Anda di halaman 1dari 6

a.

Hasil uji coba

Uji coba terbatas bertujuan untuk memperoleh masukan langsung dari lapangan

(empiris) terhapa instrumen penilaian yang dikembangkan. Pada tahap diamati keandalan

(validitas) dan konsistensi (reliabilitas) instrumen yang telah di kembangkan. Analisis data

secara empirik menggunakan uji korelasi Product Moment (data politomi). Pengujian

terhadap validitas item (data politomi) berdasarkan hasil uji coba dilakukan dengan

menggunakan program Microsoft Excel dengan analisis korelasi Product Moment. Penafsiran

harga koofisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga r xy dengan harga kritik

produk moment, dengan pada nilai sig output dengan ketentuan:

Sig ˂ 0,05 artinya korelasi bersifat signifikan, instrumen valid dan bila nilai sig >0,05

artinya korelasi tidak signifikan, instrumen tidak valid.

Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen adakah 0,3 ( r xy ≥ 0,3 ¿nomor butir

tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila r xy lebih kecil dari 0,3 nomor butir tersebut

dikatakan tidak valid (Widoyoko, 2012).

Tabel 4.4 Hasil analisis uji coba assesmen pra praktikum (Responsi)

Butir Soal r ix r tab Keterangan


1 0.389 0.36 Valid
2 0.363 0.36 Valid
3 0.401 0.36 Valid
4 0.394 0.36 Valid
5 0.560 0.36 Valid
6 0.494 0.36 Valid
7 0.391 0.36 Valid
8 0.379 0.36 Valid
9 0.505 0.36 Valid
10 0.388 0.36 Valid
11 0.425 0.36 Valid
12 0.445 0.36 Valid
13 0.377 0.36 Valid
14 0.423 0.36 Valid
15 0.375 0.36 Valid
16 0.382 0.36 Valid
17 0.394 0.36 Valid
18 0.425 0.36 Valid
19 0.421 0.36 Valid
20 0.365 0.36 Valid

Demikian pula jika digunakan acuan signifikan 0,05 yang digunakan, diperoleh untuk butir
aspek nomor 1,2,3,4,5,6,7,8 secara berturut-turut 0,000, 0,002, 0,003, 0,000, 0,000, 0,002,
0,003, 0,000 lebih besar dari 0,05 sehingga

Instrumen penilaian biasa berupa metode atau prosedur formal atau informal, untuk
menghasilkan informasi tentang peserta didik yaitu tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan,
pedoman wawancara, tugas rumah dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran

Jadi, individu tersebut telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”, tingkah
lakunya menetap, dan konsisten. Dalam pembelajaran biologi misalnya, anak didik diajari
tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Maka nilai-nilai menjaga dan
melestarikan lingkungan ini benar-benar telah menjadi komitmen dirinya.

Karakteristik merupakan bagian dari ranah afektif. Menurut Anderson (2010) ada dua metode
yang dapat digunakan digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode observasi dan
metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asusmsi bahwa
karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi
psikologi atau keduanya. Metode laporan diri berasumsi bahwa ysng mengetahui keadaan
afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam
mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Jenis penilaian berbentuk tes merupakan semua jenis penilaian yang hasilnya dapat

dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya jenis penilaian untuk mengungkap aspek
kognitif dan psikomotorik. Jenis penilaian non-tes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar

salah, dan umumnya dipakai untuk mengungkap aspek afektif. Adapun instrumen penilaian

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes Tulis

Bentuk tes ada yang berupa tes non-verbal (perbuatan) dan verbal. Tes nonverbal

dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. Tes verbal dapat berupa tes tulis dan dapat

berupa tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, tes obyektif dan tes non-

obyektif.

Tes tertulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek/ranah

kognitif mulai dari jenjang Ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, sampai

mencipta. Bentuknya instrumennya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda,

pilihan berganda, uraian objektif, uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan

konteks, klasifikasi, atau kombinasinya.

2. Tes Lisan

Tes lisan adalah test yang dilaksanakan secara lisan. Hal ini berguna untuk:

Menilai kemampuan dalam memecahkan masalah, menilai proses berfikir, terutama

kemampuan melihat hubungan sebab-akibat. Menilai kemampuan menggunakan

bahasa lisan, menilai kemampuan mempertanggung jawabakan suatu pendapat atau

konsep yang dikemukakan.

3. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

Para ahli menggunakan istilah performance assessment secara berbeda-beda dengan

merujuk pada pendekatan penilaian berbeda pula. (Docktor dan Heller, 2009) menyatakan

bahwa performance assessment adalah berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes
diminta untuk mendemontrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang

mendalam, serta keterampilan dalam berbagai macam konteks. Performance assessment

mempunyai dua karakteristik dasar yaitu, (a) peserta tes diminta untuk mendemontrasikan

kemampuanya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas

(perbuatan), misalnya melakukan eksperimen, (b) produk dari performance assessment lebih

penting dari pada perbuatannya (performance).

4. Penilaian Proyek

Penilaian proyek adalah sebuah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus

diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu (Arikunto, 2012).

5. Penilaian Portofolio

Portofolio dalam dunia pendidikan adalah kumpulan atau hasil pekerjaan pembelajar

selama waktu tertentu yang dapat memberikan suatu informasi bagi suatu penilaian yang

obyektif, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan pembelajar (Mania, 2012).

6. Penilaian Hasil Karya (Product Assessment)

Penilaian hasil kerja siswa adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam

membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut. Jadi dalam penilaian hasil

kerja siswa terdapat dua tahapan penilaian yaitu, a). Penilaian tentang pemilihan dan cara

penggunaan alat serta prosedur kerja siswa, b). Penilaian tentang kualitas teknis dan estetis

hasil kerja siswa.

7. Penilaian Sikap
Sikap pada hakekatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Sikap juga

dapat diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya

(Mania. 2012).

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai

mata pelajaran adalah sebagai berikut:

a. Sikap terhadap materi pelajaran.

b. Sikap terhadap guru/pengajar.

c. Sikap terhadap proses pembelajaran.

Menurut Kemp dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa pengembangan perangkat

merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Borg and Gall dalam Setyosari (2016)

menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan (research and development/ R & D),

merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi

produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya Borg and

Gall dalam Sugiyono menyatakan “One way to bridge the gap between research and practice

in education is to Research & Development” pada umumnya penelitian R & D bersifat

longitudinal beberapa tahap (Sugiyono, 2014).

Proses pembelajaran mencakup teori dan praktik. Dua sisi yang perlu diperhatikan

dan dilaksanakan pada siswa, agar mampu mencapai hasil belajar yang baik. Pembelajaran

dengan teori pada umumnya dilakukan di ruang kelas. Adapun praktik/ praktikum, dapat saja

berlangsung di dalam laboratorium maupun di luar laboratorium. Pembelajaran praktik erat

kaitannya dengan mata pelajaran biologi. Hakikat belajar ilmu sains tidak cukup sekedar

mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat

penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan

melalui percobaan/ praktikum dan penelitian ilmiah. Subagyo, Y. Wiyanto dan Marwoto

(2008) menyatakan bahwa “proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan-


keterampilan yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan

melalui kegiatan praktikum di laboratorium”. “Tujuan utama praktikum adalah untuk melatih

siswa bekerja sesuai prosedur ilmiah, guna memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai

ilmiah” (Ali, 2004). Dengan melakukan praktikum, siswa akan menjadi lebih yakin akan

suatu hal daripada hanya menerima dari guru, dan dapat memperkaya pengalaman,

mengembangkan sikap ilmiah, serta hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan

siswa (Rustaman, 2005). Salah satu fasilitas praktikum yang vital adalah penuntun praktikum.

Penuntun praktikum ditujukan untuk membantu dan menuntun peserta didik agar dapat

bekerja secara kontinu dan terarah. Selain itu, untuk semakin menunjang keberhasilan

pelaksanaan praktikum, maka perlu adanya pengembangan penuntun praktikum biologi.

Anda mungkin juga menyukai