Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir

terhadap Kuat Lentur Beton

Ronald Simatupang, S.T., M.T. dan Prasthi Aldri Pratiwi


Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Abstract
Global warming is becoming worse; therefore, innovation and creativity are needed to
minimize global warming effects. One of the innovation and creativity can replace material in
concrete mixing with waste material. Waste material used in this research is steel production waste,
named Precious Steel Ball (PS Ball). PS Ball is used in this research to replace fine aggregate with PS
Ball, whose percentage addition of PS Ball is 0%, 5%, 10%, 15% to 50% as a replacement for of the
volume of fine aggregate. Specimen used to study the beam flexural strength of concrete is the size of
600 x 150 x 150 mm. The results shows that the maximum flexural strength in the mixture without
using PS Ball with flexural strength values is obtained at 4.254 MPa. While the flexural strength with
a mixture of sand instead of PS Ball can lower flexural strength by an average of 27.341% compared
to the concrete mix without the use of PS Ball. The pattern of cracks occurs in the concrete without
bending mixture of PS Ball and Ball PS percentage of the mixture is up to 30% and 45%. The pattern
of bending and shear cracks occurs at the levels of PS Ball 35%, 45% and 50%.

Keywords: PS. Ball, flexural strength, concrete beam

I. Pendahuluan
Saat ini pemanasan global meningkat terus menerus per tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan
kreativitas dan inovasi untuk dapat mengurangi efek dari pemanasan global. Kreativitas dan inovasi
yang diperlukan haruslah berkelanjutan sehingga bisa digunakan setiap saat. Bahan yang digunakan
dalam inovasi campuran beton yaitu menggunakan material limbah sisa produksi baja. Limbah yang
digunakan yaitu PS Ball (Precious Slag Ball) adalah jenis produk yang ramah lingkungan hasil olahan
limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun).
PS Ball mulai diproduksi pertama kali di Korea pada tahun 1997 dalam proses SAT (Slag
Atomizing Technology) yang merupakan sistem baru untuk membentuk slag cair menjadi butiran kecil
(atomize) dari Electric Arc Furnace (EAF) dengan efisiensi tinggi. Material hasil proses SAT
berbentuk bola dengan diameter dan ukuran yang berbeda-beda yang disebut PS Ball. Produksi PS
Ball pada tahun 1997 mencapai 1,12 juta ton. Pada tahun 2009 PS Ball direlasikan ke beberapa Negara
dan berjumlah 3,4 juta ton. Pada tahun 2008 SAT Plant di PT Purna Baja Harsco (di dalam kawasan
pabrik PT Krakatau Steel) mulai beroperasi, dengan kapasitas 60.000 ton per tahun.
Dalam penelitian ini digunakan PS Ball dalam campuran bahan material beton sebagai
pengganti pasir dengan diameter antara 0,1 sampai 4,5 mm. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh penggunaan PS Ball terhadap kuat lentur beton dan membandingkan kuat lentur
pada beton yang menggunakan PS Ball dan kuat lentur beton yang tidak menggunakan PS Ball.

161
Zenit
Volume 2 Nomor 3 Desember 2013

II. Teori

2.1 Kuat Lentur Beton


Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik berupa beban gravitasi (berarah vertikal)
maupun beban lain, seperti beban angin (dapat berarah horizontal), atau juga beban karena susut dan
beban karena perubahan temperatur, menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur.
Lentur pada balok merupakan akibat adanya regangan yang timbul karena adanya beban luar.
Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan regangan tambahan
yang mengakibatkan timbulnya retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya semakin
bertambah, pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya
mencapai kapasitas elemen, taraf pembebanan demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada
lentur. Karena itulah perencana harus mendesain penampang elemen balok sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi retak yang berlebihan ada saat beban kerja, dan masih mempunyai keamanan yang cukup
dan kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan pada saat mengalami keruntuhan.
Tegangan beton dalam menahan lentur dapat ditentukan dari rumus berikut dimana M adalah momen
penampang, y adalah jarak dari serat terluar beton hingga sumbu netral dan I adalah momen inersia
dari penampang:
𝑀.𝑦
fr= 𝐼
Peraturan ACI menyatakan bahwa 𝑓𝑟 dapat diambil dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
fr= 0,7 x √fc’
Salah satu kelemahan beton adalah tidak mampu menahan gaya tarik, akibatnya apabila beton
tanpa dilapisi tulangan akan mengalami retak-retak apabila dibebani. Dengan demikian, di lapangan
bila terlihat beton yang dilapisi tulangan baja, karena tulangan baja yang ditanam dalam beton menjadi
unsur kekuatan yang dapat memikul gaya tarik.

2.2 PS Ball
Slag EAF merupakan produk samping dengan volume besar yang terbentuk dalam proses
pembuatan baja (15-20% dari kapasitas baja cair) dimana masih mengandung sisa-sisa metal.
Penanganan slag ini sebelumnya sulit dan metodenya tidak efisien. Teknologi slag atomizing, Slag
Atomizing Technology (SAT) merupakan sistem baru untuk membentuk slag cair menjadi butiran kecil
(atomize) dari Electric Arc Furnace (EAF) dengan efisiensi tinggi. Material hasil dari proses SAT
berbentuk bola dengan diameter dan ukuran yang berbeda-beda, dan disebut PS (Precious Slag Ball).
SAT merupakan proses merubah slag cair (1500-1550°C) menjadi bola-bola kecil dengan
diameter berkisar antara 0.1 hingga 4.5 mm. Prosesnya berupa sistem hembusan angin berkecepatan
tinggi dengan katalis dan air pada aliran slag cair yang ditumpahkan melalui tundish menuju slag pitt.
Dengan bantuan air, aliran udara berkecepatan tinggi menghasilkan pertukaran panas yang cepat yang
merubah aliran slag menjadi bola-bola (PS Ball) dengan permukaan yang mengkilap. Struktur PS Ball
dipisahkan berdasarkan ukurannya dalam suatu mesin pengayak. Berikut adalah proses produksi PS
Ball yang dapat dilihat pada Gambar 1 proses SAT, slag cair didinginkan dengan cepat oleh udara dan
air berkecepatan tinggi. Berbagai unsur tidak stabil membentuk CaO-Fe2O3, SiO2-Fe2O3 dan Mg-
Fe2O3. Tidak ada CaO bebas di dalam produk, dan permukaan akan mengkilap dengan adanya struktur
spinel. Struktur spinel merupakan bentuk kombinasi dari CaO-Fe2O3, CaO-SiO2. Pada Gambar 2 dapat
dilihat butiran PS Ball yang didapat setelah proses produksi.

162
Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir
terhadap Kuat Lentur Beton
(Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi)

Gambar 1 Proses Poduksi PS Ball (sumber: PT Purna Baja)

Gambar 2 Butiran PS Ball (sumber: PT Purna Baja)

PS Ball adalah material baru yang dihasilkan dari slag EAF. PS Ball yang memiliki
permukaan mengkilap dengan struktur spinel yang stabil. PS Ball berbentuk bulat dengan diameter
antara 0.1 sampai 4.5 mm. PS Ball cocok untuk berbagai penerapan, berkat sifat fisik dan kimianya.
Fakta yang paling penting adalah bahwa PS Ball tidak berbahaya dan ramah lingkungan yang
dihasilkan oleh teknologi yang bebas pengaruh negatif terhadap lingkungan. Pada Tabel 1 dapat dilihat
kandungan kimiawai dan ciri fisik dari PS Ball. PS Ball sangat unggul dibanding pasir dalam hal
kekuatan tekan, dan kekerasan. Strukturnya sangat kuat, tahan cuaca dengan bentuk bulat mengkilap.
Sebagai material baru, PS Ball memiliki keunggulan sifat-sifat fisik dan kimia yang memberikan
kemampuan untuk berbagai penerapan yang luas, seperti pelapis genting metal, amplas, pemadatan
jalan, bahan pemberat, peredam suara dan pelindung radiasi, campuran semen, bahan lantai, pemadat
tanah, tiang pancang, pengolahan air dan air buangan, bahan filter, bahan lantai yang tidak licin, bata
dan bahan beton prefabrikasi, campuran aspal, dan sebagainya.

163
Zenit
Volume 2 Nomor 3 Desember 2013

Tabel I Kandungan Kimia/Ciri Fisik PS Ball (sumber: PT Purna Baja)


Kandungan Kimia / Ciri Nilai
Fisik
T-Fe 20,83%
M-Fe <0,10%
FeO 3,35%
SiO2 12,69%
CaO 40,30%
Al2O3 2,20%
MgO 7,95%
Na2O <0,10%
Kekerasan 739,8 HVC
Diameter 0,1-4,5 mm
Massa Jenis 2,3 kg/L
Permeabilitas Air 530 cm/s
Kekuatan Tekan 323 /cm3

2.3 Standar Pengujian


Pada penelitian ini standar yang digunakan dalam pengujian material, pembuatan desain
campuran beton, dan standar pengujian balok lentur menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI)
seperti terlihat pada Tabel II.

Tabel II Standar Pengujian


Pengujian SNI
Material
Kadar Organik SNI 03-2816-1992
Kadar Lumpur SNI 03-1967-1990
Kadar Air SNI 03-1971-1990
Berat Jenis dan Penyerapan
Agregat halus SNI 03-1970-2008
Agregat kasar SNI 03-1969-2008
Analisa Saringan SNI 03-1968-1990
Berat Isi SNI 03-1973-2008
Mix Design
Pengujian Mix Design SNI 03-2834-2000
Slump Test SNI 03-1972-2008
Lentur
Kuat Lentur Beton SNI 03-4431-1997

III. Metodologi

3.1 Set Up Pengujian Lentur


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan two point loading dan dilakukan dengan cara
membagi tiga bentang di antara dua perletakan dan panjang balok di luar tumpuan minimum sebesar
20 mm. Pada pengujian ini benda uji balok dengan ukuran 600x150x150 mm3, diambil panjang
bentang di antara dua perletakan sebesar 450 mm yang per bentangnya diambil sebesar 150 mm.

164
Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir
terhadap Kuat Lentur Beton
(Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi)

Dengan demikian panjang balok diluar tumpu minimum menjadi 75 mm. Maka, benda uji yang
digunakan memenuhi persyaratan karena 75 mm > 20 mm. Benda uji lentur tampak seperti Gambar 3.

Gambar 3 Benda Uji Balok

150 mm

150 mm

75 mm 450 mm 75 mm

Kuat lentur beton diteliti dengan membebani balok pada tengah-tengah bentang atau pada
setiap sepertiga bentang dengan beban titik P seperti terlihat pada Gambar 4 beban ditingkatkan
sampai balok mengalami keruntuhan lentur, dimana retak utama terjadi pada daerah tengah-tengah
bentang.

Gambar 4 Pembebanan pada Benda Uji Balok


P

75 mm 450 mm 75 mm

3.2 Pengujian Material Agregat Halus

1. Pengujian Kadar Air Agregat Halus


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam agregat halus
dengan cara pengeringan. Proses untuk mendapatkan kadar air dalam agregat halus dapat dilihat pada
Tabel III.

Tabel III Kadar Air Agregat Halus


Nomor Sampel 1 2 3
Berat Container:W1 (gr) 154 148,5 197,9
Sampel + Container:W2(gr) 254 248,5 297,9
Berat sampel:W3 (gr) 100 100 100
Berat sampel kering + Container: W4 (gr) 249,8 245,2 293,2
Sampel kering:W5 (gr) = (W4 – W1) 95,8 96,7 95,3
Kadar air = ((W3-W5)/W3) x 100% 4,2% 3,3% 4,7%
Kadar air rata- rata 4,067%
Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan bahwa kadar air yang terdapat dalam agregat halus adalah
4,067%.

165
Zenit
Volume 2 Nomor 3 Desember 2013

2. Pengujian Specific Gravit y dan Absoropsi Agregat Halus


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Specific Gravity dan Absorpsi dari agregat halus
dengan kondisi yang jenuh air SSD (Saturated Surface Dry). Nilai ini sangat mempengaruhi
perencanaan campuran beton dalam berat agregat halus yang akan digunakan. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel IV dan Tabel V.

Tabel IV Specific Gravity Agregat Halus


Nomor Sampel 1 2 3
Berat sampel SSD: A (gr) 100 100 100
Berat gelas + air + sampel: B (gr) 781,4 771,5 803,3
Berat gelas + air : C (gr) 713,9 705 736,3
Specific gravity = ( A/( A+C-B)) 3,076 2,980 3,030
Specific gravity rata-rata 3,029

Tabel V Absorpsi Agregat Halus


Nomor Sampel 1 2 3
Berat Container: A (gr) 154 185 197,9
Berat sampel SSD: B (gr) 100 100 100
Berat sampel kering + container: C (gr) 249,9 280,3 293,3
Berat sampel kering : D (gr) = (C-A) 95,9 95,3 95,4
Absorpsi= ((B-D)/D) x 100% 4,276% 4,931% 4,821%
Absorpsi rata-rata 4,676%

3. Analisa Saringan Agregat Halus


Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh jumlah presentase butiran baik agregat halus.
Hasil analisia saringan agregat halus apat dilihat pada Tabel V dan pada Gambar 5.

Tabel VI Analisa Saringan Agregat Halus


No. Saringan Berat Tertahan Berat Tertahan Berat Tertahan Persen Lolos
(gr) (%) Kumulatif (%)
4 (4,76 mm) 13,3 2,673 2,673 97,327
10 (2,00 mm) 40,4 8,119 10,792 89,208
16 (1,18 mm) 91,4 18,372 29,164 70,836
30 (0,60 mm) 80,7 16,218 45,382 54,618
50 (0,30 mm) 132,3 26,588 71,969 28,031
100 (0,15 mm) 95,9 19,273 91,242 8,758
Pan 43,5 8,742 100 -
Total 497,5 100 - -

Dari grafik Batas Gradasi Agregat Halus dalam daerah gradasi didapatkan pasir yang
digunakan dalam penelitian campuran pembuatan beton termasuk dalam gradasi no 2, Grafik Gradasi
Pasir Sedang.

166
Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir
terhadap Kuat Lentur Beton
(Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi)

Gambar 5 Batas Gradasi Agregat Halus

3.3 Pengujian Agregat Kasar


Pengujian yang dilakukan terhadap agregat kasar yaitu, pemeriksaan kadar air, specific gravity
dan absorpsi,analisa saringan, dan berat isi.

1) Kadar Air Agregat Kasar


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam agregat halus
dengan cara pengeringan. Proses untuk mendapatkan kadar air dalam agregat kasar dapat dilihat pada
Tabel VII.

Tabel VII Kadar Air Agregat Kasar


Nomor Sampel 1 2 3
Berat Container: W1 (gr) 273,7 262,4 272
Sampel + Container: W2 (gr) 473,7 462,4 472
Berat sampel: W3 (gr) 200 200 200
Berat sampel kering + Container: W4 (gr) 471 458,9 469,6
Sampel kering: W5 (gr) = (W4 – W1) 197,3 196,5 197,6
Kadar air = ((W3-W5)/W3) x 100% 1,35% 1,75% 1,2%
Kadar air rata- rata 1,420%

2) Berat Jenis (Specific Gravity) dan Penyerapan (Absorpsi) Agregat Kasar


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Specific Gravity dan Absorpsi dari agregat halus
dengan kondisi yang jenuh air SSD (Saturated Surface Dry). Nilai ini sangat mempengaruhi
perencanaan campuran beton dalam berat agregat kasaryang akan digunakan. Hasil pengujian ini dapat
dilihat pada Tabel VIII dan Tabel IX.

167
Zenit
Volume 2 Nomor 3 Desember 2013

Tabel VIII Specific Gravity Agregat Kasar


Nomor Sampel 1 2 3
Berat sampel SSD: A (gr) 200 200 200
Berat gelas + air + sampel: B (gr) 1249 1243 1253
Berat gelas + air : C (gr) 1106 1102 1122
Specific gravity = ( A/( A+C-B)) 3,508 3,380 2,890
Specific gravity rata-rata 3,259

Tabel IX Absorpsi Agregat Kasar


Nomor Sampel 1 2 3
Berat Container: A (gr) 133,2 104,9 143,3
Berat sampel SSD: B (gr) 200 200 200
Berat sampel kering + container: C (gr) 331 301,9 341
Berat sampel kering : D (gr) = (C-A) 197,8 197 197,7
Absorpsi= ((B-D)/D) x 100% 1,113 1,522 1,164
Absorpsi rata-rata (%) 1,263

3) Analisis Saringan Agregat Kasar


Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh jumlah presentase butiran baik agregat kasar.
Hasil penelitian analisa saringan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel X dan Gambar 6.

Tabel X Analisis Saringan Agregat Kasar


Berat Berat
Berat Berat Lolos
No. Saringan Tertahan Tertahan
Tertahan (gr) Kumulatif
(%) Kumulatif
1
14 " (31,50 mm) 0 0 0 100
1" (25 mm) 0 0 0 100
3
8
" ( 9,5 mm) 1463,4 58,6 58,6 41,4
4 (4,76 mm) 893,7 35,7 94,3 5,6
Pan 140,5 5,6 100 -
Total 2497,6 100 - -

Dari grafik gradasi agregat kasar ukuran maksimum 20 mm didapatkan bahwa agregat kasar
yang digunakan dalam peneitian campuran pembuatan beton memenuhi batas gradasi agregat kasar
yang ditetapkan.

168
Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir
terhadap Kuat Lentur Beton
(Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi)

Gambar 6 Gradasi Agregat Kasar Ukuran Maksimum 20 mm

3.4 Perencanaan Campuran Beton


Setelah melakukan pengujian material agregat halus, agregat kasar, maupun PS Ball maka
dilakukan perancanaan campuran beton (mix design). Dari hasil perhitungan didapatkan desain
campuran yang digunakan seperti terlihat pada Tabel XI.

Tabel XI Komposisi Bahan Campuran Beton untuk Benda Uji Balok (600 x 150 x 150 mm3)
Sebelum dan Sesudah Dikoreksi
Sebelum dikoreksi Sesudah dikoreksi
Proporsi Adukan
Tiap m3 Tiap benda uji Tiap m3 Tiap benda uji
Semen (kg) 365,384 4,933 365,384 4,933
Air (kg) 190 2,565 192,547 2,599
Kerikil (kg) 1269,207 17,135 1271,199 17,162
Pasir (kg) 745,407 10,063 740,867 10,002

IV. Analisis
Dari hasil penelitian didapatkan kuat lentur dari balok beton seperti pada Tabel XII.
Perhitungan untuk mendapatkan kuat lentur beton dengan penggunaan 5% PS Ball, titik belahnya
terjadi di daerah pusat pada 1/3 bentang pada bagian tarik dari beton.Perhitungan kuat lentur beton
dengan campuran 5%PS Ball dapat dilihat dibawah ini. Pada Gambar 7 dapat dilih perubahan kuat
lentur beton yang terjadi dengan komposisi PS Ball yang digunakan sebagai pengganti pasir.
26000.450
𝑃1 = 2600 kg = 26000 N, fr1 = 150.1502 = 3,467 MPa
25000.450
𝑃2 = 2500 kg = 25000 N, fr2 = = 3,356 MPa
151.1492
22000.450
𝑃3 = 2200 kg = 22000 N, fr3= 150.1502 = 2,933 MPa

169
Zenit
Volume 2 Nomor 3 Desember 2013

Tabel XII Hasil Penelitian Kuat Lentur Beton Rata-rata


Campuran Beton Kuat Lentur rata-rata (MPa)
Normal 4,524
5% PS Ball 3,252
10% PS Ball 3,607
15% PS Ball 2,704
20% PS Ball 2,816
25% PS Ball 3,359
30% PS Ball 3,052
35% PS Ball 3,977
40% PS Ball 2,563
45% PS Ball 3,658
50% PS Ball 3,883

Gambar 7 Grafik Perubahan Kuat Lentur Beton dengan % PS Ball

5.000
4.500
4.000
Kuat Lentur (MPa)

3.500
3.000
2.500
2.000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

Campuran PS Ball (%)

Berdasarkan hasil pengujian balok lentur dapat dilihat bahwa kuat lentur beton yang
dihasilkan dengan penambahan PS Ball sebagai pengganti pasir dapat menurunkan kuat lentur beton
dibandingkan dengan beton tanpa menggunakan PS Ball. Besarnya penurunan rata-rata kuat lentur
beton dapat dilihat pada Tabel XIII.

Tabel XIII Presentase Penurunan Kuat Lentur Beton Normal dengan Menggunakan PS Ball
Penurunan Kuat
Kuat Lentur Rata- Penurunan Kuat
Campuran Beton Lentur Rata-rata
rata (MPa) Lentur (%)
(%)
5% PS Ball 3,252 28,117
10% PS Ball 3,607 20,269
15% PS Ball 2,704 40,229
20% PS Ball 2,816 37,754
25% PS Ball 3,359 25,751
27,341
30% PS Ball 3,052 32,537
35% PS Ball 3,977 12,092
40% PS Ball 2,563 43,346
45% PS Ball 3,658 19,143
50% PS Ball 3,883 14,169

170
Pengaruh Penggunaan Ps Ball sebagai Pengganti Pasir
terhadap Kuat Lentur Beton
(Ronald Simatupang dan Prasthi Aldri Pratiwi)

Pada penelitian ini retak yang terjadi untuk seluruh balok beton hampir sepenuhnya
mengalami retak lentur, hanya saja ada beberapa yang mengalami retak lentur dan geser. Keretakan
balok beton dapat dikategorikan menjadi retak struktur yang terdiri dari retak lentur yang memiliki
pola vertikal/tegak dan retak geser yang memiliki pola diagonal/miring biasa terjadi setelah adanya
retak lentur yang memiliki pola vertikal.Pada penelitian ini banyaknya campuran PS Ball sebagai
pengganti pasir sangat mempengaruhi pola retak dan keruntuhan pada balok beton yang diuji. Pada
balok beton yang dicampur PS Ball dengan campuran sebanyak 5% hingga 30% PSBall dan campuran
45% PS Ball, memiliki pola retak lentur yang baik karena semua benda uji memiliki pola retak yang
berada pada daerah 1/3 jarak titik perletakan, bertepatan pada bagian tarik dari beton itu sendiri.
Sedangkan untuk campuran PS Ball dari 35%, 40%, dan 50% campuran PS Ball, memiliki pola retak
yang kurang baik karena terdapat beberapa benda uji yang titik belahnya terjadi diluar daerah 1/3
bentang, dan tidak patah kurang dari 5% dari panjang bentang. Pada kotak nomor kurang dari 4,5. Hal
ini temasuk retak lentur yang setelah itu menyebabkan retak geser karena daya rekat dari campuran PS
Ball kurang baik.

V. Simpulan dan Saran


Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1) Penggunaan PS Ball sebagai pengganti pasir kurang tepat dilakukan dengan komposisi 5-50%
karena dapat menurunkan kuat lentur beton tersebut.
2) Kuat lentur maksimum terjadi pada campuran tanpa menggunakan PS Ball. Dan nilai kuat lentur
yang didapat sebesar 4,254 MPa.
3) Kuat lentur minimum terjadi pada kadar PS Ball 40% dengan nilai kuat lentur sebesar 2,563 MPa.
4) Pola retak yang terjadi adalah retak lentur pada beton normal dan kadar PS Ball 5% hingga 30%
dan 45 %. Sedangkan pola retak lentur dan geser terjadi pada kadar PS Ball 35%, 45% dan 50%.
5) Momen retak maksimum sebesar 2,550 kN.m. terjadi pada beton tanpa campuran PS Ball.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh PS Ball dalam campuran beton sebagai
pengisi pasir.
2) Perlu diteliti lebih lanjut apabila dalam campuran beton ditingkatkan menjadi kadar 55 - 100% PS
Ball sebagai pengganti pasir.

VI. Daftar Pustaka


Dipohusodo,Istimawan (1999) “Struktur Beton Bertulang berdasar SK-SNI T-15-1991-03”, Gramedia
PustakaUtama, Jakarta.
Nawy, Edward G (1998), “Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar”, Bandung :RefikaAditama.
McCormac, Jack C (2004), “Desain Beton Bertulang Edisi Kelima”, Erlangga.
Sagel, R. dkk, (1997), “Pedoman Pengerjaan Beton”, Jakarta : Erlangga
SNI 03-2834-2000 : “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”, Bandung : LPMB
SNI 03-4431-1997: “Metode Pengujian KuatLentur Normal Dengan Dua Titik Pembebanan”, Jakarta
SNI03-2816-1992 : “Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir Untuk Campuran Beton”
SNI 03-1967-1990 : “Metode Pengujian Kadar Lumpur Untuk Agregat Halus”
SNI 03-1971-1990 : “Metode Pengujian Kadar Air Agregat”
SNI 03-1970-2008: “Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus”
SNI 03-1969-2008 : “Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air AgregatKasar”

171
Zenit
Volume 2 Nomor 3 Desember 2013

SNI 03-1973-2008: “Metode Pengujian Berat Isi Beton”


SNI 03-1972-2008 : “Metode Pengujian Slump Beton”
http://purnabajaharsco.blogspot.com diunduh September 2013
www.berita-iptek.blogspot.com diunduh November 2013.

172

Anda mungkin juga menyukai