ABSTRACT
In the present agricultural technology, innovation has a very important role, especially in increasing agricultural
production in West Java. The limited land and increasing population of West Java is an important fact to be
solved. Technological innovation is a way to overcome the gap between production and demand for production.
The Ministry of Agriculture through the Agricultural Research and Development Agency has developed several
technological innovations that are feasible to be applied at the level of users/farmers in West Java. In its practice,
Indonesian Agency for Agricultural Research and Development-IAARD, West Java, introduces several IAARD
technological innovations into users in the area including annual shade-resistant soybean varieties cultivation,
environmentally friendly shallot cultivation, corn cultivation with the use of biochar and KUB chicken farming.
The introduction of technology is delivered through theoretical training, group meetings, and technology study
demonstration plots (applied studies). One of the factors that influence the acceleration of the spread of adoption
is the nature or character of the innovation itself. This study aims to review the characteristics of technological
innovations that are tested and measure the opportunities for adopting these technological innovations. The
results showed that applied study implementers have positive perception about the four technological
innovations and the four technologies had a high chance of being developed in West Java with each adoption
opportunity value being 75.25 percent environmentally friendly onion cultivation innovations; 82.24 percent
development of biochar in corn plants; 81.07 development of shade resistant soybean varieties and 87.84
percent development of KUB chickens.
ABSTRAK
Saat ini inovasi teknologi pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan produksi pertanian
di Jawa Barat. Lahan yang semakin terbatas dan jumlah penduduk Jawa Barat yang semakin meningkat
merupakan kenyataan yang penting untuk dicari jalan keluarnya. Inovasi teknologi adalah suatu cara mengatasi
kesenjangan antara produksi dan permintaan hasil produksi. Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian telah mengembangkan beberapa inovasi teknologi yang layak untuk diterapkan
ditingkat pengguna/petani di Jawa Barat. Dalam penerapannya BPTP Jawa Barat mengenalkan beberapa
inovasi teknologi produk Badan Litbang Pertanian kepada para pengguna teknologi di daerah diantaranya
budidaya varietas kedelai tahan naungan tanaman tahunan, budidaya bawang merah ramah lingkungan,
budidaya jagung dengan penggunaan biochar dan budidaya ternak ayam KUB. Pengenalan teknologi
disampaikan melalui pelatihan teori, pertemuan kelompok, dan demplot kajian teknologi (kaji terap). Salah satu
faktor yang mempengaruhi percepatan penyebaran adopsi adalah sifat atau karakter inovasinya itu sendiri.
Tulisan ini bertujuan mereview karakteristik inovasi teknologi yang diujicobakan dan mengukur peluang adopsi
inovasi teknologi tersebut. Hasil menunjukkan bahwa keempat inovasi teknologi dipersepsi positif oleh
pelaksana kaji terap dan keempat teknologi mempunyai peluang yang tinggi untuk dikembangkan di Jawa Barat
dengan nilai peluang adopsi masing adalah 75,25 persen inovasi budidaya bawang merah ramah lingkungan;
82,24% pengembangan biochar pada tanaman jagung; 81,07 pengembangan varietas kedelai tahan naungan
dan 87,84% pengembangan ayam KUB.
33
34 | CR Journal | Vol. 05 No. 01 Juni 2019 | 33 - 40
penggunaan cara-cara yang baru untuk menyebutkan bahwa sifat dan karakter
menghasilkan nilai yang baru. Inovasi sering teknologi berkembang tergantung pada
diasosiasikan dengan ilmu dan teknologi persepsi seseorang tentang teknologi. Bagi
canggih yang merupakan milik orang yang pemerintah, pengembangan inovasi teknologi
berkemampuan tinggi, karena inovasi terkait kepada pengguna/masyarakat menjadi satu
langsung dengan tingkat pengetahuan dan keharusan dengan memperhitungkan
kecerdasan yang tercermin dalam kegiatan peluang penerapannya. Oleh karena itu,
penelitian dan pengembangan (litbang) oleh maka tujuan penelitian ini adalah untuk
sekelompok orang berpendidikan di lembaga mereview karakteristik inovasi teknologi yang
pemerintah dan perguruan tinggi. Kegiatan diujicobakan dan mengukur peluang adopsi
inovatif tidaklah sama dengan litbang yang inovasi teknologi budidaya varietas kedelai
cenderung lebih sistematik dan terprogram, tahan naungan tanaman tahunan, budidaya
tetapi mengacu kepada suatu proses kreatif bawang merah ramah lingkungan, budidaya
yang muncul pada waktu seseorang jagung dengan penggunaan biochar dan
menjalankan kegiatannya sehari-hari. Inovasi budidaya ternak ayam KUB. Berdasarkan
teknologi dalam penelitian ini menekankan Roger (2005) sedikitnya ada lima sifat inovasi
pada suatu cara dan produk baru pertanian yang berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam mengatasi kesenjangan antara diterapkan atau tidaknya inovasi teknologi,
produksi dan permintaan hasil produksi. yaitu keuntungan relatif (relative advantage),
Inovasi merupakan salah satu cara kesesuaian (compatibility), kerumitan
pemerintah dalam mengatasi hal tersebut. (complexity), kemampuan di uji coba
Dengan demikian pemerintah perlu dengan (trialability) dan kemampuan diamati
sengaja mencari sumber inovasi dan segala (observatibility).
metoda dan media yang menunjukkan adanya
METODOLOGI
peluang bagi penerapannya. Petani akan
mengadopsi berbagai teknologi terbaru, Analisis sifat inovasi dilakukan dengan
tergantung pada sejauhmana karakterisasi maksud untuk mengetahui peluang
inovasi teknologi untuk dapat diterapkan. penerapan adopsi dari teknologi yang
Begitu pula dengan berbagai program diintroduksikan. Analisis ini pada prinsipnya
pengembangan inovasi teknologi pertanian menampung preferensi petani terhadap sifat
yang digagas pemerintah, akan diikuti atau inovasi yang dikaji. Analisis sifat inovasi dilihat
tidak oleh petani tergantung sejauh mana dari kegiatan kaji terap inovasi pertanian yang
inovasi teknologi itu dapat diterapkan. dilakukan oleh balai pengkajian teknologi
pertanian (BPTP) Jawa Barat tahun 2018
Kementerian Pertanian melalui Badan
yang dilaksanakan secara partisipatif dengan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
melibatkan Dinas Pertanian, UPTD, dan
telah mengembangkan beberapa inovasi
penyuluh lapangan sebagai mitra kegiatan.
teknologi yang layak untuk diterapkan
Kegiatan dilaksanakan dengan prinsip
ditingkat petani di Jawa Barat. Dalam
pendekatan sumberdaya manusia yang
penerapannya balai pengkajian teknologi
berpusat pada klien (clien centered) dan on
pertanian (BPTP) Jawa Barat mengenalkan
farm research di lahan kaji terap. Kegiatan kaji
beberapa inovasi teknologi produk Badan
terap inovasi teknologi merupakan fokus
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
utama dalam melihat peluang
kepada para pengguna teknologi di daerah
pengembangannya. Materi kaji terap yang
diantaranya budidaya varietas kedelai tahan
dilaksanakan adalah: (1) kaji terap inovasi
naungan, budidaya bawang merah ramah
teknologi biochar pada komoditas jagung
lingkungan, budidaya jagung dengan biochar
komposit seluas 5 ha dilaksanakan di
dan budidaya ternak ayam kampung unggul
Kabupaten Pangandaran; (2) kaji terap
balitbangtan (KUB). Pengenalan teknologi
pengembangan kedelai varietas tahan
disampaikan melalui pelatihan teori,
naungan dengan total luasan 10 ha di
pertemuan kelompok, dan demplot kajian
Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten
teknologi.
Ciamis; (3) kaji terap pengembangan
Proses adopsi inovasi teknologi merupakan budidaya ayam KUB dengan total 400 ekor di
suatu proses penerimaan terhadap hal-hal kabupaten Cianjur, Sumedang dan Ciamis;
baru, proses yang terjadi hanya dapat dilihat dan (4) kaji terap teknologi ramah lingkungan
dari tingkah laku individu yang bersangkutan pada komoditas bawang merah seluas 2 ha di
(Wiriatmadja, 1983 dalam Sumarno, 2010). Kabupaten Cirebon. Pendekatan dirancang
Devore (1980), dalam Sumarno (2010) untuk melihat respon peserta pelaksana
Suryani, Peluang Penerapan Berbagai Inovasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Jawa Barat | 35
Berdasarkan luas lahannya, lahan kering di adalah responden yang merasa bahwa
Jawa Barat sangat potensial untuk pengembangan kedelai di bawah tanaman
pengembangan jagung, sehingga dapat tahunan tidak dapat memberikan manfaat
mendukung program pemerintah yang sudah dibandingkan dengan kedelai di lahan sawah.
mentargetkan swasembada jagung pada Namun demikian, berdasarkan hasil
tahun 2017. Namun demikian, kondisi biofisik wawancara mendalam, kesulitan dalam
lahan kering kurang mendukung untuk mengembangkan kedelai di bawah tanaman
budidaya tanaman pangan termasuk tanaman tahunan adalah lebih disebabkan oleh tingkat
jagung. Salah satu lokasi lahan kering pada kerapatan jarak tanam tanaman tahunan yang
kegiatan kaji terap komoditas jagung dengan tidak teratur di masyarakat (bahkan terlalu
pemanfaatan biochar dilaksanakan di rapat), sehingga intensitas sinar matahari
Kabupaten Pangandaran. Berdasarkan hasil tidak optimal. Respon negatif responden
ubinan, hasil panen kering aplikasi biochar terhadap keempat inovasi teknologi yang
mencapai 4,352 ton/ha dibawah potensi hasil diintroduksikan, cenderung karena belum
5-6 ton/ha, karena kendala musim kemarau, terbiasanya dengan kondisi lahan setempat
sedangkan tanpa biochar 3,952 ton/ha dan dan masih menganggap inovasi teknologi
cara petani 2,304 ton/ha. Berdasarkan hasil berbeda jauh dengan cara tanam yang biasa
analisa usahatani, aplikasi komponen mereka lakukan. Penyuluh atau petugas
teknologi kaji terap pemanfaatan biochar pada lapangan dan petani yang telah memahami
komoditas jagung komposit di lahan kering tentang inovasi teknologi tersebut, untuk
dapat menghasilkan 3.046 kg benih x Rp senantiasa memberikan pengertian dan
15.000,00 dan 1.305 kg konsumsi x Rp pengetahuan kepada petani lain. Hal ini
4.000,00 sehingga total penerimaan Rp ditunjukkan dengan data hasil survey yang
50.910.000,00. Biaya produksi Rp menggambarkan bahwa terdapat 25 persen
15.305.000,00 sehingga pendapatan bersih petani yang masih menganggap ketiga
Rp 35.609.000,00/musim. inovasi teknologi belum sesuai.
Compatability/kesesuaian Complexity/ kerumitan
Suatu inovasi akan lebih cepat diadopsi Complexity adalah tingkat kerumitan atau
apabila mempunyai kecocokan atau kesulitan suatu inovasi untuk dipahami dan
kesesuaian nilai atau norma dalam dipraktekkan. Persepsi responden tentang
lingkungan masyarakat. Persepsi responden kerumitan teknologi, 20 persen responden
terhadap kesesuaian kempat inovasi menyatakan bahwa inovasi teknologi masih
teknologi: diatas 75 persen responden dianggap rumit. Responden menganggap
pelaksana kaji terap mempersepsi positif dan bahwa kesulitannya terdapat pada
dibawah 25 persen mempersepsi negatif. pengembangan inovasi feromon exi pada
Inovasi teknologi ayam KUB mempunyai nilai bawang merah dan pembuatan biochar untuk
kesesuaian 100 persen disemua lokasi kaji tanaman jagung. Sulitnya mendapatkan
terap. Masih adanya petani yang bahan feromon exi masih menyulitkan
mempersepsi negatif pada beberapa tingkat responden untuk mengembangkan cara
kesesuaian inovasi teknologi yang pengendalian hama ramah lingkungan
diintroduksikan menunjukkan bahwa tersebut. Selama ini responden
sebagian kecil responden masih ada yang mendapatkannya dari Kota Bogor dan untuk
beranggapan bahwa teknologi tersebut memperolehnya harus dengan cara memesan
mengganggu dengan kebiasaan cara mereka, terlebih dahulu. Cara budidaya bawang merah
seperti halnya cara tanam jagung dengan dengan menggunakan feromon exi
menggunakan biochar dimana mereka harus merupakan cara baru yang dilakukan petani
terlebih dahulu membuat arang biochar. pelaksana kaji terap, sehingga teknologi
Arang biochar dapat bersumber dari sekam, tersebut awalnya dianggap sulit. Hasil survey
ampas kopi, sabut kelapa, dan dari batok diketahui mayoritas petani (86,7%) cara
kelapa. Kesulitan dalam memperoleh feromon feromon exi tidak menyulitkan, penggunaan
exi dan teknik pengaplikasiannya dalam feromon exi tidak perlu keahlian khusus, akan
budidaya bawang merah ramah lingkungan tetapi terdapat sedikit perbedaan pola
yang merubah kebiasaan mereka dalam pengendalian hama dengan cara
mengendalikan hama, mereka biasanya mendapatkan indukan pejantan penyebab
menggunakan pestisida kimia. berkembangbiaknya hama. Kegiatan
Pengembangan varietas kedelai tahan penyuluhan terkait dengan cara pemanfaatan
naungan, responden yang menilai negatif feromon exi perlu terus diintensifkan berikut
Suryani, Peluang Penerapan Berbagai Inovasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Jawa Barat | 37
dengan praktek lapang dan bimbingan lain karena lokasi berada tepat dipinggir jalan
petugas agar petani dapat memahami dengan utama menuju tempat aktifitas petani dan
benar apa itu feromon exi dan apa penyuluh. Dapat diamati karena,
keuntungan dan kelebihan dari penerapan petani/penyuluh juga berpartisipasi dan
feromon exi. praktek langsung. Seluruh pelaksana kaji
terap (di atas 98 persen) responden setuju
Ketidaksesuaian penggunaan biochar dalam
bahwa media praktek langsung sangat disukai
budidaya jagung yang biasa dilakukan petani
sebagai media transfer teknologi.
adalah dalam hal pembuatan bahan biochar.
Petani/penyuluh dapat mengamati dan akses
Namun demikian, bahan baku pembuatan
langsung teknologi, sekaligus dapat
arang biochar dapat disesuaikan dengan
berkomunikasi langsung dengan petugas.
bahan yang tersedia di lapangan seperti
Melalui kegiatan praktek langsung (hands on
sekam, ampas kopi, ampas sabut kelapa,
learning), petani/penyuluh dapat secara aktif
batok kelapa. Ketidaksesuaian dirasakan
berperan serta dan mendapatkan
petani dimana mereka harus membuat
pengalaman melalui interaksi langsung
terlebih dahulu proses pengarangan bahan
dengan objek (baca; Inovasi). Pengajaran
biochar padahal sebelumnya mereka tidak
langsung adalah suatu model pengajaran
melakukan.
yang bersifat teacher center. Menurut Nur
Triability/kemudahan (2011), model pengajaran langsung adalah
salah satu pendekatan mengajar yang
Triability atau tingkat kemudahan diakses dirancang khusus untuk menunjang proses
yaitu mudah tidaknya inovasi teknologi untuk belajar yang berkaitan dengan pengetahuan
dicoba petani. Introduksi paket teknologi deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
melalui kegiatan penyuluhan dan praktek terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
lapangan (demplot), bagi 99 persen dengan pola kegiatan yang bertahap,
responden sudah dianggap sangat baik. selangkah demi selangkah.
Karena, selain inovasi disampaikan dalam
bentuk praktek lapang langsung di lahan Peluang Pengembangan Inovasi Teknologi
petani/lahan BPP, juga didukung dengan Analisis sifat inovasi teknologi terhadap
mudahnya akses informasi (ketersediaan inovasi teknologi yang diujicobakan pada kaji
informasi) khususnya di kantor Balai terap dilakukan untuk mengetahui berapa
Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berada besar peluang adopsi keempat teknologi jika
dilingkungan tempat petani berdomisili, dikembangkan. Analisis ini pada prinsipnya
peneliti yang terlibat dan membimbing menampung preferensi penyuluh sebagai
langsung di lapangan, penyediaan materi teori pelaksana kaji terap yang telah
berupa buku saku dan folder serta praktek berpengalaman selama mengikuti kegiatan
lapangan inovasi teknologi cukup mudah kaji terap, sehingga bisa diketahui peluang
tersedia dilokasi. Dengan demikian inovasi adopsinya apabila akan disebarkan lebih luas.
teknologi tersebut mudah untuk diikuti oleh Ada tiga tahapan dalam melakukan analisis
petani. sifat teknologi antara lain: (1) pembobotan
Observability/mudah diamati sifat teknologi; (2) pengkategorian sifat
teknologi; dan (3) evaluasi sifat teknologi.
Observabilitas yaitu tingkat kemudahan suatu Berikut adalah hasil ringkasan pembobotan
inovasi teknologi untuk diamati atau diakses. pada masing-masing inovasi teknologi
Hasil penelitian transfer inovasi teknologi berdasarkan hasi diskusi dengan para
yang dilaksanakan melalui kaji terap di pelaksana kaji terap dan peneliti terkait.
dibeberapa lokasi direspon positif (90,7%)
oleh pelaksana kaji terap. Media penyuluhan Berdasarkan hasil nilai pembobotan pada
kaji terap dinilai efektif dalam menyampaikan Tabel. 2 digunakan untuk menentukan nilai
informasi inovasi teknologi kepada para harapan dan kategori pada masing-masing
pengguna karena selain dilaksanakan sifat teknologi yang diujicobakan pada
langsung di lahan petani/lahan BPP, 93,7 kegiatan kaji terap. Nilai pembobotan pada
persen responden menyatakan lokasi yang tabel diatas merupakan nilai rata-rata yang
dipilih sangat strategis karena dapat dengan dibulatkan dari para expert pelaksana inovasi
mudah dijangkau oleh seluruh pengguna teknologi. Setelah dilakukan pembobotan,
teknologi di wilayah pengkajian. Lokasi selanjutnya dilakukan pengkategorian yang
mudah terlihat oleh petani/petugas penyuluh hasilnya disajikan pada Tabel 3.
38 | CR Journal | Vol. 05 No. 01 Juni 2019 | 33 - 40
Studi tentang adopsi inovasi dapat dilakukan (relative advantage); (2) kesesuaian
dengan sudut pandang yang berbeda-beda, (compatibility); (3) kerumitan (complexity); (4)
baik yang bersifat kelompok maupun kemampuan di uji coba (trialability); dan (5)
individual. Keputusan adopsi suatu inovasi kemampuan diamati (observatibility) akan
secara kelompok biasanya terkait dengan mewakili apakah secara ekonomi inovasi
proses mental, bagaimana keputusan adopsi teknologi menguntungkan, secara teknis
berjalan melalui tahapan proses adopsi dapat dilakukan dan secara sosial tidak
seperti tahap tahu, minat, ujicoba skala berbenturan dengan kebiasaan yang ada.
terbatas, tahap konfirmasi dan tahapan Dapat dicermati pada Tabel.3 bahwa peluang
adopsi atau tidak. Namun demikian pada adopsi keempat inovasi teknologi yang
tahap keputusan, peran individual dalam diintroduksikan sangat berpeluang tinggi
keputusan adopsi akan lebih besar. Individu untuk dapat dikembangkan di Jawa Barat
umumnya akan mempertimbangkan apakah dilihat dari kelima karakter inovasi
inovasi teknologi secara ekonomi teknologinya. Secara ekonomi keuntungan
menguntungkan, secara teknis dapat relatif keempat teknologi dinilai sangat
dilakukan dan secara sosial tidak berbenturan menguntungkan, keempat teknologi
dengan kebiasaan yang ada. Oleh karena itu, mempunyai tingkat kesesuaian yang tinggi,
peluang adopsi salah satunya dapat diukur mudah diujicoba dan mudah diamati hasilnya.
melalui kelima karakter inovasi. Kelima Artinya, keempat inovasi teknologi itu layak
karakter inovasi: (1) keuntungan relatif untuk dikembangkan di wilayah Jawa Barat.
Suryani, Peluang Penerapan Berbagai Inovasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Jawa Barat | 39