1
Definisi Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG), adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate Governance
berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya
maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif.
2
Implikasi teori keagenan terhadap konsep Corporate Governance adanya pemberian
insentif dan melakukan monitoring (pengawasan). Mekanisme insentif mendorong para
manajer bertindak untuk mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham berupa insentif seperti gaji, dan insentif berbasis kinerja, seperti
pemberian saham perusahaan dan kebijakan kompensasi lainnya.
3
Political Model menyatakan bajwa alokasi kekuasaan dalam perusahaan, privilege,
atau alokasi laba di antara pemilik, manajer dan stakeholders lainnya ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan politis dalam hal ini pemerintah dapat berperang penting
dalam menentukan alokasi tersebut. Alokasi kekuasaan dalam teori corporate governace
juga harus dilihat dari perspektif budaya, sehingga dapat dikatakan tidak ada satu model
corporate governance yang dapat digunakan sekaligus untuk beberapa negara, bahkan
oleh beberapa perusahaan dalam satu negara (Hamdani, 2016).
4
f. Tanggung jawab dewan (Komisaris dan Direksi).
Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis
perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.
5
dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
manajemen perusahaan kepada pihak yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta
pertanggung jawaban. Melalui penerapan prinsip ini, suatu proses pengambilan
keputusan atau kinerja dapat dimonitor, dinilai dan dikritisi. Dengan prinsip
akuntabilitas, direksi dan dewan pengawas diberikan wewenang dan tanggung jawab,
diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab tersebut, serta
diawasi dan dikendalikan
c. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundangundangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
Perusahaan yang telah memenuhi prinsip responsibility berarti perusahaan telah
mentaati peraturan perundangan yang ada dan melaksanakan tanggungjawab sosialnya.
Bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dapat diwujudkan dengan corporate
sosia/ responsibility (CSR). Perusahaan yang menerapkan program CSR akan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan merupakan investasi jangka
panjang dari perusahaan dalam membangun citra baik. Dengan demikian prinsip
responsibilitas adalah mengandung pengertian segala kegiatan perusahaan yang terkait
dengan pemenuhan kewajiban sosial atau bentuk kepedulian dari perusahaan teradap
masyarakat dan lingkungan.
Prinsip rensposibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang
berlaku dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada
stakeholder dan masyarakat. Konsekuensi dari prinsip responsibilitas dalam
penerapannya perusahaan harus memenuhi tanggungjawab sosialnya dan bukan hanya
untuk mendapatkan keuntungan saja.
CSR memiliki tiga aspek penting, yang sering disingkat 3 P, yaitu: Profit, yang
mengandung makna keuntungan, People yang mengandung makna keterlibatan
perusahaan pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat, dan Planet yang mengandung
makna bahwa perusahaan turut menjaga kelestarian lingkungan.
d. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
6
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Prinsip Independensi artinya bebas atau
kemandirian, mengandung makna suatu keharusan organ-organ yang ada di perusahaan
dapat mengambil keputusan dengan baik tanpa tekanan atau intervensi dan berbagai
pihak dengan kepentingan yang hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Dalam
mekanisme GCG untuk menjamin adanya independensi maka perlu adanya pengawasan
dalam perusahaan dengan komisaris yang independen dan dibantu oleh komite audit.
Yang dimaksud independen adalah bukan orang bekerja di perusahaan tersebut atau
mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin,
mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut, tidak
mempunyai saham pada perusahaan tersebut, tidak mempunyai hubungan aflliasi dengan
perusahaan tersebut, dan tidak mempunyai hubungan usaha dengan perusahaan tersebut.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan. Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal)
terhadap semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan
proporsi yang seharusnya. Penegakan prinsip fairness ini terutama ditunjukkan pada
pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Keseimbangan hak pemilik mayoritas
dan minoritas harus diperhatikan, sehingga tidak ada kelompok pemilik yang
dirugikan.Para anggota manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan yang
seimbang dan wajar, sesuai dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai suatu
kinerja yang optimal.
Prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan
keseimbangan tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan
bagi manajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan
pekerjaan dan tanggungjawab masing-masing pihak. Kepentingan manajemen juga
berkaitan dengan masalah kenaikan pangkat atau renumerasi. Hal ini penting karena
sistem reward yang baik mampu meningkatkan motivasi kerja dan kinerja di suatu
perusahaan. Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham. terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing dengan keterbukaan informasi yang penting
serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam
atau insider trading
7
Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added)
untuk semua stakeholder (Monks,2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini
yaitu :
a. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya
b. kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan,
dan stakeholder.
Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate
governance, (Kaen, 2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency, accountability, dan
responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good
corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
8
1) Terdapat sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
2) Dukungan pelaksanaan good corporate governance dari sektor publik/lembaga
pemerintahan yang diharapkan dapat pula dapat melaksanakan good governance
dan clean government.
3) Terdapatnya contoh pelaksanaan good corporate governance yang tepat (best
practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan good corporate governance
yang efektif dan profesional, dengan kata lain sebagai benchmark (acuan).
4) Terbangunnya sistem tata sosial yang mendukung penerapan good corporate
governance di masyarakat.
5) Semangat atau sentimen anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik
dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah pendidikan dan
perluasan peluang kerja.
9
10