Anda di halaman 1dari 13

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)


DIABETES MELLITUS DENGAN KOMPLIKASI NEUROPATI

OLEH :
NOPAN MUH. ASIF
PO714201161060

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI D.IV KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus Dengan Komplikasi Neuropati

Sasaran : Masyarakat Kelurahan Katimbang

Hari/Tanggal : Jum’at/ 20, Maret 2020

Tempat : Posyandu Bougenvile 04

Waktu : 08.00 WIB

Penyuluh : Nopan Muh. Asif (PO714201161060)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, masyarakat memahami tentang
Diabetes Melitus Dengan Komplikasi Neuropati.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan masyarakat diharapkan mampu :
a. Menyebutkan pengertian Diabetes Melitus dengan Komplikasi
Neuropati
b. Menyebutkan penyebab Diabetes Melitus dengan Komplikasi Neuropati
c. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Melitus dengan Komplikasi
Neuropati
d. Mengetahui pencegahan Diabetes Mellitus dengan komplikasi Neuropati
e. Mengetahui pemeriksaan Diabetes Melitus dengan Komplikasi
Neuropati
f. Mengetahui penanganan Diabetes Mellitus dengan komplikasi Neuropati
B. Sasaran
Penderita Diabetes Mellitus
C. Materi Belajar
(Terlampir)
D. Metode Belajar
 Metode ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi di atas.
 Tanya Jawab
E. Alat Bantu/Media

1. Alat
a. LCD
b. Laptop
c. Mikrofon
d. Meja
e. Kursi
f. Speaker

2. Media
a. PPT/Slide
b. Leaflet
F. Proses Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 3 Pembukaan :

Menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam


mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan
 Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :

Menit  Menggali pengetahuan peserta  Memperhatikan

tentang DM dan
 Memperhatikan
komplikasinya
 Menjelaskan pengertian DM
 Bertanya dan
dengan komplikasi neuropati
menjawab
 Menyebutkan penyebab
terjadinya DM dengan pertanyaan yang
komplikasi neuropati diajukan
 Menyebutkan tanda dan gejala  Memperhatikan
 Menjelaskan pencegahan DM  Bertanya dan
dengan komplikasi neuropati menjawab
 Menjelaskan pemeriksaan pertanyaan yang
penunjang diajukan
 Menjelaskan penatalaksanaan

3. 10 Evaluasi :

Menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab


tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada masyarakat yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 2 Terminasi :

Menit  Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan


peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

G. Pengorganisasian

Pemateri : Mahasiswa D.IV Keperawatan

H. Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar akan dilakukan selama proses belajar dan pada akhir proses
pendidikan kesehatan. Evaluasi akan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan lisan.

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
Defenisi neuropati diabetik adalah adanya gejala dan / atau tanda dari
disfungsi saraf perifer dari penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain
diabetes. ( Sjahrir, 2006 ; Boulton dkk, 2005 )
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf
penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM)
(setelah dilakukan eksklusi penyebab lainnya) (Sjahrir, 2006). Apabila dalam
jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal
maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut
neuropati diabetik (Tandra, 2007).

B. Etiologi

Neuropati diabetik disebabkan oleh gabungan dari beberapa faktor. Faktor


yang paling berperan pada gangguan saraf ini adalah kadar gula darah yang
tinggi dalam waktu lama yang membuat dinding pembuluh darah (kapiler)
menjadi lemah sehingga  tidak bisa memberi asupan oksigen dan gizi pada
saraf. Pada akhirnya, sel saraf menjadi rusak.

Sedangkan faktor lain yang berperan dalam neuropati diabetik adalah


faktor genetik, peradangan saraf yang disebabkan oleh respon autoimun, serta
kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok, yang menyebabkan kerusakan
pada saraf dan pembuluh darah.

C. Tanda Dan Gejala


Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Gejala bisa
tidak dijumpai pada beberapa orang. Kesemutan, tingling atau nyeri pada kaki
sering merupakan gejala pertama. Gejala bisa melibatkan sistem saraf
sensoris, motorik atau otonom. (Dyck & Windebank, 2002)
a. Neuropati perifer
Neuropati Perifer merupakan kerusakan saraf pada lengan dan tungkai.
Biasanya terjadi terlebih dahulu pada kaki dan tungkai dibandingkan pada
tangan dan lengan. Gejala neuropati perifer meliputi:
1. Mati rasa atau tidak sensitif terhadap nyeri atau suhu
2. Perasaan kesemutan, terbakar, atau tertusuk-tusuk
3. Nyeri yang tajam atau kram
4. Terlalu sensitif terhadap tekanan bahkan tekanan ringan
5. Kehilangan keseimbangan serta koordinasi

Gejala-gejala tersebut sering bertambah parah pada malam hari.


Neuropati perifer dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya
refleks, terutama pada pergelangan kaki. Hal itu mengakibatkan perubahan
cara berjalan dan perubahan bentuk kaki, seperti hammertoes. Akibat
adanya penekanan atau luka pada daerah yang mengalami mati rasa, sering
timbul ulkus pada kaki penderita neuropati diabetik perifer. Jika tidak
ditangani secara tepat, maka dapat terjadi infeksi yang menyebar hingga ke
tulang sehingga harus diamputasi.

b. Neuropati autonomy
Neuropati autonom adalah kerusakan pada saraf yang mengendalikan
fungsi jantung, mengatur tekanan darah dan kadar gula darah. Selain itu,
neuropati autonom juga terjadi pada organ dalam lain sehingga
menyebabkan masalah pencernaan, fungsi pernapasan, berkemih, respon
seksual, dan penglihatan.
c. Neuropati proksimal
Neuropati proksimal dapat menyebabkan rasa nyeri di paha, pinggul,
pantat dan dapat menimbulkan kelemahan pada tungkai.
d. Neuropati fokal
Neuropati fokal dapat menyebabkan kelemahan mendadak pada satu atau
sekelompok saraf, sehingga akan terjadi kelemahan pada otot atau dapat
pula menyebabkan rasa nyeri. Saraf manapun pada bagian tubuh dapat
terkena, contohnya pada mata, otot-otot wajah, telinga, panggul dan
pinggang bawah, paha, tungkai, dan kaki.

D. Faktor Risiko
Faktor resiko terjadinya neuropati diabetika adalah : ( Duby, 2004 )
1. Hiperglikemi
2. Lamanya menderita DM
3. Umur
4. Merokok
5. Konsumsi alkohol
6. Hipertensi
7. Hipokolestrolemia
E. Pencegahan
Cara utama untuk mencegah neuropati diabetik adalah mencegah diabetes,
yaitu dengan:
1. Mengonsumsi makanan rendah kalori dan lemak, serta tinggi serat, seperti
buah dan sayur.
2. Rutin berolahraga ringan minimal 30 menit setiap hari, misalnya jogging,
berenang, atau bersepeda.
3. Mengurangi berat badan bila Anda mengalami berat badan berlebih.
Untuk penderita diabetes, pencegahan neuropati diabetik dan
komplikasinya dapat dilakukan dengan:
1. Rutin mengontrol kadar gula darah.
2. Menjaga kaki tetap bersih dan tidak kering.
3. Tidak berjalan dengan bertelanjang kaki, sekalipun di dalam rumah.
4. Mengenakan sepatu yang pas dan nyaman.
5. Memeriksa kaki setiap hari, dan segera ke dokter bila terdapat luka di
kaki.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Konsensus San Antonio
Penegakan neuropati diabetik dapat ditegakkan berdasarkan konsensus
San Antonio. Pada konsensus tersebut telah direkomendasikan bahwa
paling sedikit 1 dari 5 kriteria dibawah ini dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosis neuropati diabetika, yani:

a. Symptom scoring;
b. Physical examination scoring;
c. Quantitative Sensory Testing (QST)
d. Cardiovascular Autonomic Function Testing (cAFT)
e. Electro-diagnostic Studies (EDS).
2. Diabetic Neuropathy Examination (DNE)
Alat ini mempunyai sensitivitas sebesar 96% dan spesifisitas sebesar
51%. Skor Diabetic Neuropathy Examination (DNE) adalah sebuah sistem
skor untuk mendiagnosa polineuropati distal pada diabetes melitus. DNE
adalah sistem skor yang sensitif dan telah divalidasi dengan baik dan dapat
dilakukan secara cepat dan mudah di praktek klinik. Skor DNE terdiri dari
8 item, yaitu:
A) Kekuatan otot:
1. quadrisep femoris (ekstensi sendi lutut);
2. tibialis anterior (dorsofleksi kaki).
B) Relfeks:
3. trisep surae/ tendo achiles.
C) Sensibilitas jari telunjuk:
4. sensitivitas terhadap tusukan jarum.
D) Sensibilitas ibujari kaki:
5. sensitivitas terhadap tusukan jarum;
6. sensitivitas terhadap sentuhan;
7. persepsi getar ; dan
8. sensitivitas terhadap posisi sendi.
Skor 0 adalah normal; skor 1: defisit ringan atau sedang (kekuatan
otot 3-4, refleks dan sensitivitas menurun); skor 2: defisit berat
(kekuatan otot 0-2, refleks dari sensitivitas negatif/ tidak ada). Nilai
maksimal dari 4 macam pemeriksaan tersebut diatas adalah 16.
Sedangkan kriteria diagnostik untuk neuropati bila nilai > 3 dari 16
nilai tersebut.

3. Skor Diabetic Neuropathy Symptoms (DNS)


Diabetic Neuropathy Symptom (DNS) merupakan 4 poin yang bernilai
untuk skor gejala dengan prediksi nilai yang tinggi untuk menyaring
polineuropati pada diabetes. Gejala jalan tidak stabil, nyeri neuropatik,
parastesi atau rasa tebal. Satu gejala dinilai skor 1, maksimum skor 4. Skor
1 atau lebih diterjemahkan sebagai positif polineuropati diabetik.
4. Pemeriksaan Elektrodiagnostik
Elektromiografi (EMG) adalah pemeriksaan elektrodiagnosis untuk
memeriksa saraf perifer dan otot. Pemeriksaan EMG adalah obyektif, tak
tergantung input penderita dan tak ada bias. EMG dapat memberi
informasi kuantitatif funsi saraf yang dapat dipercaya. EMG dapat
mengetahui denervasi parsial pada otot kaki sebagai tanda dini neuropati
diabetik.
5. Visual Analoque Scale (VAS)
Banyak metode yang lazim diperkenalkan untuk menentukan derajat
nyeri , salah satunya adalah Visual Analoque Scale (VAS). Skala ini hanya
mengukur intensitas nyeri seseorang.
G. Penatalaksanaan
Langkah manajemen terhadap pasien adalah untuk menghentikan
progresifitas rusaknya serabut saraf dengan kontrol kadar gula darah secara
baik. Mempertahankan kontrol glukosa darah ketat, HbA1c, tekanan darah,
dan lipids dengan terapi farmakologis dan perubahan pola hidup. Komponen
manajemen diabetes lain yaitu perawatan kaki, pasien harus diajar untuk
memeriksa kaki mereka secara teratur (Sjahrir, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Duby, et all. Diabetic neuropaty : an intensive review, Am J Health – syst Pharm . 2004 : 61


(12 ); 160 -176
Boulton , et al . Diabetic Somatic Neuropathies. Diabetes Care.  2004 : 27 ; 1458 – 1486.
Aring, et all. Evaluation an Prevention of Diabetic Neuropathy. Am Fam Physician  .
2005 : 71 ; 2123 - 2128
Mendel JR, Sahenk Z. Painful S ensory Neuropathy. N Engl J Med. 2003: 384 ; 1243 -1255
Burgos AO. Autonomic Function Test. Clinical Application and Examples. Internal Medicine.
2006
Chowdhury D. Approach to a Case of Autonomic
Peripheral Neuropathy. Japi. 2006 : 54
Vinik. Recognizing and treating diabetic autonomic
neuropathy. Cleveland Clinic Journal Of Medicine. 2001 ; 929
A. PENGERTIAN C. TANDA DAN GEJALA

Defenisi neuropati diabetik adalah  Kesemutan, kram, nyeri bahkan


adanya gejala dan / atau tanda dari mati rasa pada bagian tungkai dan
DIABETES MELLITUS DENGAN kaki
disfungsi saraf perifer dari penderita
KOMPLIKASI NEUROPATI
diabetes tanpa ada penyebab lain selain  Infeksi dan kematian jaringan
diabetes  Disfungsi ereksi atau impotensi
 Sembelit atau diare
 Gangguan berkemih
 Lumpuh pada salah satu sisi wajah

Saraf di seluruh tubuh dapat


mengalami kerusakan ketika kadar
gula darah tinggi dan berlangsung
NOPAN MUH. ASIF dalam waktu yang lama. Tidak hanya di
PO714201161060
kaki, kerusakan saraf juga dapat
terjadi di sistem pencernaan, saluran
kemih, pembuluh darah, dan jantung.

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR b. penyebab


D. FAKTOR RESIKO
JURUSAN KEPERAWATAN  Tidak menjaga kadar gula darah
 Kadar gula darah yang tinggi
D.IV KEPERAWATAN dengan baik
2020  Menderita penyakit auto imun
 Kebiasaan merokok  Lama menderita DM
 Konsumsi minuman beralkhol  Memiliki berat badan berlebih
 Merokok/ minum alcohol
 hipokolestrolemia
P G. PENATALAKSANAAN
E. PENCEGAHAN

 Mengkonsumsi makanan rendah  Control gula darah secara baik


kalori dan lemak  Mempertahankan kontrol glukosa
 rutin berolahraga ringan minimal 30 darah ketat
menit setiap hari  Pemeriksaan HbA1c
 mengurangi berat badan apabila  Pemeriksaan tekanan darah
mengalami berat badan berlebih  Perawatan kaki
 Terapi farmakologis (mengembalikan
fungsi normal tubuh) seperti masalah
pencernaan, gangguan BAK, dan
masalah seksual.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pengukuran tekanan darah dalam


berbagai posisi dan beberapa tempat
 Tes kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan keringat
 Tes Flamen, dengan menggunakan
serabut tipis untuk memeriksa
kepekaan terhdap sentuhan

SALAM SEHAT

Anda mungkin juga menyukai