Abstract: This study aims to analyze the characteristics of the learning media in
Vocational Education based on the principles of their comparative forms of
multimedia and student motivation toward learning media based on differences of
learning styles. The study is expost facto research and included 142 samples with
distinguished in the groupV- LS, A-LS and K-LS, using instruments PHEAA. The
Motivation measured with IMMS Model of Keller and analyzed using One-way
ANOVA. The study states that are used instructional media quite good from the
aspect of content, unless the practice questions are still relatively lacking.
However, from the aspect of their eligibility multimedia form is still relatively very
low and many weaknesses of the learning media used. The motivation of students to
learning based on multimedia is high. Students with verbal learning styles have the
highest motivation than those auditory and kinesthetic. The study recommends the
need for training teachers to develop a viable multimedia learning in order to
improve the quality of learning.
Tabel 2. Justifikasi Kelayakan Multi- semua di atas skor rerata ideal (108) dari
media skor maksimum ideal 180.
Mean
Prinsip RB skor Interpretasi Tabel 3. Deskripsi Data Motivasi Siswa
Multimedia 6,20 Baik Berdasarkan Gaya Belajar
Spatial 5,70 Cukup Gaya Bljr N Mean SD Min Max
Temporal 3,45 Kurang Verbal 72 154,29 10,324 122 172
Modality 4,15 Cukup Auditori 46 140,48 11,737 108 163
Redundancy 4,50 Cukup Kinestetik 24 128,54 15,907 98 162
Coherency 4,25 Cukup Total 142 145,46 15,348 98 172
Personalize 3,30 Kurang
Interactivity 2,15 Kurang Siswa dengan gaya belajar verbal
Signinaling 4,40 Cukup mempunyai motivasi paling tinggi
Diff.Individual 2,30 Kurang dibandingkan dengan kelompok siswa
Justifikasi kelayakan media dengan gaya belajar auditori,dan
instruksional berdasarkan prinsip-prinsip kelompok kinestetik adalah paling rendah
rekabentuk multimedia tergolong sangat dari dua kelompok lainnya. Perbedaan
rendah. Hanya pada prinsip multimedia tingkat motivasi ARCS siswa terhadap
yang tergolong baik, itupun hanya berupa pembelajaran berbasis multimedia
teks dan image sebagai kombinasi bahan dinyatakan signifikan. Setelah melalui uji
yang digunakan dan video yang relevan persyaratan normalitas dan homogenitas,
sangat sedikit sekali bahkan animasi analisis varian membuktikan bahwa
hampir tidak ditemui dalam media. perbedaan motivasi tersebut signifikan
Prinsip spatial, modality, redundansi dan seperti disajikan dalam Tabel 4.
koherensi serta signaling tergolong Tabel 4. Ringkasan Anova Motivasi
cukup. Prinsip ini diimplementasikan IMMS
dalam bentuk keterangan pada gambar, Sum of Mean
narasi video dan pemberian isyarat (klu) Motivasi Squares df Square F Sig.
pada bahagian penting dari bahan, Between 13627,01 2 6813,51 48,35 0,00
meskipun masih sangat minim dari segi Groups
Within
kuantitas dan kualitasnya. Sedangkan Groups 19586,31 139 140,91
aspek lainnya seperti temporal, personal, Total 33213,32 141
interaktivias dan perbedaan individu
tergolong kurang. Tingginya motivasi dari kelompok
siswa dengan gaya belajar verbal
Kelemahan pada aspek prinsip dikarenakan oleh bentuk media
rekabentuk ini sangat menentukan instruksional yang didominasi oleh bahan
efektivitas tidaknya media dalam ajar berbentuk teks dan image. Hampir
menyampaikan bahan kepada siswa. semua media instruksional yang
Sangat kurangnya pengetahuan guru digunakan didominasi oleh paparan
dalam mengembangkan multimedia bahan dalam bentuk teks dan gambar
menjadi penyebab utama sehingga media (image), sedangkan auditori dan video
instruksional yang dikembangkan juga sangat minim sekali. Ini menyebabkan
masih jauh dari syarat kelayakan, apabila daya tarik yang lebih kuat bagi siswa
dilihat dari aspek rekabentuk multimedia. dengan gaya belajar verbal, sebab mereka
Motivasi para siswa terhadap memang lebih efektif belajar melalui
pembelajaran berbasis multimedia secara paparan verbal baik membaca teks
keseluruhan tergolong tinggi, yaitu maupun melalui gambar. Sedangkan
paparan bahan ajar dalam media yang penelitian seperti Digangi (2009) dan
mengandung auditori dan video sangat Gilbert (2005). Sebaliknya jika media
minim sekali bahkan animasi tidak instruksional dikembangkan dengan
terdapat pada sebahagian besar media memperhatikan prinsip-prinsip reka
instruksional yang digunakan sehingga bentuk secara tepat dan mempunyai
motivasi kelompok auditori dan konten yang layak maka akan mampu
kinestettik juga sangat rendah. meningkatkan capaian belajar siswa
Dari aspek konten media dapat secara optimal, seperti temuan penelitian-
dikatakan bahwa media instruksional penelitian sebelumnya (Sriadhi, 2015;
yang digunakan oleh guru dalam proses Sriadhi, 2014; Pranata, 2010; Robert
belajar-mengajar sudah memenuhi Zheng, et al., 2009; Korakakiset al.,
kelayakan dari segi konten atau isi media, 2009).
terutama pada aspek relevansi bahan.
Demikian juga dengan aspek keluasan, D. PENUTUP
kedalaman, bahasa dan sistematika yang Menyikapi hasil penelitia berkenaan
sudah tergolong layak meskipun belum dengan penggunaan media instruksional
dapat dinyatakan sangat baik. Akan tetapi di SMK, dapat dinyatakan bahwa para
dari aspek evaluasi masih tergolong guru umumnya sudah menggunakan
kurang, karena instrumen tes yang multimedia berbasis teknologi informasi.
disusun tidak merefleksikan kaedah yang Akan tetapi sangat disayangkan media
seharusnya dilakukan bagi instrumen tes yang digunakan masih jauh dari tingkat
yang valid dan memenuhi tingkat kelayakan dari aspek reka bentuk,
kesukaran dan daya pembeda yang layak. meskipun dari aspek konten sudah
Kenyataan akan penggunaan media dinyatakan layak. Kurangnya
instruksional yang digunakan adalah pengetahuan guru dalam reka bentuk
masih jauh dari standar yang disyaratkan multimedia menjadi penyebab kurang
dari aspek prinsip reka bentuk layaknya media instruksional yang
pengembangan multimedia menjadi digunakannya dalam proses
temuan cukup serius dan perlu mendapat pembelajaran. Kenyataan ini perlu
perhatian. Jika pengembangan media mendapat perhatian serius demi
tidak memperhatikan prinsip-prinsip reka efektifinya proses pembelajaran.
bentuk multimedia yang semestinya, Langkah yang dapat ditempuh adalah
maka media yang dihasilkan juga tidak memberikan pelatihan penyusunan
akan efektif dalam upaya meningkatkan multimedia instruksional kepada guru-
capaian pembelajaran. Empat prinsip guru agar media instruksional yang
reka bentuk tergolong kurang, lima dikembangkan tidak hanya didominasi
prinsip cukup dan hanya satu prinsip baik teks dan gambar, tetapi juga video dan
adalah indikator ketidaklayakan bagi animasi yang dapat memvisualkan
media instruksional. Kelemahan ini harus peristiwa kompleks menjadi sederhana
disikapi dengan tepat dan segera agar sesuai peristiwa sebenarnya. Ini akan
proses pembelajaran menggunakan media meningkatkan motivasi siswa yang tidak
dapat lebih efektif dan tidak hanya hanya dari kelompok gaya belajar
sekedar menarik perhatian dan minat verbal, tetapi juga auditori dan
siswa. Media seperti ini hanya akan kinestettik sehingga proses pembelajaran
menjadi media hiburan tetapi tidak akan dapat dinikmati secara efektif bagi
berhasil meningkatkan capaian belajar semua siswa guna meningkatkan capain
siswa, seperti dibahas dalam banyak pembelajaran secara optimum.