Anda di halaman 1dari 35

BAB I.

PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu sumber masalah kesehatan di Negara


berkembang, termasuk di Indonesia, karena tingkat kesakitan dan kematiannya
yang masih tinggi. Lebih dari 2,3 milyar kasus dan 1,5 juta anak dibawah lima
tahun meninggal karena diare, mencakup sekitar 16% seluruh kematian anak di
bawahh lima tahun di seluruh dunia. Asia Tenggara membeikan kontribusi besar,
yaitu 38%. Di Indonesia, berdasarkan data Risksdas (Riset Kesehatan Dasar)
tahun 2007, angka kematian karena diare pada anak dibawah lima tahun sebesar
17,2%. Di Sulawesi selatan angka morbiditas diare adalah 7,19/1000 penduduk
dan 23,3% diantaranya dibawah umur 5 tahun.1,2
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya Nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per harim disertai
perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah.selama diare
akan terjadi peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses.
Kehilangan cairan uang terus berlangsung dan tidak diimbangi dengan
panggantian yang cukup, maka akan berakhir menjadi dehidrasi. Dan jika keadaan
ini berlangsung terus maka dapat terjadi dehidrasi berat dan bahkan kematian.
Resiko dehidrasi pada anak balita lebih besar karena komposisi cairan tubuh yang
besar dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara bebas.2,3
Cara terbaik untuk menentukan derajat dehidrasi adalah persentase
kehilangan volume cairan yang bisa dihitung dari selisih berat badan sebelum
sakit dan berat badan setelah sakit dibagi dengan berat badan sebelum sakit.
Namun data berat badan sebelum sakit masih sulit diperoleh terutama di negara-
negara berkembang termasuk juga Indonesia.2
Melihat pentingnya penentuan derajat dehidrasi dalam penanganan pasien
diare dan sulitnya menghitung penurunan berat badan selama dehidrasi maka
World Health Organization (WHO) telah membuat penilaian derajat dehidrasi
berdasarkan empat parameter penilaian gejala yaitu keadaan umum, mata, rasa
haus dan penilaian turgor kulit. Penilaian derajat dehidrasi sangat mudah

1
digunakan oleh masyarakat awam sehingga diharapkan dapat mengurangi
komplikasi dehidrasi. Namun penilaian dehidrasi WHO ini pada umumnya
bersifat subjektif. Sebagai akademisi dan pelayan kesehatan tentu perlu suatu
penilaian dehidrasi dengan menggunakan kriteria objektif. Atas dasar ini, maka
dibuat “skor dehidrasi WHO modifikasi Universitas Hasanuddin (UNHAS)” yang
merupakan modifikasi dari penilaian derajat dehidrasi WHO. Yang membedakan
skor dehidrasi UNHAS dengan penilaian WHO adalah sistem penggunaaan skor
dan ditambahnya dua parameter penilaian dehidrasi yang bersifat objektif yaitu
penilaian frekuensi napas dan frekuensi nadi serta penilaian membranmukosa
mulut.2

2
A. LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A No. Register : xxxx
Umur : 13 bulan Nama RS : RS AL Jala Ammari
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. Pasar cidu
Tgl MRS : 4 Desember 2015
Dokter jaga : dr. A

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : BAB encer
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi lebih dari 10
kali dalam sehari dengan konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan, tidak ada
ampas, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak ada busa, tidak seperti air cucian
beras, ada muntah 3 jam sebelum masuk rumah sakit, tidak berisi makanan, ada
demam sejak 1 hari yang lalu, ada batuk, ada lendir, nafsu makan berkurang sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit, BAK lancar berwarna kuning.
Riwayat pengobatan :
Riwayat pengobatan dahulu dengan keluhan yang sama tidak ada.

Riwayat sebelum MRS :


 ASI : Diberikan sejak lahir sampai sekarang.
 Susu formula : Diberikan sejak usia 8 bulan untuk membantu ASI

Riwayat penyakit sebelumnya :


Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada.

3
Riwayat penyakit keluarga/lingkungan :
Riwayat penyakit didalam keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada,
riwayat penyakit di lingkungan dengan keluhan yang sama ada.

Riwayat pertumbuhan :
Saat ini pasien sudah dapat mengangkat kepala dan dadanya tegak, sudah
dapat merubah posisi tubuh dari tengkurap ke telentang, sudah dapat duduk
dengan sendiri, sudah dapat merangkak dan sudah mulai berjalan dengan
berpegangan.

Riwayat imunisasi :
Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien mendapatkan imunisasi
lengkap sesuai jadwal di puskesmas. Saat lahir pasien langsung di imunisasi di
rumah sakit bersalin dan imunisasi berikutnya selalu dilakukan di puskesmas.

4
III. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis : Sakit sedang, gizi cukup, compos mentis
Berat badan = 7,6 kg
Panjang badan = 60 cm
Status vitalis : T = 90/60 mmHg
N = 140 x/menit
P = 72 x/menit, tipe thorakal
S = 39,2 ℃
Kepala : Normocephal, deformitas (-)
Rambut : Hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata : Mata cekung (+/+), pupil bulat, isokor (+/+), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung
(+/+), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-)
THT : Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), otore (-)
Mulut : Bibir kering (+), stomatitis (-)
Leher : Deviasi (-), retraksi (-), KGB tidak teraba pembesaran
Thoraks :
Paru
I : Ekspansi dada simetris, statis dan dinamis, retraksi (-),
penggunaan otot bantu napas (-)
P : Nyeri tekan (-), massa (-), vocal fremitus ka=ki
P : Sonor, batas paru hepar ICS V anterior
A : Vesikuler (+/+)
BT = Rh : + + Wh : - -
- - -
- - - -
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P:-
A : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-)

5
Abdomen I : Datar mengikuti gerak napas, distensi (-), jaringan parut
(-)
A : Peristaltik (+), kesan meningkat
P: Massa tumor (-), nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak
teraba membesar, turgor menurun
P : Timpani
Ekstremitas : Akral dingin, edema (-)

DIAGNOSIS
Diare akut dehidrasi berat

DIAGNOSIS BANDING
Diare releated pneumonia
Gastroenteritis akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Analisis feses
3. Elektrolit

TERAPI/PENATALAKSANAAN YANG DIBERIKAN


IV FD asering 228cc dalam 30 menit, lanjut 71 tpm dalam 2,5jam
Zinc 20 mg/hari selama 10 hari
Lactobi 1 sachet/hari

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad saentiona, : bonam

6
RESUME
Seorang anak laki-laki usia 13 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan
BAB encer yang dialami sejak satu hari yang lalu dengan frekuensi lebih dari 10
kali sehari dengan konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan, tidak ada
ampas, tidak ada lendir, tidak ada darah, disertai nyeri perut, ada mual dan muntah
3 jam sebelum masuk rumah sakit, tidak berisi makanan. Demam sejak 1 hari
yang lalu, ada batuk, ada lendir, nafsu makan berkurang sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, BAK lancar berwarna kuning.
Dari pemeriksaan didapatkan berat badan 7.6 kg, panjang badan 60 cm.
Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 140 kali/menit, pernapasan 72 kali/menit tipe
thorakal, suhu 39,2 ℃ diukur di axilla, mata cekung (+/+), bibir kering (+), pada
auskultasi thorak didapatkan ronkhi pada kedua apex paru.

7
B. DISKUSI

Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses
tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali
dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare
akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare
kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta
dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan
tanda-tanda dehidrasi.
Pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan
elektrolit pada saluran pencernaan. Mekanisme gangguan tersebut ada lima
kemungkinan, yaitu:
1) Osmolaritas intraluminer yang meningkat (diare osmotik)
2) Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretorik)
3) Absorpsi elektrolit berkurang
4) Motilitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu transit yang
pendek

8
BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.Sistem Pencernaan
a. Anatomi sistem pencernaan
Sistem pencernaan merupakan suatu tabung atau saluran panjang
yang berawal di rongga mulut dan berakhir di anus. Sistem terdiri atasa
rongga mulut (Cavitas oris) esophagus (oeshopagus) lambung (gaster) usus
halus (intestinum tenue) usus besar (intestinum crassum) rectum (rectum)
dan kanalis analis(canalis analis). Saluran pencernaan berhubungan dengan
organ-organ pencernaan tambahan yaitu kelenjar liur (glandule salvary),
hati(hepar) dan pankreas (pancreas). Organ tambahan terletak di luar saluran
pencernaan. Produk sekretoriknya dicurahkan kedalam saluran pencernaan
melalui duktus ekskretorius yang menembus dinding saluran pencernaan.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Makanan yang ditelan merupakan sumber bahan bakar yang esensial. Bahan
bakar tersebut digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP untuk
melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya
transpor aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi.

9
Gambar 1.
Sistem pencernaan4

b. Histologi Sistem Pencernaan


1. Rongga mulut
Karena makanan secara fisik di dalam rongga mulut, daerah ini dilapisi
oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk sebagai pelindung, yang
juga melapisi permukaan dalam atau labial bibir.
2. Esofagus.
Esofagus hanya dikelilingi oleh jaringan ikat, yang disebut adventisia. Di
rongga abdomen, dinding terluar segmen pendek esophagus dilapisi oleh
mesotelium (epitel selapis gepeng) untuk membentuk serosa. Disebelah

10
dalam, lumen esophagus dilapisi oleh eptel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk (epithelium stratifacatum squamosum non cornificatum) yang
basah.5
3. Lambung
Pada taut esophagus-lambung terdapat perubahan dari epitel berlapis
gepeng esophagus menjadi epitel selapis slindris lambung.5
Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada dilapisan mukosa dibagi
menjadi dua daerah berbeda : (1) mukosa oksintik, yang melapisi korpus
dan fundus, dan (2) daerah kelenjar pylorus yang melapisi antrum.
Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga
jenis sel sekretorik eksokrin lambung : (1) sel mucus melapisi foveola
gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel ini mengeluarkan mucus encer;
(2) Chief cell yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan precursor enzim
pepsinogen; (3) Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor
intrinsik.
4. Usus Halus.
Di dalam usus terdapat plika sirkularis yaitu lipatan atau peninggian
mukosa (dengan inti submukosa) permanen yang berpilin dan terjulur ke
dalam lumen usus halus.5
Dipermukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan
khusus disebut mikrovilus yang membentuk brush borderyang
mengandung enzim yang melekat ke membran : (1) Enterokinase,
mengaktifkan enzim pancreas tripsinogen; (2) Disakaridase (maltase,
sukrase dan lactase) yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dengan
menghidrolisis disakarida yang tersisa; (3) aminopeptidase, yang
menghidrolisis fragmen-fragmen peptide kecil menjadi komponen-
komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein selesai.
Terdapat sel paneth memiliki fungsi pertahanan yaitu menjaga sel punca.
Sel-sel ini menghasilkan dua bahan kimia yang mengusir bakteri : (1)
lisozim, enzim yang melisiskan bakteri yang juga terdapat di liur; (2)
defensing, protein kecil dengan kemampuan antibakteri.

11
5. Usus Besar
Di colon terdapatlamina propria yang terdentasi oleh kelenjar intestinal
(kripte liberkuhn) panjang yang terentang dari lamina propria hingga
muskularis mukosa.5
6. Rektum
Epitel permukaan lumen dilapisi oleh sel selapis slindris dengan limbus
striatus dan sel goblet.5
7. Anus
Bagian kanalis di atas taut anorektal menggambarkan bagian terbawah
rectum. Bagian kanalis analis di bawah taut anorektal menunjukkan
transisi dari epitel selapis slindris menjadi epitel berlapis gepeng kulit.5
Dinding saluran cerna memiliki struktur umum yang sama diseluruh
panjangnya dari esofagus sampai anus, dengan beberapa variasi local khas
untuk masing-masing bagian. Potongan melintang saluran cerna
memperlihatkan empat lapisan jarigan utama. Dari lapisan paling dalam ke
arah luar adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa.
1. Mukosa
Mukosa melapisi permukaan luminal saluran cerna. Bagian ini dibagi
menjadi tiga lapisan :
 Komponen primer mukosa adalah membran mukosa, suatu lapisan
epitel sebelah dalam yang berfungsi sebagai permukaan protektif.
Lapisan ini juga mengalami modifikasi di bagian-bagian tertentu
untuk sekresi dan absorpsi. Membran mukosa mengandung sel
kelenjar eksokrin untuk sekresi getah pencernaan, sel kelenjar
endokrin untuk sekresi hormon pencernaan kedalam darah, dan sel
epitel yang khusus untuk menyerap nutrien yang telah tercerna.
 Lamina propria adalah lapisan tengah tipis jaringan ikat tempat epitel
berada. Lapisan ini mengandung GALT (Gut Associated Lymphoid
Tissue), yang penting dalam pertahanan terhadap bakteri usus
penyebab penyakit.

12
 Muskularis mukosa, lapisan otot polos yang jarang, adalah lapisan
mukosa terluar yang terletak disamping submukosa.
2. Submukosa
Submukosa adalah lapisan tebal jaringan ikat yang menentukan regangan
dan elastisitas saluran cerna. Bagian ini mengandung pembuluh darah
besar dan pembuluh limfe, dimana keduanya membentuk cabang-cabang
ke arah dalam ke lapisan mukosa dan kearah luar ke lapisan otot tebal
disekitarnya. Didalam submukosa juga terdapat anyaman saraf yang
dikenal sebagai pleksus submukosa.
3. Muskularis eksterna
Muskularis eksterna, selubung otot polos utama saluran cerna,
mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran cerna, muskularis
eksterna terdiri dari dua lapiran : lapisan sirkular dalam dan lapisan
longitudinal luar. Serat-serat didalam lapisan otot polos mengelilingi
saluran. Kontraksi serat-serat melingkar ini mengurangi garis tengah
lumen, mempersempit saluran di tiitk kontraksi. Kontraksi serat dilapisan
luar, yang berjalan longitudinal di sepanjang saluran cerna,
memperpendek saluran. Bersama-sama, aktivitas kontraktil kedua lapisan
otot ini menghasilkan gerakan mendorong dan mencampur. Anyaman
saraf lain, pleksus mienterikus, terletak diantara kedua otot. Bersama-
sama pleksus submukosa dan mienterikus, disertai hormone dan mediator
kimiawi lokal, membantu mengatur aktivitas usus lokal.
4. Serosa
Jaringan ikat paling luar yang menutupi saluran cerna adalah serosa, yang
mengeluarkan cairan encer licin (cairan serosa) yang melumasi dan
mencegah gesekan antara organ-organ pencernaan dan visera sekitarnya.
Hampir diseluruh panjang saluran cerna, serosa bergabung dengan
mesenterium, yang menggantung organ-organ pencernaan dari dinding
dalam rongga abdomen. Perlekatan ini menghasilkan fiksasi relatif,
menopang organ-organ pencernaan di posisinya yang benar, sementara

13
tetap memberi kebebasan untuk melakukan gerakan mencampur dan
mendorong.

c. Fisiologi Pencernaan

Adapun fisiologi sitem pencernaan, terdapat 4 proses pencernaan dasar


meliputi :
1.) Motilitas
Kata motilitas merujuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan
mendorong maju isi saluran cerna. Seperti otot polos pembuluh darah, otot
polos di dinding saluran cerna mempertahankan suatu kontraksi tingkat
rendah yang menetap yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting untuk
mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran cerna untuk mencegah
dindingnya teregang permanen setelah mengalami distensi.6
2.) Sekresi
Sejumlah getah pencernaan dieksresikan ke dalam lumen saluran cerna
oleh kelenjar eksokrin di sepanjang perjalanan, masing-masih dengan
produk sekretorik spesifik. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air,
elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dan proses
pencernaan, misalnya enzim, garam empedu, atau mucus.
Sel-sel sekretorik mengekstraksi dari plasma sejumlah besar air dan bahan
menrah yang diperlukan untuk menghasilkan sekresi tertentu tersebut.
Pada rangsangan saraf atau hormon yang sesuai, sekresi dibebaskan
kedalam saluran cerna. Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan
direabsorpsi dalam suatu bentuk kembali ke darah setelah ikut serta dalam
proses pencernaan. Kegagalan reabsorpsi (misalnya karena muntah atau
diare) menyebabkan hilangnya cairan yang “dipinjam” dari plasma ini.
Selain itu, sel-sel endokrin yang terletak di dinding saluran cerna
mensekresikan hormone perncernaan ke dalam darah yang membantu
pengontrolan motilitas pencernaan dan sekresi kelenjar eksokrin.6\

3.) Pencernaan

14
Manusia mengonsumsi tiga kategori biokimiawi bahan makanan kaya
energi:karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul besar ini tidak
dapat melewati membran plasma untuk diserap dari lumen saluran cerna
ke dalam darah atau limfe. Kata pencernaan merujuk kepada penguraian
biokimia struktur kompleks makanan menjadi satuan-satuan yang lebih
kecil dan dapat diserap, oleh enzim-enzim yang diproduksi di dalam
sistem pencernaan.
4.) Penyerapan
Di usus halus, pencernaan telah tuntas dan terjadi sebagian besar
penyerapan. Melalui prose penyerapan, unit-unit kecil makanan yang dapat
diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama dengan air, vitamin, dan
elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau
limfe.6
Menelan dimulain ketika suatu bolus yang telah dikunyah atau encer secara
sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut menuju faring. Pencernaan di
mulut melibatkan hidrolisis polisakarida menjadi disakarida oleh amilase.
Namun, sebagian besar pencernaan oleh enzim ini dilakukan di korpus
lambung setelah massa makanan dan liur tertelan.
Tekanan bolus merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang mengirim
impuls aferen ke pusat menelan yang terletak di medulla batang otak. Pusat
menelan kemudian secara refleks mengaktifkan dalam urutan yang sesuai
otot-otot yang terlibat dalam proses menelan.
Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring
berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut
melalui faring untuk masuk ke esofagus. Tahap esofagus, pusat menelan
memicu gelombang peristaltic primer yang menyapu dari pangkal ke ujung
esofagus, mendorong bolus di depannya menulusuri esofagus untuk masuk ke
lambung. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik
untukmencapai ujung bawah esofagus. Jika bolus yang tertelan besar dan
lengket dam tidak dapat didorong mencapai lambung oleh gelombang
peristaltik primer, maka bolus yang tertahan tersebut akan meregangkan

15
esofagus, merangsang reseptor tekanan di dindingnya dan pengaktifan
gelombang peristaltik kedua yang lebih kuat. Sekresi esofagus seluruhnya
terdiri dari mukus. Pada kenyataannya, mukus disekresikan di sepanjang
saluran cerna oleh sel kelenjar penghasil mukus di mukosa.
Dimulai dari motilitas, lambung memiliki motilitas yang kompleks yaitu
pengisian, penyimpanan, pencampuran dan pengosongan.
Pengisian lambung melibatkan relaksasi reseptif, relaksasi ini meningkatkan
kemampuan lambung menampung tambahan volume makanan dengan hanya
menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung.
Makanan disimpan di korpus lambung. Sekelompok sel pemacu yang terletak
di region fundus menghasilkan gelombang lambat yang menyapu ke bawah
seoanjang lambung menuju sfingter pylorus dengan frekuensi tiga kali per
menit. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur lemah maka
makanan yang disalurkan dari esofagus disimpan di bagian korpus yang
relatif tenang tanpa mengalami pencampuran.
Pencampuran makanan berlangsung di antrum. Kontraksi peristaltik antrum
yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan
kimus. Setiap gelombang peristaltic mendorong kimus maju menuju sfingter
pylorus. Gerakan maju mundur mencampur kimus secara merata di antrum.
Pengosongan lambung umumnya dikontrol oleh faktor di duodenum. Selain
mencampur isi lambung, kontraksi peristaltic antrum adalah gaya untuk
mengosongkan isi lambung. Faktor ini mempengaruhi ekstabilitas lambung
dengan dengan sedikit mendepolarisasi atau menghiperpolarisasi otot polos
lambung. Ekstabilitas ini selanjutnya adalah penentu derajat aktivitas
peristaltik antrum. Semakin besar eksitabilitas, semakin sering BER
menghasilkan potensial aksi, semakin besar tingkat aktivitas peristaltik di
antrum dan semakin cepat laju pengosongan lambung.
Usus halus adalah tempat utama untuk pencernaan dan penyerapan. Motilitas
utama usus halus selama pencernaan secara merata mencampur makanan
dengan getah pancreas, empedu dan usus halus untuk mempermudah
pencernaan. Getah yang disekresikan oleh usus halus tidak mengandung

16
enzim pencernaan apapun. Enzim-enzim yang disintesis oleh usus halus
bekerja di dalam membran brush bordersel epitel. Enzim pancreas
melanjutkan pencernaan karbohidrat dan protein di lumen usus halus. Enzim-
enzim brush border usus halus menuntaskan pencernaan karbohidrat dan
protein. Lemak dicerna seluruhnya oleh di lumen usus halus oleh lipase
pankreas. Lapisan dalam usus halus beradaptasi baik untuk melakukan fungsi
pencernaan dan penyerapannya. Lipatan-lipatannya mengandung banyak
tonjolan berbentuk jari, vilus dan mikrovilus. Permukaan ini meningkatkan
luas permukaan yang tersedia untuk menempatkan enzim-enzim yang terikat
ke membrane untuk melakukan penyerapan yang aktif dan pasif. Hanya
sejumlah kecil cairan dan residu makan yang tidak tercerna yang disalurkan
ke usus besar.
Kolon terutama berfungsi untuk memekatkan dan menyimpan residu
makanan yang tidak tercerna dan bilirubin sampai dapat dieliminasi dari
tubuh sebagai feses. Kontraksi haustra secara perlahan mengaduk isi kolon
untuk mencampur dan mempermudah penyerapan sebagian besar cairan dan
elektrolit yang tersisa. Tidak terjadi sekresi enzim pencernaan atau
penyerapan nutrien di kolon karena pencernaan dan penyerapan semua
nutrien telah selesai di usus halus. Penyerapan sebagian dari garam dan air
yang tertinggal mengubah isi kolon menjadi feses.

B. Diare dan Dehidrasi


a. Definisi Diare

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak


ataulebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, dare didefenisikan sebagai pengeluaran
tinja>10 g/kg/24jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar
5-10 g/kg/24 jam.7

b. Definisi Dehidrasi

17
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan
(misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan
gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.8

c. Pembagian Diare
a) Berdasarkan Episode/Perlangsungan
1. Perlangsungan Akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines 2005 diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari.
2. Perlangsungan Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Sebenarnya para pakar didunia telah mengajukan batasan criteria
mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3
minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15
hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare dengan lebih cepat.9

b) Berdasarkan penyebabnya
1. Diare Infeksi
Diare infeksi dibagi menjadi :9
a. Non invasif (enterotoksigenik): bakteri yang tidak merusak mukosa,
misalnya Vibrio cholera Eltor, Enterotoxigenic E.coli (ETEC), dan
Clastridium perfringens, V.cholerae eltor mengeluarkan toksin yang
Enterotoksin ini menyembabkan kegiatan berlebihan nikotinamid
adenine dinokleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3’,5’Camp dalam sel menyebabkan sekresi aktif anion

18
klorida ke dalam lumen usus yang diikutioleh air, ion berkarbonat,
kation natrium dan kalium.
b. Invasif (enterovasif) bakteri yang merusak mukosa misalnya
Enteroinvasive E.coli (EIEC), Salmonella Shigella yersina,
C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus
berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif.
Cairan diare dapat tercampur lender dan darah. Penyebab parasit yang
sering yaitu E.histolytica dan G.lamblia.9

Diare infeksi dapat disebabkan oleh :


a. Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus,
Norwalk like virus, cytomegalovirus, echovirus, virus HIV
berkembang biak dalam epitelvili usus halus, menyebabkan kerusakan
sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara
normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus
mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan
dengan hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan berkurangnya
absorpsi disakarida terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili
mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.9
b. Bakteri
Secara umum bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya diare ialah
Shigella sp, E.coli, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia
enterolytica, Campylobacter jejuni, V. Parehemoliticus,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klabsiella, Pseudomonas,
Aeromonas proteus. Selain itu bakteri dapat menginvasi dengan:9
o Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak di usus
halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindari
diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui pili yang melekat
pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada

19
E.coli enteroksigenik dan V.Cholera. Pada beberapa kedaan,
penempelan mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus
yang menyebabakan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan.9
o Toksin yang menyebabkan sekresi E.Coli enterotoksigenik, V.
cholerae dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang
menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorpsi
natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi klorida
dari kripte, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit.
Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang
sehat setelah 2-4 hari.9
o Invasi mukosa Shigella, C jejuni, E. Coli enteroinvasife dan
salmonella dapat menyebakan diare berdarah melalui invasi
danperusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di kolon
dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan
pembentukan mikroabses dan ulkus superficial yang menyebabkan
adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya
darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakanjaringan dan kemungkinan juga sekresi air
dan elektrolit dari mukosa.9
c. Protozoa
Secara umum protozoa dapat menyebabkan terjadinya diare ialah
Entamoeba Histolitica, Gardia Lambia, Cryptospordium parvum,
Balantidium Coli. Dll.9
o Penempelan mukosa. Giardai lamblia dan cyrptospordium
menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan
vili, yang kemungknan menyebabkan diare.
o Invasi mukosa E. Histolitica menyebabkan diare dengan cara
menginvasi epitel mukosa di kolon(atau ileum) yang menyebabkan
mikroabses dan ulkus. Namun keadaan ini terjadi apabila strainnya
sangat panas. Pada manusia, 90% infeksi terjadi oleh strain yang

20
tidak ganas. Dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa da tidak
timbul gejala/tanda-tanda, meskipun kista amoeba dan trofozoit
mungkin ada di dalam tinja.9
d. Worm : A. Lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura,
S.stecoralis, cestodiasis.9
e. Fungus : Kandida/monoliasis9
2. Diare Non infeksi
a. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anakan akan terganggu
2) Malabsorbsi lemak, dalam makanan terdapat makanan disebut
trigliserida dengan bantuan lipase mengubah lemak menjadi
micelles yang siap diabsorbsi oleh usus. Jika tidak ada lipase dan
terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena
tidak diserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung
lemak.10
b. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare dalah makanan yang
terkontaminasi, basi, beracun,terlalu banyak lemak, mentah(sayuran)
dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada balita.10
c. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare.10

d. Berdasarkan Patofisiologi
1. Diare sekretorik
Diare sekretorik terjadi karena gangguan transport cairan dan elektrolit
menembus mukosa enterokolon. Diare ini secara klinis ditandai oleh

21
pengeluaran tinja yang cair, banyak dan biasanya tak nyeri dan menetap
meskipun puasa. Karena tidak terdapat zat terlarut yang mengalami
malabsorbsi maka osmolaritas tinja ditentukan oleh elektrolit endogen
normal tanpa osmotic gap tinja.11
 Obat

Efek samping ingesti regular dan toksin merupakan penyebab tersering


diare kronik sekretorik. Ratusan obat resep dan obat bebas dapat
menyebabkan diare. Pemakaian diam-diam atau kebiasaan
mengonsumsi laktasif stimulant juga perlu dipertimbangkan. Konsumsi
etanol kronik dapat menyebabkan diare tipe sekretorik akibat cedera
eterosit disertai gangguan penyerapan natrium dan air serta transit yang
cepat dan perubahan lain.11
 Reseksi usus, penyakit mukosa atau Fisula Enterokolik.
Penyakit ini dapat menyebabkan diare sekretorik karena berkurangnya
luas permukaan untuk reabsorbsi cairan dan elektrolit. Tidak seperti
diare sekretorik tipe lain keadaan yang berhubungan dengan penyakit
ini cenderung memburuk dengan makanan. Pada penyakit (mis iletis
Crhon) atau reseksi ileum < 100cm, asa empedu dihidroksi mungkin
tidak terserap adan merangsang sekresi kolon. Mekanisme ini mungkin
Ikut berperan menyebabkan kondisi yang disebut sebagai diare
sekretorik idiopatik, ketika asam empedu mengalami malabsorbsi
fungsional dari ileum terminal yang tampak normal. Obstruksi usus
persial, struktur ostomi, atau impaksi tinja dapat secara paradok
meneybabkan peningkatan pengeluaran tinja akibat hipersekresi
cairan.11
 Hormon
Meskipun jarang contoh klasik diare sekretorik adalah diare yang
diperatarai oleh hormon. Tumor karsinoid gastrointestinal metastatic
atau yang jarang, karsinoid bronkus primer dapat menyebabakan diare
cair saja atau sebagian dari sindrom karsinoid yang terdiri dari flushing,

22
mengi, dispneu. Diare disebebkan oleh berbagai secret usus poten ke
dalam darah, termasuk serotonin, histamine, prostaglandin dan berbagai
kinin, kelainan kulit yang terjadi akibat pembentukan berlebihan
serotonin disertai deplesi niasin. Gastrinoma merupakan salah satu
tumor neuroendokrin yang paling sering, biasanya bermanifestasi
sebagai tukak peptic refrakter namun dapat juga menyebkan diare pada
sepertiga kasus, sementara secret lain yang dibebaskan bersama gastrin
mungkin berepran, diare pada umumnya terjadi karena maldigesti
lemak karena inaktivasi enzim pankreas oleh pH intraduodenum yang
rendah. Diare sekretorik sering massif dengan volume tinja >3/L hari,
volume harian hingga 20 L. Karsinoma medullaris tiroid dapat
bermanifestasi sebagai diare cair akibat kalsitonin peptisida sekretorik
lain atau prostaglandin. Mastositosis sistemik yang mungkin berkaitan
dengan lesi kulit uritkaria pigmentosa dapat menyebabkan diare yang
bersifat sekretorik dan diperantai oleh histamin atau peradangan karena
infiltrasi usus oleh sel mast. Serta Adenoma visola kolorektum yang
besar meyebabkan diare sekretorik yang dapat menimbulkan
hipokalemia dapat dihambat oleh OAINS dan tampaknya diperantai
oleh prostaglandin.11
 Defek Kongenital Absorbsi Ion
Meskipun jarang, defek pada pembawa spesifik yang berkaitan dengan
penyerapan ion menyebabkan diare cair sejak lahir, dan penyakit ini
mencakup gangguann pertukaran CL-/HCO3- (kloridorea kongential )
disertai alkalosis dan gangguan pertukaran Na+/H+ dengan asidosis.
Beberapa defenisi hormone mungkin menyebabakan diare cair, seperti
yang terjadi pada infusiensi adrenokorteks (penyakit Addison) mungkin
disertai oleh hiperglementasi kulit.11
2. Diare Osmotik
Diare osmotik disebabkan karena adanya substrat yang tidak dapat di serap
di cairan gastrointestinal, dan secara umum berhubungan dengan
kerusakan usus halus. Contoh klasik diare osmotik adalah intoleransi

23
laktosa disebabkan karena defesiensi enzim sehingga laktosa tidak dapat
diserap di usus halu dan mencapai kolon dalam keadaan intak. Bakteri
kolon kemudian memfermentasi laktosa yang tidak dapat terserap tersebut
menjadi asam organik rantai pendek, membangitkan osmosis dengan air
disekresikan ke lumen. Contoh lain adalah konsumsi minuman
berkarbonisasi yang mengandung gula dalamjmlah berlebihan melampaui
kapasitas transport, terutama pada balita, dan konsumsi sorbitol serta
garam magnesium yang keduanya tidak diabsorbsi. Secara umum, diare
osmotic saat pencernaan dan/atau penyerapan bermasalah. Diare osmotic
berhenti dengan puasa dan memiliki pH asam.11
3. Gangguan Motalitas Usus
Gangguan motalitas usus, baik peningkatan maupun penurunan motalitas
usus dapat menyebabkan diare. Peningkatan motalitas usu dapat dijumpai
pada penyakit tirotoksikosis, opiate withdrawal, irritable colon in infacy
atau diare non-spesifik kronik. Penurunan motalitas usus dapat disebabkan
oleh, malnutrisi, scleroderma, diabetes mellitus, intestinal pseudo-
obstruction syndrome dan penyakit hirschprung semua ini dapat
menyebabkan bakteri tumbuh lampau yang hebat pada usus halus, dan
terjadi kerusakan mukosa serta peradangan. Bakteri tumbuh lampau dapat
menyebabkan dekonjugasi garam empedu dan sebagai akibatnya terjadi
peningkatan siklik AMP mediator intrasel yang menyebabkan terjadinya
diare sekretorik .Diare peradangan relative umum pada kelompok umur
anak-anak, khususnya berhubungan dengan gangguan diare akut yang
kemudian menjadi infeksi. Keadaan-keadaan peradangan kronik seperti
colitis ulseratif, dan penyakit cohrn juga terjadi pada kelompok usia anak-
anak. Eksudasi mukosa, protein dan darah kedalam lumen gastrointestinal
dapat menambah air tinja, elektrolit, dan kehilangan protein. Diare
peradangan sering disertai dengan sekretorik, osmotik dan bahkan
komponen-komponen yang menginduksi motalitas.11
Irritable bowel syndrom ditandai dengan gangguan motorik usus dan
kolon serta respon sensorik terhadap berbagai rangsangan. Gejala sering

24
buang air besar biasanya mereda pada malam hari , diselingi periode
konstipasi disertai nyeri abadomen yang mereda dengan defekasi.12

D. Skor Diare Dehidrasi


Menurut WHO13
Tanda dan gejala Dehidrasi Dehidrasi Sedang Dehidrasi
Ringan Berat
Keadaan umum Haus, sadar, Ggelisah atau Apatis, lemas,
dan kondisi gelisah lemas, iritabel ekstremitas
dingin dan
sianotik
Nadi Radialis Normal: Cepat dan lemah: Tidak teraba
kurang dari 120-140x/menit
120x/menit
Pernapasan Normal cepat Dalam dan
cepat
Turgor kulit Normal Lambat (<2 detik) Sangat lambat
(>2 detik)
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Normal Kering Sangat kering
Pengeluaran Urin Normal Berkurang Minimal atau
tidak ada
Tekanan darah Normal Normal - Rendah Tidak terukur
sistolik
Rasa Haus Minum Sangat haus Tidak dapat
Normal minum
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Modifikasi UNHAS14
Yang dinilai SKOR
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,

25
mengantuk,
syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa/basah kering Sangat kering
Pernapasan <30x 30-40x >40x
Turgor Baik kurang Jelek
Nadi <120x 120-140x >140x

Skor: 6 : Tanpa dehidrasi


7-12 : Dehidrasi ringan-sedang
≥13 : Dehidrasi berat

E. Penegakan Diagnosa
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang denan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari
15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya sering berhubungan
dengan malabsorbsi dan dehidrasi sering didapatkan. Pasien dengan diare
akur infektif datang dengan keluhan , mual, muntah, nyeri abdomen,
demam, atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang menginfeksi.15
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi
pernapasan, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekana darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda tanda utama dehidrasi: kesadaran umum.
Rasa haus, dan turgor kulit dan tanda tanda tambahan lainnya: mata
cekung atau tidak, bising usus, pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.15
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisita berat atau
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tersebut seperti pemeriksaan darah tepi lengkap,

26
kadar elektrolit serum, ureum, dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan
pemeriksaanEnzym Linked Immunoassay (ELISA) dan foto abdomen.
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan
jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri
terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki
leukositosis dengan kelebisan darah putih. Neutropenia dapat timbul pada
salmonellosis.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya
kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan
untuk melihat adanya leukosit dalam tinja. Adanya telur cacing dan parasit
dewasa.15
F. Penatalaksanaan
Lintas diare
1. Cairan
a. Tanpa dehidrasi
- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NER ORALIT
diberikan 5-10 ml/KgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia,
yaitu umur <1 tahun sebanyak 50-100 ml. umur 1-5 tahun
sebanyak 100-200 mL, dan umur diatas 5 tahun seperlunya. Dapat
diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus
terus diberikan.
Orali adalah larutan untuk mengatasi diare. Larutan ini sering
disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran
Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa anhidrat dan natrium
bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generic
oralit dan larutan ini sekarang dijual dengan berbagai merek
dagang seperti Alphatrolit,Aqualyte, bioralit, dan Corsalit.
Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain ( tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan
profus.16
b. Dehidrasi ringan sedang

27
- Cairan rehidtarasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
mL/Kg BB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang
telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/KgBB setiap diare cair.
- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
di beri minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah Ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi di
evaluasi secara berkala.
 Berat badan 3-10 Kg : 200 mL/KgBB/Hari
 Berat badan 10-15 Kg : 175ml/KgBB/Hari

Pasien dipantau dipuskesmas/ rumah sakit selama poses rehidrasi


sambil member edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang
tua.
c. Dehidrasi berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer laktat atau
Ringer Asetat 100mL/KgBB dengan cara pemberian :
 Umur kurang dari 12 bulan : 30 ml/kgBB dalam 1 jam
pertama, dilanjutkan 70 ml/KgBB dalam 5 jam berikutnya.
 Umur diatas 12 bulan 30 ml/KgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan dengan 70 ml/KgBB dalam 2,5 jam berikutnya
- Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum, dimulai dengan 5 ml/KgBB selama proses
rehidrasi.16
d. Koreksi gangguan asam basa dengan elektrolit
- Hipernatremia (Na > 155mEq/L)
Koreksi penurunan Na didilakukan secara bertahap dengan
pemberian cairan dekstrose 5% salin. Penurunan kadar Na tidak
boleh lebih dari 10mEq/hari karena menyebabkan edema otak.
- Hiponatremia ( Na < 130mEq/L)

28
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila
masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 kadar Na serum x 0,6 berat badan
diberikan dalm 24 jam.
- Hiperkalemia (K< 3,5 mEq/L) koreksi dilakukan menurut kadar
kalium: kadar K 2,5-3.5 mEq/L, berikan KCL 75mEq/KgBB
peroral perhari.
Kadar < 2,5 mEQ/L berikan KCL melalui drip intravena dengan
dosis:
 3.5 kadar K terukur x BB (Kg) x 0,4 + 2 mEq/KgBB/24
jam dalam 4 jam pertama
 3,5 kadar K terukur x BB (Kg) x 0,4 +1/6 x 2 mEq x BB
dalam 20 jam berikutnya

Cairan Tubuh tersebar antara dua kompartemen cairan utama: Cairan


didalam sel, Cairan intrasel (CIS), dan cairan ekstrasel (CES).
Cairan ektrasel berfungsi sebagai penghubung antara sel dan
lingkungan eksternal. Semua pertukaran cairan antara CIS dan dunia
luar harus terjadi melalui CES. Air yang ditambahkan kecairan cairan
tubuh selalu masuk kekompartemen CES ter dahulu ,dan cairan selalu
keluar tubuh melalui CES.
Plasma adalah satu satunya cairan yg dapat dikontrol secara langsung
volume dan komposisinya. Cairan ini beredar melalui semua organ
prekondisi yang melakukan penyesuaian penyesuaian hemostatik.
Namun terjadi pertukaran bebas menembus dinding kapiler, sehingga
jika volume dan komposisi plasma diatur maka volume dan komposisi
cairan intertisium yang membasuh sel juga dapat diatur. Karena itu,
setiap mekanisme control yang bekerja pada plasma pada
hakikatntnya juga mengatur keseluruhan CES. CIS sebaliknya
dipengaruhi oleh perubahan di CES sehingga ke tahap yang masih

29
dimungkinkan oleh permeabilitas sawar membrane yang mengelilingi
sel.
Terdapat dua faktor yang diatur untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ditubuh: volume CES dan osmolaritas CES.
Meskipun regulasi kedua factor ini berkaitan erat, keduanya
bergantung pada jumlah relative NaCl dan air ditubuh, namun
penyebab mengapa keduanya dikontrol secara ketat sangatlah
berbeda:
1. Volume CES harus diatur secara ketat untuk membantu
mempertahankan tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan
garam sangat penting dalam regulasi jangka panjang CES.
2. Osmolaritas CES harus diatur secara ketat untuk mencegah
membengkaknya atau menciutnya sel. Pemeliharaan
keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur
osmolaritas CES.
2. Zink
Secara ilmiah terbukti dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan
volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak
telah mengalami diare dengan dosis:
 Umur dibawah 6 bulan : 10 mg/ hari
 Untuk umur diatas 6 bulan : 20 mg/hari
3. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur
tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan
sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari) rendah serat.16
4. Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotic

30
Antibiotik diberikan kalau ada indikasi, misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional
akan mengganggu keseimbangan flora usus sehinggan dapat
memperpajang lama diare dan colistridium dificle akan tumbuh
yang akan menyebabkan diare sulit disembuhkan, selai itu,
pemberian antibiotic yang tidak rasional dapat mempercepat
resistensi terhadap antibiotic. Untuk disentri basiler, antibiotic
diberikan sesuai dengan sensitivitas setempat, bila tidak
memungkinkan dapat mengacu kepada fata publikasi yang dipakai
saat ini. Yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama dan lini ketiga
itu sefiksim.
- Antiparasit
Metronidazol 50 mg/KgBB?hari dibagi 3 dosis merupakan obat
pilihan untuk amuba vegetatif.
5. Edukasi
Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja berdarah,
makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum
membaik setelah 3 hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara
menyiapkan oralit secara benar.16

G. Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif menurut
Kementerian Kesehatan RI (2011) dapat dilakukan adalah :

1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.

31
Bayi harus disusui secara penuh dengan sampai mereka berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologij dengan adanya antibody
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh
mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian
ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko
tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

2. Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu :
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan seteah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4xsehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 kali sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-bijian
berenergi. Tambahkan olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan,
buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingindan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

32
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Feco-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci air tercemar.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh kerluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak.
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.

4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak
dalam kejadian diare (menurunkan angka kejadian diare sebensar 47%).

5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa Negara membukatikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Kelurga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.

33
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila buang air besar.

6. Membuang Tinja Bayi yang Benar


banyak orang beranggapan bahwa bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
tuanya. Tinja bayi haru dibuang secara benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. kumpulkan segera tinja bayi dan buang dijamban,
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau
olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak


Pemberian imunisai campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh
karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.17

H. Komplikasi
Komplikasi diare dibagi menjadi :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elekrtokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

34
7. Malnutrisi energy, protein, karena diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.18

I. Prognosis
Dengan mengganti cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimicrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia.19

35

Anda mungkin juga menyukai