bahagia, semuanya menganggap pasangan mereka
sebagai teman terbaik mereka, menganggap perkawinan sebagai komitmen seumur hidup, bahwa
perkawinan bersifat sacral, percaya bahwa pasangan mereka telah tumbuh menjadi seseorang
yang semakin menarik seiring dengan waktu, dan sangat menginginkan agar hubungan mereka
langgeng. Sosiolog lain telah menemukan bahwa semakin baik hubungan pasangan dengan
mertua, semakin bahagia perkawinannya (Bryant dkk. 2001).

Dari jurnal di atas juga dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa penyebab perceraian karena
perselingkuhan dari pihak suami atau istri, faktor ekonomi dalam keluarga. “jika seorang istri
berpenghasilan lebih tinggi daripada suaminya, pernikahannya lebih berpeluang kandas; jika
seorang suami berpenghasilan lebih tinggi daripada istrinya, peluang terjadinya perceraian lebih
sedikit” Alex Heckert, Thomas Nowak, dan Kay Snyder (1995).

Perceraian akan membawa dampak diantaranya tidak berjalannya fungsi seks dan reproduksi,
tidak berfungsinya sosialisasi (anak menjadi terlantar karena kurang perhatian dari anggota
keluarga, terutama orang tua yang bercerai), fungsi afeksi dan perlindungan tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pranata sosial terbentuk melalui norma-norma atau kaidah-kaidah yang biasanya terhimpun
atau berkisar (bersentripetal atau pengaruh ketitik pusat) di sekitar fungsi-fungsi atau tugas-
tugas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok karena tujuannya adalah
mengatur cara berpikir dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Macam- macam pranata sosial dalam masyarakat adalah pranata keluarga, pranata agama,
pranata politik, pranata pendidikan,pranata ekonomi, pranata kesenian, pranata pelayanan sosial,
dan pranata ilmiah.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pranata sosial merupakan
salah satu pedoman penting negara kita republik Indonesia sebab merupakan norma yang ada,
maka kita harus mematuhi dan mengamalkan norma – norma tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan negera Republik Indonesia.

20
Daftar Pustaka

Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi; Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: PT
Erlangga.
Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Kamanto Soenarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Masri Singarimbum dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Mohammad Nazir. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
M. James Henslin Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Penerbit Erlangga.
Sunarto Kamanto Pengantar Sosiologi.Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pantantar;
Edisi Baru Keempat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto. 1985. Kamus Sosiologi;
Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.
Soerjono Soekanto. 2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT RajaGrafiondo Persada
Tim Sosiologi. 2004. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Kelas 1 SMA. Jakarta: PT
Yudhistiransert contents
Nasikun. 1996. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Dyole Paul Johnson. 1981. Teori-teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.
Margaret M. Poloma. 1998. Sosiologi Kontemporer. Terjemahan dari Contemporary
Sociological Theory. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi. 1986. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yasbit FE
UI.Sunarto, Kamanto. 2004. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta
http://sosiologismancis.blogspot.co.id/p/pranata-sosial-1.html
http://dzakibelajar.blogspot.co.id/2015/01/pranata-sosial.html

21

Anda mungkin juga menyukai