Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PEMBIDANGAN HUKUM – HUKUM ISLAM”

DISUSUN OLEH :

Dendy Kurniawan

IAIN LAA ROIBA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala,


karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bogor, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Pembidangan Hukum Islam
B. Ciri-Ciri dan Tujuan Hukum Islam
C.

D.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum dalam pengertian yang sederhana adalah merupakan perintah dan


larangan untuk berbuat dan tidak berbuat yang karenanya melahirkan hak dan
kewajiban, diskripsi hukum dalam lingkup Islam di Indonesia sering diistilahkan
dengan hukum Islam yang merupakan terjemahan dari kata syariat dan fikih,
sebagaimana kalangan ahli hukum Barat menyebut syariat dengan sebutan Islamic
Law dan fikih dengan Islamic Jurisprudance.

Pengertian syariat bersifat luas ia mencakup seluruh tatanan nilai dan norma
dalam kehidupan Islam yang menyangkut keimanan atau akidah yang benar, amal
perbuatan manusia, maupun akhlak yang menggambarkan keseluruhan tatanan
norma ajaran Islam.

Fikih merupakan penafsiran terhadap syariat, khususnya mengenai amal


perbuatan manusia yang bersumber dari dalil-dalil terperinci dari al-Qur’an dan hadis
yang kemudian dirumuskan dalam hukum-hukum, seperti wajib, sunnah, mubah,
makruh atau haram. Hukum Islam adalah segala macam ketentuan atau ketetapan
mengenai sesuatu hal yang telah diatur dan ditetapkan oleh agama Islam yang berisi
perintah dan larangan untuk berbuat atau tidak berbuat dan jika dilanggar telah
ditetapkan sanksinya

Hukum Islam sering pula diterjemahkan dengan lima ketetapan yang


dibebankan pada manusia, yaitu: wajib, sunnah, makruh, mubah atau halal, dan
haram. Dengan demikian ruang lingkup hukum Islam dalam penerapannya dapat
diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar, antara lain, hukum yang berkaitan
dengan persoalan ibadah, dan hukum yang berkaitan dengan persoalan
kemasyarakatan. Hukum ibadah adalah hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, yaitu iman, shalat, zakat, puasa, dan haji. Hukum kemasyarakatan,
yaitu hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia maupun dengan mahluk
ciptaan Allah yang lainnya, semisal muamalah.

Penerapan dua kelompok besar hokum tersebut akan dicobaah ditelaah secara
kepustakaan pada berbagai pembidangan hukum Islam dengan rumusan maslah
sebagai berikut :

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ruang lingkup pembidangan hukum Islam?

2. Bagaimana ciri-ciri dan tujuan hukum Islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui pembagian macam macam pembidangan hukum islam beserta


cabang cabangnya.

2. Mengetahui ciri-ciri hukum Islam


BAB II

PEMBAHASAN

Kata hukum sering dikonotasikan dengan peraturan dan sejenisnya. Kata


hukum secara etimologi berasal dari akar kata bahasa arab, yaitu ‫ ح ك م‬yang dapat
imbuhan ‫ ا‬dan‫ ل‬sehingga menjadi ‫ الحكم‬bentuk masdar dari ‫يحكم‬-‫ حكم‬. selain itu ‫الحكم‬
merupakan bentuk mufrad dan bentuk jamaknya adalah ]1[.‫األحكم‬

Berdasarkan akar kata tersebut melahirkan kata ‫ الحكمة‬artinya kebijaksanaan.


Maksudnya, orang yang memahami hukum lalu mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari dianggap sebagai orang bijaksana. Selain itu, akar kata ‫ ح ك م‬dapat
melahirkan kata ‫ الحكمة‬artinya kendali atau kekangan kuda, yaitu hukum dapat
mengendalikan atau mengekang seseorang dari hal-hal yang sebenarnya dilarang
oleh agama.

Hukum Islam merupakan istilah khas di Indonesia, sebagai terjemahan dari


al-fiqh al-Islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-syariah al-Islamy.
Istilah ini dalam wacana ahli hukum Barat disebut Islamic Law. Dalam al-Qur’an dan
sunnah, istilah al-hukm al-Islam tidak ditemukan. Namun, yang digunakan adalah
kata syariat Islam, yang kemudian dalam pejabarannya disebut

‫اثبات شى على او فقيه عنه‬

Artinya:

Menetapkan sesuatu atau meniadakan sesuatu daripadanya.[2]


A. Ruang Lingkup Pembidangan Hukum Islam

Para ulama membagi ruang lingkup hukum Islam (fiqh) menjadi dua yaitu[3] :

1. Ahkam al- Ibadat

Ahkam al-Ibadat, yaitu ketentuan-ketentuan atau hukum yang mengatur


hubungan manusia dengan Tuhannya. Ahkam al-Ibadat ini dibedakan kepada Ibadat
Mahdla dan Ibadat Ghair Mahdlah. Ibadah Mahdlah adalah jenis ibadah yang cara
waktu atau tempatnya sudah ditentukan, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar dan
sumpah. Sedangkan ibadah ghair mahdlah adalah semua bentuk pengabdian kepada
Allah swt. dan setiap perkataan atau perbuatan yang memberikan manfaat kepada
manusia pada umumnya, seperti berbuat baik kepada orang lain, tidak merugikan
orang lain, memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan, mengajak orang lain
untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, dan lain-lain.

2. Ahkam Al-Mu’amalat

Ahkam al-Mu’amalat, yaitu ketentuan-ketentuan atau hukum yang


mengatur hubungan antar manusia (mahluk), yang terdiri dari :

a. Ahkam al-ahwal al-syahsiyat (hukum orang dan keluarga), yaitu hukum tentang
orang

(subyek hukum) dan hukum keluarga, seperti hukum perkawinan.

b. Ahkam al-Madaniyat (Hukum Benda), yaitu hukum yang mengatur masalah


yang berkaitan dengan benda, seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam, penyelasian harta warisan atau hukum kewarisan.

c. Al-ahkam al-Jinayat (Hukum Pidana Islam), yaitu hukum yang berhubungan


dengan perbuatan yang dilarang atau tindak pidana (delict,jarimah) dan
ancaman atau sanksi hukum bagi yang melanggarnya (uqubat)
d. Al-ahkam al-qadla wal al-Murafa’at (hukum acara), yaitu hukum yang berkaitan
dengan acara diperadilan (hukum formil), umpama aturan yang berkaitan
dengan alat-alat bukti, seperti saksi, pengakuan, pengakuan, sumpah, yang
berkaitan dengan pelaksanaan hukuman dan lain-lain.

e. Ahkam al-Dusturiyah (hukum tata Negara dan perundang-undangan), yaitu


hukum yang berkaitan dengan masalah politik, seperti mengenai pangaturan
dasar dan system Negara, perundang-undangan dalam Negara, syarat-syarat,
hak dan kewajiban pemimpin, hubungan pemimpin dengan rakyatnya, dan lain-
lain.

f. Ahkam al-dauliyah (hukum Internasional), yaitu hukum yang mengatur


hubungan antar Negara, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan
perang.

g. Ahkam al-Iqtishadiyah wa al-Maliyah (Hukum Perekonomian-dan moneter),


yaitu hukum tentang perekonomian dan keuangan dalam suatu Negara dan
antarnegara.

Sistematika hukum (ahkam al-muamalat) diatas, pada dasarnya sama dengan


sistematika dalam ilmu hukum. Menurut ilmu hukum, hukum dapat dibedakan
menjadi :

1. Hukum formil
Yaitu hukum yang mengatur cara-cara menghukum seseorang yang melanggar
peraturan pidana. terdiri dari :

a. Hukum public formil (hukum acara pidana)

b. Hukum privat formil (hukum acara perdata)


2. Hukum materil terdiri dari :

a. Publik

a). hukum pidana

b). Hukum tata Negara

c). Hukum tata usaha Negara

d). Hukum public internasional

b. Hukum Privat

a). Hukum perdata

b). Hukum dagang

c). Hukum intergentil (hukum antar golongan)

d). Hukum perdata Internasional[4]

Jika dibandingkan hukum Islam bidang muamalah dengan hukum barat, yang
membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum publik, maka
sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum Islam tidak membedakan
antara hukum perdata dan hukum public. Hal ini disebabkan karena menurut sistem
hukum Islam pada hukum public ada segi-segi perdatanya, maka dalam hukum Islam
tidak dibedakan kedua bidang hukum itu, yang disebutkan adalah bagian-bagiannya
saja seperti misalnya :

1. Munakahat

2. Wirasah

3. Mu’amalat dalam arti khusus

4. Jinayat atau ‘ukubat


5. Al-ahkam as-sulthaniyah (khilafah)

6. Syiar

7. Mukhsamat[5]

Jika ruang lingkup syariah diatas analisis objek pembahasannya, tampak


mencerminkan seperangkat norma ilahi yang mengatur tata hubungan manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan social,
hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Norma ilahi yang
mengatur tata hubungan dimaksud adalah :

1. Kaidah ibadah dalam arti khusus atau yang disebut kaidah ibadah murni, mengatur
cara dan upacara hubungan langsung antara manusia dengan Tuhannya.

2. Kaidah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan


mahluk lain dilingkungannya.

B. Ciri-Ciri dan Tujuan Hukum Islam

Berdasarkan ruang lingkup hukum Islam yang telah diuraikan dapat ditentukan
cirri-ciri hukum Islam sebagai berikut[6] :

1. Hukum Islam adalah bagian dan bersumber dari ajaran agama Islam

2. Hukum Islam mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dicerai pisahkan
dengan iman dan kesusilaan atau akhlak Islam

3. Hukum Islam mempunyai istilah kunci, yaitu syariah dan fikih. Syariah
bersumber dari wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi
Wasalam. dan fikih adalah hasil pemahaman manusia yang bersumber dari
nash-nash bersifat umum.
4. Hukum Islam terdiri atas dua bidang utama, yaitu hukum ibadah dan hukum
muamalah dalam arti yang luas. Hukum ibadah bersifat tertutup karena telah
sempurna karena telah sempurna dan muamalah dalam arti yang luas bersifat
terbuka untuk dikembangkan oleh manusia yang memenuhi syarat untuk itu
dari masa ke masa.

5. Hukum Islam mempunyai struktur yang berlapis-lapis seperti yang akan diuraikan
dalam bentuk bagan tangga bertingkat. Dalil al-Qur’an yang menjadi hukum dasar
dan mendasari sunnah Nabi Muhammad saw. dan lapisan-lapisan seterusnya ke
bawah.

6. Hukum Islam mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala

7. Hukum Islam dapat dibagi menjadi :

a. Hukum taklifi atau hukum taklif yaitu, al-ahkam al-khamsah yang terdiri
atas lima kaidah jenis hukum lima penggolongan hukum, yaitu jaiz, sunnat,
makruh, wajib, dan haram.

b. Hukum wadh’i ,yaitu hukum yang mengandung sebab, syarat, halangan


terwujudnya hubungan hukum.

Adapun tujuan hukum Islam bila ditinjau dari dua segi yakni segi pembuat
hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya, dan segi manusia yang menjadi pelaku dan
pelaksana hukum Islam itu. Jika dilihat dari segi pertama yaitu pembuat hukum Islam
maka tujuan hukum Islam itu adalah :

1. Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder dan
tertier, yang dalam kepustakaan hukum Islam masing-masing disebut dengan
istilah daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat.

2. Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.


Selanjutnya jika dilihat dari segi pelaku hukum Islam yakni manusia sendiri maka
tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang berbahagia dan
sejahtera.

C.     Sumber-Sumber Hukum Islam


1.     Al-Qur’an
Menurut bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata dasar Qara-Yaqra’u, Qira’atan-
Wa qur’anan, yang artinya bacaan. Sedangkan meurut istilah, Al-Qur’an adalah
firman Allah swt. Yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf-
mushaf dan disampaikan kepada manusia secara mutawatir yang diperintahkan untuk
mempelajarinya. Al-Qur’an tediri dari 114 surat dan 30 juz.
2.    Al Hadits
Menurut bahasa, hadits artinya baru, dekat dan berita. Sedangkan menurut
istilah, hadits adalah perkataan (qaul), perbuatan (fi’il) dan ketetapan (taqrir) Nabi
Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum. Hadits disebut juga Sunnah, yang
menurut bahasa artinya jalan yang terpuji atau cara yang dibiasakan. Menurut istilah,
sunnah sama dengan pengertian hadits, yaitu segala ucapan, perbuatan dan ketetapan
Nabi Muhammad saw. yang harus diterima sebagai ketentuan hukum oleh kaum
muslimin dan segala yang bertentangan dengannya harus ditolak.

3.     Jtihad
Menurut arti bahasa Ijtihad berarti : memeras pikiran/berusaha dengan giat
dan sungguh-sungguh, mencurahkan tenaga maksimal atau berusaha dengan giat dan
sungguh-sungguh.
4.     Hukum Taklifi
Hukum taklifi ialah hukum yang menghendaki dilakukannya suatu pekerjaan
oleh mukallaf (orang dewasa dan berakal sehat), atau melarang mengerjakannya, atau
melakukan pilihan antara melakukan dan meninggalkannya. Para ulama ilmu fiqh
membedakan hukum taklifi ke dalam lima macam, yaitu Wajib, Haram, Sunat,
Makruh dan Mubah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ruang lingkup hukum Islam secara garis besar ialah :

a. Kaidah ibadah dalam arti khusus atau yang disebut kaidah ibadah murni,
mengatur cara dan upacara hubungan langsung antara manusia dengan
Tuhannya.

b. Kaidah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya


dan mahluk lain di lingkungannya.

2. Ciri-ciri hukum Islam tidak lepas dari sumber hukum yaitu al-Qur’an dan
mempunyai istilah kunci yaitu syari’ah dan fikih. Dan tujuan hukum Islam
secara umum adalah tercapainya keridhaan Allah dalam kehidupan manusia
didunia dan di akhirat

B. Saran
1. Setelah membaca dan memahami makalah ini,diharapkan kepada pembaca
mampu mengaplikasikan hukum Islam dalam aktifitas keseharian sesuai dengan
ketentuan sehingga mampu meraih ridha Allah swt.

2. Sebagai media pembelajaran penulis meyadari dalam makalah ini masih


memiliki keterbatasan, olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman dalam penyempurnaan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainnudin, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum di Indonesia, Cet II; Jakarta:
Sinar Grafika, 2008.

Daud Ali, Muhammad, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam
di Indonesia, Cet VI; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Khallaf, Abdul Wahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Us}ul Fiqh),


diterjemahkan oleh Noer Iskandar, Cet VI; Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996.

Mardani, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Cet I;


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Usman, Suparman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam
dalam Tata Hukum Indonesia, Cet I; Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Cet XIV; Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyah, 2010.

Wahyu, Pratama. 2016. Bahan Kuliyah Fakultas Hukum

http://bahankuliyahhukum.blogspot.com/2014/04/hukum-islam.html

[1]H. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Cet XIV; Jakarta: PT. Mahmud
Yunus Wa Dzurriyah, 2010. h. 107

[2]Zainnudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum di Indonesia, Cet II; Jakarta:
Sinar Grafika, 2008 h. 1

[3]Mardani, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Cet I;


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 h. 15

[4]H. Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum
Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Cet I; Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001 h. 24-
25

[5]H. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, Cet VI; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998 h.50

[6]Zainnudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum di Indonesia, Cet II; Jakarta:
Sinar Grafika, 2008 h. 8

Anda mungkin juga menyukai