Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

COR PULMONAL

Disusun Oleh

NELI AGUSTIN
2018200092

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL`QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2019
COR PULMONAL

A. ANATOMI FISIOLOGI

Saluran pernafasan bagian atas terdiri atas :

1. Lubang hidung (cavum nasalis )


Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan
(kartilago). Hidung dibentuk oleh sebagian tulang sejati, sisanya terdiri
atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung
merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan
oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbrie) yang
berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang
masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang
mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat
menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Kita
dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor.
Reseptor bau terletak pada cibriform plate, didalamnya terdapat ujung dari
saraf krania I (nervous olfactorium)

Hidung berfungsi sebagai jalan nafas, pengatur udara, pengatur


kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring
udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai
pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lender, dan
enzim lozosim. Vibrissa adalah rambut vestibulum nasi yang bertugas
sebagai penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar). Debu-debu
kecil dan kotoran (partikel kecil) yang masih dapat melewati vibrissa akan
melekat pada lapisan lender dan selanjutnya dikeluarkan oleh refleks
bersin. Jika dalam udara masih terdapat bakteri (partikel sangat kecil),
maka enzim lizosim yang menghancurkannya.

2. Sinus para nasal


Sinus para nasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus
frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilaris. Sinus
berfungsi untuk :
1) Membantu menghangatkan dan humidifikasi
2) Meringankan berat tulang tengkorak
3) Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi

3. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (+ 13 cm) yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring
digunakan pada saat digestion (menelan) seperti pada saat bernafas.
Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu dibelakang hidung
(nasi-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang (laringo-faring).

4. Laring
Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur
epitrlium lined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakea (di
bawah). Lring terletak di anterior tulang belakang (vertebra) ke-4 dan ke-6.
Bagian atas dari esophagus berada di posterior laring. Fungsi utama laring
adalah untuk pembetukan suara, sebagai protek jalan nafas bawah dari
benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri
atas :

1. Eoiglotis : katup kartilago yang menutup dan membuka selama


menelan.
2. Glotis : lubang antara pita suara dan laring.
3. Kartilago tiroid : kartilago yang terbesar pada trachea, terdapat bagian
yang membentuk jakun (adams apple).
4. Kartilago krikoid : cicin kartilago yang utuh di laring (terletak di
bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago aritenoid : digunakan pada pergerakan pita suara bersama
dengan kartilago tiroid.
6. Pita suara : sebuah ligament yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.

Saluran pernafasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas :


1. Trachea
Trachea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian
tulang vertebrae torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkus.
Ujung cabang trachea disebut carina. Trachea bersifat sangat fleksibel,
berotot dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago
berbentuk huruf C. pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak
yang mengandung banyak sel goblet yang mensekresikan lender
(mucus).

2. Bronchus dan bronkhiolus


Cabang bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung
lebih vertical daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan
benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan
daripada cabang bronchus sebelah kiri.

Segmen dan subsegmen bronchus bercabang lagi dan berbentuk


seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronchus disusun oleh
jaringan kartilago sedangkan bronkiolus yang berakhir di alveoli tidak
mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago menyebabkan
bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami
kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/lubang
kecil yang terletak antar alveoli (kohn pores) yang berfungsi untuk
mencegah kolaps alveoli.

Saluran pernafasan mulai dari trakea sampai bronkiolus terminal


tidak mengalami pertukaran dan merupakan area yang dinamakan
anatomical dead space. Banyaknya udara yang berada dalam area
tersebut adalah sebesar 150 ml. awal dari proses pertukaran gas terjadi
di bronkeolus respiratorius.

3. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari
jaringan paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit
alveolus. Alveolus merupakan kantong udara yang berukuran sangat
kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga
memungkinkan pertukaran O2  dan CO2. Seluruh dari unit alveoli
terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar
sacs. Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2
di antara kapiler pulmoner dan alveoli.

4. Paru-paru
Paru-pau terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-
paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat
dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa
subbagian menjadi sekita sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments.

Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang sebut


mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru,
esophagus bagian dari trachea dan bronchus, serta kelenjar timus
terdapat pada mediastinum.

 Sirkulasi pulmoner

Suplai darah ke dalam paru-paru merupakan suatu yang unik. Paru-


paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan
arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah
teroksigenasi dari sirkulasi siatemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolism jaringan paru-paru. Arteri bronkhialis berasal
dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronchus.
Vena bronkhialis akan mengalirkan darah menuju vena pulmonalis.

 Kendali pernafasan

Fungsi mekanik pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-pau


dinamakan ventilasi. Mekanisme tersebut dilaksanakan oleh sejumlah
komponen factor yang saling berinteraksi. Factor tersebut
mengendalikan proses masuknya udara ke dalam paru-paru agar
pertukaran gas dapat berlangsung. 

Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama :

1. Ventilasi pulmonal adalah proses  keluar masuknya udara dan


atmosfer dal alveoli paru-paru
2. difusi adalah proses pertukaran O2 dan Co2 antara alveoli dan
darah
3. transfortasi adalah proses beredarnya gas dalam darah dan
cairan tubuh ked an dari sel-sel.

Proses fisiologi respirasi dibagi menjadi tiga stadium yaitu :


1. difusi gas-gas antara alveolus dengan kapiler paru-paru dan darah
sistemik dengan sel-sel jaringan.
2. Distribusi darah adalah sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus.
3. Reaksi kimia dan fisik O2 dan CO2 dengan darah
Proses repirasi eksternal

1) Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dikarenakan
adanya selisih tekanan udara di atmosfer dan alveolus dan didukung oleh
kerja mekanik otot-otot. Selama inspirasi, volume rongga dada bertambah
besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa
otot. Otot serratus, otot skaleneus, dan otot interkostalis eksternus berperan
mengangkat iga, sedangkan otot sternokleidomastoideus mengangkat
sternum ke atas.

2) Difusi
Stadium kedua proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membrane antara alveolus-kapiler yang tipis. Kekuatan
pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan O2 dalam atmosfer sama dengan tekanan laut
yakni + 149 mmHg.
Pada waktu O2 diinspirasi dan sampai pada alveolus, tekanan parsial ini
mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg sebagai akibat dari udara
yang tercampur dengan ruang rugi anatomis pada saluran udara dan
dengan uap air.

3) Transportasi
Transportasi gas antar paru-paru dan jaringan meliputi proses-
proses berikut ini :

a) Transport oksigen dalam darah


Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan
sistem kardiovaskuler.
b) Transport karbonsioksida dalam darah
c) Kurva disosiasi oksihemoglobin
Oksihemoglobin adala struktur terikatnya oksigen pada hemoglobin.
B. DEFINISI

Menurut WHO ( 1963 ), Definisi Cor Pulmonale


adalah: Keadaan patologis dengan di temukannya
hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan
fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan
karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan
penyakit jantung konginetal ( bawaan ).
Menurut Braunwahl ( 1980 ), Cor Pulmonale adalah:
Keadaan patologis akibat hipertrofi/ dilatasi ventrikel kanan
yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal.
Penyebabnya antara lain: penyakit parenkim paru,
kelainan vaskuler paru dan gangguan fungsi paru karena
kelainan thoraks.

C. ETIOLOGI

Banyak penyakit yang berhubungan dengan


hipoksemia dapat memengaruhi paru-paru dapat
menyebabkan corpulmonal. Secara umum, penyakit cor
pulmonal disebabkan oleh:
1) Penyakit paru-paru yang merata
Terutama emfisema, bronkhitis kronis (salah satu
deretan penyakit chronic obstructive pulmonary disease
—COPD), dan fibrosis akibat tuberkulosis.
2) Penyakit pembuluh darah paru-paru
Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis
akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas
pembuluh darah paru-paru.
3) Hipoventilasi alveolar menahun
Adalah semua penyakit yang menghalangi
pergerakan dada normal, m isalnya:
a. Penebalan pleura bilateral.
b. Kelainan neuromuskuler, seperti poliomielitis dan
distrofi otot.
c. Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan
kapasistas rongga toraks sehingga pergerakan toraks
berkurang.
D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan


penyakit cor pulmonal adalah:
a. Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi,
contohnya COPD akan menimbulkan gejala napas
pendek dan batuk.
b.  Gagal ventrikel kanan: edema, distensi vena leper,
organ hati teraba, efusi pleura, ascites, dan murmur
jantung.
c. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari
peningkatan PCO.

E. PATOFISIOLOGI

Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal


merupakan fungsi pembesaran atau kompensasi dari
peningkatan dalam afterload. Jika resistensi vaskuler paru-
paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada
penyakit vaskuler atau parenkim paru-paru, peningkatan
curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna.
Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika
volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD
yang dikarenakan adanya pernaniangan pernbuluh paru-
paru dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru-paru dapat menyebabkan perubahan
fisiologis yang pada suatu waktu akan memengaruhi
jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan
sering kali berakhir dengan gagal jantung. Beberapa
kondisi yang menyebabkan penurunan oksigenasi paru-
paru,dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkapnia (pen ingkatan PaCO2), dan insufisiensi
ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan
vasokonstriksi arteri pulmonar dan memungkinkan
penurunan vaskularisasi pull-part’ seperti pada emfisema
dan emboli paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan
tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga
menyebabkan hipertensi pulmonal. Arterial mean pressure
pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat
menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan
hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan.

F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI

Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya: 


a) Sinkope
b) Gagal jantung kanan
c) Edema perifer
d) Kematian

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk
meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit
yang melatarbelakangi beserta manilestasi dari gagal
jantungnya.

Penatalaksanaan medis secara umum:


 Pada pasien dengan penyakit asal COPD: pemberian 02
sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas
dan menurunkan tekanan arteri puhnonal serta tahanan
vaskuler pulmonal.
  Higienis bronkhial: diberikan obat golongan
bronkodilator.
  Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi
hipoksemia dan hiperkapnia.
 Bed rest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.
 Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas
dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga
mempunyai efek digitalis ringan.
Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula
perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena
penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan
pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya,
dan biasanya dalam jangka waktu yang lama. Pasien
dengan COPD dianjurkan untuk menghindari alergen
yang dapat mengiritasi jalan napas.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

a) Anamnesa,meliputi:
Informasi yang didapat pada anamnesis dapat berbeda antara satu
penderita dengan penderita lain tergantung pada penyakit dasar yang
menyebabkan CP. CP akut akibat emboli paru keluhannya adalah sesak
tiba-tiba pada saat istrahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan
hemoptisis.
Pada penderita CP dengan PPOM sebagai penyakit dasarnya maka
keluhannya adalah sesak nafas disertai batuk yang produktif (banyak
sputum). Pada penderita CP dengan Hipertensi Pulmonal Primer,
keluhannya berupa sesak nafas dan sering pingsan jika beraktivitas
(exertional syncope). Dalam hal mengevaluasi keluhan sesak nafas,
haruslah disingkirkan adanya kelainan pada jantung kiri sebagai kelainan
jantung kiri (misalnya: Stenosis mitral, payah jantung kiri) menimbulkan
keluhan orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Jika terjadi gagal
jantung kanan maka keluhan bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah
sering terjadi.
I. Identitas pasien
Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-
anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah
pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar
polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang
menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan
dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru.
§  Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi
saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal
adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan
merokok yang tinggi.
Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya
kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan
kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang sehat.
Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik, hal ini akan semakin
memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor
pulmonal.

II. Riwayat sakit dan Kesehatan


 Keluhan utama
  Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
 Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-
tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan
sampai berat:
Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan,
biasanya disertai sesak nafas. Apakah kelemahan fisik bersifat local
atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan. Bagaimana nilai
rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Kapan
timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya
kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun
saat beraktifitas.
 Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit
seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru,
fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat
hipertensi pulmonal.
III. Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)
a)      B1 (BREATH)
·    Pola napas : irama tidak teratur
·    Jenis: Dispnoe
·    Suara napas: wheezing
·    Sesak napas (+)
b)      B2 (BLOOD)
·    Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
·    Nyeri dada (+)
·    Bunyi jantung:  murmur
·    CRT : tidak terkaji
·    Akral : dingin basah
c)      B3 (BRAIN)
·    Penglihatan (mata):
Ø  Pupil : tidak terkaji
Ø  Selera/konjungtiva : tidak terkaji
·    Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
·    Penciuman (hidung) : tidak terkaji
·    Pusing
·    Gangguan kesadaran
d)      B4 (BLADDER)
·    Urin:
Ø  Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
Ø  Warna : kuning pekat
Ø  Bau : khas
·    Oliguria
e)      B5 (BOWEL)
·   Nafsu makan : menurun
·   Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
·   Abdomen : asites
·   Peristaltic : tidak terkaji
f)      B6 (BONE)
·   Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
·   Kekuatan otot : lemah
·   Turgor : jelek
·   Oedema
IV. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap
penyakit.

2. Diagnosa Keperawatan

1)        Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara


reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar
pada status cedera kapiler paru.
2)        Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan
penekanan toraks.
3)        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha
bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4)        Intoleransi aktifitas  yang b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
5)        Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Hr/tgl/jam Dx.kep Tujuan Intervensi Ttd

1. Sabtu Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen asam basa :


pertukaran keperawatan selama 2x24
17/11/2018 gas jam diharapkan pasien 1. Monitor pola
pernafasan
07.00 mengatur status pernafasan 2. Posisikan klien
dengan criteria hasil : untuk mendapatkan
ventilasi yang
1. Saturasi oksigen adekuat
(5) 3. Intruksikan pasien
2. Keseimbangan untuk menghindari
ventilasi dan kelebihan
perfusi (5) penggunan
3. Ph arteri (5) penggobatan yang
4. Tidal menggandung HCO3
karbondioksida dengan tepat.
akhir (5) 4. Berikan terapi
oksigen dengan
tepat

DAFTAR PUSTAKA

https://gustiayuderly.wordpress.com/2012/12/17/askep-penyakit-jantung-paru-
cor-pulmonal/

https://plus.google.com/107059150070981872211/posts/JR9QSU1fv5p

herdman heather.2015.NANDA international inc. Nursing diagnoses : definitions


& classifications 2015-2017.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC

Moorhead sue.2016.nursing outcomes classification


(NOC).indonesia:cv.mocomedia pengawasan Elsevier inc

M Gloria.2016.nursing interventions classification (NIC).indonesia:cv.mocomedia


pengawasan Elsevier inc

https://www.scribd.com/doc/184646434/Laporan-Pendahuluan-Penyakit-Jantung-
Paru

Anda mungkin juga menyukai