Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
Oleh :
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Ciri Khusus
Tumbuhan Paku Tingkat Kelasdengan tepat waktu.
Dalam makalah yang berjudul Ciri Khusus Tumbuhan Paku Tingkat Kelasini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan dan
juga untuk referensi Sivitas Akademika Universitas Negeri Malang dalam menghadapi
mata kuliah biologi yang lebih lanjut.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan, Dra. Sunarmi, M.Pd. dan Umi
Fitriyati, S.Pd., M.Pdserta sahabat kami keluaraga besar Biologi 2018 yang selalu
memberikan dukungan serta semangatnya dalam penyusunan makalah ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyusun makalah Ciri Khusus Tumbuhan
Paku Tingkat Kelasini, namun bukan mustahil dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................6
2.1 Karakteristik Tumbuhan Paku atau Pteridophyta............................................................6
2.2 Ciri Khusus Tumbuhan Paku Purba (Psilopsida)............................................................7
2.3 Ciri Khusus Tumbuhan Paku Kawat (Lycopsida)...........................................................8
2.4 Ciri Khusus Tumbuhan Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)................................................10
2.5 Ciri Khusus Tumbuhan Paku Sejati (Pteriopsida)...........................................................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................13
3.1 Simpulan.........................................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari tumbuhan paku atau Pteridophyta?
2. Bagaimana ciri khusus tumbuhan paku purba atau Psilopsida?
3. Bagaimana ciri khusus tumbuhan paku kawat atau Lycopsida?
4. Bagaimana ciri khusus tumbuhan paku ekor kuda atau Sphenopsida?
5. Bagaimana ciri khusus tumbuhan paku sejati atau Pteriopsida?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik dari tumbuhan paku atau Pteridophyta.
2. Untuk mengetahui ciri khusus tumbuhan paku purba atau Psilopsida.
3. Untuk mengetahui ciri khusus tumbuhan paku kawat atau Lycopsida.
4. Untuk mengetahui ciri khusus tumbuhan paku ekor kuda atau Sphenopsid.
5. Untuk mengetahui ciri khusus tumbuhan paku sejati atau Pteriopsida.
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang materi tumbuhan paku
(Pteridophyta)dan karakteristiknya.
2. Bagi sivitas akademika berguna untuk menambah informasi tentang macam-
macam kelas dari divisi tumbuhan paku atau Pteridophyta beserta ciri
khususnya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Untuk uraian ciri-ciri dari ke empat subdivisi tumbuhan paku tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
7
e. Akar pada tumbuhan paku purba berupa rizom yang dikelilingi oleh rizoid
f. Batang paku purba bercabang-cabang dan memiliki sistem vaskuler
g. Sporangium menghasilkan satu jenis bentuk dan ukuran yang sama
h. Hidup di daerah tropis dan subtropis.
A B
8
Gametofit (n) berukuran kecil dan tidak berklorofil sehingga zat organik diperoleh
dengan cara bersimbiosis dengan jamur. Gametofit ada yang menghasilkan dua jenis
alat kelamin (bigeneratif), misalnya Lycopodium sp., ada pula yang menghasilkan satu
jenis alat kelamin (unigeneratif) misalnya Selaginella sp. (Setyawan, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri dari tumbuhan paku kawat
(Lycopsida) adalah sebagai berikut :
a. Hidup pada zaman purba.
b. Paku kawat saat ini sudah menjadi fosil atau endapan batubara.
c. Saat zaman purba, paku kawat rata-rata berukuran 3 m dan hidup di rawa-rawa.
d. Paku kawat punah saat rawa-rawa tersebut kering
e. Paku kawat yang berukuran kecil masih bisa bertahan hidup sampai sekarang
dan hidup di hutan-hutan tropis, di tanah atau epifit di kulit pohon, tetapi tidak
bersifat parasit.
f. Sporofit tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan memiliki daun
seperti rambut atau sisik.
g. Batang berbentuk seperti kawat.
h. Gametofit berukuran kecil dan tidak berklorofil.
i. Makanan diperoleh dari hasil bersimbiosis dengan jamur.
9
Gambar 3. Equisetum arvense.
Sumber:Pooja (2004).
Batang pada Spenopsida memiliki rizoma pada ujung beberapa batang
terdapat strobilus yang di dalamnya terdapat sporangia (Tjitrosoepomo, 2009).
Sporangium menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama. Akan tetapi,
ada yang berjenis jantan maupun betina, sehingga paku ekor kuda disebut juga
sebagai paku peralihan. Sphenopsida tumbuh di tepian sungai yang lembap dan
daerah subtropis belahan bumi utara.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri dari tumbuhan
paku ekor kuda (Lycopsida) adalah sebagai berikut :
a. Memiliki percabangan batang yang khas berbentuk ulir atau lingkaran
sehingga menyerupai ekor kuda.
b. Tumbuh di tempat berpasir.
c. Sporofitnya berdaun kecil atau berbentuk sisik warnanya transparan dan
tersusun melingkar pada batang.
d. Batang berongga dan beruas-ruas
e. Menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yangsama, tetapi jenisnya
berbeda.
f. Gametofitnya berukuran kecil dan mengandung klorofil.
g. Pada saat zaman purba, tinggi sphenopsida tingginya mencapai 15 m..
h. Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter)
dan mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada
yang menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), ada pula yang
menghasilkan alat kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan tumbuh
dan spora jantan sedangkan gametofit betina tumbuh dari spora betina.
10
2.5 Ciri Khusus Tumbuhan Paku Sejati (Pteriopsida)
Pteropsida (paku sejati) atau pakis merupakan kelompok tumbuhan paku yang
sering kita temukan di berbagai habitat, terutama di tempat yang lembap.
Pteropsida hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon. Pteropsida yang hidup di
hutan hujan tropis sangat beraneka ragam jenisnya, namun Pteropsida juga
ditemukan di daerah beriklim sedang (subtropics). Sporofit Pteropsida memiliki
akar, batang, dan daun.Ukuran batang bervariasi ada yang kecil dan ada pula yang
besar seperti pohon. Batangnya berada di bawah permukaan tanah (rizom) (Efendi,
2013).
Daun Pteropsida berukuran lebih besar dibanding kelompok tumbuhan paku
lainnya. Pada umumnya daun berbentuk lembaran, berukuran besar (makrofil), dan
majemuk (terbagi menjadi beberapa lembaran) dengan tulang daun bercabang-
cabang. Daun yang masih muda menggulung (circinate). Pteropsida memiliki
sporofil (daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun untuk fotosintesis dan
tidak mengandung spora).
Menurut Betty (2015), pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul di
dalam sorus di bawah permukaan daun. Pada Pteropsida yang hidup di air,
sporangium terkumpul alam sporokarp. Gametofit Pteropsida memiliki klorofil,
dengan ukuran yang bervariasi (protalium). Gametofit bersifat bigeneratif atau
unigeneratif. Terdapat sekitar 12.000 spesies Pteropsida, antara lain Adiantum
fimbriatum, Asplenium nidus dan Marsilea crenata (Ewusie, 2010).
A B
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Pteridophyta memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap
(menyirip) dan pada bagian pucuk (ujung) terdapat bulu-bulu daun mudanya
yang membentuk gulungan atau melingkar. Tumbuhan paku memperlihatkan
pergiliran keturunan yang jelas dan menghasilkan spora seperti halnya pada
filum Bryophyta. Namun, pada pteridophyta fase gametofitnya sangat kecil
dan masih berbentuk thallus yang disebut protalium (berupa lembaran kecil)
sehingga tidak terlihat jelas. Sifat prothallium pada tumbuhan paku tersebut
tergantung pada sifat sporanya. Fase gametofitnya juga lebih singkat daripada
fase sporofitnya. Fase sporofitnya terlihat jelas. Fase inilah dikenal sebagai
tumbuhan paku.
2. Jenis tumbuhan paku ini (Psilopsida), umumnya memiliki daiun yang kecil
(mikrofil) dan batang berklorofil. Merupakan tumbuhan paku yang sederhana.
Memiliki ketinggian sekitar 30 cm- 1m. Pada sporofit umumnya tidak memiliki
daun dan akar sejati. Akar pada tumbuhan paku purba berupa rizom yang
dikelilingi oleh rizoid. Batang paku purba bercabang-cabang dan memiliki
sistem vaskuler. Sporangium menghasilkan satu jenis bentuk dan ukuran yang
sama. Hidup di daerah tropis dan subtropis.
3. Tumbuhan ini (Lycopsida) hidup pada zaman purba. Paku kawat saat ini sudah
menjadi fosil atau endapan batubara. Saat zaman purba, paku kawat rata-rata
berukuran 3 m dan hidup di rawa-rawa. Paku kawat punah saat rawa-rawa
tersebut kering. Paku kawat yang berukuran kecil masih bisa bertahan hidup
sampai sekarang dan hidup di hutan-hutan tropis, di tanah atau epifit di kulit
pohon, tetapi tidak bersifat parasit. Sporofit tersusun dari sel-sel yang
mengandung klorofil dan memiliki daun seperti rambut atau sisik. Batang
berbentuk seperti kawat. Gametofit berukuran kecil dan tidak berklorofil.
Makanan diperoleh dari hasil bersimbiosis dengan jamur.
4. Jenis paku ekor kuda, secara umum memiliki percabangan batang yang khas
berbentuk ulir atau lingkaran sehingga menyerupai ekor kuda. Tumbuh di
tempat berpasir. Sporofitnya berdaun kecil atau berbentuk sisik warnanya
transparan dan tersusun melingkar pada batang. Batang berongga dan beruas-
12
ruas. Menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yangsama, tetapi jenisnya
berbeda. Gametofitnya berukuran kecil dan mengandung klorofil. Pada saat
zaman purba, tinggi sphenopsida tingginya mencapai 15 m. Gametofit paku
ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung klorofil
sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin
jantan (anteridium), ada pula yang menghasilkan alat kelamin betina
(arkegonium). Gametofit jantan tumbuh dan spora jantan sedangkan gametofit
betina tumbuh dari spora betina
5. Daun Pteropsida berukuran lebih besar dibanding kelompok tumbuhan paku
lainnya. Pada umumnya daun berbentuk lembaran, berukuran besar (makrofil),
dan majemuk (terbagi menjadi beberapa lembaran) dengan tulang daun
bercabang-cabang. Daun yang masih muda menggulung (circinate). Pteropsida
memiliki sporofil (daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun untuk
fotosintesis dan tidak mengandung spora). Pada Pteropsida yang hidup di air,
sporangium terkumpul alam sporokarp. Gametofit Pteropsida memiliki klorofil,
dengan ukuran yang bervariasi (protalium). Gametofit bersifat bigeneratif atau
unigeneratif
3.2 Saran
Dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak menutup
kemungkinan bahwa .tumbuhan sangat dimanfaatkan dalam bidang pengobatan,
kosmetik, makanan dan lainnya termasuk tumbuhan Pteridophyta. Dengan
pengklasifikasian tumbuhan Pteridophyta diharapkan bisa mempermudah peneliti
dalam menemukan potensi yang ada di dalam tumbuhan Pteridophyta. Saran dari
penulis diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin menjaga keberagaman
Indonesia dengan mempelajari tumbuhan Pteridophyta dan memanfaatkannya pada
penelitian berikutnya.
13
DAFTAR RUJUKAN
14