Anda di halaman 1dari 3

1.

Landasan Historis Pancasila


a. Pada Masa Orde Lama : Pancasila ditafsirkan dengan Nasionalis, Agama, dan
Komunis(NASAKOM) yang disebut juga Tri Sila, kemudian diperas lagi menjadi Eka
Sila(gotong royong)
b. Pada Masa Orde Baru : Pancasila harus dihayati dan diamalkan dengan berpedoman kepada
butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila(P4) yang menyebabkan perbedaan nilai-nilai
Pancasila yang sesungguhnya. Oleh sebab itu timbul tuntuan reformasi segala bidang. MPR
mellaui ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998 tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara, yang mengandung makna ideologi nasional sebagai cita cita dan tujuan negara.
c. Di bawah Pemerintahan Jokowi : membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi
Pancasila (UKP-PIP) yang didirikan tahun 2017 melalui PerPres No 54 Tahun 2017 tentang
Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Lembaga ini merupakan unit kerja yang
melakukan pembinaan Ideologi Pancasila dengan tugas membantu presiden dalam
merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pancasila dan melaksanakan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh
dan berkelanjutan. Kemudian pada 1 Juni 2016 telah mengeluarkan Keputusan Presiden
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila yang menetapkan, bahwa pada tanggal 1
Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
2. Landasan Yuridis
- Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang meligimitasi Pend.Pancasila dapat dilihat
dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (1) dan ayat (3).
- Perkembangan landasan Yuridis mengenai Pend.Pancasila sebagai norma dasar dan dasar NRI
yang berlaku adalah Pancasila yang terutuang dalam Pembukaan UUD 1945 junctis Keputusan
Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959 mengenai Dekrit Presiden RI/ Panglima Tertinggi Angkatan
Perang tentang Kembali Kepada UUD NRI Tahun 1945.
3. Sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi,
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi, status Pendidikan Pancasila
dari kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk
setiap program studi dan bersifat nasional.
4. Bangsa Indonesia yang pluralis
- Landasan Sosiologis
5. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
6. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
a. memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui revitalisasi
nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara;
b. memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada
mahasiswa sebagai warga Negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
c. mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap berbagai
persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem pemikiran yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945:
d. membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai Ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat
madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu
berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal
masyarakat bangsa Indonesia.
7. Perbedaan Pancasila menurut piagam Jakarta dan UUD 1945

Piagam Jakarta UUD 1945


a. Ketuhanan dengan Kewajiban a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menjalankan Syariat Islam bagi b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Pemeluk-pemeluknya. c. Persatuan Indonesia.
b. Kemanusiaan yang Adil dan d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Beradab. Kebijaksanaan dalam
c. Persatuan Indonesia. Permusyawaratan/Perwakilan.
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Hikmat Kebijaksanaan dalam Indonesia.
Permusyawaratan Perwakilan.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
8. Eka Prasetya Panca Karsa
- Pada tanggal 22 Maret 1978 ditetapkan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman,
Penghayatan, Pengamalan, Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa).
9. Pancasila Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakekatnya merupakan satu kesatuan dari filsafat Negara Indonesia
yang terdiri dari 5 sila yang masing-masing merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian, sila-
sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan , yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian
yang mutlak) dari Pancasila, maka Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.
Oleh karena sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan hakekat manusia monopluralis yang
merupakan kesatuan organis, maka sila-sila Pancasila yang memiliki kesatuan yang bersifat organis
pula.
10. Pancasila yang bersifat Hierarkis dan berbentuk Piramidal
Susunan Pancasila adalah hierarhis dan mempunyai bentuk pyramid. Dan dilihat dari inti isinya
urutan2lima sila Pancasila menunjukkan satu rangkaian urutan dalam luas pengertian (kuantitas) dan
isi pengertian kualitas) yang berjenjang:
- Sila I, meliputi dan menjiwai Sila II, III, IV dan V
- Sila II, dijiwai, dan diliputi Sila I menjiwai Sila III,IV dan V
- Sila III, dijiwai dan diliputi Sila I dan II menjiwai IV dan V
- Sila IV, dijiwai dan diliputi Sila I, II dan III menjiwaai Sila V
- Sila V, dijiwai dan diliputi Sila I,II, III dan IV
11. Filsafat sebagai jati diri bangsa
Pancasila pada hakekatnya adalah sistim nilai (Value System) yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaan luar yang ssuai, sehingga secara keseluruhabn terpadu menjadi kebudayaan bangsa
Indonesia.
Tata nilai yang mendukung tata kehidupan social dan tata kehisupan kerohanian bangsa yang
memberi corak, watak dan ciri masyarakat Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan
bangsa lainnya, yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.
12. Hal 10
13. Hal 19
14. Hal 25
15. Hal 53
16. Hal 62
17. Empat Tingkatan Nilai :
a. Nilai Nilai Kenikmatan : nilai nilai yang mengenakkan atau tidak mengenakkan yang
menyebabkan orang senang atau tidak senang
b. Nilai nilai Kehidupan : Nilai nilai yang penting bagi kehidupan misalnya kesehatan, kesegaran
jasmani, dan kesejahteraan umum.
c. Nilai nilai kejiwaan : keindahan, kebenaran, dan pengetahuan umum yang dicapai dalam
filsafat.
d. Nilai-nilai kerohanian : suci dan tidak suci
18. Perbedaan norma dan etika
- Etika : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (ahlak).
- Norma : pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia harus
bertingkah laku dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri
19. Pembagian Kaidah
a. Tata Kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagoi menjadi Kaidah Kepercayaan atau
Keagamaan dan Kaidah Kesusilaan
b. Tata Kaidah dengan aspek kehidupan antarpribadi yang dibagi menjadi Kaidah sopan santun
atau adat dan Kaidah Hukum
20. Perbedaan Kaidah dilihat dari sifat isi kaidah
a. Internal (dari dalam) : diperhatikan niat yang mendorongnya
b. Eksternal (dari luar) : dilaksanakan dengan smepurna, asal saja tampak keluar seseorang
melaksanakannya, tanpa diperhatikan motif pendorongnya.
c. Otonom : tetap mengikat manusia dan harus ditaati
d. Heteronom : berlaku jika manusia hidup bermasyarakat

Anda mungkin juga menyukai