Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH NU

Akidah Dalam Aswaja dan Seputar Pembahasan


Tentang Bid,ah

Dosen pengampu : H. Lukman Hakim, M S I

Disusun oleh :

Disusun Oleh
M .SANDRIA ( 103190030)
M HAMZAH FANSURI ( 103190001)
ARSYAD DANIAL ( 103190002)

TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NU PEKALONGAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah atasRasulullah, keluarga dan para
sahabatnya.Seiring dengan merebaknya berbagai paham yang menyimpangdi kalangan
masyarakat kita, seperti tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), takfir
(pengkafiran) tanpa alasan, penolakandan pengingkaran terhadap empat madzhab dan lain-
lain, maka pemahaman dan pengajaran aqidah Ahlussunnah Wal Jama‟ah harus kembali
ditekankan. Karena aqidah ini adalah aqidah mayoritas umat Islam, dari masa Rasulullah
hingga kini, aqidah golongan yang selamat(al Firqah an-Najiyah).
Karena itulah para ulama empat madzhab menulis berbagai karya, dari mulai tulisan
Mukhtasharat (ringkasan)hingga muthawwalat (buku-buku besar) dalam menerangkan
aqidah Ahlussunnah ini (seperti bisa dilihat dalam kutipan-kutipan buku ini). Aqidah
sunniyyah adalah aqidah yang telah disepakati kebenarannya oleh segenap kaum muslimin di
seluruh penjuru
bumi. Aqidah inilah aqidah yang telah dibawa oleh Rasulullah dan parasahabat.Aqidah ini
kemudian dijelaskan kembali berikut dengan dalil-dalil naqli dan aqli serta bantahan
terhadap golongan-golongan yangmenyempal oleh dua imam besar; al Imam Abu al Hasan al
Asy‟aridan Al Imam Abu Manshur al Maturidi -semoga Allah meridlai keduanya
-. Akhirnya pada awal abad IV H Ahlussunnah dikenaldengan nama baru
al Asya’irah dan al Maturidiyyah Mereka adalah mayoritas umat yang tergabung
dalam pengikut madzhab empat.Sesuatu yang patut disayangkan adalah merebaknya paham-
paham yang berseberangan dengan aqidah Ahlussunnah dengan klaim sebagai Ahlussunnah.
Seperti paham yang mengatakan bahwa Allahbersemayam di atas „Arsy atau Kursi (sebagian
mereka menyatakan dilangit), mengharamkan ziarah kubur, memusyrikkan orang yang
bertawassul
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1 LATAR BELAKANG.............................................................1

2 TUJUAN PENULISAN..........................................................2

BAB ll PEMBAHASAN

1 Pengertian Bid’ah.......................................................................3

BAB lll PENUTUP

.1 KESIMPULAN.......................................................................4

2. SARAN .................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Nahdlatul Ulama sebagai salah satu kelompok umatIslam


yang setia mengamalkan sejumlah ritual-ritual keagamaan
seperti tahlil, ziarahkubur, maulid, kerap dijadikan sasaran
kelompok lain dengan klaim syirik, murtad, taqlid dan
melakukan bid’ah. Dan hal itu yang menyebabkan keresahan di
warga NU.
hal ini menjadikan warga NU memberikan respon terhadap aksi
radikalisme yang diakukan oleh wahabi dan warga NU
melakukan penetrasi sebagai alternatif penanganan radiklisme
yang menyesatkan bid’ah bagi kalangan wahabiNU sendiri
membantah adanya hal tersebut hal ini dikerenakan tidak
adanya dali yang menerangkan bahwa Bid’ah tidak sesat
karena didalam bid’ah kita memecahkan masalah yang belum
ada sebelumnya atau belum ada dialquran maupun hadis dan
NU selalu mengambil posisi di garda terdepan dalam upaya
membela tradisi-tradisi keagamaan lokal tersebut dari serangan
kaum Wahabi. Selain itu juga menyelenggarakan Kampanye
anti-Wahabisme ini tampaknya bukan saja bergema di
kalangan struktutal NU, melainkan juga telah menjadi isu
utama di kalangan kelompok kultural NU.Kalangan kaum
muda NU di jalur kultural yang sebelumnya kerap bersebrangan
dengan kalangan kaum tua yang ada di struktur dan
pesantrenpesantren, kini tampak kompak dan bertemu
dalam isu besar anti-Wahabisme.
Begitu pula sumber daya struktural berupa kelengkapan
organisasi yang dimiliki oleh NU mulai dari tingkat pusat
(PBNU) hingga tingkat Ranting yang berada Begitu di
pedesaan, dimobilisir untuk membendung ekspansi dakwah
Wahabi. Rasa keterancaman terhadap Wahabisme seolah
telah membangkitkan kembali soliditas dan solidaritas gerakan
sosial NU yang sebelumnya banyak diwarnai oleh konflikkonflik
internal akibat keterjebakan mereka dalam kubangan politik
praktis. Selain itu juga adanya rekonsolidasi dan revitalisasi
terhadap semua sumberdaya, baik yang bersifat diskursif
seperti aqidah dan amalaiyah, maupun terhadap semua aset
yang dimiliki NU. Berikut ini akan digambarkan beberapa
respon yang diberikan oleh kalangan NU, baik dari struktural
maupun dari kelompok kultural, terhadap fenomena ekspansi
gerakan Wahabisme kontemporer.

2. Tujuan
a. Untuk mengenalkan kepada pembaca apa itu akidah dalam aswaja
b. Memberikan pemahaman kepada pembaca dan pendengar tentang
aswaja dan seputar persoalan bidah
BAB II

PEMBAHASAN

1. Makna dari aswaja dalam aqidah

Aswaja kepanjangan dari “Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah”. Artinya orang-orang


yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Wal Jama‟ah
berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi
Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah yaitu: “Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi wa ashabii), baik di dalam
syariat (hukum Islam) maupun aqidah dan tasawuf.” Untuk menegakkan prinsip-
prinsip ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah dan prinsip dasar organisasi, maka KH.
Hasyim Asy‟ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), dan juga
merumuskan kitab I‟tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah. Kedua kitab tersebut,
kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan rujukan
sebagai warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan
po1itik. Khusus untuk membentengi keyakinan warga NU agar tidak terkontaminasi
oleh paham-paham sesat yang dikampanyekan oleh kalangan modernis, KH. Hasyim
Asy‟ari menulis kitab risalah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah yang secara khusus
menjelaskan soal bid‟ah dan sunah. Sikap lentur NU sebagai titik pertemuan
pemahaman aqidah, fikih, dan tasawuf versi Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah telah berhasil
memproduksi pemikiran keagamaan yang fleksibel, mapan, dan mudah diamalkan
pengikutnya. Dalam perkembangannya kemudian para ulama‟ NU di Indonesia
menganggap bahwa Aswaja yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy‟ari sebagai upaya
membumikan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh
(toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta‟addul (keadilan). Prinsip-prinsip tersebut
merupakan landasan dasar dalam mengimplimentasikan Aswaja. Seiring dengan
derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang menuntut kita agar
terus memacu diri mengkaji Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah dari berbagai aspeknya, agar
warga nahdliyin dapat memahami dan memperdalam, menghayati dan
mengejawantahkan warisan ulama al salaf al salih yang berserakan dalam tumpukan
kutub al turast, maka PWNU Jawa Timur terinspirasi membentuk lembaga yang diberi
nama aswaja nu center Keberadaaan Aswaja NU Center ini tidak hannya ditingkat
wilayah/propinsi akan tetapi juga di tingkat Kabupaten hususnya Aswaja NU Center
Kab. Banyuwangi. Lembaga ini memiliki visi untuk membentuk masyarakat NU yang
mampu membentengi diri dari faham-faham lain serta dapat meyakinkan orang lain
atas kebenaran faham aswaja nu dan memiliki misi mengaktualisasi pemahaman umat
tentang keislaman aswaja nu, meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengalaman
(menginternalisasi) Islam. Secara tidak langsung aswaja nu center Kab. Banyuwangi
mampu membentengi aqidah warga nahdliyin dalam bermasyarakat dengan orang
yang mempunyai paham yang Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 63 berbeda.
Lembaga ini sudah membuktikan keberhasilannya berda kwah di tingkat nasional
maupun internasional. Seperti yang telah dilakukan di Batam dan Malaysia. Seminar
nasional ”Menyikapi konflik Sunni-Syi‟ah dalam bingkai NKRI” Seminar tentang
Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah dan debat terbuka dengan orang wahabi. Ini membuktikan
bahwa aswaja nu center mampu memperkokoh aqidah umat islam hususnya warga
nahdiyyin. Seperti halnya yang ada di Dusun jalen desa Setail Kec. Genteng Kab.
Banyuwangi sudah terdapat beberapa media yang mempunyai target memudarkan
aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah yang ada di masyarakat. Bahkan sudah ada
beberapa keluarga yang mengikuti faham faham tersebut. Untuk itu sebelum aqidah
masyarakat semakin diobok-obok. Maka aswaja nu center Banyuwangi anak cabang
dari aswaja nu Jawa Timur harus meningkatakan usaha dalam rangka membentengi
dengan kokoh aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah khususnya masyarakat Dusun Jalen
Desa Setail Kec. Genteng Kab. Banyuwangi. Dari paparan di atas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana Peran aswaja nu center Banyuwangi
dalam Membentengi Aqidah Ahlus sunnah Wal Jama‟ah Dusun Jalen Desa Setail Kec.
Genteng Kab. Banyuwangi Tahun 2015” Istilah Aswaja dalam masyarakat indonesia
adalah Ahlus sunnah wal-jama‟ah. Ahlus Sunnah Wal-jama‟ah terdiri dari tiga kata
yakni: 1). Ahl, berarti keluarga, golongan atau pengikut, 2). Al-sunnah, berarti segala
sesuatu yang telah diajarkan oleh rosulullah baik berupa perkataan, perbuatan dan
ketetapan, 3). Al- Jama‟ah berarti apa yang telah disepakati oleh para shohabat
Rosulullah SAW.

Menurut KH.M.Hasyim Asy‟ari, Ahlus Sunnah Wl-jama‟ah adalah kelompok


ahli tafsir, ahli hadist dan ahli fiqih, yang selalu mengikuti dan berpegang teguh
dengan sunnah Nabi dan Sunnah Khulafa‟urrosyidin, Muhyidin Abdusshomad (2008,)
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa Ah-lussunnah wa-jama‟ah bukanlah aliran
baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran
islam yang hakiki, tetapi Ahlussunnah Wal-Jama‟ah adalah islam yang murni
sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah dan para shohabatnya. Oleh karena itu
ada seorangpun yang menjadi pendiri ajaran Ahlussunnah Wal-jama‟ah yang ada
hanyalah ulama‟ yang telah merumuskan kembali ajaran islam tersebut setelah
lahirnya beberapa faham dan aliran keagamaan yang berusaha mengkaburkan ajaran
rosulullah dan para shohabatnya. Tim Aswaja nu Center pwnu, (2015,7 ) Paham
ahlussunnah Wal-jama‟ah mecakup aspek aqidah, syari‟ah dan akhlak /tasyawuf.
Dalam bidang aqidah/tauhid mengikuti pemikiran Abu Hasan Al-Asy‟ari dan al-
maturidi. Dalam Masalah Syari‟ah/Fiqih mengikuti mdzhab empat yakni imam syafi‟i.
iamam Hanafi, imam maliki dan imam Hanbali. Dalam bidang tasyawuf mengikuti
pendapat imam AlGhozali dan imam Al-junaidi.

2. Seputar bid,ah

Bid ah merupakan sebuah kata yang tidak asing bagi kita ia berhubugan
banyak hal dalam islam sayangnya banyak orang yang belum memami makna
bid,ah dengan benar. Sehingga tidak jarng mereka sering terjembak dalam
perselisihan.

Dalam lisanul arab.1 Bidah berasal dari kata akar bada,a yang memiliki berbagai
devinisi, diantaranya ialah bid,un dengan jjata kerja idtada,a yang maknanya
membuat atau memulai sesuatu sedangkan al bid,atu maknanya sesuatu yang baru
( al hadist ).

1
Ibnu manzur, lisaan al arab (libanin: Dar al kitab-al ilmiyah, 2009),hlm 6.
Dalam pengertian diatas bahwa yang dimaksud bid,ah adalah segala sesuatu
yang tidak didahului dengan contoh contoh dari rasulullah saw. Artinya dalam
pengertian bahasa bidah tidak diberikan batasan batasan. Segala sesuatu, baik itu
berkaitan dengan perkara agama maupun tidak. Maka sesuatu tersebut bisa
dikategorikan dengan bid,ah. Sedangkan secara syariat masyarakat berbeda
pendapat dalam mendevinisikan makna bid,ah. Perbedaan pendapat tersebut
seebenarnya telah terjadi dikalangan ulama salaf.2 Namun secara umum sekarang
ini ditemukan dua pendapat dalam memaknai tentang lafad bid,ah, menurut
syariat.

Kelompok pertama nenaknai lad bid,ah dengan makna yang luas menurut
kelompok ini bid,ah adalah segala sesuatu yang baru dalam urusan agama, agama
semacam menjadi garis pembatas yang membatasai wilayah operasi konsep bidah
sebaliknya jika sesuatu yang baru terjadi diluar agama maka konsep bid ah tidak
lah berlaku. Tapi muncul pertanyaan adakah satu aspek dalam kehidupan manusia
yang tidak disentuh oleh agama ? bukankah agama mengurus kehidupan manusia

2.Seperti yang dikatakan oleh ibnu taymiyah yang mengatakan bahwa hal baru yang bertentangan dengan teks
adalah bid,ah hal tersebut merupakan kesepakatan ulama. Sedangkan yang belum diketahui pertentangannya
terkadang tidak disebut bid,ah . seperti pula definisi yang diberikan oleh al iz ibn abdussalam yang
mendevinisikan bidah sebagai mengerjakan sesuatu yang tidak ada di jamaan rassulullah saw. Kemudian beliau
membagi bidah dalam lima devinisi yaitu wajib, sunah, mubah , makruh, haram. Devinissi lainnya adalah yang
dikemukakan oleh ibn hajar . beliau mengatakan adalaah bid,ah adalaah hal yang baru yang diciptakan yang
belum mempunyai dalil dalam syariat . masih bnyak devvinisi bidah yang ditawarkan oleh para ulama melalui
ijtihad mereka. Abdul ilah ibm husain al afraj konsep bid,ah dan toleransi kln, 37
. dengan kata lain seluru kehidupan manusia secara otomatis tidak ada satu aspek
dari kehidupan manusia yang tidak terlepas dari agama jadi konsep bidah berlaku
di segala aspek kehidupan manusia , jadi oleh karena itu kelompok ini dalam
mentafsirkan kata bid,ad ada dua makna yairu bid,ah hasanah dan bid,ah zhalalah.

Selain itu kelompok ini juga mengutip dari imam syafi ia mengatakan bahwa
setiap perbuatan yang diadakan kemudian menyalahi al kuran , sunnah igmak, asar
adalah bid,ah yang sesat. Dan setiap perkaya yang baik yang diadakan tetapi tidak
menyalahi satu pun dari ajaran islam yang ada adalah bid,ah yang terpuji.3

Kedua adalah kelompok yang mendevisikan bidah adalah dengan devinisi yang
lebih sempit kelompok ini berpendapat bahwa bidah adalah seluruh hal baru yang
berkaitan denagan ibadah yang tidak dikenal pada jaman nabi , shabat dan
salafussaleh semua hal baru tersebut adalah bidah bidah yang zhalalah.4 Sebagai
mana yang dikutib dari pendapatnya imam as syathibi yang mengatakan bahwa
bidah adaah suatu metode atau model dalan agama yang di kreasikan yang
menyrupai ibadah yang syar,i tujuan melakukannya adalah sebagai mana tujuan
ibadah yang syar,i dari sini jelas perkara perkara yang berkaitan dengan dunia
tidak termasuk bidah secara syariat seperti adanya mobil motor internet dan lain
sebagainya.5 Oleh karena itu kelompok ini menentang bidah dibagi menjadi dua
karna telah jelas bahwa bidah yang semacam itu adalah bidah zhalalah atau sesat.

3
Mansur ahmad MZ islam hijau merangkul, hlm 98

4
Abdul ilah ibn husain al arfaj, konsep bidah dan toleransi , hlm 38.

5
Firanda andirja abidin bid,ah hasanah, mengenal bidah dan sunah (jakarta: naasirussunah, 2013), hlm, 16.
BAB III

Penutup
Aswaja kepanjangan dari “Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah”. Artinya
orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad
SAW, dan Wal Jama‟ah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat
Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah
yaitu: “Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW
dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi wa ashabii), baik di dalam
syariat (hukum Islam) maupun aqidah dan tasawuf.” Untuk
menegakkan prinsip-prinsip ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah dan
prinsip dasar organisasi Sikap lentur NU sebagai titik pertemuan
pemahaman aqidah, fikih, dan tasawuf versi Ahlus Sunnah Wal
Jama‟ah telah berhasil memproduksi pemikiran keagamaan yang
fleksibel, mapan, dan mudah diamalkan Oleh pengikutnya.
Saran

Kita sebagai mahasiswa yang berbasis ahlisunnah wal jamamaah,


hendaklah kita selalu menjaga dan melastarikan apa yang telah
diperjuangkan oleh para pendahulu kita dan selalu kita menjaga
aswaja dalam tantangan masa yang akan datang
Daftar pustaka

Mansur ahmad MZ islam hijau merangkul,

Abdul ilah ibn husain al arfaj, konsep bidah dan toleransi

Firanda andirja abidin bid,ah hasanah, mengenal bidah dan sunah (jakarta:
naasirussunah, 2013)

Ibnu manzur, lisaan al arab (libanin: Dar al kitab-al ilmiyah 2009)

Anda mungkin juga menyukai