Makalah Saya

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang


Telah kita ketahui bahwa auditing merupakan suatu proses untuk membandingkan
laporan keuangan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
apakah laporan keuangan yang dibuat telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Selain itu,
dengan mengaudit suatu laporan keuangan dapat terlihat kecurangan-kecurangan apa saja yang
ada dalam suatu organsisasi. Dalam mengaudit, seorang auditor juga harus terlebih dahulu
memahami bidang keahliannya, karena ketelitian dalam mengaudit merupakan faktor yang
penting dalam mengaudit. Banyak hal yang harus dipahami auditor dalam mengaudit, tetapi
disini penulis akan membahas mengenai audit kas. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang
sangat menarik dan mudah diselewengkan. Hal itu karena banyaknya transaksi yang berkaitan
dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu, kas lebih mudah menjadi objek pencurian
dibandingkan jenis aset lainnya karena kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke
kas agar dapat diuangkan.
Kas merupakan satu satunya akun yang dimasukkan dalam siklus kecuali persediaan dan
pergudangan. Sebagai contoh, jika pemahaman aditor mengenai pengendalian internal dan dan
pengujian pengendalian serta pengujian substantive atas transaksi dalam siklus akuisisi dan
pembayaran menyebabkannya yakin untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian serendah
mungkin, auditor dapat mengurangi pengujian atas rincian saldo akhir kas. Akan tetapi, jika
auditor menyimpulkan bahwa penilaian risiko pengendalian harus lebih tinggi, pengujian akhir
tahun yang ekstensif mungkin diperlukan.
Untuk itu tujuan dilakukannya audit atas kas adalah untuk memeriksa apakah saldo kas
yang ada di neraca per tanggal neraca benar-benar ada dan dimiliki perusahaan. Untuk
mengetahui mengenai hal tersebut, maka penulis akan menjelaskan tentang audit atas kas agar
penulis dan pembaca mengetahui bagaimana prosedur untuk mengaudit kas
1.2.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
         Apakah yang dimaksud dengan saldo kas?
         Bagaimana Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) penyajian saldo kas?
         Apa saja tujuan pengujian substantif kas ?
         Apa saja dokumen yang terkait dalam kas?
         Apa saja catatan-catatan yang terkait dalam kas?
         Apa saja fungsi yang terkait dalam kas ?
         Bagaimana program pengujian substantifterhadap kas ?

1.3.            Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
         Untuk mengetahui dan memahami saldo kas.
         Untuk mengetahui dan memahami Prinsip Akuntansi Berterima Umum pada penyajian kas di
neraca.
         Untuk mengetahui dan memahami tujuan pengujian substantif audit terhadap kas.
         Untuk mengetahui dan memahami dokumen yang terkait dengan kas.
         Untuk mengetahui dan memahami catatan yang terkait dengan kas.
         Untuk mengetahui dan memahami fungsi yang terkait dengan kas.
         Untuk mengetahui dan memahami program pengujian substantif terhadap kas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Kas


Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam
akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering
berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas.
Kas yang dicantumkan di neraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:
1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri dari:
- Penerimaan kas yang belum disetor ke bank, yang berupa uang tunai, pos wesel,
certified check, cashier check, cek pribadi, dan bank draft.
- Saldo dana kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan pemegang dana kas
kecil.
2. Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.
Dalam pemeriksaan terhadap kas, auditor memperhatikan overstatement terhadap nilai
kas. Cara auditor mendeteksi atau memverifikasi kas adalah dengan memperhatikan penerimaan
kas yang understatement dan pengeluaran kas yang overstatement. Pemeriksaan terhadap kas
penting karena:
- Mayoritas transaksi perusahaan mengangkat rekening kas.
- Kas merupakan sumber aturan dalam transaksi penggelapan.
- Kesalahan rekening kas menunjukkan kesalahan rekening lain.

2.2. Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Kas di Neraca


Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian kas di neraca adalah sebagai berikut:
1.   Kas yang disajikan dineraca adalah saldo kas yang ada di tangan perusahaan pada tanggal
tersebut dan saldo rekening giro bank, yang pengembaliannya tidak dibatasi oleh bank atau
perjanjian yang lain.
2. Kas dalam bentuk valuta asing jika di cantumkan di neraca sebesar nilai kurs yang berlaku
pada tanggal neraca.
3. Unsur-unsur berikut harus disajikan secara terpisah dari unsur kas di neraca jika jumlahnya
material:
a. Tabungan di bank
b. Dana untuk perluasan pabrik, dana pelunasan hutang, atau dana lain yang tidak
digunaka untuk keperluan modal kerja
c. Saldo di bank minimun yang disyaratkan oleh bank dlam suatu perjanjian
penarikan kredit
d. Saldo di bank luar negeri yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan
kegiatan bisnis di luar negeri dan tidak dapat segera diubah ke dalam mata uang rupiah karena
batasan-batasan.
e. Persekot biaya perjalanan atau persekot lain kepada karyawan.

2.3  Tujuan Pengujian Substantif Kas


Tujuan pengujian substantif terhadap saldo kas adalah:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kas
2.      Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang
dicantumkan di neraca
3.      Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca
4.      Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca

5.      Membuktikan kewajaran penilaian kas yang tercantum dineraca. Auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berukut ini:
a.       Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
b.      Perhitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
c.       Konfirmasi kas di bank
6.      Membuktikan kewajaran panyajian dan pengungkapan kas di neraca.
2.4. Dokumen yang terkait Kas
Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan dokumen-dokumen berikut ini:
1. Kertas kerja rekonsiliasi bank (bank reconciliation working paper)
Auditor biasanya mendapatkan salinan rekonsiliasi bank yang dibuat oleh
karyawan klien. Pada kertas kerja dilakukan rekonsiliasi terutama adalah setoran
dalam perjalanan, cek beredar, dan penyesuian lain, seperti biaya jasa bank, dan cek yang
dikembalikan karena pelanggan tidak memiliki kas yang mencukupi dalam akunnya untuk
membayar cek (cek kosong)
2. Bentuk konfirmasi bank standar (standar bank confirmation form)
Auditor biasanya melakukan konfirmasi atas informasi saldo akun dengan setiap
bank atau lembaga keuangan dimana klien memiliki akun. Perhatikan bahwa bentuk
konfirmasi ini tidak meminta karyawan bank untuk melaksanakan penyelidikan menyeluruh dan
ternci atas catatan bank yang melebihi informasi akun yang diminta dalam konfirmasi. Adapun
isi konfirmasi bank antara lain sebagai berikut:
• Saldo tiap jenis rekening
• Saldo tiap jenir hutang
• Aktiva yang dijadikan jaminan hutang
• Batasan terhadap rekening klien di bank
3. Pisah batas rekening koran (cut off bank statement)
Langkah utama dalam mengaudit rekonsiliasi bank adalah melakukan verifikasi atas
ketepatan unsur-unsur yang merekonsiliasi seperti setoran dalam perjalanan dan cek yang
beredar. Auditor memerlukan pisah batas rekening koran untuk menguji unsur-unsur yang
terdapat dalam rekonsiliasi bank.
2.5 Catatan yang Terkait dengan Kas
2.5.1 Catatan yang terkait dengan penerimaan kas
      Jurnal penjualan
      Jurnal penerimaan kas
      Jurnal umum
      Kartu persediaan
      Kartu gudang
2.5.2 Catatan yang terkait dengan pengeluaran kas
         Jurnal pengeluaran kas
         Register cek

2.6 Fungsi yang terkait


2.6.1 Fungsi yang terkait penerimaan kas
         Fungsi penjualan
         Fungsi kas
         Fungsi gudang
         Fungsi penerimaan
         Fungsi akuntansi
2.6.2 Fungsi yang terkait pengeluaran kas
         fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
         fungsi kas
         fungsi akuntansi
         fungsi pemeriksa intern

2.7 Program pengujian substantif terhadap saldo kas


A. Prosedur Audit Awal
1.      Mengusut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan di dalam
buku besar
2.      Menghitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
3.      Mengusut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu
4.      Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
kas .
5.      Mengusut posting pendebetan dan pengkreditan akun kas dalam jurnal penerimaan kas dan
jurnal pengeluaran kas.
B. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan
dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio indusri, atau ratio yang
dianggarkan. Di samping itu, auditor perlu membandingkan akun Kas yang tercantum di neraca
dengan saldo kas pada akhir tahun yang lalu. Perbandingan ini membantu auditor untuk
mengungkapkan:
1.      Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
2.      Perubahan akuntansi
3.      Perubahan usaha
4.      Fluktuasi acak, atau
5.      Salah saji

C. Pengujian terhadap Transaksi Rinci


1. Verifikasi Pisah Batas (Cutoff)
         Membuat rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas menurut
catatan klien Atas dasar cutoff bank statement, auditor dapat membuat rekonsiliasi bank untuk
membuktikan ketelitian catatan kas klien dan membuktikan status setoran dalam perjalanan dan
cek yang beredar yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada tanggal
neraca
         Mengusut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke dalam cutoff
bank statement
         Memeriksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal neraca
         Memeriksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank statement.
         Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek yang
tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca
2.      Membuat daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menemukan kemungkinan terjadinya check kitting
Check kitting dilakukan untuk menutupi pemakaian kas perusahaan dengan cara melakukan
transfer rekening dari bank satu ke rekening bank yang dananya digelapkan pada saat bank-bank
menyiapkan pembuatan rekening koran bank.
3.      Membuat dan melakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom.
Rekonsiliasi bank empat kolom digunakan oleh auditor untuk membuktikan kebenaran saldo kas
dibank. Conto rekonsiliasi emapt kolom dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
PT Rimendi
Daftar Transfer Antarbank
31 Desember 20X1
Dari/ke Tanggal transfer
No.cek Per cek Per buku Per bank
BNI-Bank Niaga 6675890 26 Des 20X1 26 Des 20X1 26 Des 20X1
BNI-Bank Bumi Daya 7789876 27 Des 20X1 27 Des 20X1 28 Des 20X1

4.      Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan
pengeluaran kas
Lapping dapat terjadi jika penyimpan kas merangkap fungsi sebagai pencatat transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas. Lapping dilakukan oleh karyawan tersebut dengan cara tidak
mencatat penerimaan kas dari debitur tertentu dan memasukkan uang yang diterima tersebut ke
dalam sakunya sendiri.

D. Pengujian terhadap Akun Rinci


1.               Menghitung kas yang ada di tangan klien Dalam penghitungan kas, auditor harus
memperhatikan berbagai hal berikut:
 Penghitungan kas harus dilakukan oleh auditor di muka pejabat yang bertanggung jawab atas
penyimpanan kas
 Hasil penghitungan kas harus dicatat di dalam Berita Acara Penghitungan Kas yang harus segera
ditandatangani oleh pejabat yang bertanggungjawab atas penyimpanan kas
 Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam unsur kas pada saat penghitungan kas adalah cek
mundur, perangko dan materai, dan kas bon.
2.            Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang bersangkutan.
Untuk membuktikan eksistensi saldo kas klien yang disimpan dibank, auditor menempuh
prosedur audit : (1) membuat atau meminta klien untuk membuat rekonsiliasi bank pada tanggal
neraca, (2) mengirim konfirmasi saldo kas di bank pada tanggal neraca.
3.               Melakukan konfirmasi saldo kas di bank
Konfirmasi saldo kas di bank dilakukan oleh auditor dengan cara mengirimkan surat konfirmasi
ke bank yang klien merupakan nasabahnya.
4.               Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran bank.
Untuk membuktikan penyelesaian cek yang beredar pada tanggal neraca, auditor mengusut
peuangan cek tersebut kedalam rekening koran bank yang diterima klien setelah tanggal neraca.

E. Verifikasi Penyajian Kas di Neraca


1.      Memeriksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap
pemakaian rekening tertentu klien di bank
Kas yang disimpan di bank hanya dapat disajikan sebagai unsur kas jika tidak terdapat batasan
penggunaanya dari bank atau batasan yang dikenakan oleh kontrak perjanjian tertentu.

2.      Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas klien.
Informasi mengenai batasan atas penggunaan berbagai dana kas yang dibentuk oleh klien dapat
diperoleh dari wawancara dengan manajer keuangan. Informasi ini akan menentukan apakah
suatu unsur disajikan dalam kas atau harus dipisahkan tersendiri dalam kelompok aktiva lancar,
atau bahkan harus disajikan terpisah dalam kelompok aktiva tidak lancar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengujian substantif terhada saldo kas ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas, membuktikan keberadaan kas dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang dicantumkan di neraca, membuktikan
kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo kas yang
disajikan dalam neraca, membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca, membuktikan
kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi kas yang
diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo kas yang dicantumkan di neraca ke
dalam akun kas yang diselenggarakan didalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan
saldo akun kas di dalam buku besar dan membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun
kas didalam buku besar ke dalam jurnal penerimaan kas dan register cek.
Pada dasarnya proses audit memiliki tujuan untuk menilai kewajaran suatu entitas. Dalam
proses mengaudit kas auditor memiliki tujuan untuk memperoleh keyakianan bahwa saldo
kasyang ada di neraca benar-benar sesuai dengan saldo yang sebenarnya sebagaimana telah
disesuaikan dengan bukti-bukti yang tersedia. Langkah-langkah untukmengaudit kas pertama
kali dilakukan auditor yakni melakukan prosedur audit awal, dimana auditor mendapatkan
pemahaman atas bisnis klien dan mencocokkan antara saldo investasi awal dan kas dengan
jumlah yang diaudit. Selanjutnya prosedur analitik, pengujian rincian transaksi, prosedur rincian
saldo, dan terakhir yaitu memverifikasi penyajian dan pengungkapan kas.
Dalam pengujian terhadap akun rinci, auditor menempuh audit berikut ini : (1)
menghitung kas yang ada ditangan klien, (2) melakukan rekonsiliasi catatan kas klien dengan
rekening Koran bank yang bersangkutan, (3) melakukan konfirmasi saldo kas di bank ,(4)
memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening Koran bank.

3.2 Saran
1.      Mahasiswa dan masyarakat luas harus lebih memahami bagaimana ketentuan-ketentuan
mengenai pengujian substantif terhadap saldo kas agar tidak terjadi kesalahan pada pemahaman
terhadap kas
2.      Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengauditan.
3.      Akuntan harus memahami dengan baik bagaimana pengujian substantif terhadap saldo kas yang
baik dan benar agar tidak terjadi salah pencatatan dalam transaksi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., James K. Loebbecke. 1995. Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu. Edisi
Keempat. Erlangga: Jakarta
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat: Jakarta
http://kurnia-kudo.blogspot.com/2011/07/pengujian-substantif-terhadap-kas.html. Diakses pada
Minggu, 8 Desember 2013 pukul 10.30
http://suhediary.blogspot.com/2010/07/pengujian-substantif-terhadap-saldo- kas.html. Diakses
pada Minggu, 8 Desember 2013 pukul 10.00
http://tiasaccountingworld.blogspot.com/2013/10/audit-terhadap-kas.html?m=1. Diakses Diakses
pada Sabtu , 7 Desember 2013 pukul 15.08.

Anda mungkin juga menyukai