Anda di halaman 1dari 5

Batu menangis

Tokoh
1. Yohana berperan sebagai Ibu (protagonis)
2. Milna Berperan sebagai Laras (antagonis)
3. Susantini berperan sebagai Dewi
4. D. Susanti berperan sebagai Ana (protagonis)
5. Danies Al Qurizky berperan sebagai Arman
6. Yudi berperan sebagai pedagang buah

Alkisah hiduplah seorang janda tua bersama anak gadisnya


yang bernama Laras, dewi, dan Ana di sebuah desa terpencil
Kalimantan barat. Mereka tinggal di sebuah gubuk di ujung
desa, sejak ayah laras meninggal, mereka hidup sebatang kara.
Maka dari itu ibupun rela bekerja di sawah untuk menghidupi
mereka sedangkan laras adalah gadis yang manja.
Ibu: “Laras, bangunlah nak, lihatlah ayam sudah berkokok,
apakah kamu tidak malu dengan ayam?”

Laras: “ ibu, aku kan sudah besar, biarlah aku hidup


seenaknya”.
Dewi: “kakak, janganlah membantah perintah ibu!!”.
Laras: “kamu ini masih kecil aja udah blagu!, awas  kakak mau
mandi dulu!”
Dewi: “kakak mau mandi aja laporan”
Setelah beerapa menit kemudian
Laras: “dududu wahhh.. ternyata aku adalah ora tercantik di
kampong ini.” (sambil menatap kacanya)
Dewi:”ih..kakak pedenya over dehh”.
Laras: “banyak omong kamu dek, emang iya kakak paling
cantik di kampung ini!”
Dewi: “oh seperti itu..lalu??”
Laras: “ah, blagu kamu dek!, eh ana menurut kamu kakak
cantik tidak?” (sambil mendekati ana yang sedang menyapu)
Ana: “ iya kak, kakak emang cantik, tetapi lebih cantik jika mau
membantu ibu, pasti lebih cantik”. (duduk dan berhenti
menyapu)
Laras: “apa maksudmu? (melotot) katakana sekali lagi!!!
(menjambak)
Ana:” aduhhh…kaak..sakit, maafin anan kak”
Dewi:” makanya nggak usah urusan sama kakak”
Laras:” hahaha..ayo wi, kita pergi saja”
Kemudian laras meninggalkan ana adiknya, dan kembali
mengagumi kecantikanya. Padahal dia anak tertua, tetapi tidak
mau membantu ibunya.
Ibu: “nak, ayo bantu ibu bekerja di sawah” (ajak ibu)
Laras:”ke sawah?? Aku tidak mau nanti kuku dan kulitku yang
cantik ini terkena lumpur. Pergi saja saa bareng dewi dan ana,
aku tidak mau!!”.
Ibu:” laras memangnya kenapa kalau kuku dan kulitmu kotor?,
dewi dan ana saja yang membantu ibu pergi ke sawah terkena
lumpur saja alhamdulilah sampai sekarang ia baik-baik saja.”
Dewi:” udah kak, nurut saja nanti juga di sawahketemu arman
pujaan gati kakak haha”
Laras:”ah …biarin biar ana saja yang ikut ke sawah  atau kamu,
aku tidak mau pergi ke sawah ibu!kalau mau ke sawah yaudah
pergi saja sendiri”.
Ibu: “(duduk dan mengusap dada lemas)”

Haripun sudah menjelang siag, laras pun teringat dengan alat


kecantikanya  yang habis, tak lama kemudian ibu dan ana
adiknya dating da laras pun menghmpiri ibu dan ana yang baru
sampai di depan pintu yang kelihatan lelah.
Laras:”bu alat-alat kecantikan ku sudah habis, ibu haris segera
membelikan yang baru
Ana dan dewi:” kak, ibu saja baru pulang, seharusnya kakak
menghargai ibu sedikit .”
Ibu:” laras, ibu masih lelah, besik saja pasti ibu belikan”
Laras:”tidakk mau!!! Aku ingin sekarang”
Ana: “kakak! Ibu kan capek”
Ubu:” sudah sudah, taka apa-apa dewi, ana biar ibu beli, tapi
laras, tapi ibu tidak tahu alat kecantikan apa yang dimaksud
kamu harus ikut ya”
Laras:”ya…aku mau ikut kepasar, tapi dengan satu syarat
kalian harus berjalan dibelakangku.”
Dewi:” maksud kakak??”
Laras:”iya, kalian harus berjalan dibelakangku, malu la aku
berjalan dengan kalian !”
Dewi: “lo kenapa harus malu? Bukankah kita ini saudara
kandung?”
Laras:”kalian ngaca dong!!, lihat saja wajah kalian yang tak
terurus dan pakaian kalian yang sangat kotor, apalagi ibu yang
sudah keriput, jelek, kotor, aku malu ibu.”
Walaupun sedih tapi sang ibu pun menuruti permintaan
anaknya, setelah itu berangkatlah ke pasar, laras yang berjalan
didepan dan ibu dan kedua adiknya dibelakang membawa
keranjang.
Laras bertemu dengan temanya yang tinggal satu kampong
denganya
Arman:” hai laras…hendak kemana kamu?”
Laras:” ke pasar, kepo lo”
Arman: “ lalu siapa yang di belakangmu?ibumukah?”
Laras:”tentu saja buka,!mereka pembantu-pembantuku”
Arman:” laras sudah cantik, baik, enak lagi hidupnya, belanja
aaja ada yan bawain”
Laras:”haha, gitu deh”
Arman: “yaudah sana belanja dulu!”
Laras:”oke, ayo duluan”
Ana:”sabar ya bu (senebari memeluk ibu)kakak!! Kenapa kakak
berbicara seperti itu  pada kami, kami bukan pembantu kak!!
Laras:”udah diam, nggak usah mempermalukan aku disini”

Laksana disambar petir ibu mendengar ucaoan putrinya, tapi 


dia hanya terdiam sambil menahan rasa sedih, setelah itu
mereka melanjutkan perjalananya.
Pedagang buah: “ayo neng…buahnya, buahnya!!”
Laras:”oh terimakasih”
Pedagang buah: “ silakan neng, dipilih buahnya, dijamin manis
kaya yang beli”
Laras:”ah bisa aja haha”
Pedagang buah:” pasti neng haha”
Laras:”ini uangnya bang”
Pedaagang:”terimakasih neng semoga neng tambah cantiiikkk”
Laras:”ayo pembantu-pembantuku, sekarang giliran ke tempat
kosmetik”
Ibu:(diam sejenak)
Dewi:”ibu-ibu kenapa?”
Sang ibu tetap saja tidak mau menjawab pertanyaan anaknya,
ternyata ia sedang berdoa pada tuhan, agar menghukum
anaknya yang durhaka itu, berikan ia hukuman yang setimpal
padanya, laras melihat mulut ibunya yang komat kamit sambil
menadahkan kedua tangaya.
Laras:”hei!!!! Ibu sedang apa? “(sambil membentak dan
menoleh pada ibu)
Doa sang ibu:” ya tuhan, ampunilah hambamu yang lemah ini,
hamba sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap anak
hamba yang durhaka ini, berilah hukuman yang setimpal
padanya.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung,
petir menyambar-nyambar, dan suara Guntur bergemuruh
memakan telinga, hujan deraspun tuurun pelan-pelan, kaki
laras berubah menjadi batu, laraspun panik.
Laras:”ibu…ibu…apa yang terjadi dengan kakikubu??!!, aduh,
kerass sekali bu..maafkan laras bu. Laras janji tidak akan
mengulangi perbbuatan laras lagiii ,..”
Seketika tubuh laras berubar menjadi batu, dan kedua matanya
terus mengeluarkan air, sehingga di sebut BATU MENANGIS.

Anda mungkin juga menyukai