Artikel Rofi'ah-Wortschatzerinnerungskarte - Menguasai Bahasa Melalui Kosakata
Artikel Rofi'ah-Wortschatzerinnerungskarte - Menguasai Bahasa Melalui Kosakata
Rofi’ah
Prodi Keguruan Bahasa, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
E-mail: rofi.ofie@gmail.com
ABSTRACT: This present study intends to describe the use of learning medium
Wortschatzerinnerungskarte in second language class. It is a kind of vocabulary card, that
is used in the end of the lesson, especially after the students got a new material. They were
already taught the words and this card becomes a reminder card, so that the words don’t fly
away and the students can keep those words longer in their mind (as long term memory).
This descriptive qualitative study is supported by quantitative data. The researcher was the
main instrument of the study. The another instruments, like observation sheet, test and
questionaire, were the help instruments. The result of the study revealed that the use of
Wortschatzerinnerungskarte is effective and can increase the student’s learning motivation.
In addition, this learning medium can help the students remembering the vocabulary better
and even enhance their performance as well.
Berbicara mengenai kosakata membuat saya bernostalgia dengan masa lalu di bangku
sekolah: kamus tebal dengan daftar kata yang terdiri dari dua kolom, kolom kiri bahasa
asing, kolom kanan padanan kata dalam bahasa Indonesia, atau sebaliknya. Kemudian
kami, sebagai siswa, harus menghafal, menghafal, dan menghafal kosakata yang
ditentukan. Kami seolah harus memfotokopi ke dalam otak atau sekedar menelan kata-
kata bahasa asing tersebut dengan cara yang sangat konvensional. Jika tidak hafal, kami
tidak akan tahu arti kata, jika tidak tahu arti kata, maka kami tidak bisa menguasai
bahasa. Karena itu, pembelajaran kosakata menjadi momok yang menakutkan dan
membosankan di mata siswa (lihat Frischkopf, 2013; Amelia, 2012; Kolegarová, 2010;
Lip, 2009; Mehrpour, 2008; Pudiyastuti, 2008; Ghazal, 2007)
Berbagai macam usaha untuk mencari cara paling ideal dalam pembelajaran
bahasa melalui kosakata sudah dilakukan oleh banyak ahli di seluruh dunia. Di Swiss,
Frischkopf (2010) memaparkan berbagai macam cara untuk mempelajari kosakata
melalui Wortschatzerwerb (pemerolehan/akuisisi kosakata) yang menitikberatkan pada
makna (semantik), dengan cara mempelajari sinonim-antonim, kata yang bermakna
jamak, ujaran-ujaran, dan lain sebagainya. Frischkopf juga menawarkan cara mem-
pelajari kosakata secara terstruktur, misalnya melalui teknik mindmap. Selain itu,
Tahirian (2009) juga mengembangkan strategi untuk mempelajari bahasa melalui
pembelajaran kosakata dengan cara mengembangkan Taxonomi Schmitt.
Mengenai penguasaan strategi pembelajaran kosaka, Ghazal (2007) menyebutkan
dalam penelitiannya, bahwa salah satu hal yang patut diperhatikan adalah, guru hendak-
nya mengubah kebiasaan decontextual strategy (strategi tanpa konteks: kata diartikan
secara langsung dengan bahasa sumber) menjadi contextual strategy (strategi
kontekstual: belajar kosakata secara kontekstual, dengan membentuk kata dan membuat
kalimat menggunakan bahasa target). Bertentangan dengan Ghazal, hasil penelitian
komparasi Mehrpour (2008) justru menunjukkan bahwa decontextual strategy
berpengaruh lebih signifikan daripada contextual strategy. Hal itu dibuktikan melalui
hasil tes pebelajar kelas bahasa Inggris di Iran: nilai mereka yang mempelajari kosakata
tanpa konteks justru lebih baik daripada pebelajar yang menggunakan konteks bahasa
target.
Di belahan bumi asia, Lip (2007) mencoba mencari tahu strategi yang paling
sering digunakan pebelajar di Hongkong untuk mempelajari kosakata. Hasil penelitian
Lip menunjukkan bahwa strategi yang paling sering digunakan adalah 1) mengucapkan
kosakata secara berulang-ulang dalam hati; 2) menganalisis kosakata dengan merinci
suku katanya; 3) mempelajari kosakata melalui proyek tertentu; dan 4) bertanya arti kata
pada teman sekelas. Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan urgensi
penguasaan strategi untuk mempelajari kosakata.
Selain strategi-strategi di atas, penelitian mengenai media untuk pembelajaran
kosakata juga telah dilakukan oleh Pudiyastuti (2008) dan Amelia (2012). Pudiyastuti
memperkenalkan media kartu untuk pembelajaran bahasa Jerman, sedangkan Amelia
menawarkan alternatif media gambar tiga dimensi untuk bidang yang sama. Kedua
penelitian tersebut digunakan untuk memperkenalkan kosakata baru kepada siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, kedua media tersebut menarik perhatian siswa dan
terbukti efektif digunakan di kelas bahasa (Jerman).
Temuan pada penelitian-penelitian di atas merupakan ide-ide yang menarik dan
sangat bermanfaat untuk pembelajaran bahasa. Selain itu, jika dilihat di lapangan, ada
banyak alternatif strategi dan media pembelajaran kosakata yang kreatif dan menarik,
seperti gambar, lagu, puisi, kartu dan lain sebagainya (lihat Kolegarova: 2012; Amelia:
2012; Pudiyastuti: 2008; Lip:2009; Mehrpour: 2008; Ghazal: 2007 ). Namun yang
menjadi masalah, dengan strategi dan media tersebut, dapatkah peserta didik terus
mengingat kosakata yang mereka pelajari? Berdasarkan observasi di sebuah sekolah
menengah atas, mereka seringkali menggunakan berbagai macam strategi dan media
yang menarik untuk mempelajari kosakata baru. Namun pada pertemuan selanjutnya,
siswa masih saja lupa dengan makna kata. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan media untuk menguatkan ingatan peserta didik
akan kosakata.
Penelitian ini berada pada ranah yang sama dengan penelitian yang telah
dipaparkan di atas, yakni berkenaan dengan cara mempelajari bahasa melalui kosakata,
baik dengan strategi maupun media. Letak perbedaan penelitian ini dengan semua
penelitian di atas adalah, media dan strategi dalam penelitian ini bukan fokus untuk
mempelajari, memahami dan menerima sebanyak-banyaknya kosakata baru, tetapi lebih
untuk menguatkan ingatan peserta didik terhadap kosakata yang telah diajarkan
sebelumnya. Dengan demikian, kartu ini berfungsi sebagai kartu pengingat kosakata
(Wortschatzerinnerungskarte).
WORTSCHATZERINNERUNGSKARTE?
Wortschatzvermittlung atau media kosakata bertujuan untuk membuat
pembelajaran kosakata menjadi lebih efektif. Hal itu sesuai dengan tujuan utama
penggunaan media, yakni untuk membuat pelajaran lebih aktif, efektif dan menghindari
kebosanan (lihat Munadi, 2013: 43-47). Bentuk Wortschatzvermittlung bisa bermacam-
macam dan dengan ragam yang berbeda, tapi dengan prinsip yang sama. Pada
prinsipnya, Wortschatzvermittlung tersebut berfungsi untuk mengenalkan kosakata baru
dengan cara penyampaian tertentu. Píśová (2007: 44) juga menyebutkan hal senada,
bahwa fungsi media adalah mengenalkan makna kosakata atau struktur baru kepada
siswa.
Wortschatzerinnerungskarte merupakan kartu kosakata seperti pada umumnya:
kartu yang di dalamnya tertulis satu kosakata (baik kata benda, kata kerja, maupun kata
sifat, kata penghubung, dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan). Namun berbeda
dengan prinsip Wortschatzvermittlung, Wortschatzerinnerungskarte tidak mengenalkan
kosakata maupun struktur kata baru. Media ini merupakan alat bantu peserta didik
untuk mengingat kembali kosakata yang telah mereka pelajari dalam proses
pembelajaran (untuk proses penggunaan dan aturan pemakaiaan lihat lampiran 1). Jadi,
peserta didik sudah mengenal kosakata itu terlebih dahulu dan kartu ini berlaku sebagai
pemerkuat ingatan akan kosakata. Dengan demikian, peserta didik yang lupa dapat
mengingat kembali, sedangkan yang sudah ingat akan semakin lekat.
Gambar 1 Wortschatzerinnerungskarte
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif,
dengan peneliti sebagai instrumen utama. Selama penelitian, peneliti bertindak sebagai
partisipan aktif, dalam hal ini adalah sebagai guru. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
bertindak sebagai instrumen pengumpul data dan menjadi partisipan aktif dari penelitian
tersebut (lihat Amos, 2002:7; Moleong, 2010: 9). Selain itu, terdapat beberapa instru-
men pendukung, yakni lembar observasi, tes, dan angket. Penelitian juga didukung data
statistik yang digunakan untuk menghitung skor tes dan hasil angket siswa.
Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran di kelas XI-Bahasa, SMA
Islam Kepanjen, dengan menggunakan media Wortschatzerinnerungskarte. Data
penelitiannya berupa aktifitas belajar mengajar selama kegiatan belajar berlangsung,
hasil angket, dan nilai tes membaca siswa setelah penggunaan Wortschatzerinnerungs-
karte. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, tes, dan
angket. Selain itu, metode triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data.
DAFTAR PUSTAKA
Hatch. J.A. 2002. Doing Qualitative Research in Education Setting. USA: State
University of New York Press, Albany
Lip, P. C. H. 2009. Investigating the Most Frequently Used and Most Useful
Vocabulary Language Learning Strategies among Chinese EFL Postsecondary
Students in Hong Kong. Electronic Journal of Foreign Language Teaching
(Singapore).6 (1), pp. 77-87