Anda di halaman 1dari 17

Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian bayi baru lahir

Bayi bayi baru lahir adalah bayi yang lahir presentasi kepala melalui

vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37 minggu sampai usia

kehamilan 42 minggu, dengan berat badan 2500 sampai dengan 4000

gram (Rukiyah, 2013).

Bayi baru lahir normal yaitu tubuh bayi mengalami sejumlah adaptasi

psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa

transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi

baru lahir juga membutuhkan asuhan yang meningkatkan kesempatan

untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010.hlm).

Masa neonatal adalah masa sejak lahir 4 minggu atau 28 hari setelah

kelahiran. Neonatus adalah bayi baru lahir atau berumur 0 sampai

dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus

dini yaitu bayi beru sia 0-7 hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7-

28 hari (Muslihatun, 2010.hlm.2).

Asuhan pada bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi selama jam

pertama setelah kelahiran, beberapa aspek penting dalam asuhan ini

yaitu menjaga bayi tetap kering dan hangat, mengusahakan adanya

kontak antara kulit bayi dan kulit ibu sesegera mungkin, memberikan

asuhan segera setelah badan bayi lahir, mengklem dan memotong tali

pusat, pemeriksaan pernapasan pada bayi, dan melakukan perawatan

pada mata dengan pemberian salep antibiotik. Jika bayi tidak

mengalami masalah dalam waktu 24 jam, maka bidan akan

melanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit, aktivitas bayi,


mempertahankan suhu tubuh bayi, melakukan pemeriksaan fisik, dan

memberi vitamin K pada bayi (Rochmah, 2012.hlm.2).

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar

uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga hemostatis, bila

terdapat gangguan adaptasi maka bayi akan sakit (Muslihatun,

2010.hlm.10).

1) Periode Transisi

Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai

8 jam pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi.

Periode transisi dibagi menjadi tiga periode yaitu periode

pertama reaktifitas atau segera setelah bayi lahir, karakteristik

pada periode ini frekuensi pernapasan cepatdan dapat mencapai

80 kali per menit adanya retraksi, dan suara seperti mendengur.

Denyut jantung dapat mencapai 180 kali per menit selama

beberapa menit pertama kehidupan (Stright, 2011.hlm.209).

Pada periode ini terjadi fruktasi warna dari merah jambu pucat

ke sianosis, tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi

memiliki sejumlah mukus, menangis kuat refleks menghisap

kuat, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari sesudahnya

karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu

lama. Pada periode ini bayi membutuhkan perawatan khusus,

yaitu mengkaji dan memantau frekuensi jantung dan pernapasan


setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran, menjaga

bayi agar tetap hangat dengan suhu aksila 36,5⁰C – 37,5⁰C

(Mualimatun, 2010.hlm.4).

Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, setelah

respon bayi baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur,

hal ini terjadi dalam dua jam setelah kelahiran dan berlangsung

beberapa menit sampai beberapa jam (Stright, 2010.hlm.209).

Menurut Muslimatun (2010,hlm.5) fase ini dimulai dari 30

menit setelah periode pertama reaktifitas dan berakhir pada 2-4

jam. Pada fase ini frekuensi pernapasan dan denyut jantung

menurun kembali ke nilai dasar, warna kulit cenderung stabil dan

tidak bisa mendengar bising usus. Pada fase ini bayi tidak

banyak membutuhkan asuhan, karena bayi tidak memberikan

respon terhadap stimulus eksternal.

Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktifitas, ini

berakhir sekitar 4-6 jam setelah kelahiran, periode ini bayi

memiliki tingkat sensititas yang tinggi terhadap stimulus internal

dan lingkungan. Frekuensi nadi sekitar 120-160 kali per menit,

frekuensi pernapasan sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi

fluktuasi warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan

disertai bercak-bercak.

Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi

peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat

sekresi. Refleks menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat

aktif. Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini memantau secara


ketat kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus

yang berlebihan, memantau setiap kejadian apnea dan mulai

melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap punggung,

memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan kemampuan

bayi untuk menghisap dan menelan (Muslihatun, 2010.hlm.5).

2) Periode Pasca Transisional

Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke

rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal

umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda vital setiap 4 jam,

pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI on demand,

mengganti popok serta menimbang beart badan, selain asuhan

transisional dan pasca transisional asuhan bayi asuhan bayi baru

lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia

6 minggu pertama (Muslihatun,2010.hlm.5).

3) Sistem Pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan

normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada

rongga bayi melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan

cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml, berkurang sepertiganya

sehingga volume yang hilang ini digantikan dengan udara. Paru

mengembang sehingga rongga dada kembali kebentuk semula,

pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diapragmatik

dan abdominal biasanya frekuensi dan kedalaman pernapasan

masih belum teratur. Upaya pernapasan pertama berfungsi untuk

mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan


alveolus paru untuk pertama kali, agar alveolus dapat berfungsi

harus terdapat surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran

darah ke paru (Rochmah, 2012.hlm.5).

4) Suhu Tubuh

Mekanisme kemungkinan kehilangan panas tubuh dari bayi

baru lahir ke lingkungannya melalui cara pertama evaporasi,

yaitu kehilangan panas melalui proses penguapan atau

perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap.

Pencegahannya, setelah bayi lahir segera mengeringkan bayi

secara seksama dan menyelimuti bayi dengan selimut atau kain

bersih dan kering serta menutup bagian kepala bayi. Cara kedu

konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi ke benda

sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya

menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan

menggunakan stetoskop untuk memeriksa bayi baru lahir

(Muslihatun.2010.hlm.12).

Cara ketiga konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang

terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin,

misalnya aliran udara dingin dari kipas angin, dan hembusan

udara dingin melalui ventilasi. Cara keempat radiasi yaitu

kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu

tubuh bayi, misalnya bayi lebih dekat ke dinding tanpa memakai

penutup kepala atau topi (JNPK-KR, 2012).


5) Sistem Kardiovaskular

Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna

menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi

yang baik guna mendukung kehidupan diluar rahim, terjadi dua

perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium

paru dan aorta, kemudian penutupan duktus arteriosus antara

arter paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat

perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah tubuh.

Jadi perubahan tekanan tersebut langsung berpengaruh pada

aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah

mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan

resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Vena umbilkus,

duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup

secara fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan

setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa

berlangsung dalam 2-3 bulan (Rochmah, 2012.hlm.7).

Maryanti, dkk (2012,hlm.16) mengatakan perubahan sistem

kardiovaskular yaitu oksigen menyebabkan sistem pembuluh

mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan

resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Perubahan

sistem kardiovaskular yang terjadi tiga tahap yaitu pertama

penutupan foramen ovale, dengan proses pemotongan tali pusat

yang menyebabkan penurunan sikulasi darah. Hal ini


merangsang timbulnya pernapasan pertama kali dan

menyebabkan paru berkembang.

Kedua penutupan duktus arteriosus botali, ini merupakan

pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan

aorta, pulmonalis menghubungkan ventrikel kanan ke paru untuk

memberikan nutrisi dan pemeliharaan organ paru (pada masa

janin), bukan untuk proses pernapasan. Pada proses

pernapasan terjadi perubahan tekanan pada atrium kanan

karena foramen ovale telah menutup, darah akan dialirkan

melalui arteri pulmonalis menuju paru proses ini berfungsi

setelah janin lahir. Dan yang ketiga yaitu vena dan arteri

umbilikasi, duktus venosus dan arteri hipogatrika dari tali pusat

menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir

dan setelah tali pusat di klem.

6) Metabolisme Glukosa

Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat

kelahiran, setelah tali pusat di klem, seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap

bay baru lahir kadar darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi

baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah

yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya

terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.

Seorng bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai

glikogen, terumata dalam hati, selama berbulan-bulan terakhir

kehidupan dalam rahim.


Bayi yang mengalami hipotermi saat lahir, kemudian

mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan

glikogen dalam satu jam pertama kelahiran. Keseimbangan

glukosa tidak selamanya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada

bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan

dalam satu jam pertama, otak bayi akan mengalami risiko. Bayi

baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin merupakan

sekelompok yang berisiko karena simpanan energi mereka

kurang atau digunakan sebelum lahir (Rochmah,2012.hlm.9).

7) Adaptasi Ginjal

Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam

pertama setelah lahir, dan dua sampai enam kali sehari pada 1-2

hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24

jam. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda

kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam urat

(Stright, 2013.hlm.217).

Menurut Muslihatun (2012.hlm.18) fungsi ginjal belum

sempurna karena jumlah nefron maih beum sebanyak orang

dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan

volume tubulus froksimal, serta renal blood folw relatif kurang

bila dibandingkan orang dewasa.

8) Adaptasi Gastrointestinal

Secara fungsional saluran gastriontestinal bayi belum matur

bila dibandingkan orang dewasa, membran mukosa pada mulut

berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi


dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir janin cukup bulan akan

melaui menghisap dan melenlan. Kapasitas lambung sangat

terbatas, kurang dari 30 ml pada bayi baru lahir cukup bulan.

Kapastas lambung ini akan bertambah secara perlaahn sering

dengan pertmbuhan bayi. Pengaturan makanan yang sering oleh

bayi sendiri sangat penting, contohnya memberi makan sesuai

keinginan bayi (ASI on demand) (Rochmah, 2012.hlm.10).

Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk

denagn baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan

untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih

sangat terbatas,hubungan antara esofagus bawah dan lambung

masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada

neonatus (Maryati, 2011.hlm.20).

9) Adaptasi Hati

Selama kehidupan janin sampai waktu tertentu setelah lahir,

hati terus membantu pembentukan darah, dan selama periode

neonatus hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan

darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai pada bayi

sampai lima bulan kehidupan ekstra uterin, pada saat bayi baru

lahir menjadi rentan terhadap defensiasi terhadap zat besi

(Stright,2011.hlm.217).

Menurut Maryanti, dkk (2012,hlm.21) setelah lahir hati

menunjukan biokimia dan morfolosis berupa kenaikan kadar

protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hepar

belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase


glukoronil serng berkurang sehingga neonatus memperlihatkan

gejala ikterus neonatorum fisiologis.

c. Tanda – tanda bayi baru lahir normal

Menurut Sondakh (2013; h.150), tanda – tanda bayi baru lahir normal

yaitu :

1. Berat badan 2500 – 4000 gram

2. Panjang badan 48 – 52 cm

3. Lingkar dada 30 – 38 cm

4. Lingkar kepala 33 – 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

6. Pernapasan ± 60 – 40 kali/menit

7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena sub kutan cukup.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9. Kuku agak panjang dan lemas.

10. Niai APGAR <7.

11. Gerakan aktif.

12. Genetalia :

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang

berada pada skrotum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uterus yang berlubang, serta labia mayora menutupi labia

minora.

13. Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk baik


14. Reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

15. Reflek graping atau menggenggam sudah baik

16. Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama,

meconium berwarna hitam kecoklatan.

APGAR score merupakan alat untuk mengkaji kondisi batin

sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernapasan, frekuensi

jantung, warna kulit, tonus otot, dan refleks) yang ditemukan oleh

Dr. Virginia Apgar (Marmi, 2012). Waktu penilaian dilakukan pada

usia 1 menit kelahiran yaitu untuk memberikan kesempatan pada

bayi untuk memulai perubahan, pada menit ke-5 dan pada menit

ke-10.

Tabel 2.1 Apgar Skor

Respon
0 1 2
Penilaian
Warna kulit Pucat Badan merah Seluruh tubuh

Ekstermitas kemerah-merahan

biru
Denyut jantung Tidak ada Kurang dari Lebih dari 100

100 x/menit x/menit


Pernapasan Tidak ada Lemah atau Menangis kuat

tidak teratur atau baik


Tonus otot Tidak ada Ekstermitas Gerakan aktif

fleksi sedikit
Reaksi Tidak ada Gerakan Batuk atau bersin

rangsangan sedikit
d. Tanda bahaya bayi baru lahir

Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi

lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak mengancam

nyawa bayi. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yang harus daiwaspadai

pada bayi baru lahir, yaitu (Muslimatun, 2008) :

1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit

2) Terlalu panas >38⁰C atau terlalu dingin <36,5⁰C

3) Warna kulit atau bibir biru pucat, memar atau sangat kuning

4) Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah

5) Tali pusat terlihat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau

busuk, pernapasan sulit

6) Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, ada

lendir atau darah pada tinja

7) Aktivitas mengigil atau menangis tidak bisa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa

tenang, menangis terus menerus

e. Kebutuhan dasar bayi baru lahir

1) Merawat tali pusat : sebelum atau sesudah plasenta lepas atau tidak

bermasalah

2) Menilai APGAR SKOR. Normalnya 7-10, asfiksia ringan 4-6, asfiksia

berat kurang dari 3.

3) Nutrisi : 12 jam I belum perlu,ini untuk memungkinkan bayi istirahat

dan mengeluarkan lendir namun tergantung kebijakan masing -

masing RS, saat ini bayi disusui segera dengan  ASI.


4) Stimulasi,melauil sentuhan atau belaian atau pandangan menyusui.

Saat ini stimulasi untuk merangsang pernafasan tak dianjurkan,kalau

terpaksa isap lendir.

5) Identifikasi

6) Kebersihan

7) Profilaksis:Tetes mata, vitamin K, hepatitis B nol

8) Mempertahankan suhu

9) Antropometri

10) Menentukan gestasi

11) Pakaian dan selimut

12) Posisi dan lingkungan: miring dengan kepala sedikit rendah,

lingkungan hangat atau tenang

f. Penatalaksanaan bayi baru lahir

Menurut Sondakh (2013; h.159-160) yaitu :

1. Pertolongan pada saat bayi lahir

a. Sambil menilai pernapasan secara tepat, letakan handuk diatas

perut ibu.

b. Dengan kain yang bersih atau kassa, bersihkan darah atau lendir

dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang. Periksa ulang

jalan napas bayi, sebagian besar akan menangis atau bernapas

secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.

2. Perawatan mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

mencegah penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual).


Obat perlu diberikan setelah satu jam setelah persalinan. Pengobatan

yang umumnya dipakai adalah larutan perak nitrat atau Neosporin

yang langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.

3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

a) Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup

atau melebar, adanya caput cussedanum, cepal hematoma,

kraniotabes, dan sebagainya.

b) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subconjungtiva, tanda –

tanda infeksi (pus)

c) Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap labio skisis,

labiopalatoskisis, dan reflex isap (dinilai dengan mengamati bayi

saat menyusui)

d) Telinga : Pemeriksaan terhadap preaurical tog, kelainan daun atau

bentuk telinga

e) Leher : Pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus,

ductus thyroglossalis, hygroma colli

f) Dada : Pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada,

pernapasan, retraksi, intercostal, subcotal sifoid, merintih,

pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru – paru (sonor,

vesicular, bronkial, dan lain – lain)

g) Jantung : Pemeriksaan terhadap pulsasi , frekuensi bunyi jantung,

kelainan bunyi jantung

h) Abdomen : Pemeriksaan terhadap membuncit, (pembesaran hati,

limpa, tumor aster) scaphoid (kemungkinan bayi menderita

diafragmatika/atresia esophagus tanpa fistula)


i) Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada

tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau

diselangkangan.

j) Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam

skrotum, penis berlubang pada ujung (pada laki-laki) vagina

berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora (pada

perempuan).

k) Lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam setelah lahir, bila

tidak harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus.

Selain itu juga urin harus keluar dalam 24 jam. Kadang

pengeluaran urin tidak ditahui karena pada saat bayi lahir urin

keluar bercampur denagn air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam

24 jam maka harus diperhatiakn kemungkinan adanya obstruksi

saluran kemih.

4. Identifikasi bayi

Untuk mempermudah identifikasi alat pengenal bayi perlu

dipasang segera pasca persalinan. Alat yang digunakan sebaiknya

yang tahan air, dengan tepi halus yang tidak melukai, tidak mudah

sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi (tercantum

nama bayi dan ibunya), tanggal lahir nomor bayi, jenis kelamin dan

unit. Sidik telapak bayi dan sidik ibu jari harus tercetak dicatatan yang

tidak mudah hilang. Berat lahir, panjang lahir, lingkar dada dan lingkar

perut diukur, kemudian dicacat dalam rekam medis.

5. Perawatan dan lain-lain

a. Lakukan perawatn tali pusat


1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar

terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar.

2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun

dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar

bersih.

b. Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi di pulangkan ke

rumah berikan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B.

c. Orang tua di ajarkan tanda-tanda bahaya dan mereka diberitahu

agar merujuk dengan segera untuk merawat lebih lanjut jika

ditemui hal-hal sebagai berikut :

1. Pernapasan : sulit lebih dari 60x/menit

2. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau

pucat.

3. Tali pusat : merah, bengkak atau keluar cairan, bsu busuk

atau berdarah.

4. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak keluar cairan

(nanah), bau busuk, pernapasan sulit.

5. Feses/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek,

sering kejang, tidak tenang, menangis terus-menerus.

d. Orang tua diajarkan cara merawat bayi dan melakukan perawatan

harian untuk bayi abru lahir, meliputi :

1. Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan tiap 2-3

jam, mulai dari hari pertama.

2. Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan

kering, serta mengganti popok.


3. Menjaga bayi terhadap trauma dan infeksi

Anda mungkin juga menyukai