Anda di halaman 1dari 16

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI BAGIAN I

Tugas Minggu 4 Teori Akuntansi

NAMA KELOMPOK:

1. Safira Nabilah 041711333086


2. Muhammad Sabrian O. 041711333096
3. Cindy Cynthia Dewi 041711333112
4. Tiolan Sweeter 041711333119
5. Tiara Eva T. 041711333260
6. Arista Yuliana Sari 041811333171

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan di curahkan. Oleh karena
itu, penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial dalam
perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
relevan yang akhirnya menentukkan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen keuangan.

Pemakai dan Kepentingannya

Dalam suatu lingkungan Negara, banyak pihak potensial yang dituju atau berkepentingan dan
kepentingan mereka sangat beragam. Kepentingan pemakai juga beragam tidak hanya
antarkelompok pemakai juga beragam tidak hanya antar kelompok pemakai tetapi juga di dalam
kelompok pemakai.

Masalah penyusunan tujuan adalah menentukkan siapa yang dituju, apa saja kepentingannya,
seberapa luas (banyak) informasi yang diinginkan, apa saja sumber informasi yang telah tersedia,
dan seberapa banyak informasi dapat dilayani melalui statemen keuangan. Dengan masalah
diatas, Most menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan tujuan penyediaan informasi
(pelaporan keuangan) yaitu:

1. Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai bermacam-


macam kepentingan keputusan, atau
2. Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai kepentingan
tertentu yang diketahui (teridentifikasi).

Dengan pendekatan (1), pelaporan keuangan diarahkan untuk menghasilkan satu set data (satu
set statemen keuangan) untuk berbagai pemakai dan kepentingan. Pemakai menyusun dan
mengolah kembali data tersebut menjadi informasi yang relevan untuk keputusan atau
kepentingannya. Dengan kata lain, pemakai harus melakukan analisis untuk menyerap informasi
semantik, yang ada di balik data akuntansi.

Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan model pengambilan keputusan para
atau kelompok pemakai diketahui dengan pasti sehingga dapat disusun berbagai
statemen/laporan khusus untuk melayani berbagai keperluan pengambilan keputusan tiap
kelompok pemakai.
Aspek Sosial Tujuan Pelaporan

Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu Negara harus direkayasa sehingga tujuan
sosial dan ekonomik Negara tercapai. Tujuan nasional dapat tercapai apabila kegiatan individual
dengan berbagai motivasi untuk mencapai tujuan individualnya juga memaksimumkan tujuan
Negara. Dengan kata lain, terjadi keselarasan (kongruensi) antara tujuan/perilaku ekonomik
individual yang membentuk masyarakat dan tujuan ekonomik Negara.

Tiga macam tujuan kegiatan sosial/masyarakat (social activity) dan implikasinya terhadap
penentuan tujuan pelaporan keuangan yaitu:

1. Tujuan Fungsional

Fungsi fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara keseluruhan tanpa
memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing individual di dalamnya. Tujuan individual tidak
dapat diamati sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati konsekuensi-
konsekuensi dari kegiatan masyarakat atau organisasi yang nyatanya terjadi.

2. Tujuan Bersama

Tujuan bersama adalah satu atau beberapa (subhimpunan) tujuan individual yang sama dengan
tujuan individual lainnya. Kalau tujuan fungsional disusun tanpa memperhatikan tujuan-tujuan
individual, tujuan bersama ditentukan dengan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual
kemudian memilih tujuan-tujuan individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk
dijadikan tujuan kegiatan sosial.

3. Tujuan Kelompok Dominan

Kelompok atau group dominan adalah kelompok yang konsekuensi keputusan atau tindakannya
mempengaruhi secara kuat semua anggota masyarakatnya. Tujuan kelompok nondominan
menjadi tidak relevan atau dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi kegiatan social. Namun,
terdapat tujuan bersama antara kelompok dominan dan nondominan. Dengan demikian, kalau
informasi akuntansi ditujukan kepada kelompok dominan, kelompok nondominan dapat menjadi
penumpang pakai (free-riders).

Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan pelaporan keuangan dalam profesi akuntansi di Amerika mengalami semacam evolusi.
Perkembangan terjadi karena pergeseran kesepakatan dalam hal siapa kelompok yang dituju, apa
kepentingannya, dan seperti apa model pengambilan keputusan yang digunakan.
Wolk, Tearney, dan Dodd (2001), Bab 6) mendeskripsikan dan membahas perkembangan tujuan
pelaporan di Amerika mulai dari dokumen yang dihasilkan Komite Accounting Theory
(ASOBAT) sampai dokumen yang dihasilkan FABS berupa Conceptual Framework. Berikut
dibahas secara ringkas tujuan pelaporan yang diajukan oleh badan-badan tersebut.

Tujuan versi ASOBAT

Walaupun berorientasi pada kebutuhan pemakai, komite eksekutif AAA tidak secara spesifik
mengidentifikasi pihak pemakai laporan keuangan. Komite ini mendefinisi tujuan pelaporan
keuangan dengan menunjukan manfaatnya untuk:

1. Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya (alam,


fisis, manusia, dan financial) yang terbatas.
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan manusia suatu organisasi secara
efektif.
3. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya alam yang dipercayakan kepada
manajemen.
4. Member kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian sosial.

Tujuan versi APB No. 4

APB No. 4 membuat dua tujuan pelaporan yaitu tujuan umum (general objectives) dan tujuan
kualitatif (qualitative objectives). Tujuan diatas merupakan tujuan umum yang dijadikan dasar
untuk menentukan kandungan informasi akuntansi (apa yang harus diaporkan). Tujuan tersebut
akhirnya menjadi basis APB untuk menentukkan dan mendefinisi elemen-elemen pelaporan
keuangan.

Tujuan versi Trueblood Committee

Komite yang diketuai oleh Robert M. Trueblood dibentuk oleh AICPA pada tahun 1971
mendapat tugas untuk menyempurnakan dan mengembangkan tujuan pelaporan yang telah
dihasilkan oleh APB. Komite Trueblood menjabarkan tujuan APB No. 4 ke dalam dua belas
butir tujuan yang saling berkaita secara hierarkis dengan menunjukkan empat aspek yang
melekad pada tiap tujuan yaitu: informasi tentang apa, siapa yang dituju, untuk apa informasi
digunakan, serta hierarki tujuan dengan tujuan lainnya.

Tujuan Pelaporan Keuangan FASB

FABS mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu bahwa:
1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hukum, politis, dan
sosial tempat akuntansi diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi yang dapat
disampaikan melalui mekanisme pelaporan keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu focus untuk menghindari terlalu umumnya
informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan
informasinya.

Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan

FABS menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat steril (immutable) dari lingkungan
penerapan pelaporan keuangan. Ini berarti bahwa tujuan pelaporan harus dikaitkan dengan tujuan
sosial dan ekonomik Negara. Oleh karena itu, tujuan pelaporan harus dikembangkan atas dasar
sifat kegiatan dan keputusan ekonomik yang para pemakai informasi terlibat didalamnya.

Karateristik Dan Keterbatasan Informasi

Karateristik dan katerbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan melalui
mekanisme pelaporan keuangan:

1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada dengan industry atau
ekonomi secara keseluruhan.
2. Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan (approximation)
daripada hasil perhitungan yang pasti
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah terjadi (historis)
4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang
mengambil keputusan tentang badan usaha
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan kos (cost) sehingga
pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan.

Fokus Atau Cakupan Informasi

Pertimbangan atau penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan
umum diuraikan berikut ini:

1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai ekstrenal yang tidak
mempunyai autoritas untuk menentukan atau akses untuk memperoleh informasi yang
mereka perlukan sehingga mereka harus menggantungkan diri pada informasi yang
disampaikan oleh manajemen kepada mereka
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuan
perusahaan untuk menciptakan aliran kas yang menguntungkan merupakan fokus atau
kepentingan umum/bersama (common interest) dari berbagai pemakai informasi.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk melayani keputusan
investasi dan kredit bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan dalam bentuk
statemen keuangan.

Isi Tujuan Pelaporan

Tiga aspek landasan pikiran diatas, yaitu konteks lingkungan, keterbatasan, dan focus pelaporan
menjadi peertimbangan FASB untuk merumuskan tujuan pelaporan keuangan sebagai salah satu
komponen kerangka konseptual.

Tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB

1. Pelaporan keuangan harus meyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjala maupun potensial, dalam membuat keputusan-
keputusan investasi, kredit, dan semacamnya yang rasional.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomik suatu
badan usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban badan usaha untuk
mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan ekuitas pemilik), dan akibat-
akibat dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya badan usaha
dan klaim terhadap sumber daya tersebut.

3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing)
jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian dalam penerimaan kas mendatang (prospective
cash receipts) dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas (proceeds) mendatang dari
penjualan, penebusnya, atau jatuh tempinya sekuritas atau pinjaman.
Investor dan kreditor yang dimaksud oleh FASB tersebut bukanlah dalam arti yang
sempit, tetapi meliputi pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam transaksi investasi dan
kredit, dan juga pihak-pihak yang menjadi perantara transaksi tersebut. Dalam paragrap ke-35
disebutkan bahwa pihak investor dan kreditor terdiri dari:
 Pihak yang membeli sekuritas dari investor atau kreditor lain serta pihak yang membeli
sekuritas baru langsung dari perusaha-an atau melalui penjamin (underwriter).
 Pihak yang menanamkan dananya dalam jangka waktu yang lama serta pihak yang sering
memperjualbelikannya.
 Pihak yang menginginkan keselamatan investasinya maupun pihak yang lebih suka
menanggung risiko untuk memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi. Individu maupun
institusi.

Kelompok utama pihak investor adalah pemegang sekuritas kepemilikan (equity security


holders) dan pemegang sekuritas pinjaman (debt security holders). Pihak kreditor adalah
pemasok benda atau jasa yang menjual secara kredit kepada perusahaan, pelanggan dan
karyawan yang mempunyai klaim, institusi yang memberi pinjaman, individu yang memberi
pinjaman dan pemilik sekuritas pinjaman (debt securityholders). Istilah investor dan kreditor
juga meliputi pihak analis dan advisor sekuritas, broker, ahli hukum, pemerintah (dalam hal ini
SEC/badan koordinasi pasar modal) dan pihak lain yang memberi nasehat atau sebagai wakil
bagi kepentingan investor dan kreditor.

Teori Dibalik Tujuan Pelaporan FASB

Mekanisme pasar dan pengakuan hak milik pribadi sebagai landasan ekonomi mempunyai
konsekuensi bahwa pemerintah tidak secara langsung mengendalikan efisiensi alokasi sumber
daya ekonomik. Masyarakat sendiri yang akan melakukan alokasi itu melalui mekanisme pasar
modal. Itulah sebabnya FASB menetapkan bahwa investor dan kreditur menjadi focus atau pihak
yang dituju oleh pelaporan keuangan. Tentu saja pihak lain tidak diabaikan tetapi dianggap
sebagai penumpang pakai (free riders) informasi yang ditujukan kepada investor dan kreditur.
Informasi yang dibentuk melalui standar akuntansi dapat mempengaruhi perilaku ekonomik
sehingga distibusi kemakmuran diharapkan dapat terjadi melalui tiga partisipan yaitu investor
dan kreditor sebagai pihak sasaran (intended users), pemakai laporan lain yang tidak dituju
secara langsung (free riders), dan manajemen sebagai pihak yang menyampaikan dan
menyiapkan informasi (reporting entity).

Secara ringkas, FASB beramsumsi bahwa informasi akuntansi mempengaruhi keputusan


investasi para investor dan kreditor. Dengan mekanisme pasar modal dan pasar bebas, evaluasi
terhadap badan usaha secara keseluruhan tercermin dalam harga pasar sekuritas badan usaha.
Karena standar akuntansi menetapkan informasi apa yang harus diungkapkan maka akuntansi
mempunyai pengaruh ekonomik terhadap kemakmuran partisipasi melalui harga sekuritas. Harga
pasar saham tidak hanya berpengaruh terhadap kemakmuran tetapi juga terhadap alokasi sumber
daya ekonomik perusahaan maupun Negara. Hal ini dapat terjadi karena harga sekuritas akan
berpengaruh terhadap cost of capital dana yang dapat diperoleh perusahaan dan pada gilirannya
cost of capital tersebut mempengaruhi keputusan manajemen dalam efisiensi pengelolaan sumber
daya fisis, keuangan, dan manusia. Proses perekayasaan dan penalaran dalam perumusan tujuan
pelaporan modal FASB dapat dilukiskan secara diagramatik.

SFAC (Statements of Financial Accounting Concepts) No. 1 “Objective of Financial


Reporting by Bussiness Enterprise,” yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.

Dalam paragrap ke-28 SFAC No. 1, dijelaskan bahwa tujuan pelaporan keuangan diverivasikan
dari kebutuhan informasi para pemakai eksternal yang tidak mempunyai otoritas untuk
menyusun informasi keuangan yang diinginkan mengenai suatu perusahaan. Para pemakai
informasi tersebut harus menggunakan informasi yang disediakan oleh manajemen sebagai
sarana untuk berkomunikasi antara pihak pemakai eksternal dan pihak perusahaan. Walaupun
laporan keuangan mempunyai aspek internal dan eksternal, FASB lebih memfokuskan kepada
aspek eksternalnya. Aspek eksternal yang dituju oleh informasi keuangan adalah pihak investor
dan kreditor, yang merupakan pihak yang paling berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan.
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan mengenai tujuan pelaporan keuangan secara umum
berdasarkan manfaat informasi keuangan.

Tujuan Pelaporan Entitas Nonbisnis

Tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi nonbisnis dimasukkan sebagai salah satu
komponen rerangka konseptual. FASB berargumen bahwa karateristik kedua kategori organisasi
(bisnis dan nonbisnis) mengandung persamaan dan perbedaan tetapi tidak perlu disusun dua
rerangka konseptual terpisah untuk masing-masing kategori organisasi.

Tujuan Utama (Primary Objective)

1. Pelaporan keuangan organisasi nonbisnis harus menyadiakan informasi yang bermanfat


bagi para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam
membuat keputusan-keputusan rasional tentang alokasi dana ke organisasi tersebut.

Tujuan-Tujuan Spesifik (Specifik Objectives)


2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para penyedia dana
pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing) jasa-jasa yang
disediakan organisasi dan kemampunannya untuk terus menyediakan jasa-jasa tersebut.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para penyedia dana
pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing) bagaiman para
manajer organisasi nonbisnis telah melakasanakan tanggung jawab kepengeurusan dan
aspek-aspek lain kinerjanya.
4. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya, kewajiban dan
sumber daya (aset) bersih organisasi, dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian dan
keadaan yang mengubah sumber daya dan hak atas sumber daya tersebut.
5. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang kinerja organisasi selama satu
periode.
6. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang bagaiman organisasi
mendapatkan dan membelanjakan kas atau sumber likuid lain, tentang pinjaman dan
pelunasannya, dan tetntang factor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang harus mencakupi penjelasan-
penjelasan dan interprestasi-interpretasi untuk membantu para pemakai memakai
informasi keuangan yang disediakan.

SFAC No. 2 “Qualitative Characteristic of Accounting Statements of Bussines Enterprise,”


yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bisa bermanfaat.

Tujuan dan Pengguna


SFAC 2 berisi karakteristik kualitatif informasi akuntansi. SFAC dibuat oleh Financial
Accounting Standards Board (FASB). Para pemakai laporan SFAC yaitu manajemen
perusahaan, pekerja, pelangan atau publik. Sedangkan FASB mengatakan SFAC juga digunakan
oleh pemeang saham, investor lain, dan kreditur merupakan pemakai utama laporan ini. Manfaat
informasi akuntansi tercermin pada besarnya manfaat yang diperoleh pengguna untuk
mengambil keputusan.

Karakteristik kulatitatif informasi akuntansi dalan SFAC 2 ini adalah:


1. Understandability/Mudah Dimengerti: Kualitas informasi yang memungkinkan
pengguna untuk memahami isinya.
2. Relevance: Kemampuan informasi untuk membuat perbedaan dalam keputusan
dengan membantu pengguna untuk membentuk prediksi tentang hasil kejadian
masa lalu, sekarang, dan masa depan atau mengkoreksi ekspektasi sebelumnya. Relevansi
memiliki dua aspek penting dan satu aspek tambahan, yaitu:
 Predictive Value - Kegunaan input untuk melakukan prediksi seperti arus kas atau earning
power.
 Feedback Value - Menekankan pada konfimasi dan koreksi ekspektasi awal dari para
pengambil keputusan. Untuk menaksir dimana posisi perusahaan saat ini dan bagaimana
manajemen menjalankan fungsinya. Jika dilihat lebih luas, maka feedback value ini juga
berhubungan dengan akuntabilitas. Informasi yang disediakan oleh kualitas ini juga
mempengaruhi predictive value.
 Timeliness - Merupakan hambatan bagi kedua aspek diatas. Sebuah informasi akan
relevan bila disajikan tepat waktu sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasnya
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Sering terjadi trade- off antara timeliness
dengan komponen lain relevansi. Terdapat kemungkinan terjadi konflik antara predictive
value dan feedback value. Misalnya dalam kasus akuntansi manfaat dana pension.

3. Predictive Value: Kualitas informasi yang membantu pengguna untuk


memprediksi secara tepat terhadap akibat terjadinya peristiwa masa lalu atau
sekarang
4. Feedback Value: Kualitas informasi yang memungkinkan pengguna untuk
mengkoreksi ekspektasi sebelumnya.
5. Timelines: Memiliki informasi yang tersedia untuk pembuat keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan
6. Reliability: Kualitas informasi yang menjamin informasi yang bebas dari
kesalahan/bias dan merepresentasikan apa yang diwakili sesuai dengan faktanya. Tersusun
dari tiga bagian yaitu: verifiability, representational faithfulness, dan neutrality.
 Verifiability: Tingkat consensus diantara para pengukur (measurer).
 Representational faithfulness : Pengukuran harus sesuai dengan fenomena yang akan
diukur.
 Neutrality : Keyakinan bahwa proses penetapan kebijakan harus lebih ditekankan pada
relevansi dan reliabilitas daripada dampak sebuah standar atau peraturan pada kelompok
pengguna secara spesifik atau kepentingan perusahaan itu sendiri.
7. Verifiability: Kemampuan untuk memastikan bahwa informasi menyajikan apa
yg seharusnya disajikan atau bahwa metode pengukuran yang dipilih dapat
digunakan tanpa kesalahan/bias.
8. Neutrality: Tidak ada informasi yang bias untuk mencapai hasil yang telah
ditentukan atau untuk menginduksi modus perilaku tertentu.
9. Representational Faithfulness: Tolok ukur atau mendeskripsikan sesuai dengan
Faktanya. Terdapat tiga karakteristik untuk menjadikan nilai informasi representasi
sempurna, sebagai berikut:
A. Lengkap (completeness)
Mencankup seluruh informasi yang diperlukan bagi pengguna intuk memahami
fenomena yang sedang digambarkan  termasuk semua  deskripsi yang diperlukan dan
penjelasannya
B. Netral (Neutral)
Menjelaskan seleksi atau penyajian informasi keuangan yang tanpa bias
C. Bebas dari kesalahan (free from error)
Informasi keuangan akurat dari berbagai aspek, bebas dari kesalahan ini maksudnya
adalah  tidak ada kesalahan  atau kelalaian dalam deskripsi  fenomena dan proses yang
digunakan  untuk menghasilkan informasi yang dilaporkan telah dipilih dan
diterapkan  dengan tidak ada kesalahan dalam proses
10. Comparability/Dapat Dibandingkan: Kualitas informasi memungkinkan
pengguna untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua
fenomena ekonomi.
11. Consistency: Kesesuaian dari periode ke periode dengan kebijakan dan prosedur
yang tidak berubah.
12. Materialitas: Besarnya kelalaian/salah saji pada informasi akuntansi, sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan menggunakanan Informasi yang telah
diubah atau salah saji.

Adapun kendala dominan yang harus diperhitungkan dalam menyediakan informasi


yangmengandung karakteristik kualitatif, yaitu:
1. Hubungan biaya-manfaat
Informasi dianggap sebagai komoditas dimana nilainya harus lebih besar
dibandingkandengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi tersebut, informasi
bukanlah komoditas bebas biaya, oleh karena itu haruslah diperhitungkan hubungan biaya-
manfaatyang dapat diperoleh dari pemakaian informasi tersebut.
2. Materialitas
Berkaitan dengan dampak suatu item terhadap hasil operasi dan keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Secara teori, suatu item akan dianggap material jika pencantuman
ataupengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian dari seseorang
penggunalaporan keuangan. Karena itu, tidaklah material dan juga tidak relevan apabila
pencantumanatau pengabaian suatu item tidak memiliki dampak terhadap pengambilan
keputusan.

Sedangkan kendala penting yang kurang dominan, namun merupakan bagaian


darilingkungan pelaporan keuangan, yaitu:
1. Karakteristik (praktek) industry
2. Konservatisme.

Anda mungkin juga menyukai