TENTANG IJARAH
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah Prodi
Manajemen Pendidikan Islam
Jurusan Tarbiyah semester satu
Disusun Oleh :
(IAIN BONE)
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sewa
Menyewa dalam Islam dan Pendapat para Ahli tentang Ijarah ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ijarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Nu’man Hafizh
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
A. Pengertian Ijarah........................................................................ 2
B. Landasan Syara’......................................................................... 3
C. Rukun Ijarah............................................................................... 3
D. Syarat Ijarah............................................................................... 4
E. Sifat dan Hukum Ijarah.............................................................. 4
F. Pembagian dan Hukum Ijarah.................................................... 5
G. Permasalahannya........................................................................ 7
BAB IV PENUTUP................................................................................. 9
A. Kesimpulan............................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan
orang lain dengan menggunakan ketentuan syari’at islam. Kegiatan ijarah ini tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun
masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu kita harus mengetahui apa pengertian dari
ijarah yang sebenarnya, rukun dan syarat ijarah, dasar hukum ijarah, manfaat ijarah
dan lain sebagainya mengenai ijarah. Karena begitu pentingnya masalah tersebut
maka permasalahan ini akan dijelaskan dalam pembahasan makalah ini
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas bisa memunculkan beberapa pertanyaan yang penting
untuk dibahas diantaranya ;aa
1. Apa yang dimaksud dengan Ijarah dan Landasan Syara’?
2. Apa saja yang menjadi Rukun dan syarat Ijarah?
3. Apa saja sifat dan hukum Ijarah?
4. Apa permasalahan yg kadang terjadi pada ijarah?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian Ijarah dan landasannya.
2. Untuk mengetahui Rukun dan syarat-syarat Ijarah
3. Untuk mengetahui sifat dan hukum Ijarah.
4. Untuk mengetahui lain hal mengenai Ijarah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijarah
Sebelum dijelaskan pengertian sewa menyewa dan upah atau ijarah, terlebih
dahulu akan dikemukakan mengenai makna operasional ijarah itu sendiri. Idris
Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqih syafi’I berpendapat ijarah berarti upah
mengupah.1 Hal ini terlihat ketika beliau menerangkan rukun dan syarat upah
mengupah, yaitu mu’jir dan musta’jir (yang memberikan upah dan yang menerima
upah), sedang kan Nor Hasanuddin sebagai penerjemah Fiqih Sunnah karya Sayyid
Sabiq menjelaskan makna ijarah dengan sewa menyewa.2
Dari dua buku tersebut ada perbedaan terjemahan kata ijarah dari bahasa Arab
kedalam bahasa Indonesia. Antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna
operasional, sewa biasanya digunakan untuk benda, seperti “seorang mahasiswa
menyewa kamar untuk tempat tinggal selama kuliah”, sedangkan upah digunakan
untuk tenaga, seperti “para karyawan bekerja dipabrik dibayar gajinya (upahnya) satu
kali dalam seminggu”.
Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya
ialah al-iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah ganti dan upah.
Sedangkan menurut Rahmat Syafi’I dalam fiqih Muamalah ijarah adalah بيع المنفعة
(menjual manfaat).3 Sedangkan menurut terminologinya terdapat beberapa pendapat.
a) Menurut Hanafiyah : 4
Artinya : “ Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti “
b) Menurut Asy-Syafiiyah5
ومTTTTTTTTTTTTTTوض معلTTTTTTTTTTTTTTذل واإلباحة بعTTTTTTTTTTTTTTودة معلومة مباحة قابلة للبTTTTTTTTTTTTTTعقد على منفعة مقص
Artinya : “Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu Dan
mubah , serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
c) Menurut Malikiyah6 Dan Hambali7
Artinya : Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu
dengan pengganti. Ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual beli jasa ( Upah-
mengupah ), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang
1 Idris Ahmad, Fiqh al-Syafi’iyah (Jakarta: Karya Indah. 1986) h. 139
2 Sayyid Sabiq , Fiqhus Sunnah, terjemah Nor Hasanuddin (Jakarta: Pena Pundi Aksara.
2004) h. 203
3 Rahmat Syafi’I, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia. 2004) h. 121
4 Alauddin Al-Kasani, Badai’ Ash Shanai’ fi taqrib asy Shafii. Juz iv, hlm. 174
5 Muhammad Asy-Syarbini, Mugni, Juz 11, hal 332
6 Syarh Al-Kabir Li Dardir, juz IV, hlm 2
7 Ibn Qudamah, Al-Mugni, juz V, hlm.398
3
Hampir semua ulama’ ahli fiqih sepakat bahwa jahrah di isyaratkan dalam islam. Ada
golongan yang tidak menyepakatinya seperti Abu Bakar Al-Ashan, Ismail Ibn Aliyah, Hasan
Al-Bisri, Al-Qasyani, Nahrawi Dan Ibn kaisan.
Jumhurul ulama’ berpendapat ijarah di syariatkan berdasarkan.
a) Al-Qur’an
b) As-Sunnah
Artinya : Berilah upah pekerja sebelum keringatnya jering. Hr Ibnu Majah dari Ibn Umar
c) Ijma’
Umat islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah di bolehkan sebab
bermanfaatkan bagi manusia.11
C. Rukun Ijarah
b) Shighat akad
c) Ujrah ( Upah )
d) Manfaat
D. Syarat Ijarah
8 Ibn Abidin, Radd Al- Mukhtar Ala Dur Al-Mukhtar, juz IV, hlm 110
9 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah ……, h.203
10 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1994) h. 303
11 Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Dan Nasa’ dari said ibn Abi Waqash
4
Syarat ijarah terdiri empat macam sebagaimana syarat dalam jual beli yaitu:
Syarat in’inqod ( terjadinya akad ) berkaitan dengan aqid, zat akad, Dan tempat akad.
Agar ijarah dapat terlaksanakan, barang harus dimiliki oleh aqid, atau dia memiliki
kekuasaan penuh untuk akad ( ahliyah )
Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan aqid ( orang yang aqad ), ma’qud alaih
( barang yang menjadi obyek aqad ), ujrah ( upah ), Dan zat akad ( nafs al-aqad ) yaitu :
4) Syarat Kelaziman
1) Sifat Ijarah
Menurut ulama’Hanafiyah, ijarah adalah akad lazim yang di dasarkan pada firman Allah
SWT yang boleh di batalkan .12
Sebaliknya, Jumhur Ulama’ berpendapat bahwa ijarah adalah akad lazim yang tidak
dapat di batalkan, kecuali dengan adanya sesuatu yang merusak penemuhannya, seperti
hilangnya manfaat.
Berdasarkan dua pandangan di atas, menurut ulama’ Hanafiyah, Ijarah batal dengan
meninggalnya. Salah seorang yang akad Dan tidak dapat di alihkan ke pada ahli waris,
adapun menurut jumhur ulama’ Ijarah tidak batal, tetapi berpindah kepada ahli warisnya. 13
a) Hukum ijarah
Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa, Dan tetapnya upah
bagi pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih, sebab ijarah termasuk jual beli
pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.
Ijarah terbagi 2 ( Dua ) yaitu Ijarah terhadap benda atau sewa menyewa, dan ijarah atas
pekerjaan atau upah mengupah.
Di Bolehkan ijarah atas barang mubah seperti, rumah, kamar, dan lain-lain. Tetapi di
larang ijarah terhadap benda-benda yang di haramkan.
Upah mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual beli jasa. Biasanya berlaku dalam
beberapa hal, seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, Dan lain-lain, ijarah ‘ala al-
a’mal terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Ijarah KhususIjarah Khusus adalah ijarah yang di lakukan oleh seorang pekerja.
Hukumnya orang yang bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah
memberikan upah.
a) Ijarah Musytarik
Ijarah Musyatarik adalah ijarah yang di lakukan secara bersama-sama atau melalui kerja
sama hukumnya di perbolehkan bekerja sama dengan orang lain.
3) Gugurnya Upah
Para Ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan upah bagi Ajir, apabila barang yang
di tangannya rusak.
Menurut ulama’ Syafi’iyah, jika bekerja di tempat yang di miliki oleh penyewa, ia tetap
memperoleh upah. Sebaliknya, apabila barang berada di tangannya, ia tidak mendapatkan
upah. 14
BAB III
ANALISA
G. Permasalannya
Berdasarkan hal itu, menyewakan pohon agar dimanfaatkan buahnya hukumnya tidak
sah karena pohon itu sendiri bukan keuntungan atau manfaat. Demikian juga menyewakan
dua jenis mata uang (emas dan perak), makanan untuk dimakan, barang yang dapat ditakar
dan ditimbang. Alasannya semua jenis barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan kecuali
dengan mengkonsumsi bagian dari barang tersebut. Hukum sewa juga diberlakukan atas
sapi, domba atau unta untuk diambil susunya. Akad sewa mengharuskan penggunaan
manfaat dan bukan barang itu sendiri.
Suatu manfaat, terkadang berbentuk manfaat atas barang, seperti rumah untuk
ditempati, mobil untuk dikendarai. Kadangkala dalam bentuk karya seperti karya seorang
arsitek, tukang tenun, penjahit. Apabila akad sewa diputuskan, penyewa sudah memiliki hak
atas manfaat dan pihak yang menyewakan berhak mengambil kompensasi sebab sewa
adalah akad mu’awwadhah timbal balik.16
a) Sewa Rumah
b) Sewa Tanah
Sewa tanah di haruskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan di tanam atau
bangunan apa yang di bangun.
c) Sewa Kendaraan
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus di jelaskan salah
satu di antara dua hal waktu dan tempatnya. Juga harus di jelaskan barang yang akan di
bawa atau benda yang akan di angkut.
Menurut ulama’ Hanafiyah, jika barang yang di sewakan rusak seperti pintu rusak, atau
dinding jebol dan lain-lainnya maka pemiliknya yang wajib memperbikinya.
BAB IV
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
1. Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al-
iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah ganti dan upah.
2. Rukun Ijarah Menurul Jumhurul ulama’ rukun ijarah ada 4 ( Empat ), yaitu Aqid ( orang yang
aqad ), Shighat akad, Ujrah ( Upah ) dan Manfaat
3. Syarat ijarah terdiri empat macam sebagaimana syarat dalam jual beli yaitu, Syarat
terjadinya akad, Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz ), Syarat sah ijarah, Dan Syarat
Kelaziman.
4. Sifat Ijarah Menurut ulama’Hanafiyah, ijarah adalah akad lazim yang di dasarkan pada
firman Allah SWT yang boleh di batalkan.
5. Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa, Dan tetapnya upah bagi
pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih.
6. Ijarah terbagi 2 ( Dua ) yaitu Ijarh terhadap benda atau sewa menyewa, Dan ijarah atas
pekerjaan atau upah mengupah.
7. Di Bolehkan iijarah atas barang mubah seperti, rumah, kamar, Dan lain-lain. Tetapi di larang
ijarah terhadap benda-benda yang di haramkan.
8. Menurut ulama’ Syafi’iyah, jika bekerja di tempat yang di miliki oleh penyewa, ia tetap
memperoleh upah. Sebalinya, apabila barang berada di tangannya, ia tidak mendapatkan
upah.
10
Daftar Pustaka