Pelanggaran Maksim Kesopanan
Pelanggaran Maksim Kesopanan
Disusun Oleh :
Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prinsip-prinsip kesantunan dalam pragmatik.
2. Mengetahui pelanggaran dalam prinsip kesantunan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Maksim Kesopanan
Ketika terjadi proses komunikasi, tidak selalu berkaitan dengan masalah yang bersifat
tekstual adakalanya non-tekstual. Untuk masalah-masalah yang sifatnya interpersonal
digunakan prinsip kesantunan (politeness principale). Menurut Wijana (2009: 53) ʺsebagai
retorika tekstual pragmatik membutuhkan prinsip kerjasama, dan sebagai retorika
interpersonal pragmatik membutuhkan prinsip lain, yaitu maksim kesopanan. ʺPengertian
maksim kesopanan dapat dikatakan sebagai seperangkat aturan yang bersifat sosial, estetis
dan moral yang ditaati manusia dalam percakapan atau tindak tutur.
1. Maksim Kebijaksanaan
Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para
peserta petuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang
bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan
sebagai orang santun. Apabila di dalam bertutur orang berpegang teguh pada maksim
kebijaksanaan, ia akan dapat menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang
kurang santun terhadap si mitra tutur. Dengan perkataan lain, menurut maksim ini,
kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan pabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan
dengan baik.
2. Maksim Kedermawanan
Dengan maksim kedermawaan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan
diharapkan dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan
keuntungan bagi pihak lain.
3. Maksim Penghargaan
Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun
apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan
maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mancaci,
atau saling merendahkan pihak yang lain. Peserta tutur yang sering mengejek peserta tutur
lain di dalam kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan
demikian, karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain.
Karena merupakan perbuatan tidak baik, perbuatan itu harus dihindari dalam pergaulan
sesungguhnya.
4. Maksim Kesederhanaan
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan
dapat besikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang
akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji
dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam masyarakat bahasa dan budaya Indonesia,
kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai parameter penilaian
kesantunan seseorang.
5. Maksim Permufakatan
6. Maksim Kesimpatian
Di dalam maksim kesimpatisan, diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan
sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipasti terhadap salah
seorang peserta tutur akan dianggap sebagi tindakan tidak santun. Masyarakat tutur
Indonesia, sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatisan terhadap orang lain ini di dalam
komunikasi kesehariannya. Orang yang bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap
sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat.
Prinsip dalam maksim kebijaksanaan adalah meminimalkan kerugian orang lain dan
memaksimalkan keuntungan orang lain, namum tidak jarang peserta tutur melanggar maksim
kebijaksanaan dengan mengatakan atau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
Pelanggaran maksim kebijaksanaan yang dilakukan oleh mitra tutur memiliki maksud
menyuruh dan mengancam. Tuturan berikut merupakan contoh pelanggaran maksim
kebijaksanaan.
Artis : (hanashimasen)
Shinchan yang ikut mengantri untuk mendapatkan tanda tangan artis dan ketika
giliran Shinchan tiba, ia lalu bertanya kepada artis “Anta dare?”. Tuturan yang diucapkan
Shinchan dianggap tidak sopan dan melanggar maksim kebijaksanaan karena Shinchan
menggunakan kata “anta” ketika berbicara dengan artis yang usianya lebih tua daripada
Shinchan. Pada maksim kebijaksanaan penutur harus meminimalkan kerugian orang lain, tapi
pada tuturan yang diucapkan oleh Shinchan bertentangan dengan hal ini yaitu Shinchan
memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri. Dalam hal ini artis selaku lawan tutur merasa
dirugikan oleh tuturan yang diucapkan oleh Shinchan, karena tuturan Shinchan tersebut dapat
melukai perasaannya dan artis merasa dipermalukan di tempat umum.
Contoh :
Yoshinaga Sensei : Ima no o undoukai de minna ni odotte moraimasu
Bu Guru Yoshinaga yang meminta semua muridnya untuk menari pada saat pelajaran
olahraga, tapi Shinchan meminta bayaran kepada Bu Guru Yoshinaga dengan mengatakan
“Ikura kureruno?”. Tuturan Shinchan tersebut dapat dikatakan melanggar maksim
kedermawanan, karena tuturan tersebut bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dengan
meminta imbalan kepada lawan tutur dan dapat merugikan orang lain.
Contoh :
Shinchan menawarkan kepada papa untuk menggososk punggung, Papa pun menerima
tawaran Shinchan dengan senang hati. Tetapi Shinchan menggosok punggung Papa dengan
memakai sikat WC dan Papa teriak kesakitan. Lalu Shinchan malah mengejek Papa dengan
mengatakan “Yowamushi danaa”. Shinchan mengejek Papa karena Papanya yang tidak bisa
menahan rasa sakit. Ejekan yang dikatakan oleh Shinchan tersebut dapat dikatakan sebagai
pelanggaran terhadap maksim penghargaan, karena pada maksim penghargaan mengharuskan
setiap peseta pertuturan untuk selalu berusaha memberikan penghargaan kepada orang lain.
Contoh :
Maksim kesimpatian adalah maksim yang mengatur penutur untuk meminimalkan rasa
antipati antaradiri sendiri dan orang lain, dan memaksimalkan rasa simpati antara diri sendiri
dan orang lain.
Contoh :
Ketika Mama mendapat teguran dari penjaga toko atas kelakuan Shinchan yang mengganggu
pelanggan lain yang sedang berbelanja, tapi Shinchan tidak menunjukkan rasa simpati
terhadap Mamanya dan ia malah menyalahkan Mamanya. Padahal itu adalah kesalahan ia
sendiri. Hal ini tedapat pada tuturan Shinchan “Kaachan nanka warui koto shitandashou ga
nai naa”. Tuturan Shinchan tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggaran maksim
kesimpatian, karena pada maksim kesimpatian menghendaki peserta petuturan untuk
berusaha meminimalkan rasa antipati antara diri sendiri dan orang lain, dan memaksimalkan
rasa simpati antara diri sendiri dan orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan