Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas diatur dalam SAS 107 (AU 312), yaitu
Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan tersebut adalah
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.
Faktor-Faktor Kualitatif yang Juga Mempengaruhi Materialitas: Jenis salah saji tertentu
mungkin lebih penting bagi para pemakai dibandingkan salah saji lainnya, sekalipun
nilai dolarnya sama, sebagai contoh :
Auditor dapat menemukan salah saji jumlah dalam akun. Salah saji yang ditemukan
dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Salah saji yang diketahui (known misstatement), adalah salah saji dalam akun yang
jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor
2. Salah saji yang mungkin (likely misstatement)
Terbagi menjadi dua jenis:
a) Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya, perbedaan estimasi penyisihan
untuk piutang tak tertagih atau kewajiban garansi.
b) Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Contohnya, asumsikan auditor menemukan 6 salah saji yang dilakukan oleh klien
dalam sampel yang terdiri atas dua ratus barang ketika menguji biaya persediaan.
Auditor menggunakan salah saji tersebut untuk mengestimasi total salah saji yang
mungkin dalam persediaan. Total ini disebut “estimasi” atau “proyeksi” atau
“ekstrapolasi” karena hanya sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi.
Estimasi salah saji yang diproyeksikan ini disyaratkan oleh SAS 111 (AU 350).
Jumlah salah saji yang diproyeksikan untuk setiap akun digabungkan dalam
kertas kerja dan kemudian gabungan salah saji yang mungkin ini dibandingkan
dengan materialitas.
1. Risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk), adalah risiko bahwa
bukti audit untuk suatu tujuan audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi
materialitas kinerja. Risiko deteksi yang direncakan menentukan jumlah bukti
subtantif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan
dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan
dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai
rencana pengurangan resiko itu.
2. Risiko inheren (Inherent Risk) mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi
salah saji yang material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian
internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar aka nada salah saji,
dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa
risiko inheren adalah tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan
resiko inheren karena pengendalian internal ini diperhitungkan secara terpisah
dalam model resiko audit sebagai risiko pengendalian.
3. Risiko pengendalian (control risk) mengukur penilaian akhir mengenai risiko
bahwa salah saji material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah
atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. Semakin efektif
pengendalian internal, semakin rendah factor resiko yang dapat ditetapkan untuk
resiko pengendalian.
4. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk), adalah ukuran kesediaan
auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji
yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan. Sering kali, auditor menyebut istilak audit assurance (yang juga
disebut assurance keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang
dapat diterima. Audit assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan
pelengkap risiko audit yang dapat diterima, yaitu 1-risiko audit yang dapat
diterima. Dengan kata lain risiko audit yang dapat diterima sebesar 2% atau sama
dengan audit assurance sebesar 98%.
Konsep materialitas dan risiko dalam audit berkaitan erat dan tidak terpisahkan. Risiko
adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas mengukur besarannya. Keduanya
mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.
1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat resiko yang tepat.
2. Auditor harus mempertimbangkan smapak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti
tanpa menggunakan model resiko audit.