Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBANGUNAN UNDERPASS

(Studi Kasus Pembangunan Underpass Gatot Subroto Denpasar)

Dikerjakan Oleh:
Putri Jauna Rizki
(1604101010140)

Dosen Pembimbing:
Ir. Muhammad Jamil,M.T
(196501301991021001)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
ABSTRAK

Pada pembangunan proyek konstruksi banyak dijumpai ketidakpastian yang sulit


diprediksi, sehingga diperlukan analisis risiko. Identifikasi risiko awal yang juga
teridentifikasi pada penelitian ini adalah 102 risiko dan menjadi 83 risiko yang relevan.
Penelitian menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan tahapan
mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi, penilaian risiko dan Risk Maping
untuk mengetahui kategori risiko tergolong extreme Risk, high Risk, moderate Risk atau
low Risk. Pembentukan Risk Map dan penentuan kategori risiko sebagai acuan untuk
mengambil keputusan langkah pengelolaan risiko. Hasil penelitian menunjukan dari 83
risiko relevan terdapat 25 risiko yang tergolong extreme Risk, dengan prosentase 44%
bersumber dari risiko proyek, 16% bersumber dari risiko teknis, 12% bersumber dari
risiko keselamatan, 8% bersumber dari risiko ekonomi dan perencanaan, 4% bersumber
dari risiko lingkungan, alam dan kriminal. Dan 26 risiko yang tergolong high Risk,
dengan prosentase 31% bersumber dari risiko proyek, 19% bersumber dari risiko teknis
dan lingkungan, 12% bersumber dari risiko perencanaan, 8% bersumber dari risiko
ekonomi, 4% bersumber dari risiko politik, manusiawi dan keselamatan.

Kata kunci : identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi dan alokasi risiko
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung


risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan
dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin
terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin,
namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai
rencana. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi
dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya [1]. Proyek
pembangunan Underpass Gatot Subroto Denpasar diharapkan dapat menjadi solusi
kemacetan yang terjadi pada simpang jalan Gatot SubotoCokroaminoto. Pada
pembangunan proyek konstruksi banyak dijumpai ketidakpastian yang sulit diprediksi,
sehingga diperlukan analisis risiko. Dari penelitian pada proyek pembangunan
Underpass Dewa Ruci teridentifikasi 40 risiko antara lain sering terjadi pekerjaan ulang,
peralatan dan tenaga kerja yang kurang memadai, pengiriman material dan peralatan
yang cukup lama, mutu pekerjaan yang tidak tercapai dan hanya terdapat satu risiko
yang signifikan terhadap waktu dan biaya yaitu muka air tanah yang tinggi. Identifikasi
risiko awal yang juga teridentifikasi pada penelitian ini adalah 89 risiko [2] dan risiko-
risiko tambahan dari para narasumber 13 risiko sehingga jumlah risiko keseluruhan
yang teridentifikasi adalah 102 risiko.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah


sebagai berikut :

1. Risiko-risiko apa saja yang mungkin akan terjadi pada pelaksanaan pembangunan
Underpass Gatot Subroto beserta sumbernya.
2. Berapakah prosentase risiko-risiko yang tergolong extreme Risk dan high Risk untuk
masing-masing sumber.

3. Bagaimanakah penanganan serta alokasi masingmasing risiko yang tergolong


extreme Risk dan high Risk tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan (mungkin dapat terjadi) atau tidak


relevan (sangat jarang terjadi) pada proyek berdasarkan sumbernya.

2. Melakukan analisis Risk Map untuk mengetahui kegentingan risiko-risiko


yang mungkin dapat terjadi pada proyek dalam kategori low Risk, moderate Risk, high
Risk, atau extreme Risk.

3. Melakukan analisis Risk Respon untuk mengetahui, mengevaluasi dan


menangani risiko yang mungkin terjadi.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini memberikan informasi awal mengenai identifikasi risoko-risiko


yang dapat terjadi dalam pelaksanaan proyek.

2. Dengan memberikan penilaian terhadap risiko yang teridentifikasi dan


melakukan pemetaan risiko, dapat diketahui risiko-risiko yang dominan sehingga dapat
diantisipasi sebelum pelaksanaan proyek tindakan mitigasi yang harus dilakukan.

3. Sebagai pedoman atau acuan oleh pengambil keputusan untuk mengambil


tindakan yang diperlukan dalam mengatasi berbagai permasalahan atau dampak negatif
yang mungkin timbul dalam pelaksanaan proyek sehingga tujuan proyek dapat tercapai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko

Risiko (Risk) dapat didefinisikan sebagai peluang terjadinya kejadian yang


merugikan yang diakibatkan adanya ketidakpastian (uncertainty) dari apa yang akan
dihadapai. Ketidakpastian adalah suatu potensi perubahan yang akan terjadi di masa
datang sebagai konsekuensi dari ketidakmampuan untuk mengetahui apa yang akan
terjadi, bila suatu aktivitas dilakukan saat ini, Chapman dkk (2003) menegaskan bahwa
sangat penting menempatkan uncertainty (ketidakpastian) sebagai titik awal dalam
manajemen risiko [3].

2.2 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan tahapan awal dalam menajemen risiko yang


bertujuan untuk dapat menguraikan dan merinci jenis risiko yang mungkin terjadi dari
aktivitas atau kegiatan yang akan kita lakukan. Identifikasi risiko dilakukan berdasarkan
uraian rencana kegiatan yang akan dilakukan dan berpedoman pada
perubahan/ketidakpastian dari berbagai sumber risiko yang ada. Tahap identifikasi
risiko ini merupakan tahapan tersulit dan paling menentukan dalam manajemen risiko.
Kesulitan ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengidentifikasi seluruh risiko
yang akan timbul mengingat adanya ketidakpastian dari apa yang akan dihadapi. Oleh
karena itu dalam mengidentifikasi risiko ini terlebih dahulu diupayakan untuk
menentukan sumber risiko dan efek risiko itu sendiri secara komprehensif [4].

2.3 Penilaian dan Penerimaan Risiko

Penilaian (assessment) risiko pada dasarnya adalah melakukan perhitungan atau


penilaian terhadap dampak risiko yang telah teridentifikasi, besar kecilnya dampak dari
risiko akan dapat dikategorikan, yang mana merupakan risiko dengan tingkat yang
utama (major Risks), yang mempunyai dampak besar dan luas yang membutuhkan
pengelolaan atau tidak (minor Risks), yang tidak memerlukan penanganan khusus
karena tingkat risiko ada dalam batas-batas yang dapat diterima. Tingkat penerimaan
risiko dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Unacceptable, adalah risiko yang tidak dapat ditoleransi, harus dihindari atau
bila mungkin ditransfer kepada pihak lain

2. Undesirable, adalah risiko yang memerlukan penanganan risiko (Risk


reduction) sampai pada tingkat yang dapat diterima.

3. Acceptable, adalah risiko yang dapat diterima karena tidak mempunyai


dampak yang besar dan masih dalam batas yang dapat diterima.

4. Negligible, adalah risiko yang dampaknya sangat kecil sehingga dapat


diabaikan.

Tabel 2.1 Skala Penerimaan Risiko

2.4 Pembentukan Risk Map

Dengan mengetahui Risk level yang sudah ada. Maka risiko yang ada dapat
dipetakan kedalam peta risiko. Peta Risiko ini menunjukkan letak dari risiko
berdasarkan levelnya. Peta risiko akan digunakan dalam tahap selanjutnya untuk
mengevaluasi risiko yang ada.
Gambar 1. Risk Matriks

2.5 Penanganan (mitigation) Risiko

Risk respone adalah tanggapan atau reaksi terhadap risiko yang dilakukan oleh
setiap orang atau perusahaan dalam pengambilan keputusan, yang dipengaruhi oleh
Risk attitude dari pengambil keputusan [5]. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
akibat risiko yang muncul dari risiko yang telah teridentifikasi tersebut disebut tindakan
mitigasi/penanganan risiko (Risk mitigation). Risiko yang muncul kadang-kadang tidak
dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat dikurangi sehingga akan timbul
residual Risk (sisa risiko). Berikut ini adalah cara untuk melakukan mitigasi risiko
antara lain [5] (Flanagan dan Norman, 1993)

2.6 Kepemilikan/alokasi risiko

Alokasi risiko merupakan penentuan dan pelimpahan tanggung jawab terhadap


suatu risiko. Pengalokasian risiko ini bertujuan agar semua risiko tersebut benar-benar
berada dibawah control salah satu pihak dan dapat ditangani dengan baik.
Pengalokasian risiko ini harus dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
mendasar, yaitu pihak mana yang mempunyai control terbaik terhadap kejadian yang
menimbulkan risiko itu muncul, pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika
risiko tidak terkontrol, jika risiko di luar control semua pihak maka diasumsikan sebagai
risiko bersama.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pelaksanaan proyek pembangunan Underpass


Gatot Subroto dengan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, yang bertujuan untuk
membuat deskripsi atau gambaran secara sistematik, faktual dan akurat.

Tahap pertama dilakukan penelitian mengidentifikasi risiko-risiko yang muncul


pada tahap awal proyek dengan studi literatur ataupun mengambil risiko-risiko yang
teridentifikasi pada penelitian terdahulu dan melakukan brainstorming dengan 3
narasumber (expert) yang berkecimpung pada pelaksanaan proyek jalan yang masing-
masing mewakili unsur-unsur yang terlibat dalam proyek (pemilik proyek, konsultan
pengawas dan kontraktor).

Tahap kedua adalah menentukan relevan atau tidak relevan risiko-risiko yang
teridentifikasi melalui penilaian 5 responden sebagai unsur-unsur yang terlibat pada
pelaksanaan proyek.

Tahap ketiga adalah melakukan penilaian risiko dengan melibatkan 15


responden untuk memberikan penilaian terhadap frekuensi kejadian risiko dalam
pelaksanaan serta konsekuensinya terhadap pelaksanaan proyek.

Tahap berikutnya adalah pembentukan Risk Map yang selanjutnya dapat


dilakukan respon terhadap risiko-risiko tersebut.

3.2 Jenis dan Sumber Data Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan
langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan dan paper


penelitian yang telah ada maupun dari laporan pelaksanaan proyek.
2. Data primer Data primer diperoleh dengan teknik brain stormming,
wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak expert (ahli) yang terlibat dalam proyek.
Selanjutnya diadakan penyebaran kuisioner dengan dipandu pada saat pengisiannya,
sehingga diperoleh penilaian responden terhadap risiko yang teridentifikasi.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan penelitian-
penelitian yang dilakukan baik di Pulau Bali maupun di luar Bali untuk memperoleh
identifikasi risiko awal. Identifikasi awal risiko dilakukan dengan mengkaji penelitian-
penelitian yang telah ada, yang sesuai dengan obyek penelitian.

2. Data Primer Data primer diperoleh dengan pembuatan kuisioner mengenai


penelitian risiko (Risk assesment) untuk mendapatkan opini responden mengenai 2 (dua)
hal yakni probability (peluang) dan consequences (dampak/konsekuensi) risiko. Metode
sampling yang digunakan adalah non probability sampling yaitu pengambilan sampling
bukan acak. Dan jenis yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan
sample dengan terlebih dahulu menetapkan tujuan dan perencanaan tertentu atau sudah
ada predefinisi terhadap kelompok-kelompok dan kekhususan yang dicari. Metode yang
digunakan adalah expert sampling yaitu penentuan sampel yang diketahui mempunyai
pengalaman atau keahlian dalam suatu bidang. Jumlah responden dalam penelitian ini
diambil berdasarkan metode non probability sampling yaitu tanpa rumus dan dapat
diambil berdasarkan kepakarannya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Risiko-Risiko Yang Relevan

Berdasarkan data survai pendahuluan didapat data mengenai variabel risiko yang
Relevan (mungkin dapat terjadi) pada proyek Underpass Gatot Subroto Denpasar.Data
tersebut didapat dari beberapa responden yang dipilih berdasarkan keterlibatan pada
proyek pelaksanaan jalan yang mewakili berbagai unsur proyek. Pada survey ini ada 5
responden yang ditunjuk. Variabel risiko dapat dikatakan Relevan jika lebih dari 50%
responden menjawab Relevan. Jika diketahui minimal 3 responden menyatakan risiko
tersebut Relevan, maka risiko tersebut dinyatakan Relevan atau variabel risiko tersebut
mungkin dapat terjadi pada proyek. Hasil penelitian menunjukan dari 102 risiko yang
teridentifikasi terdapat 83 risiko yang relevan.

4.2 Tingkat Penerimaan Risiko

Analisis penilaian responden terhadap risiko pelaksanaan adalah menentukan


prosentase frekuensi risiko-risiko yang sangat sering terjadi, sering, kadang-kadang,
jarang dan sangat jarang terjadi. Selanjutnya ditentukan prosentase penerimaan risiko
yang mengacu pada skala penerimaan pada tabel 2.1 yaitu kategori risiko unacceptable
(tidak dapat diterima), Undesirable (tidak diharapkan), acceptable (dapat diterima), dan
negligable (dapat diabaikan)
4.3 Pemetaan Risiko (Risk Map)

Untuk menentukan apakah risiko tersebut termasuk katagori mayor Risk atau
minor Risk adalah dengan Risk Map. Setelah diketahui konsekuensi dan probabilitas
dari risiko, dilakukan pembentukan matriks risiko. Matriks ini memiliki dua buah
sumbu, yaitu sumbu untuk nilai probabilitas dan sumbu untuk nilai konsekuensi,
berdasarkan standar risiko dari ISO 31000 : 2009

Berdasarkan kedua penggolongan tersebut, dapat dibentuk Risk matriks, dimana


risiko akan terbagi menjadi empat golongan, yaitu low Risk, moderate Risk, high Risk,
dan extreme Risk. Selanjutnya adalah menentukan Risk level untuk menunjukkan
tingkat kegentingan dari suatu risiko. Risk level ini diperoleh dari mencocokkan
probability dan consequence dengan Risk matriks.

Dengan mengetahui Risk level yang sudah ada, maka risiko yang ada dapat
dipetakan kedalam peta risiko. Peta Risiko ini menunjukkan letak dari risiko
berdasarkan levelnya. Peta risiko digunakan untuk mengevaluasi risiko yang ada.
Risiko-risiko yang dievaluasi adalah risiko yang tergolong extrem Risk dan high Risk
saja karena mempunyai potensi besar mempengaruhi pelaksanaan proyek.
4.4 Mitigasi Risiko

Risiko dengan kategori high Risk dan extreme Risk perlu mendapatkan perhatian
khusus, karena risiko-risiko ini akan mempunyai dampak signifikan terhadap
pelaksanaan proyek. Pada tahap ini akan diidentifikasi tindakan-tindakan mitigasi yang
diperlukan untuk meminimalisir akibat risiko itu.

Berdasarkan hasil penelitian penerimaan risiko dan penilaian risiko dihasilkan


risiko yang tergolong extreme Risk dan high Risk terbesar adalah yang bersumber dari
risiko proyek dan risiko teknis. Dengan demikian penanganan risiko lebih
menitikberatkan pada proses perencanaan pelaksanaan proyek atau bagaimana
manajemen konstruksi itu diaplikasikan di lapangan untuk mencapai sasaran atau tujuan
proyek. Proyek konstruksi sipil mempunyai karakteristik yang berbeda dengan proyek
industri lainnya yaitu mempunyai sifat yang unik dan tunggal. Kondisi ini menuntut
adanya perencanaan dan program pembangunan yang berbeda dengan proyek-proyek
sebelumnya. Konsekuensi dari karakteristik proyek sipil ini adalah menimbulkan
kebutuhan suatu teknik atau manajemen yang lebih fleksibel untuk dapat diaplikasikan
di berbagai proyek. Pengelolaan proyek akan berhasil baik jika semua fungsi
manajemen dijalankan secara efektif. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap fungsi dan menyediakan kondisi yang
tepat sehingga memungkinkan setiap personil proyek untuk melaksanakan tugasnya
masing-masing.

Sumber risiko yang mempunyai prosentase extreme Risk dan high Risk yang
cukup besar adalah keselamatan dan lingkungan. Proses pembangunan konstruksi pada
umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur risiko kecelakaan dan
lokasi proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung risiko cukup
besar. Tim pengelola proyek sebagai pihak yang bertanggung jawab di lapangan selama
durasi pembangunan berlangsung harus mendukung dan menerapkan program-program
yang dapat menjamin atau meminimalkan kecelakaan kerja atau tindakantindakan
pencegahan. keselamatan. Dalam penerapan program keselamatan kerja ini diperlukan
pendekatan-pendekatan agar lebih mudah dijalankan, terutama dalam proses
pelaksanaannya. Adapun bentuk-bentuk pendekatannya adalah pendekatan prilaku dan
pendekatan fisik, yaitu menciptakan dan menerapkan kondisi kerja yang aman oleh
pengelola proyek dan melakukan pendidikan serta pelatihan mengenai metode dan
prosedur yang benar.
4.5 Alokasi Risiko (Ownership of Risk)

Pada tahap ini risiko-risiko yang termasuk kategori high Risk dan extreme Risk
dialokasikan kepemilikannya kepada para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek
yaitu pemilik proyek, konsultan dan kontraktor. Sehingga semua risikorisiko tersebut
berada dibawah kontrol salah satu pihak dan dapat tertangani dengan baik. Hasil
penelitian berdasarkan identifikasi tindakan mitigasi menunjukkan proporsi penerima
alokasi risiko sebagai berikut :
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Risiko-risiko yang teridentifikasi dinyatakan relevan atau mungkin terjadi di


lapangan berdasarkan opini reponden sebanyak 83 risiko dari 102 yang teridentifikasi
dan berasal dari 10 sumber risiko dengan prosentase penerimaan risiko sebagai berikut :

1. Unacceptable (tidak dapat diterima) = 19,28%

2. Undesirable (tidak diharapkan) = 56,63%

3. Acceptable (dapat diterima) = 18,07%

4. Negligable (diabaikan) = 6,02%

2. Risiko – risiko yang tergolong ke dalam kategori extreme Risk dan high Risk yang
mempunyai prosentase terbesar berdasarkan sumbernya adalah risiko proyek yaitu 44%
tergolong extreme Risk dan 31% tergolong high Risk. Hal ini menyatakan bahwa
perencanaan pelaksanaan proyek kurang terencana dengan detail sehingga
menyebabkan kesalahan atau pelaksanaan yang tidak sesuai.

3. Penanganan risiko-risiko yang tergolong extreme Risk dan high Risk berdasarkan
sumber risiko terbesar yaitu oleh kontraktor yang lebih ditekankan pada perencanaan
pelaksanaan proyek serta pemilihan metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan serta menerapkan program-program keselamatan kerja untuk menciptakan
kondisi kerja yang aman dan meminimalkan adanya kecelakaan di tempat kerja.

4. Alokasi penanganan risiko dialokasikan kepada salah satu pihak yang terlibat pada
pelaksanaan proyek sehingga berada di bawah salah satu kontrol pihak atau unsur
proyek dan tertangani dengan baik. Dengan prosentase alokasi kepemilikan risiko
terbesar berada di tangan kontraktor (56,32%).

5.2 Saran 1. Pemilihan responden dalam penyebaran kuisioner hendaknya benar-benar


memperhatikan kompetensi atau keahlian (expertise) calon responden untuk
menghindari kesalahan dalam penilaian risiko.

2. Distribusi jumlah responden harus benar-benar dapat mewakili setiap unsur yang
terlibat pada proyek sehingga penilaian dapat mewakili berbagai sudut pandang para
pelaku di lapangan sehingga pengumpulan data diharapkan tidak memihak pada salah
satu unsur proyek.

3. Penelitian lebih lanjut dapat dibuatkan model penanganan risiko sehingga sebelum
pelaksanaan proyek dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan kejadian pada
pekerjaan-pekerjaan yang memiliki probabilitas dan frekuensi yang tinggi yang dapat
menghambat pelaksanaan proyek agar dibuatkan perencanaan yang lebih detail dan
menyertakan risiko sebagai variabel perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kangari, R. 1995. Risk Management Perceptions and Trends of U.S. Construction.
Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. December.

[2] Ayunita Indria D., Cahyono B.N. 2013. Analisa Risiko pada proyek Pembangunan
Underpass di Simpang Dewa Ruci Kuta Bali. Jurnal Teknik POMITS Vol.2 No 2 ISSN:
2337-3539.

[3] Chapman, C., Ward., S. 2003. Project Risk Management. West Sussex : John Willey
& sons Ltd.

[4] Godfrey, P.S. 1996. Control of Risk. A Guide to the Systematic Management of Risk
from Construction. Westminster London : CIRIA

[5] Flanagan, R., Norman, G. 1993. Risk Management and Construction. Cambridge :
University Press.

Anda mungkin juga menyukai