Anda di halaman 1dari 14

SEWA MENYEWA DALAM ISLAM DAN PENDAPAT PARA AHLI

TENTANG IJARAH

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah Prodi
Manajemen Pendidikan Islam
Jurusan Tarbiyah semester satu

Disusun Oleh :

NU’MAN HAFIZH (02183076)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN BONE)

2019
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sewa
Menyewa dalam Islam dan Pendapat para Ahli tentang Ijarah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ijarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Abdullah K. M.Pd. ,


selaku dosen mata kuliah Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 24 Mei 2019

Nu’man Hafizh
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2

A. Pengertian Ijarah........................................................................ 2
B. Landasan Syara’......................................................................... 3
C. Rukun Ijarah............................................................................... 3
D. Syarat Ijarah............................................................................... 4
E. Sifat dan Hukum Ijarah.............................................................. 4
F. Pembagian dan Hukum Ijarah.................................................... 5

BAB III ANALISA.................................................................................. 7


iii

G. Permasalahannya........................................................................ 7

BAB IV PENUTUP................................................................................. 9

A. Kesimpulan............................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan
orang lain dengan menggunakan ketentuan syari’at islam. Kegiatan ijarah ini tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun
masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu kita harus mengetahui apa pengertian dari
ijarah yang sebenarnya, rukun dan syarat ijarah, dasar hukum ijarah, manfaat ijarah
dan lain sebagainya mengenai ijarah. Karena begitu pentingnya masalah tersebut
maka permasalahan ini akan dijelaskan dalam pembahasan makalah ini

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas bisa memunculkan beberapa pertanyaan yang penting
untuk dibahas diantaranya ;aa
1.      Apa yang dimaksud dengan Ijarah dan Landasan Syara’?
2.      Apa saja yang menjadi Rukun dan syarat Ijarah?
3.      Apa saja sifat dan hukum Ijarah?
4.      Apa permasalahan yg kadang terjadi pada ijarah?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui bagaimana pengertian Ijarah dan landasannya.
2.         Untuk mengetahui Rukun dan syarat-syarat Ijarah
3.         Untuk mengetahui sifat dan hukum Ijarah.
4.         Untuk mengetahui lain hal mengenai Ijarah.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ijarah

Sebelum dijelaskan pengertian sewa menyewa dan upah atau ijarah, terlebih
dahulu akan dikemukakan mengenai makna operasional ijarah itu sendiri. Idris
Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqih syafi’I berpendapat ijarah berarti upah
mengupah.1 Hal ini terlihat ketika beliau menerangkan rukun dan syarat upah
mengupah, yaitu mu’jir dan musta’jir (yang memberikan upah dan yang menerima
upah), sedang kan Nor Hasanuddin sebagai penerjemah Fiqih Sunnah karya Sayyid
Sabiq menjelaskan makna ijarah dengan sewa menyewa.2
Dari dua buku tersebut ada perbedaan terjemahan kata ijarah dari bahasa Arab
kedalam bahasa Indonesia. Antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna
operasional, sewa biasanya digunakan untuk benda, seperti “seorang mahasiswa
menyewa kamar untuk tempat tinggal selama kuliah”, sedangkan upah digunakan
untuk tenaga, seperti “para karyawan bekerja dipabrik dibayar gajinya (upahnya) satu
kali dalam seminggu”.
Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya
ialah al-iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah ganti dan upah.
Sedangkan menurut Rahmat Syafi’I dalam fiqih Muamalah ijarah adalah ‫بيع المنفعة‬
(menjual manfaat).3 Sedangkan menurut terminologinya terdapat beberapa pendapat.
a)      Menurut Hanafiyah : 4
Artinya : “ Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti “
b)      Menurut Asy-Syafiiyah5
‫وم‬TTTTTTTTTTTTTT‫وض معل‬TTTTTTTTTTTTTT‫ذل واإلباحة بع‬TTTTTTTTTTTTTT‫ودة معلومة مباحة قابلة للب‬TTTTTTTTTTTTTT‫عقد على منفعة مقص‬
Artinya : “Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu Dan
mubah , serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
c)      Menurut Malikiyah6 Dan Hambali7
Artinya : Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu
dengan pengganti. Ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual beli jasa ( Upah-
mengupah ), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang
1 Idris Ahmad, Fiqh al-Syafi’iyah (Jakarta: Karya Indah. 1986) h. 139
2 Sayyid Sabiq , Fiqhus Sunnah, terjemah Nor Hasanuddin (Jakarta: Pena Pundi Aksara.
2004) h. 203
3 Rahmat Syafi’I, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia. 2004) h. 121
4 Alauddin Al-Kasani, Badai’ Ash Shanai’ fi taqrib asy Shafii. Juz iv, hlm. 174
5  Muhammad Asy-Syarbini, Mugni, Juz 11, hal 332
6 Syarh Al-Kabir Li Dardir, juz IV, hlm 2
7  Ibn Qudamah, Al-Mugni, juz V, hlm.398
3

menerjemahkan sewa menyawa, yakni mengambil manfaat dari barang. Jumhurul


ulama’ beerpendapat ijarah adalah menjual manfaat Dan yang boleh di sewakan Dan
yang boleh di sewakan adalah manfaatnya bukan bendanya8.
Dalam syari’at Islam ijarah adalah jenis akad untuk mengambil manfaat dengan
kompensasi.9
Sedangkan menurut Sulaiman Rasjid mempersewakan ialah akad atas manfaat
(jasa) yang dimaksud lagi diketahui, dengan tukaran yang diketahui, menurut syarat-
syarat yang akan dijelaskan kemudian.10
B.     Landasan Syara’

Hampir semua ulama’ ahli fiqih sepakat bahwa jahrah di isyaratkan dalam islam. Ada
golongan yang tidak menyepakatinya seperti Abu Bakar Al-Ashan, Ismail Ibn Aliyah, Hasan
Al-Bisri, Al-Qasyani, Nahrawi Dan Ibn kaisan.
Jumhurul ulama’ berpendapat ijarah di syariatkan berdasarkan.

a)                  Al-Qur’an

Artinya : Jika mereka menyusukan ( anak-anakmu ) untukmu, maka berikanlah mereka


upahnya. Qs. Thala : 6

b)                  As-Sunnah

Artinya : Berilah upah pekerja sebelum keringatnya jering. Hr Ibnu Majah dari Ibn Umar

c)                  Ijma’

Umat islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah di bolehkan sebab
bermanfaatkan bagi manusia.11

C.     Rukun Ijarah

Menurul Jumhurul ulama’ rukun ijarah ada 4 ( Empat ), yaitu :

a)      Aqid ( orang yang aqad )

b)      Shighat akad

c)      Ujrah ( Upah )

d)     Manfaat

D.    Syarat Ijarah

8 Ibn Abidin, Radd Al- Mukhtar Ala Dur Al-Mukhtar, juz IV, hlm 110
9 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah ……, h.203
10 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1994) h. 303
11  Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Dan Nasa’ dari said ibn Abi Waqash
4

Syarat ijarah terdiri empat macam sebagaimana syarat dalam jual beli yaitu:

1)      Syarat terjadinya akad

      Syarat in’inqod ( terjadinya akad ) berkaitan dengan aqid, zat akad, Dan tempat akad.

2)      Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz )

      Agar ijarah dapat terlaksanakan, barang harus dimiliki oleh aqid, atau dia memiliki
kekuasaan penuh untuk akad ( ahliyah )

3)      Syarat sah ijarah

      Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan aqid ( orang yang aqad ), ma’qud alaih
( barang yang menjadi obyek aqad ), ujrah ( upah ), Dan zat akad ( nafs al-aqad ) yaitu :

a)      Adanya keridhaan dari kedua pihak yang akad

b)      Ma’qud alaih bermanfaat dengan jelas

c)      Maqud alaih ( Barang ) harus dapat memenuhi secara syara’

d)     Kemanfaatkan benda di bolehkan menurut syara’

e)      Tidak menyewa untuk pekerjaan yang di wajibkan ke padanya

f)       Tidak mengambil manfaat dari diri orang yang di sewa

g)      Manfaat ma’qud alaih sesuai keadaan yang umum

4)      Syarat Kelaziman

      Syarat kelaziman ijarah terdiri atas dua hal yaitu :

a)      Ma’qud Alaih ( barang sewaan ) terhindar dari cacat

b)      Tidak ada udzur yang dapat membatalkan akad

E.     Sifat dan Hukum Ijarah

1)      Sifat Ijarah

Menurut ulama’Hanafiyah, ijarah adalah akad lazim yang di dasarkan pada firman Allah
SWT yang boleh di batalkan .12

Sebaliknya, Jumhur Ulama’ berpendapat bahwa ijarah adalah akad lazim yang tidak
dapat di batalkan, kecuali dengan adanya sesuatu yang merusak penemuhannya, seperti
hilangnya manfaat.

12  Ibid, juz Iv hlm. 201


5

Berdasarkan dua pandangan di atas, menurut ulama’ Hanafiyah, Ijarah batal dengan
meninggalnya. Salah seorang yang akad Dan tidak dapat di alihkan ke pada ahli waris,
adapun menurut jumhur ulama’ Ijarah tidak batal, tetapi berpindah kepada ahli warisnya. 13

a)      Hukum ijarah

        Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa, Dan tetapnya upah
bagi pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih, sebab ijarah termasuk jual beli
pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.

F.     Pembagian dan Hukum Ijarah

Ijarah terbagi 2 ( Dua ) yaitu Ijarah terhadap benda atau sewa menyewa, dan ijarah atas
pekerjaan atau upah mengupah.

1)      Hukum sewa menyewa

Di Bolehkan ijarah atas barang mubah seperti, rumah, kamar, dan lain-lain. Tetapi di
larang ijarah terhadap benda-benda yang di haramkan.

2)      Hukum upah Mengupah

Upah mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual beli jasa. Biasanya berlaku dalam
beberapa hal, seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, Dan lain-lain, ijarah ‘ala al-
a’mal terbagi menjadi dua bagian yaitu:

Ijarah KhususIjarah Khusus adalah ijarah yang di lakukan oleh seorang pekerja.
Hukumnya orang yang bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah
memberikan upah.

a)      Ijarah  Musytarik

Ijarah Musyatarik adalah ijarah yang di lakukan secara bersama-sama atau melalui kerja
sama hukumnya di perbolehkan bekerja sama dengan orang lain.

3)      Gugurnya Upah

Para Ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan upah bagi Ajir, apabila barang yang
di tangannya rusak.

Menurut ulama’ Syafi’iyah, jika bekerja di tempat yang di miliki oleh penyewa, ia tetap
memperoleh upah. Sebaliknya, apabila barang berada di tangannya, ia tidak mendapatkan
upah. 14

13  Ibn Rusyd, Op.Cit, juz II. hlm 328


14  Asy-syirazo, Op Cit, juz I, hlm 409
6

Pendapat ulama’ syafi’iyah tersebut senada dengan pendapat ulama’ 15 Hambali. Ulama’


Hanafiyah juga sama pendapatnya seperti pendapatnnya ulama’ Hambali.

BAB III
ANALISA

15 Ibn Qudamah, Op Cit, juz V, hlm 487


7

G.    Permasalannya

Berdasarkan hal itu, menyewakan pohon agar dimanfaatkan buahnya hukumnya tidak
sah karena pohon itu sendiri bukan keuntungan atau manfaat. Demikian juga menyewakan
dua jenis mata uang (emas dan perak), makanan untuk dimakan, barang yang dapat ditakar
dan ditimbang. Alasannya semua jenis barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan kecuali
dengan mengkonsumsi bagian dari barang tersebut. Hukum sewa juga diberlakukan atas
sapi, domba atau unta untuk diambil susunya. Akad sewa mengharuskan penggunaan
manfaat dan bukan barang itu sendiri.

Suatu manfaat, terkadang berbentuk manfaat atas barang, seperti rumah untuk
ditempati, mobil untuk dikendarai. Kadangkala dalam bentuk karya seperti karya seorang
arsitek, tukang tenun, penjahit. Apabila akad sewa diputuskan, penyewa sudah memiliki hak
atas manfaat dan pihak yang menyewakan berhak mengambil kompensasi sebab sewa
adalah akad mu’awwadhah timbal balik.16

  Cara memanfaatkan barang sewa’an

a)      Sewa Rumah

      Jika seseorang menyewa rumah, di perbolehkan untuk memanfaatkannya sesuai


kemanfaatannya, bahkan boleh di sewakan lagi atau di pinjamkan pada orang lain.

b)      Sewa Tanah

      Sewa tanah di haruskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan di tanam atau
bangunan apa yang di bangun.

c)      Sewa Kendaraan

      Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus di jelaskan salah
satu di antara dua hal waktu dan tempatnya. Juga harus di jelaskan barang yang akan di
bawa atau benda yang akan di angkut.

d)     Perbaikan barang sewaan

      Menurut ulama’ Hanafiyah, jika barang yang di sewakan rusak seperti pintu rusak, atau
dinding jebol dan lain-lainnya maka pemiliknya yang wajib memperbikinya.

e)      Kewajiban penyewa setelah habis masa sewa

      Di antara kewajiban penyewa setelah masa sewa habis adalah

  Menyerahkan kunci jika yang di sewakan rumah

16  Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah ……, h.20


8

  Jika yang di sewakan kendaraan, ia harus menyimpan kembali di tempat asalnya.

BAB IV
PENUTUP
9

A.    Kesimpulan

1.      Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al-
iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah ganti dan upah.

2.      Rukun Ijarah Menurul Jumhurul ulama’ rukun ijarah ada 4 ( Empat ), yaitu Aqid ( orang yang
aqad ), Shighat akad, Ujrah ( Upah ) dan Manfaat

3.      Syarat ijarah terdiri empat macam sebagaimana syarat dalam jual beli yaitu, Syarat
terjadinya akad, Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz ), Syarat sah ijarah, Dan Syarat
Kelaziman.

4.      Sifat Ijarah Menurut ulama’Hanafiyah, ijarah adalah akad lazim yang di dasarkan pada
firman Allah SWT yang boleh di batalkan.

5.      Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa, Dan tetapnya upah bagi
pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih.

6.      Ijarah terbagi 2 ( Dua ) yaitu Ijarh terhadap benda atau sewa menyewa, Dan ijarah atas
pekerjaan atau upah mengupah.

7.      Di Bolehkan iijarah atas barang mubah seperti, rumah, kamar, Dan lain-lain. Tetapi di larang
ijarah terhadap benda-benda yang di haramkan.

8.      Menurut ulama’ Syafi’iyah, jika bekerja di tempat yang di miliki oleh penyewa, ia tetap
memperoleh upah. Sebalinya, apabila barang berada di tangannya, ia tidak mendapatkan
upah.
10

Daftar Pustaka

Alauddin Al-Kasani, Badai’ Ash Shanai’ fi taqrib asy Shara’i, Sirkah Al-


Mathbu’ahh, Mesir.
Ahmad, Idris, 1986. Fiqh al-Syafi’iyah,Jakarta: Karya Indah
Syafi’I, Rahmat, 2004. Fiqh Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia
Rasjid, Sulaiman, 1994. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensind
Ibn Rusyd Al –Hafizh, Bidayah Al-Mujtahid wa An-Nihayah Al-Mustashid,
Beirud, Dar Al-Fikr.
Ibn Abidin, Radd Al- Mukhtar Ala Dur Al-Mukhtar, Al Maimunah, Mesir
Ibn Qudamah, Al-Mugni, Mathba’h Al-Imam, Mesir.
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni.
Sabiq, Sayyid, 2004. Fiqhus Sunnah, terjemah Nor Hasanuddin, Jakarta: Pena Pundi
Aksara

Anda mungkin juga menyukai