Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“MARAKNYA PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH”. Penulisan makalah
merupakan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi di Universitas
Puangrimaggalatung.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada ibu Yuniarni Yusuf S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing
mata kuliah Sosiologi
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka saya sangat
mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di
hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan kependidikan
demi terciptanya pendidik professional.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….……………………………………………………1
DAFTAR ISI..…………………….……………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN.…………………………...………….……………….. 3
1. Latar Belakang…..……………………………………………….. 3
2. Rumusan Masalah..………………………………………………..3
3. Tujuan…………….……………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN.…….………………………………………………….. 5
1. Definisi Bullying…………………………………………………. 5
2. Jenis-Jenis Bullying.…………….………………………...……….5
3. Faktor Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar.……..………..…7
4. Dampak yang Timbul dari Tindakan Bullying antar Pelajar.….......8
5. Upaya untuk Mengatasi Bullying di Sekolah……………...………9
BAB III PENUTUP …………………...…………………………………………11
1. Kesimpulan ………..…………..……………………………….. 11
2. Saran …………..……………...………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA ……………………...……………………………………13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus
bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan
mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau
lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul rasa
untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying mengakibatkan
korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan
di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak
turun prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-
abad, bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-
an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang
memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya
pada literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa
anak melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying.
Bukan itu saja, Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat
direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia. Sebelum
abad ke -20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di banyak negara. Buku,
artikel, website, video dan CD mulai bermunculan dengan maksud untuk
menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi bahkan
menghentikan bullying di sekolah
2. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor penyebab maraknya bullying antar pelajar di sekolah?
2. Apa sajakah dampak dari tindakan bullying antar pelajar di sekolah?
3. Bagaimana altrnatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan
tersebut?
3
3. Tujuan
BAB II
4
PEMBAHASAN
1. Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau sekelompok
orang secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan
tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik. Bullying bisa
terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda. Di
antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang tidak disukai,
terasing, penyebaran isu yang tidak benar, pengucilan, kekerasan fisik,
dan penyerangan (mendorong, memukul, dan menendang), intimidasi, pencurian
uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi
pengertian bullying sebagai “kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang
yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu
mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau
menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak
berdaya.”Bullying biasanya dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau
paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain.
Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan,
dan depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang
setara, namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara kekuatan
maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu mempertahankan
diri atau tidak berdaya. Korban bullying biasanya memang telah diposisikan
sebagai target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang bersifat
subordinat antara senior dan junior.
2. Jenis-Jenis Bullying
a. Bullying secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang
5
mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan
keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullyingdalam bentuk
verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal
dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju
pada kekerasan yang lebih jauh.
6
menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang
telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan
media elektronik lainnya
2. faktor kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen.
Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan
sosial anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk
berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas,
perhatian, atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka
takut jika tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga mereka mendahului
berlaku bullying pada orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani.
Meskipun beberapa pelaku bullying merasa tidak suka dengan perbuatan mereka,
7
mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan mereka terhadap
orang lain.
3. faktor sekolah
Tingkat pengawasan di sekolah menentukan seberapa banyak dan
seringnya terjadi peristiwa bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan
di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan
berkembangnya perlaku bullying di kalangan siswa. Pentingnya pengawasan
dilakukan terutama di tempat bermain dan lapangan, karena biasanya di
kedua tempat tersebut perilaku bullying kerap dilakukan. Penanganan yang tepat
dari guru atau pengawas terhadap peristiwa bullying adalah hal yang penting
karena perilaku bullying yang tidak ditangani dengan baik akan meyebabkan
kemungkinan perilaku itu terulang.
8
korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan
kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi
akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari
dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis
pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi,
ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic
stress disorder).
9
sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga
sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi
maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul.
2. Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan
sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya
dalam menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi
penanggulangan bullying berdasarkan analisis menyeluruh dan melakukan
evaluasi dan pemantauan secara periodik dan berkelanjutan.
BAB III
10
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-
ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai
dan memnuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada
alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir
sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman moral
bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang
berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan
dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti
atau melakukan bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian
yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu
menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa
mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan
yang menunjang untuk perkembangannya.
2. Saran
1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan pendidikan
karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di
dalam maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK,
guru-guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya
tindakan bullying antar pelajar di sekolah.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Abidin, Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 07
Desember 2013 dari http://www.masbied.com.
Ehan. (2007). Bullying dalam Pendidikan. Diperoleh pada 05 Desember 2013
darihttp://www.upi.edu.ac.id.
Rahmawati, N. (2013).Makalah Kasus Bullying. Diperoleh pada 05 Desember
2013 dari http://www.nurrahmawatidududu.blogspot.com.
Sahputra, H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 07
Desember 2013 dari http://www.kabarindonesia.com.
13