Umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti dengan fase
kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat.
Gejala Demam Berdarah Dengue yaitu demam tinggi mendadak antara 38 – 40 % C
selama 2 – 7 hari, demam tidak dapat teratasi maksimal dengan penularan panas biasa,
mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri sendi atau nyeri otot (pegal – pegal), sakit
kepala, nyeri atau rasa panas di belakang bola mata, wajah kemerahan, sakit perut
(diare), kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar.13
Gejala lanjutannya terjadi pada hari sakit ke 3 – 5, merupakan saatsaat yang berbahaya
pada penyakit demam berdarah dengue yaitu suhu badan akan turun, jadi seolah–olah
anak sembuh karena tidak demam lagi.
Perlu di perhatikan tingkah laku si anak, apabila demamnya menghilang, si anak tampak
segar dan mau bermain serta mau makan atau minum, biasanya termasuk demam
dengue ringan. Tetapi apabila demam menghilang tetapi si anak bertambah lemah,
ingin tidur, dan tidak mau makan atau minum apapun apabila disertai nyeri perut, ini
merupakan tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat
berbahaya karena semua organ tubuh kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian dalam waktu singkat.
Sumber : Jawetz E, Melnick J, Adelberg E. 1996. Medical Microbiology. Alih bahasa Edi
Nugroho, R.F. Maulany. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
2. Mengapa anak mengeluh pusing nyeri peri orbita serta lutut tulang terasa ngilu
Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag.
Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima
hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan
memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC(Antigen Presenting Cell). Antigen yang
menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain
untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang
akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi,
antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.(5)
(Sumber : Soedarmo PS. 2002. Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed). Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: IDAI,
pp: 176-209.)
PGE2 sebagai produk metabolisme asam arakidonat menyebabkan rasa nyeri karena
menaikkan kepekaan nosiseptor, fenomena ini disebut sentral sensitisasi. Tinggi rendahnya
kadar PGE2 mempunyai korelasi dengan berat ringannya mialgia. Kadar PGE2 yang menurun
menyebabkan mialgia berkurang (Tamtomo, 2007). Jadi, mialgia terjadi sebagai salah satu
efek dari peningkatan kadar PGE2 pada proses demam
Sutaryo. 1992. Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue dalam Cermin
Dunia Kedokteran Edisi Khusus Nomor 81 Tahun 1992.
3. Mengapa anak tidak mau makan dan minum serta muntah bila diberi makan
4. Mengapa ditemukan nyeri epigastrium dan hepatomegali
Hepatomegali pada pasien DBD terjadi akibat kerja berlebihan hepar untuk
mendestruksi trombosit dan untuk menghasilkan albumin. Selain itu, sel-sel hepar
terutama sel Kupffer mengalami banyak kerusakan akibat infeksi virus dengue. Bila
kebocoran plasma dan perdarahan yang terjadi tidak segera diatasi, maka pasien
dapat jatuh ke dalam kondisi kritis yang disebut DSS (Dengue Shock Sydrome) dan
sering menyebabkan kematian (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006).
INFECTIOUS DISEASE
Unmasking the role of mast cells in dengue
PANISADEE AVIRUTNAN AND PONPAN MATANGKASOMBUT
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan menapis pasien tersangka demam dengue adalah
melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah
tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi
antigen virus RNA dengue dengan RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes seorologis yang mendeteksi
adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody totaltotal, IgM maupun IgG.
Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (< 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8
Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibronogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein / albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/ SGPT (serum alanin aminotransfer) : dapat meningkat
Ureum, Kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : bila akan diberikan transfuse
darah atau komponen darah.
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
o IgM : terdeteksi mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60 – 90 hari.
o IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
1. Isolasi virus
Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada :
2. Pemeriksaan Serologi
Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)
Uji Netralisasi (Neutralization Test)
Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)
Uji IgG Elisa indirek
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pada pemeriksaan radiologi dan USG Kasus DBD, terdapat beberapa kerlainan yang
dapat dideteksi yaitu :
Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah, nyeri
pada punggung, tulang, persendian , dan kepala, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
3. Hepatomegali
4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi disertai
gelisah dan akral dingin.
Kriteria laboratoris :
1. Trombositopenia (≤ 100.000/µl)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari orang normal)
Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk
menegakkan diagnogsis kerja DBD.
Dengue is a mosquito-borne disease caused by any one of four closely related dengue
viruses (DENV-1, -2, -3, and -4). Infection with one serotype of DENV provides immunity
to that serotype for life, but provides no long-term immunity to other serotypes. Thus, a
person can be infected as many as four times, once with each serotype. Dengue viruses
are transmitted from person to person by Aedes mosquitoes (most often Aedes aegypti)
in the domestic
Dengue viruses :
3.1 The virus
The dengue viruses are members of the genus Flavivirus and family Flaviviridae. These small
(50
nm) viruses contain single-strand RNA as genome. The virion consists of a nucleocapsid with
cubic
in length, and is composed of three structural protein genes encoding the nucleocaprid or
core
protein (C), a membrane-associated protein (M), an envelope protein (E), and seven non-
structural
and pathological importance. It is 45 kDa in size and associated with viral haemagglutination
and
neutralization activity.
The dengue viruses form a distinct complex within the genus Flavivirus based on antigenic
and
biological characteristics. There are four virus serotypes, which are designated as DENV-1,
DENV-2,
DENV-3 and DENV-4. Infection with any one serotype confers lifelong immunity to that virus
serotype.
Although all four serotypes are antigenically similar, they are different enough to elicit cross-
protection
for only a few months after infection by any one of them. Secondary infection with another
serotype
or multiple infections with different serotypes leads to severe form of dengue (DHF/DSS).
There exists considerable genetic variation within each serotype in the form of
phylogenetically
distinct “sub-types” or “genotypes”. Currently, three sub-types can be identified for DENV-1,
six for
DENV-2 (one of which is found in non-human primates), four for DENV-3 and four for DENV-
4,
Dengue viruses of all four serotypes have been associated with epidemics of dengue fever
The following are various host and virus factors believed to convert a benign and
self-limiting disease, dengue, into the severe syndrome, DHF/DSS. This list comes
7. Sex: Shock cases and deaths occur more frequently in female than male
children.
8. Race: During the 1981 Cuban epidemic, Blacks had lower hospitalization rates
10. Preceding host conditions: Menstrual periods and peptic ulcers are risk
factors for the severe bleeding in adults, which occurs during some dengue
infections.
Ada di nomer 10