Anda di halaman 1dari 2

Kejatuhan Konstantinopel adalah penaklukan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, yang terjadi

setelah pengepungan sebelumnya, di bawah komando Sultan Utsmaniyah yang berumur 21 tahun,
yaitu Muhammad al-Fatih, melawan tentara bertahan yang dikomandoi oleh Kaisar Bizantium
Konstantinus XI. Pengepungan berlangsung dari Jumat, 6 April 1453 – Selasa, 29 Mei 1453
(berdasarkan Kalender Julian), ketika kota itu ditaklukkan oleh Utsmaniyah. Kekaisaran Romawi
terpecah menjadi dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau
Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja
meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great
memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa
dan Asia, baik di dari sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut
Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi
geopolitik saat itu. Menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada
yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga
dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Konstatinopel dapat dikalahkan oleh Muhammad al-Fatih. Beliau dilahirkan pada 29 Maret 1432
Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). Menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan
memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang
menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains,
matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil.
Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak
baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju
pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang
pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu” setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan
Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam
peperangan di “Ain al-Jalut” melawan tentara Mongol).

Runtuhnya Konstatinopel dimulai Jumat, 6 April 1453. Al-Fatih memulai serangan terhadap
Konstatinopel tetapi sebelum itu ia membuat strategi. Sebelum pengepungan Konstantinopel,
diketahui bahwa Kesultanan Utsmaniyah mempunyai kemampuan melemparkan meriam ukuran
sedang, tetapi kisaran beberapa bagian mereka dapat mencapai mampu melewati medan yang lebih
jauh melampaui harapan orang-orang yang mempertahankan KOnstantinopel. Kemajuan
Utsmaniyah secara instrumental dalam produksi sosok senjata misterius dengan nama Orban,
menurut Hungaria (walapun beberapa pendapat itu dari Jerman). Satu meriam dirancang oleh Orban
dinamai “Basilika” mempunyai tinggi yaitu 27 feet (8,2 m) dan mampu melemparkan meriam seberat
600 lb (272 kg) lebih dari 1 mil (1.6 km).

Mehmed merencanakan untuk menyerang Dinding Theodosia, yang merupakan bagian terumit dari
dinding dan parit yang melindungi Konstantinopel dari serangan yang berasal dari arah barat.
Pasukannya berkemah di luar kota pada hari Senin setelah Paskah, 2 April 1453. Persiapan untuk
serangan terakhir dimulai pada petang 26 Mei dan berlanjut keesokan harinya. Selama 36 jam
setelah dewan perang memutuskan untuk menyerang, Utsmaniyah secara besar-besaran
menggerakan tentara mereka untuk oefensif umum. Tentara diberi kesempatan untuk berdoa dan
beristirahat pada tanggal 28, dan kemudian serangan terakhir akan dilancarkan. Setelah serangan
awal, pasukan Utsmaniyah menyebar di sepanjang kalanan kota, Mese, melewatkan forum-forum
besar, dan melewatkan Gereca Rasul Suci, yang diinginkan oleh Mahmed II untuk dijadikan tempat
kedudukan patriark yang akan ditunjuknya, yang akan membantunya untuk lebih baik dalam
mengendalikan rakyat Kristennya. Mehmed II telah mengirim tentara untuk melindungi bangunan-
bangunan penting seperti gereja tersebut. Akhirnya dengan serangan tersebut konstatinople dapat
ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.

Anda mungkin juga menyukai