Anda di halaman 1dari 3

HIKMAH BERCERMIN DARI KASUS BANK CENTURY DAN BANK GLOBAL:

Permainan Reksa Dana Yang Merugikan Konsumen

Praktek penyalahgunaan dana nasabah oleh bank kembali terkuak dengan mulai
tersingkapnya kabut permasalahan Bank Century. Sementara masih segar dalam
ingatan kita adanya kasus yang serupa terjadi pada nasabah Bank Global. Dari
kedua kasus itu, ada benang merah keruntuhan pengelolaan keuangan bank yaitu
terjadi karena permainan reksa dana yang berdampak pada kerugian yang besar
bagi bank hingga mencapai CAR yang minus. Lebih jauh nasabahlah yang
menanggung derita karena tidak ada kepastian dan tidak ada jaminan uang yang
telah ditanamkan sebagai investasi di bank tersebut akan dikembalikan.
Terdapat kesamaan modus antara Bank Global dan Bank Century. Berdasarkan
informasi Bank Indonesia dan BAPEPAM, ternyata reksa dana yang dipasarkan
kepada nasabah/konsumen tidak tercatat di BAPEPAM, alias ilegal. Penjualan produk
reksa dana tidak didukung dokumen yang memadai, seperti prospektus, bukti unit
penyertaan reksa dana yang ditandatangani penerbit. Pemasaran reksa dana hanya
dari mulut ke mulut dan tidak pernah dipublikasikan.
Tabel 1. Persamaan Modus Bank Global dan Bank Century

No. Bank Global Bank Century

1. Penjualan Reksa dana


Nasabah membeli reksa dana yg Nasabah membeli produk reksa dana yg
diterbitkan PT. Prudence Asset diterbitkan PT. Antaboga Delta Securitas
Management melalui Bank Global, melalui Bank Century, tapi fiktif.
tapi fiktif.

2 Pendaftaran Reksa Dana


Tidak didaftarkan ke Bapepam Tidak didaftarkan ke Bapepam

1
Kasus Posisi
BPKN menerima pengaduan dari nasabah Bank Global tentang arus dana
tabungan/deposito yang belum diselesaikan. Untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat, BPKN telah melakukan beberapa kali pertemuan dengan
nasabah/konsumen korban.
Penanganan Kasus
Menyikapi kasus Bank Global, BPKN telah memberikan rekomendasi kebijakan
strategis yang telah disampaikan kepada Presiden melalui surat BPKN No.
197/BPKN/X/2005 tentang Saran Kebijakan Perbankan dalam rangka Perlindungan
Konsumen, khususnya Nasabah Bank Global, yang pada intinya sebagai berikut:
a. Bank Indonesia (BI) belum menjalankan tugas untuk mengawasi Bank
sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 8 Butir c UUBI. Hal ini ternyata dari fakta
bahwa suatu transaksi reksa dana yang tidak jelas arus dananya, yang telah
terjadi di dalam operasi Bank Global, berlangsung tanpa pengawasan berbentuk
pemeriksaan dari Bank Indonesia. Kalaupun ada pemeriksaan yang dilakukan
oleh Bank Indonesia, pemeriksaan tersebut dilakukan setelah kasus Bank Global
terjadi.
b. BI tidak boleh mengemukakan alasan bahwa karena pemasaran reksa dana
Bank Global hanya dari mulut ke mulut dan tidak pernah dipublikasikan, maka BI
tidak dapat menjalankan pengawasan. Padahal menurut Penjelasan Ps. 27 UUBI
pengawasan BI dapat dilakukan melalui proses penelitian, analisis, dan evaluasi
laporan Bank. Dengan proses tersebut, penyelenggaraan reksa dana yang tidak
jelas arus dananya seharusnya dapat diketahui, atau setidak-tidaknya patut
diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan sebagaimana dinyatakan
dalam Ps. 31 Ayat (1) UUBI.
c. Apabila demikian, maka BI dapat memerintahkan bank tersebut untuk
menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi yang
mencurigakan, antara lain transaksi dalam jumlah besar yang diduga berasal
dari kegiatan yang melanggar hukum.

Perlindungan Konsumen Bank


a. Pada kasus Bank Global, hak atas informasi tentang arus dana yang tidak jelas
dari reksa dana yang dipasarkan Bank Global tidak diberitahukan kepada para
nasabahnya. Hal ini disebabkan Bank Global telah mengetahui bahwa reksa dana
yang ditawarkan kepada nasabah merupakan reksa dana ilegal.
Dengan demikian, nasabah Bank Global merupakan konsumen yang dirugikan
karena hak mereka untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan reksa dana tidak dapat dipenuhi oleh Bank
Global.
b. Berdasarkan Ps. 19 Ayat (1) UUPK, Bank Global bertanggung jawab memberikan
ganti rugi kepada konsumen berupa pengembalian uang atau penggantian jasa
yang sejenis atau setara nilainya.

2
c. Adanya hasil verifikasi yang menyatakan terdapat rekening nasabah Bank Global
yang tidak dapat disimpulkan, sehingga tidak dijamin pengembalian
simpanannya, bertentangan dengan Ps. 19 UUPK.
d. Pemerintah perlu membentuk Tim Independen untuk menyelesaikan kasus
secara adil, yang keanggotaannya melibatkan BPKN dan berbagai pihak yang
berkepentingan.
e. BI harus meningkatkan kinerja pengawasannya sehingga dapat mengembalikan
kepercayaan masyarakat. Keberpihakan kepada konsumen harus menjadi
pertimbangan utama dalam penetapan kebijakan.
Posisi Kasus
Menanggapi rekomendasi dari BPKN, maka BI (Bank Indonesia) pada tanggal 13
Januari 2005 silam, mencabut izin usaha Bank Global. Sebelumnya, tanggal 14
Desember 2004, Bank Global telah dibekukan kegiatan usahanya karena dibelit oleh
berbagai kasus, antara lain kasus pengalihan dana nasabah ke reksadana tanpa
sepengetahuan nasabahnya.
Amar putusan MA (Mahkamah Agung) No.54/K/2008 tanggal 8 Mei 2008,
memutuskan bahwa pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan diwajibkan untuk
mengeluarkan surat keputusan pembayaran berdasarkan program penjaminan
pemerintah atas seluruh dana simpanan nasabah Bank Global. pemerintah harus
membayar seluruh dana simpanan nasabah PT. Bank Global Internasional Tbk
(dalam likuidasi) dengan besaran jumlah sebagaimana tercantum dalam buku
tabungan, bilyet deposito berjangka, dan giro rekening atas nama nasabah.
Tips bagi Konsumen
a. Jangan mudah tergiur dengan iming-iming bunga pinjaman kepada bank lebih
besar, tanpa mendapat informasi yang menyeluruh tentang resiko dan
manajemen pengelolaan keuangan bank.
b. Pelajari arus dana bank dengan seksama. Berhati-hati bila dana konsumen
dikonversi ke reksa dana karena memiliki resiko yang besar.
c. Bila konsumen terlanjur berinvestasi pada suatu produk perbankan yang
berpotensi merugikan, segeralah tarik investasi anda.
d. Gunakanlah akses pemulihan hak yang ada bila konsumen merasa dirugikan
dengan kegiatan perbankan. BI dapat memberikan fasilitasi mediasi perbankan
yang bersifat sederhana, murah, cepat dan efisien dengan matas nilai tuntutan
finansial paling banyak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari
2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/14/DPNP tanggal 1 Juni 2006.
Konsumen juga dapat mengadu melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK).

Anda mungkin juga menyukai