Anda di halaman 1dari 3

Bajawa Seribu Lembah Berhias Awan

Menempuh kurang lebih dua jam tiga puluh menit ke arah barat kota Ende kita akan menemukan
kota Bajawa ibu kota kabupaten Ngada NTT, Letaknya di pulau Flores. Sepanjang perjalanan, medan
yang dilaluinya berupa tikungan-tikungan tajam, saat melintasinya saya merasa sedang berada di
sepanjang jalan cadas pangeran kota sumedang Jawa Barat malahan terasa lebih dahsyat karena
lintas Bajawa ini sepanjang perjalanannya tikungan tajam dan tidak ditemui jalanan lurus, sepertiga
bagian sisi kirinya laut dan bagian lainnya lagi tebing-tebing adakalanya jurang.

Saat masuk kota Bajawa udara dingin mulai terasa, sangat berbeda dengan kupang yang panasnya
luar biasa. Dari ketinggian kota Bajawa terlihat indah, bentuknya seperti berada di tengah-tengah
cekungan yang dikelilingi gunung-gunung. Hamparan hijau bergelombang bak layaknya karpet yang
terbentang tidak merata telah menjadi penghias kota ini. Kota Bajawa kecil sekali, tampak dari
kejauhan bangunan-bangunan yang berdiri tidak banyak, saat melihat kota ini dari kejauhan terlintas
dalam pikiranku pasti kotanya sepi. Oya sepanjang memasuki wilayah Bajawa akan ditemui pohon-
pohon bambu, menurut penjelasan pak su, Bajawa salah satu kabupaten penghasil bambu, kualitas
bambunya bagus dan besar-besar, banyak bambunya yang diekspor malah menurut keterangan pak
su penanaman bambu di kota ini sering digalakkan sampai ke desa-desa bahkan beliau pernah
menjadi bagian dalam meneliti bambu Bajawa ini.

Kota ini kusambangi atas ajakan pak su sekaligus karena ingin mengunjungi saudara sepupu pak su
yang baru dipindah tugaskan ke kota ini dua minggu lalu yang sebelumnya bertugas di Bandung,
akhirnya ada pula yang mengikuti jejak pak su bertugas di wilayah NTT padahal pak sudah ingin
segera pindah, karena dua puluh tahun rasanya cukup merantau di Timor.

Tidak ingin membuang waktu, setelah puas bertemu dan mengobrol akhirnya kami pun meminta ijin
saudara untuk berkeliling kota dan berwisata, gayung pun bersambut, saudara memfasilitasi
semuanya. Incaran pertama kami di kota ini adalah wolobobo si negeri di atas awan, dengan jarak
tempuh sekitar dua puluh menit dari pusat kota, menuju ke sana perjalanannya naik turun, berkelok
dan ruas jalan menuju lokasi cukup sempit, sisi kiri kanannya berhias pepohonan bambu dan pinus.
Kami pun sampai ke tujuan, kendaraan para wisatawan sudah banyak di sana hampir saja tak
kebagian tempat parkir, tiket masuk kawasan ini cukup dengan Rp.5.000,- , murah kan? tidaklah
salah jika banyak orang menjuluki wolobobo dengan sebutan negeri di atas awan karena baru saja
masuk kawasan ini, di bagian sisi kanan kami pun langsung disambut dengan gulungan awan yang
seolah sedang membuka kota Bajawa yang sebelumnya tertutup awan. Awan perlahan bergerak
sedikit demi sedikit berjalan ke arah kiri sampai kota Bajawa terlihat kembali. Keadaan ini terus
berulang setelah lima atau sepuluh menit kemudian awan kembali menutupi kota lalu bergerak
terbuka lagi, begitu seterusnya. Wah....indahnya, serasa ada di negeri dongeng. Awan muncul bak
asap rokok yang ditiup, kemunculannya ada di beberapa titik sehingga dengan cepat menutupi jagat
kota Bajawa, di bagian sisi kiri kami menemukan lembah yang cukup dalam terhias tebing-tebing
natural, otakku langsung teringat pada buku-buku siroh nabi yang dalam perjalanan dakwahnya
banyak dikisahkan tentang lembah-lembah dan bukit-bukit sebagai tempat persinggahannya. Saat
kami menuju pulang, orang lain malah banyak berdatangan menurut salah seorang pengunjung yang
kebetulan beliau bertugas di dinas pariwisata setempat menyampaikan semakin sore pengunjung
akan semakin banyak karena ingin menikmati indahnya sunset dari puncak wolobobo.

Setelah menikmati keindahan puncak wolobobo kami pun diajak mengunjungi kampung adat bena
yang terletak di bagian lembahnya dengan jarak tempuh sekitar dua puluh menit dari puncak.
Kampung bena adalah perkampungan megalithikum dengan view gunung inerie, kampung adat ini
pemuja para dewa, konon katanya masyarakat ini pemuja gunung, mereka meyakini ada kekuatan
dan kehebatan di baliknya. Kampung ini menjadi tempat langganan bagi wisatawan jerman dan
italia. Bagi kami yang berkeyakinan Islam tentu sangat bertolak belakang, namun hidup adalah
pilihan dan setiap manusia berhak memilih jalan atas kehidupannya kini dan nanti, yang pasti naluri
manusia pastinya akan membutuhkan dzat yang Maha Kuasa dan lebih hebat darinya.

Malam pun tiba rasa dingin menusuk hingga sum-sum tulang mata susah terpejam karena dinginnya
cuaca ditambah lagi rintik hujan yang membersamai serta rasa ingin menulisku muncul seketika.
Mataku semakin lelah kuputuskan untuk beristirahat namun dini hari pun terbangunkan karena
dingin, ingin rasanya kubentangkan kembali selimut namun itu bukanlah suatu yang elok.
Kuberanikan kaki menapaki lantai lalu menuju kamar mandi. Wow...dinginnya bagai air es apalagi
kalau di Ruteng kota sebelah barat Bajawa pasti lebih dingin lagi. Sayangnya, kami tidak bisa
melanjutkan perjalanan menuju arah barat Bajawa, sebab petualangan akan berlanjut ke bagian
timur Ende. Disana ada kota Maumere dan Larantuka.

Anda mungkin juga menyukai