Week 4
Week 4
NAMA KELOMPOK:
Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan di curahkan. Oleh karena
itu, penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial dalam
perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
relevan yang akhirnya menentukkan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen keuangan.
Dalam suatu lingkungan Negara, banyak pihak potensial yang dituju atau berkepentingan dan
kepentingan mereka sangat beragam. Kepentingan pemakai juga beragam tidak hanya
antarkelompok pemakai juga beragam tidak hanya antar kelompok pemakai tetapi juga di dalam
kelompok pemakai.
Masalah penyusunan tujuan adalah menentukkan siapa yang dituju, apa saja kepentingannya,
seberapa luas (banyak) informasi yang diinginkan, apa saja sumber informasi yang telah tersedia,
dan seberapa banyak informasi dapat dilayani melalui statemen keuangan. Dengan masalah
diatas, Most menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan tujuan penyediaan informasi
(pelaporan keuangan) yaitu:
Dengan pendekatan (1), pelaporan keuangan diarahkan untuk menghasilkan satu set data (satu
set statemen keuangan) untuk berbagai pemakai dan kepentingan. Pemakai menyusun dan
mengolah kembali data tersebut menjadi informasi yang relevan untuk keputusan atau
kepentingannya. Dengan kata lain, pemakai harus melakukan analisis untuk menyerap informasi
semantik, yang ada di balik data akuntansi.
Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan model pengambilan keputusan para
atau kelompok pemakai diketahui dengan pasti sehingga dapat disusun berbagai
statemen/laporan khusus untuk melayani berbagai keperluan pengambilan keputusan tiap
kelompok pemakai.
Aspek Sosial Tujuan Pelaporan
Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu Negara harus direkayasa sehingga tujuan
sosial dan ekonomik Negara tercapai. Tujuan nasional dapat tercapai apabila kegiatan individual
dengan berbagai motivasi untuk mencapai tujuan individualnya juga memaksimumkan tujuan
Negara. Dengan kata lain, terjadi keselarasan (kongruensi) antara tujuan/perilaku ekonomik
individual yang membentuk masyarakat dan tujuan ekonomik Negara.
Tiga macam tujuan kegiatan sosial/masyarakat (social activity) dan implikasinya terhadap
penentuan tujuan pelaporan keuangan yaitu:
1. Tujuan Fungsional
Fungsi fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara keseluruhan tanpa
memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing individual di dalamnya. Tujuan individual tidak
dapat diamati sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati konsekuensi-
konsekuensi dari kegiatan masyarakat atau organisasi yang nyatanya terjadi.
2. Tujuan Bersama
Tujuan bersama adalah satu atau beberapa (subhimpunan) tujuan individual yang sama dengan
tujuan individual lainnya. Kalau tujuan fungsional disusun tanpa memperhatikan tujuan-tujuan
individual, tujuan bersama ditentukan dengan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual
kemudian memilih tujuan-tujuan individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk
dijadikan tujuan kegiatan sosial.
Kelompok atau group dominan adalah kelompok yang konsekuensi keputusan atau tindakannya
mempengaruhi secara kuat semua anggota masyarakatnya. Tujuan kelompok nondominan
menjadi tidak relevan atau dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi kegiatan social. Namun,
terdapat tujuan bersama antara kelompok dominan dan nondominan. Dengan demikian, kalau
informasi akuntansi ditujukan kepada kelompok dominan, kelompok nondominan dapat menjadi
penumpang pakai (free-riders).
Tujuan pelaporan keuangan dalam profesi akuntansi di Amerika mengalami semacam evolusi.
Perkembangan terjadi karena pergeseran kesepakatan dalam hal siapa kelompok yang dituju, apa
kepentingannya, dan seperti apa model pengambilan keputusan yang digunakan.
Wolk, Tearney, dan Dodd (2001), Bab 6) mendeskripsikan dan membahas perkembangan tujuan
pelaporan di Amerika mulai dari dokumen yang dihasilkan Komite Accounting Theory
(ASOBAT) sampai dokumen yang dihasilkan FABS berupa Conceptual Framework. Berikut
dibahas secara ringkas tujuan pelaporan yang diajukan oleh badan-badan tersebut.
Walaupun berorientasi pada kebutuhan pemakai, komite eksekutif AAA tidak secara spesifik
mengidentifikasi pihak pemakai laporan keuangan. Komite ini mendefinisi tujuan pelaporan
keuangan dengan menunjukan manfaatnya untuk:
APB No. 4 membuat dua tujuan pelaporan yaitu tujuan umum (general objectives) dan tujuan
kualitatif (qualitative objectives). Tujuan diatas merupakan tujuan umum yang dijadikan dasar
untuk menentukan kandungan informasi akuntansi (apa yang harus diaporkan). Tujuan tersebut
akhirnya menjadi basis APB untuk menentukkan dan mendefinisi elemen-elemen pelaporan
keuangan.
Komite yang diketuai oleh Robert M. Trueblood dibentuk oleh AICPA pada tahun 1971
mendapat tugas untuk menyempurnakan dan mengembangkan tujuan pelaporan yang telah
dihasilkan oleh APB. Komite Trueblood menjabarkan tujuan APB No. 4 ke dalam dua belas
butir tujuan yang saling berkaita secara hierarkis dengan menunjukkan empat aspek yang
melekad pada tiap tujuan yaitu: informasi tentang apa, siapa yang dituju, untuk apa informasi
digunakan, serta hierarki tujuan dengan tujuan lainnya.
FABS mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu bahwa:
1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hukum, politis, dan
sosial tempat akuntansi diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi yang dapat
disampaikan melalui mekanisme pelaporan keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu focus untuk menghindari terlalu umumnya
informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan
informasinya.
FABS menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat steril (immutable) dari lingkungan
penerapan pelaporan keuangan. Ini berarti bahwa tujuan pelaporan harus dikaitkan dengan tujuan
sosial dan ekonomik Negara. Oleh karena itu, tujuan pelaporan harus dikembangkan atas dasar
sifat kegiatan dan keputusan ekonomik yang para pemakai informasi terlibat didalamnya.
Karateristik dan katerbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan melalui
mekanisme pelaporan keuangan:
1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada dengan industry atau
ekonomi secara keseluruhan.
2. Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat pendekatan (approximation)
daripada hasil perhitungan yang pasti
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah terjadi (historis)
4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang
mengambil keputusan tentang badan usaha
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan kos (cost) sehingga
pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan.
Pertimbangan atau penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan
umum diuraikan berikut ini:
1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para pemakai ekstrenal yang tidak
mempunyai autoritas untuk menentukan atau akses untuk memperoleh informasi yang
mereka perlukan sehingga mereka harus menggantungkan diri pada informasi yang
disampaikan oleh manajemen kepada mereka
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa kemampuan
perusahaan untuk menciptakan aliran kas yang menguntungkan merupakan fokus atau
kepentingan umum/bersama (common interest) dari berbagai pemakai informasi.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk melayani keputusan
investasi dan kredit bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan dalam bentuk
statemen keuangan.
Tiga aspek landasan pikiran diatas, yaitu konteks lingkungan, keterbatasan, dan focus pelaporan
menjadi peertimbangan FASB untuk merumuskan tujuan pelaporan keuangan sebagai salah satu
komponen kerangka konseptual.
1. Pelaporan keuangan harus meyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjala maupun potensial, dalam membuat keputusan-
keputusan investasi, kredit, dan semacamnya yang rasional.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomik suatu
badan usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban badan usaha untuk
mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan ekuitas pemilik), dan akibat-
akibat dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya badan usaha
dan klaim terhadap sumber daya tersebut.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing)
jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian dalam penerimaan kas mendatang (prospective
cash receipts) dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas (proceeds) mendatang dari
penjualan, penebusnya, atau jatuh tempinya sekuritas atau pinjaman.
Investor dan kreditor yang dimaksud oleh FASB tersebut bukanlah dalam arti yang
sempit, tetapi meliputi pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam transaksi investasi dan
kredit, dan juga pihak-pihak yang menjadi perantara transaksi tersebut. Dalam paragrap ke-35
disebutkan bahwa pihak investor dan kreditor terdiri dari:
Pihak yang membeli sekuritas dari investor atau kreditor lain serta pihak yang membeli
sekuritas baru langsung dari perusaha-an atau melalui penjamin (underwriter).
Pihak yang menanamkan dananya dalam jangka waktu yang lama serta pihak yang sering
memperjualbelikannya.
Pihak yang menginginkan keselamatan investasinya maupun pihak yang lebih suka
menanggung risiko untuk memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi. Individu maupun
institusi.
Mekanisme pasar dan pengakuan hak milik pribadi sebagai landasan ekonomi mempunyai
konsekuensi bahwa pemerintah tidak secara langsung mengendalikan efisiensi alokasi sumber
daya ekonomik. Masyarakat sendiri yang akan melakukan alokasi itu melalui mekanisme pasar
modal. Itulah sebabnya FASB menetapkan bahwa investor dan kreditur menjadi focus atau pihak
yang dituju oleh pelaporan keuangan. Tentu saja pihak lain tidak diabaikan tetapi dianggap
sebagai penumpang pakai (free riders) informasi yang ditujukan kepada investor dan kreditur.
Informasi yang dibentuk melalui standar akuntansi dapat mempengaruhi perilaku ekonomik
sehingga distibusi kemakmuran diharapkan dapat terjadi melalui tiga partisipan yaitu investor
dan kreditor sebagai pihak sasaran (intended users), pemakai laporan lain yang tidak dituju
secara langsung (free riders), dan manajemen sebagai pihak yang menyampaikan dan
menyiapkan informasi (reporting entity).
Dalam paragrap ke-28 SFAC No. 1, dijelaskan bahwa tujuan pelaporan keuangan diverivasikan
dari kebutuhan informasi para pemakai eksternal yang tidak mempunyai otoritas untuk
menyusun informasi keuangan yang diinginkan mengenai suatu perusahaan. Para pemakai
informasi tersebut harus menggunakan informasi yang disediakan oleh manajemen sebagai
sarana untuk berkomunikasi antara pihak pemakai eksternal dan pihak perusahaan. Walaupun
laporan keuangan mempunyai aspek internal dan eksternal, FASB lebih memfokuskan kepada
aspek eksternalnya. Aspek eksternal yang dituju oleh informasi keuangan adalah pihak investor
dan kreditor, yang merupakan pihak yang paling berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan.
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan mengenai tujuan pelaporan keuangan secara umum
berdasarkan manfaat informasi keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi nonbisnis dimasukkan sebagai salah satu
komponen rerangka konseptual. FASB berargumen bahwa karateristik kedua kategori organisasi
(bisnis dan nonbisnis) mengandung persamaan dan perbedaan tetapi tidak perlu disusun dua
rerangka konseptual terpisah untuk masing-masing kategori organisasi.