Anda di halaman 1dari 12

Makalah

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


“Epidemiologi Penyakit Stroke”
(Diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak
Menularyang diampuh oleh Ibu. Dr. Lintje Boekoesoe, Dra., M.Kes)

Oleh :
KELOMPOK VI
KELAS C SEMESTER 4

INDEKS S. KEKU (811418029)


NIKEN ALNI WIYANDA TUNGKAGI (8114181
CHAIRUNNISA MBATA (8114181
ANNISA R. MUSTAPA (8114181
NURNAWINDI LAMANI (8114181

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Gorontali, Januari 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1

C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1

D. Manfaat ....................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2

A. Gambaran Umum Stroke ............................................................................................................ 2

B. Epidemiologi Stroke ................................................................................................................... 2

C. Gejala Stroke ............................................................................................................................... 3

D. Faktor Resiko Stroke................................................................................................................... 3

E. Pencegahan ................................................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 8

A. Simpulan ..................................................................................................................................... 8

B. Saran ........................................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada
hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan
beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah
dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah
utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah
krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi
rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi
keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke
tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah
mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaiamana Gambaran Umum Stroke ?
2. Bagaiamana Epidemiologi Stroke ?
3. Apa saja Gejala Stroke ?
4. Apa saja Faktor Resiko Stroke ?
5. Bagaiamana Pencegahan ?
C. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui Gambaran Umum Stroke
2. Untuk mengetahui Bagaiamana Epidemiologi Stroke
3. Untuk mengetahui apa saja Gejala Stroke
4. Untuk mengetahui Apa saja Faktor Resiko Stroke
5. Untuk mengetahui Bagaiamana Pencegahan penyakit stroke
D. Manfaat
Dengan adanya makalah semoga pemahan tentang stroke semakin meningkat

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Stroke
Stroke adalah suatu penyakit deposit neurologis akut yang disabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Stroke menempati kedudukan ketiga dalam dalam ukuran penebab kematian, setelah
penyakit jantung dan keganasan dinegara maju, dinegara sedang berkembang, selain itu
jumlah yang banyak angka kematiannya masih cukup tinggi.
Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu mendapat pasokan oksigen
dan nutrisi yang cukup agar tetap hidup dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah
yang menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen
dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.
Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai
menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin lama penghambatan ini terjadi, efeknya akan
makin parah dan makin sukar dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam
mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat menentukan kesembuhan dan
pemulihan kesehatan penderita stroke.
B. Epidemiologi Stroke
Di Indonesia,stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung
dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1di RS
Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Kejadian stroke di Indonesia punselalu meningkat
dari tahun ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain untuk
aktivitas pribadi, 20 % membutuhkanbantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki, dan 75 %
kehilangan pekerjaan.
Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke -97 dunia
untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai
138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011. Menurut data
tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang penderita stroke di Indonesia, sekitar 125.000
diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui
karena banyak yang tidak dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya atau jarak rumah sakit
yang jauh dari tempat tinggal. Kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus
melonjak. Pada tahun 2004, beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien

2
rawat inap yang disebabkanstroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau
yang tidak dibawake rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008) Di Bali jumlah
penderita Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik yang masuk ke RSUP Sanglah
Denpasar tidak bisa dikatakan sedikit.
Dari data catatan medik RSUP Sanglah Denpasar didapatkan jumlah penderita stroke 2
tahun terakhir memang mengalami penurunan, namun jumlah kasusnya masih
tergolong banyak. Pada tahun 2011 jumlah penderita stroke yang menjalani perawatan
adalah 848 orangdimana bila dirata-ratakan terdapat 71 kasus per bulan. Sedangkan pada
tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila dirata-ratakan terdapat 60 kasus per bulan.
C. Gejala Stroke
Untuk mengetahui tanda-tanda stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
gejala stroke berikut:
1. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
2. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
3. Penglihatan ganda.
4. Pusing.
5. Bicara tidak jelas (rero).
6. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
7. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
8. Pergerakan yang tidak biasa.
9. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
10. Ketidakseimbangan dan terjatuh.
11. Pingsan.
D. Faktor Resiko Stroke
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well
documented) (Goldstein,2006).
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia
Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55 th,
insidensinya meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan dengan adanya proses
penuaan (degenerasi) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada
orang lanjut usia pembuluh darahnya lebih kaku karena adanya plak
(atheroscelorsis).

3
b. Jenis kelamin
Insidensi pada pria 19% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mungkin terkait
bahwa laki-laki cenderung merokok. Dan, rokok ternyata dapat nerusak
lapisan dari pembuluh darah tubuh.
c. Berat badan lahir rendah
Risiko stroke meningkat dua kali pada orang dgn berat badan yg rendah (< 2500 g)
ketika lahir
d. Ras/etnis
Dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa ras kulit putih memiliki peluang
lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di
Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar
37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang
berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.
e. Genetik / Hereditas
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat
stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya. Gen
berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko stroke.
2. Modifiable risk factors
a. Well-documented and modifiable risk factors
1) Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama Stroke
sumbatan. Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi
daripada laki-laki. Insiden stroke sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi,
sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika hipertensi
diterapi secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau sedang
(borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada
peningkatan tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering terjadi. Hipertensi
menyebabkan aterosklerosis darah serebral sehingga pembuluh darah mengalami

4
penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah dan menimbulkan perdarahan.
Stroke yang terjadi paling banyak oleh karena hipertensi adalah hemoragik.
2) Paparan asap rokok
Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan
kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan. Pada meta
analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi lainnya, perokok memegang
peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan semua golongan
usia dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara keseluruhan, bila
dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya stroke, dan infark otak
pada khususnya, meningkat seiring dengan peningkatan jumlah rokok yang
dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun wanita.
3) Diabetes
Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria,
femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai
dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Dari
arterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat
pembuluh darah sehingga mengakibatkan iskemia. Iskemia menyebabkan perfusi
otak menurun dan akhirnya terjadi stroke. Pada DM, akan mengalami penyakit
vaskuler sehingga juga terjadi penurunan makrovaskulerisasi.
Makrovaskulerisasi menyebabkan peningkatan suplai darah ke otak. Dengan
adanya peningkatan suplai tersebut, maka TIK meningkat, sehingga terjadi
edema otak dan menyebabkan iskemia. Pada DM juga terjadi penurunan
penggunaan insulin dan peningkatan glukogenesis, sehingga terjadi hiperosmolar
sehingga aliran darah lambat, maka perfusi otak menurun sehingga stroke bisa
terjadi.
4) Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang
mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor
resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun, gangguan
fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan. Peranan
gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring pertambahan usia .
Selain itu, total serum kolesterol , LDL maupun trigliserida yang tinggi akan
meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan hipertensi ),
karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis.
5) Dislipidemia

5
Dislipidemia adalah kelainan yang ditandai oleh kelainan baik
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kolesterol
LDL yang tinggi (normal : < 100 mg/dl), kolesterol HDL (normal : 35-59
mg/dl) yang rendah, dan rasio kolesterol LDL dan HDL yang tinggi
dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena stroke. Hal ini akan
diperkuat bila ada faktor risiko stroke yang lain (misalnya:hipertensi,
merokok, obesitas). Berbagai penelitian epidemiologi secara konsisten
menghubungkan peningkatan risiko stroke pada penyandang dislipidemia.
Peningkatan 1 mmol/ L (38,7 mg/dL) kadar kolesterol darah total akan
meningkatkan risiko stroke sebesar 25%. Di lain sisi peningkatan 1 mmol/
L kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) akan menurunkan risiko stroke
sebesar
6) Stenosis arteri karotis
Stenosis arteri karotis adalah penyempitan atau penyempitan permukaan dalam
(lumen) dari arteri karotis, biasanya disebabkan oleh aterosklerosis.
7) Sickle cell disease
Bentuk eritrosit yang seperti bulan sabit dapat menyumbat suplay darah ke otak
8) Terapi hormonal pasca menopause
9) Diet yang buruk
10) Inaktivitas fisik
11) Obesitas
Pasien obesitas/ kegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah dan
serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk. Hal
ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-64
tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok yang
lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui peningkatan
tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain. Pola obesitas juga
memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada
daerah abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun
riwayat stroke dalam keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun
pembuktian dengan studi epidemiologi masih kurang.
b. Less well-documented and modifiable risk factors
Sindroma metabolik
→ Penyalahgunaan alkohol
Pecandu alkohol berat memiliki resiko stroke dan kematian akibat stroke yang lebih
tinggi. Pada penelitian di Yugoslavia terdapat hubungan antara konsumsi alkohol

6
dengan insiden stroke perdarahan. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan
dengan stroke sumbatan.
→ Penggunaan kontrasepsi oral
Resiko strok meningkat pada penggunaan kontrasepsi oral, terutama pada wanita
berumur lebih dari 35 tahun, dan yang memiliki faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, seperti hipertensi dan merokok. Resiko relatif stroke pada pemakai
ataupun bekas pengguna kontrasepsi oral meningkat 5 kali lipat, terutama pada
kelompok perokok dan diatas usia 35 tahun.
→ Sleep-disordered breathing
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah suatu bentuk gangguan tidur yaitu
berhentinya nafas pada saat tidur lebih dari 10 detik karena tertutupnya atau
menyempitnya saluran pernafasan. Tertutupnya saluran pernafasan itu sendiri
terjadi karena turunnya lidah dan pengenduran otot serta jaringan lunak
saluran pernafasan. Penyempitan saluran pernafasan akan menurunkan
saturasi oksigen lebih dari tiga persen, misalnya suplai oksigen ke otak dan
juga melambatkan detak jantung.
→ Nyeri kepala migren
Peningkatan aktivasi platelet diakibatkan proses up- regulasi dari ikatan leukosit
spesifik yang dapat mencetuskan terjadinya inflamasi. Proses ini dihasilkan oleh
leukosit yang menyebabkan terjadinya hambatan pada endhotelium. Mekanisme ini
dapat diterangkan melalui peristiwa pada stroke dan akhirnya dihubungkan dengan
migrain.
E. Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan memakan makanan
tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
2. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk mempertahankan tekanan
darah selama tindakan pembedahan. Cegah jangan sampai penderita diberi obat
penenang berlebihan dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.
3. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program kebugaran.
4. Penurunan berat badan apabila kegemukan
5. Berhenti merokok
6. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok, karena resiko
timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan menelan kontrasepsi oral
meningkat sampai 16 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak
menelan pil kontrasepsi.

7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau
dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang
berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya
stroke.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan
darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan
suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
B. Saran
1. Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan
tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah
risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
2. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan
cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya
heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
3. Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke
daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak
dilakukan pembedahan.
4. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau
transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang
akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
5. Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut,
biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat
mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan
yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih,
saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena
penekanan).

8
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran Umum Tentang GPDO dalam
Harsono:Kapita Selekta Neurologi. UGM Press, Yogyakarta.
Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition. New
York : Thieme. 2005.
Batticaca, Framsisca B. 2008. Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika
Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC.
Corwin, J, E. (2001.) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Dochtermann, J. M. C dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC). United States
of America: Mosby Elsevier.
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Herdman, Heather T.2009. diagnose Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC
Hidayat.A.A (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline Stroke
2007. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, Sue dkk.2008.NOC.Edisi 4.USA : Mosby
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan/ Jakarta: Salemba medika
Price,Sylvia dkk.2007. patofisiologi “Konep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 2.Edisi
6.Jakarta :EGC
Redaksi AgroMedia. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of
Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.

Anda mungkin juga menyukai