Anda di halaman 1dari 11

Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

ANALISIS KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN


DAN MOTIVASI BERDASARKAN GAYA BELAJAR
SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Sriadhi
e-mail: Sriadhi01@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik media pembelajaran di


SMK berdasarkan prinsip-prinsip reka bentuk media dan komparasi motivasi siswa
terhadap media pembelajaran berdasarkan perbedaan gaya belajarnya. Penelitian
termasuk exspost facto dengan sampel 142 orang dibedakan dalam kelompok LS-V,
LS-A dan LS-K, menggunakan instrumen PHEAA. Motivasi diukur dengan IMMS
Model Keller dan analisis data menggunakan One-way Anova.Hasil penelitian
menyatakan media pembelajaran yang digunakan tergolong baik dari aspek konten,
kecuali soal-soal latihan yang masih tergolong kurang. Namun dariaspek kelayakan
reka bentuk multimedia masih tergolong sangat rendah dan banyak kelemahan.
Motivasi siswa terhadap pembelajaran berbasis multimedia secara keseluruhan
tergolong tinggi.Siswa dengan gaya belajar verbal mempunyai motivasi paling
tinggi dibandingkan kelompok auditori dan kinestetik. Penelitian
merekomendasikan perlunya pelatihan kepada guru untuk mengembangkan media
pembelajaran yang layak agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kata kunci: media pembelajaran, gaya belajar, prestasi siswa

Abstract: This study aims to analyze the characteristics of the learning media in
Vocational Education based on the principles of their comparative forms of
multimedia and student motivation toward learning media based on differences of
learning styles. The study is expost facto research and included 142 samples with
distinguished in the groupV- LS, A-LS and K-LS, using instruments PHEAA. The
Motivation measured with IMMS Model of Keller and analyzed using One-way
ANOVA. The study states that are used instructional media quite good from the
aspect of content, unless the practice questions are still relatively lacking.
However, from the aspect of their eligibility multimedia form is still relatively very
low and many weaknesses of the learning media used. The motivation of students to
learning based on multimedia is high. Students with verbal learning styles have the
highest motivation than those auditory and kinesthetic. The study recommends the
need for training teachers to develop a viable multimedia learning in order to
improve the quality of learning.

Keywords: learning media, learning styles, student achievement

terutama bagi negara-negara sedang


A. PENDAHULUAN berkembang yang memiliki tujuan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) meningkatkan kehidupan masyarakat
merupakan lembaga penghasil lulusan kelas menengah (Stevenson, 2003;
sebagai tenaga kerja menengah harus Curtis, 2002). Di Indonesia,
menyahuti tuntutan perkembangan ilmu SMKbertujuanuntuk menekan masalah
engetahuan dan teknologi serta pengangguran tenaga kerja aras
kebutuhan stakeholder. Lembaga menengah yang menurut data statistik
pendidikan ini mendapat perhatian lebih, menunjukkan peningkatan tajam(Kamdi,

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 37


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

2012; Tilaar, 2002). Rendahnya meningkatkan mutu pendidikan SMK


kompetensi kerja para lulusan di bawah melalui pembelajaran berbasis
tuntutan stakeholder menjadikan jumlah multimedia berdasarkan gaya belajar
pengangguran semakin meningkat siswa.
(Trisno, 2014). Media pembelajaran diartikan
Permasalahan rendahnyan sebagai pengantar pesan atau bahan ajar
kemampuan lulusan SMK disebabkan dari pendidik kepada peserta didik. Jika
oleh kurangnya fasilitas belajar dan bentuk media lebih dari satu macam
media instruksional di samping disebut juga dengan multimedia.
kelemahan lainnya(Wibawanto, 2014). Pembelajaran berbasis multimedia
Proses belajar-mengajar kurang mengacu kepada teori kognitivisme,
menumbuhkan kesan pengiring yang yang berkembang dengan dua
menyebabkan siswa lebih banyak pendekatan yaitu objektivisme dan
bergulat dengan hafalan daripada konstruktivisme dan melahirkan teori
mengembangkan kemampuan berfikir pemrosesan informasi (Su, 2009;
nalarnya (Wibawanto, 2014). Driscoll, 2005; Ormrod, 2004). Proses
Penguasaan konsep yang lemah turut kognitif terjadi dalam otak manusia
menentukan rendahnya kualitas hasil mulai dari penerimaan, pemrosesan,
belajar karena tidak tersedianya media penyimpanan informasi serta
instruksional yang mampu pemanggilan informasi kembali dari otak
memvisualkan bahan ajar bersifat (Schunk, 2004). Menurut Baddeley, et
abstrak dan konseptual ke dalam bentuk al. (2009) ada empat komponen utama
konkrit yang mudah difahami(Halloun, yang secara terpadu terkait dalam proses
2006; Robert Zheng, et al., 2009). ingatan, yaitu visuospatial sketchpad,
Kurangnya fasilitas dan media episodic buffer, phonological loop dan
pembelajaran menjadikan proses central executive. Beberapa teori
pembelajaran kurang menarik dan berkontribusi besaar dalam pembelajaran
menurunkan motivasi belajar siswa berbasis multimedia. Cognitive Theory
yang berdampak kepada tidak of Multimedia Learning (Clark & Mayer,
tercapainya tujuan pembelajaran 2008) memadukan Cognitive Load
(Sriadhi, 2015; Hakim & Haryudo, Theory dari Sweller, Dual-Coding
2014). Selain itu, gaya belajar siswa juga Theory dari Pavio serta Working
akan menentukan tinggi rendahnya Memory Model dari Baddeley (Mayer,
capaian hasil belajarnya (Tanta, 2010). 2014) menjadi dasar dalam model
Penelitian ini bertujuan pembelajaran berbasis multimedia.
menganalisis karakteristik media Media pembelajaran memiliki peran
pembelajaran yang digunakan di SMK besar dalam menentukan hasil belajar.
berdasarkan prinsip-prinsip reka bentuk Penelitian tentang kontribusi media
multimedia yang harus diperhatikan pembelajaran khususnya bentuk
dalam proses pengembangannya. Selain multimedia untuk meningkatkan hasil
itu, penelitian juga untuk mengetahui belajar dapat dibedakan dalam tiga
komparasi motivasi belajar siswa kelompok, yaitu :
dalamproses belajar mengajar yang 1) Multimedia pembelajaran mampu
menggunakan multimedia instruksional menyederhanakan materi yang
berdasarkan perbedaan gaya belajarnya.
kompleks menjadi sederhana,
Dengan demikian penelitian bermanfaat memvisualkan peristiwa abstrak dan
bagi kebijakan selanjutnya untuk konseptual menjadi konkrit,

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 38


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

membantu siswa lebih mudah bentuk elektronik (e-media) dengan


memahami bahan ajar sehingga memanfaatkan komputer yang
mampu meningkatkan hasil implementasinya dapat dilakukan dalam
belajarnya. Ini akan berhubungan bentuk software multimedia interaktif
dengan gaya belajar siswa, sebab maupun dunia maya (Muhammad Andri,
setiap individu memiliki indra 2005).Multimedia pembelajaran akan
penyeraf informasi yang tidak sama. efektif apabila dalam penyusunannya
Penelitian relevan dengan ini antara mengikuti kaedah-kaedah yang berlaku.
lain ialah Chong Ho Yu et al. Kaedah penyusunan bahan ajar dalam
(2009);Gilbert (2008); Mayer bentuk multimedia tutorial dapat
(2005a); Mayer (2005b); diklasifikasikan dalam enam kelompok,
Merrienboer& Kester (2005); yaitu (1) Classic tutorial; (2) Activity-
Jacobson (2004). centered lessons; (3) Learner-customized
tutorial; (4) Knowledge-paced tutorial,
2) Multimedia pembelajaran mampu
(5) exploratory tutorial dan (6)
mengatasi kelemahan kemampuan
kognitif peserta didik. Media Generated lessons (Thomas, 2004;
pembelajaran dapat memvisualkan Horton, 2000). Masing-masing kaedah
memiliki keunggulan dan penerapannya
bahan ajar yang akan mengurangi
disesuaikan dengan karakteristik peserta
beban kognitif sehingga lebih mudah
didik dan subjek yang diajarkan.
menerima bahan ajar yang pada
Pengembangan multimedia
akhirnya akan meningkatkan hasil
pembelajaran harus didasarkan kepada
belajarnya. Banyak temuan penelitian
prinsip-prinsip rekabentuk sesuai dengan
dan kajian yang relevan dengan itu,
kognitif berfikir otak manusia dalam
antara lain Mulyadi (2010); Robert
memproses informasi. Mayer (2009)
Zheng, et al. (2009); Wouters &
menetapkan 10 prinsip rekabentuk
Merriënboer (2008); Kelly dan Jones
multimedia, yaitu (1) Multimedia
(2007); Ayres dan Sweller (2005).
principle; (2) Spatial principle; (3)
3) Multimedia pembelajaran menyajikan
Temporal principle; (4) Modality
bahan ajar dalam bentuk teks, grafik,
principle; (5) Redundancy principle; (6)
visual, video (movie) dan animasi
Coherency principle; (7) Personal
mampu membangkitkan motivasi
principle; (8) Interactivity principle; (9)
belajar peserta didik sehingga mampu
Pre Training principle; (10) Different
meningkatkan hasil belajarnya,
individual principle.
sebagaimana dinyatakan dalam
banyak kajian dan temuan penelitian, Prinsip rekabentuk multimedia
di antaranya adalah Heck & de Beurs menekankan kepada upaya menjadikan
aktivitas belajar sebagai proses yang
(2009);Korakakis, et al. (2009);
efektif untuk mencapai tujuan secara
Ignacio., Madrid dan Cañas (2009);
optimal(Clarck & Mayer, 2008; Fletcher
Wouters dan Merriënboer (2008);
& Tobias, 2005). Prinsip multimedia
Sweller (2005).
menekankan kepada belajar akan lebih
Pengembangan multimedia instruk- baik jika melalui visual dan kata-kata
sional harus memperhatikan berbagai dari pada hanya melalui kata-kata saja.
aspek. Bahan ajar dapat disusun dalam Penambahan grafik atau gambar visual
bentuk teks, visual maupun auditori dalam teks akan meningkatkan aktivitas
bahkan penggabungan ketiga-tiganya. dan capaian belajar. Selain itu, belajar
Media pembelajaran berkembang dalam akan lebih baik ketika teks dan gambar

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 39


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

berkaitan disajikanterintegrasi daripada (pendengaran). Siswa dengan gaya


dipisahkan. Belajar juga akan lebih baik belajar auditori dapat belajar lebih cepat
jika penjelasan dalam bentuk teks tertulis dengan menggunakan diskusi verbal dan
atau narasi lisan menjelaskan visual mendengarkan apa yang dikatakan oleh
grafik dilakukan pada waktu yang guru. Sedangkan siswa dengan gaya
bersamaan. Penyajian grafik visual yang belajar kinestetik belajar melalui
ditambah dengan penjelasan narasi bergerak, menyentuh, dan melakukan
secara lisan akan lebih baik jika adalah fokusnya dan berkeinginan kuat
seperlunya saja dan tidak berlebihan. untuk beraktivitas dan eksplorasi.
Bahan yang disajikan juga hanya yang Kenyataan di sekolah selalu ada
berkaitan agar tidak membebani kognitif siswa yang memiliki kecenderungan
berfikir untuk bahan yang tidak relevan. menyerap informasi lebih maksimal
Penyajian bahan menggunakan bahasa melalui indra penglihatan (visual), ada
yang mudah difahami dan disertai juga melalui indra pendengaran
dengan tanda-tanda baca untuk menarik (auditori), serta melalui aktivitas fisik
perhatian akan meningkatkan ingatan. dan tubuh (kinestetik). Beberapa siswa
Gaya belajar (learning style) ada juga yang cenderung menggunakan
diartikan sebagai suatu kecenderungan kombinasi dari beberapa gaya belajar
siswa untuk mengadaptasi strategi yaitu menggunakan lebih dari satu gaya
tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk dalam belajar (Saadi, 2014; Halim, 2012;
tanggung jawabnya untuk mendapatkan Landry, 2011),). Jika siswa dipaksa
satu pendekatan belajar yang sesuai untuk belajar dengan cara lain yang tidak
dengan tuntutan belajar (DePorter & sesuai dengan gaya belajarnyaia akan
Hernacki, 2006).Gaya belajar merasa tidak nyaman sehingga bahan
menjelaskan bagaimana individu belajar pelajaran akan sulit diserap.
atau cara yang ditempuh pada proses dan Motivasi diartikan sebagai dorongan
menguasai informasi yang sulit dan baru untuk melakukan sesuatu yang lebih baik
melalui persepsi yang berbeda (Gufron, guna mencapai prestasi. Motivasi juga
2013). Gaya belajar merupakan diartikan sebagai suatu proses dalam diri
kombinasi aktivitas menyerap, mengatur seseorang untuk melakukan sesuatu yang
dan mengolah informasi, yang dapat bermanfaat atau menguntungkan bagi
dikelompokkan dalam tiga macam yaitu organisasi yang meliputi effort,
visual, auditorial, dan kinestetik (De persistance dan direction(Lunenburg &
Porter & Hernacki, 2006).Karena itu Ornstein, 2000). Karaketristik seseorang
gaya belajar merupakan karakteristik yang memiliki motivasi tinggi ditandai
kognitif, afektif dan perilaku dengan beberapa sifat seperti bekerja
psikomotoris, sebagai indikator yang keras, melaksanakan pekerjaannya
relatif stabil dari seseorang. dengan sungguh-sungguh, dan
Siswa dengan gaya belajar visual mengarahkan tingkah lakunya untuk
cenderung fokus kepada mata atau mencapai prestasi tinggi.
penglihatan (visual). Mereka berpikir Berkaitan dengan belajar, motivasi
melalui gambar-gambar dan belajar lebih berperan untuk membangkitkan
cepat dengan menggunakan tampilan- semangat dan minat pelajar para siswa
tampilan visual, diagram, gambar dan agar lebih giat dalam aktivitas
video. Bagi siswa dengan gaya belajar instruksional sehingga mencapai kualitas
auditori akan selalu mengandalkan hasil belajar yang tinggi (Wlodkowski &
kesuksesan belajarnya melalui telinga Jaynes, 2004). Motivasi juga sebagai

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 40


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

kekuatan, dorongan, keperluan, pencapaian hasil (consequence) dan pada


semangat, atau mekanisme psikologi akhirnya akan menentukan kepuasan
yang mendorong pelajar untuk mencapai (satisfaction).Kepuasan yang tinggi akan
hasil tertentu sesuai dengan apa yang membangkitkan motivasi yang lebih
dikehendakinya. Siswa yang mempunyai kuat untuk mengulangi pada masa
motivasi tinggi akan lebih giat belajar berikutnya. Penggunaan multimedia
dan menentukan tingkat keberhasilan instruksional dalam pembelajaran
mencapai tujuan. Motivasi belajar timbul merupakan salah satu cara
karena pengaruh faktor intrinsik dan membangkitkan motivasi siswa guna
faktor ekstrinsik (Uno, 2011). Faktor mencapai hasil belajar optimal (Keller,
intrinsik berupa hasrat dan keinginan 2010).
dari dalam diri siswa untuk berhasil Model ARCS. Usaha (effort),
mencapai tujuan, sedangkan faktor akan mempengaruhi (performance) yang
ekstrinsik merupakan sokongan dari luar akan menentukan pencapaian hasil
sebagai akibat interaksi dengan (conseqence). Ketiga komponen ini
lingkungan yang menumbuhkan dipengaruhi dua aspek iaitu personal
semangat belajar untuk mencapai hasil characteristics dan environtmental
optimal. characteristics, seperti dalam Gambar 1.
Peranan media instruksional sangat
besar dalam membangkitkan motivasi
belajar siswa. Penggunaan multimedia
instruksional akan mengurangi bahkan
menghilangkan perasaan bosan di
kalangan siswa ketika mengikuti
aktivitas pembelajaran dengan metode
konvensional.Menurut Keller (2012)
motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong individu untuk melakukan
apa yang ia inginkan, apa yang mereka
pilih, dan apa yang mereka yakini akan
dicapai. Para psikolog behaviorsukar
menjelaskan pemrosesan informasi, dan Gambar 1.Model Makro Motivasi Keller
mereka meyakini bahwa pengaruh
eksternal akan mengembangkan motivasi B. METODOLOGI PENELITIAN
belajar. Teori ini pula yang menjadi Studi ini termasuk dalam penelitian
dasar dikembangkannya model motivasi exspost facto, dilaksanakan di Sekolah
ARCS (Keller, 2010), yaitu Attention, Menengah Kejuruan (SMK) bidang
Relevance, Confidence, Satisfaction. teknologi di Kota Medan. Para siswa dari
Motivasi dapat dibangkitkan oleh SMK Negeri dan Swasta menjadi
banyak faktor, dan empat faktor responden penelitian dengan sampel
diantaranya ialah perhatian (attention), sebanyak 142orang yang ditetapkan
kesesuaian (relevance), keyakinan secara proporsional. Sampel
(consequence) dan kepuasan dikelompokkan dalam tiga kelas menurut
(satisfaction). Perhatian dan kesesuaian gaya belajarnya, yaitu kelompok visual
akan membangkitkan usaha (effort) yang (LS-V), kelompok auditori (LS-A) dan
akan mempengaruhi prestasi kelompok kinestetik (LS-K). Penetapan
(performance) dan menentukan gaya belajar siswa dilakukan dengan

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 41


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

instrumen dari Education Planner, The Tabel 1. Kelayakan Bahan Media


Pensylvania Higher Education Assistance Kesesuaian Mean
Agency (PHEAA, 2011). Motivasi Bahan skor Interpretasi
terhadap pembelajaran berbasis Relevansi 8,02 Sangat Baik
multimedia diukur melalui motivasi Keluasan 7,25 Baik
ARCS menggunakan Instructional Kedalamanl 6,45 Baik
Material Motivation Scale (IMMS) oleh Contoh/Ilustrasi 6,20 Baik
Keller (1997) yang diterjemahkan ke Bahasa 7.05 Baik
dalam Bahasa Indonesia. Analisis data Evaluasi 5,10 Cukup
diawali dengan analisis deskripsi Sistematika 6,25 Baik
karakteristik media pembelajaran dengan
10 prinsip rekabentuk multimedia Relevansi bahan yang dimuat dalam
sebagai indikator. Selanjutnya analisis media instruksional tergolong sangat
komparasi motivasi IMMS siswa baik, sebab mengacu kepada kurikulum
terhadap multimedia instruksional yang yang digunakan. Sedangkan pada aspek
digunakan berdasarkan gaya belajar, lain tergolong baik kecuali evaluasi yang
menggunakan One-way Anova tergolong cukup. Pemberian soal-soal
(Supranto, 2008). untuk latihan yang dikembangkan kurang
mengacu kepada persyaratan umum
C. HASIL PENELITIAN DAN kelayakan instrumen tes, baik sebaran
PEMBAHASAN aspek yang diujikan, validitas dan juga
Penelitian ini melibatkan 20 orang tingkat kesukaran item soal.
pakar konten untuk memberikan
Dari aspek kelayakan reka bentuk
justifikasi bahan dalam media
multimedia dapat dikatakan bahwa
instruksional yang digunakan. Demikian
media instruksional yang digunakan di
juga 20 orang pakar reka bentuk
SMK masih jauh dari standar yang harus
multimedia untuk justifikasi kualitas
dipenuhi sesuai. Deskripsi indikator
media berdasarkan prinsip-prinsip reka
kelayakan media sesuai prinsip-prinsip
bentuk multimedia. Sedangkan 142 siswa
rekabentuk multimedia disajikan seperti
menjadi responden untuk mengetahui
berikut.
motivasinya terhadap pembelajaran
menggunakan media instruksional.
Justifikasi bahan ajar dalam media
instruksional secara keseluruhan
tergolong baik seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 2. Diagram Skor Prinsip Reka


Bentuk multimedia
Berikut disajikan justifikasi kelayakan
multimedia seperti diperlihatkan pada
Gambar 1. Diagram Skor Bahan Media Tabel 2.

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 42


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

Tabel 2. Justifikasi Kelayakan Multi- semua di atas skor rerata ideal (108) dari
media skor maksimum ideal 180.
Mean
Prinsip RB skor Interpretasi Tabel 3. Deskripsi Data Motivasi Siswa
Multimedia 6,20 Baik Berdasarkan Gaya Belajar
Spatial 5,70 Cukup Gaya Bljr N Mean SD Min Max
Temporal 3,45 Kurang Verbal 72 154,29 10,324 122 172
Modality 4,15 Cukup Auditori 46 140,48 11,737 108 163
Redundancy 4,50 Cukup Kinestetik 24 128,54 15,907 98 162
Coherency 4,25 Cukup Total 142 145,46 15,348 98 172
Personalize 3,30 Kurang
Interactivity 2,15 Kurang Siswa dengan gaya belajar verbal
Signinaling 4,40 Cukup mempunyai motivasi paling tinggi
Diff.Individual 2,30 Kurang dibandingkan dengan kelompok siswa
Justifikasi kelayakan media dengan gaya belajar auditori,dan
instruksional berdasarkan prinsip-prinsip kelompok kinestetik adalah paling rendah
rekabentuk multimedia tergolong sangat dari dua kelompok lainnya. Perbedaan
rendah. Hanya pada prinsip multimedia tingkat motivasi ARCS siswa terhadap
yang tergolong baik, itupun hanya berupa pembelajaran berbasis multimedia
teks dan image sebagai kombinasi bahan dinyatakan signifikan. Setelah melalui uji
yang digunakan dan video yang relevan persyaratan normalitas dan homogenitas,
sangat sedikit sekali bahkan animasi analisis varian membuktikan bahwa
hampir tidak ditemui dalam media. perbedaan motivasi tersebut signifikan
Prinsip spatial, modality, redundansi dan seperti disajikan dalam Tabel 4.
koherensi serta signaling tergolong Tabel 4. Ringkasan Anova Motivasi
cukup. Prinsip ini diimplementasikan IMMS
dalam bentuk keterangan pada gambar, Sum of Mean
narasi video dan pemberian isyarat (klu) Motivasi Squares df Square F Sig.

pada bahagian penting dari bahan, Between 13627,01 2 6813,51 48,35 0,00
meskipun masih sangat minim dari segi Groups
Within
kuantitas dan kualitasnya. Sedangkan Groups 19586,31 139 140,91
aspek lainnya seperti temporal, personal, Total 33213,32 141
interaktivias dan perbedaan individu
tergolong kurang. Tingginya motivasi dari kelompok
siswa dengan gaya belajar verbal
Kelemahan pada aspek prinsip dikarenakan oleh bentuk media
rekabentuk ini sangat menentukan instruksional yang didominasi oleh bahan
efektivitas tidaknya media dalam ajar berbentuk teks dan image. Hampir
menyampaikan bahan kepada siswa. semua media instruksional yang
Sangat kurangnya pengetahuan guru digunakan didominasi oleh paparan
dalam mengembangkan multimedia bahan dalam bentuk teks dan gambar
menjadi penyebab utama sehingga media (image), sedangkan auditori dan video
instruksional yang dikembangkan juga sangat minim sekali. Ini menyebabkan
masih jauh dari syarat kelayakan, apabila daya tarik yang lebih kuat bagi siswa
dilihat dari aspek rekabentuk multimedia. dengan gaya belajar verbal, sebab mereka
Motivasi para siswa terhadap memang lebih efektif belajar melalui
pembelajaran berbasis multimedia secara paparan verbal baik membaca teks
keseluruhan tergolong tinggi, yaitu maupun melalui gambar. Sedangkan

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 43


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

paparan bahan ajar dalam media yang penelitian seperti Digangi (2009) dan
mengandung auditori dan video sangat Gilbert (2005). Sebaliknya jika media
minim sekali bahkan animasi tidak instruksional dikembangkan dengan
terdapat pada sebahagian besar media memperhatikan prinsip-prinsip reka
instruksional yang digunakan sehingga bentuk secara tepat dan mempunyai
motivasi kelompok auditori dan konten yang layak maka akan mampu
kinestettik juga sangat rendah. meningkatkan capaian belajar siswa
Dari aspek konten media dapat secara optimal, seperti temuan penelitian-
dikatakan bahwa media instruksional penelitian sebelumnya (Sriadhi, 2015;
yang digunakan oleh guru dalam proses Sriadhi, 2014; Pranata, 2010; Robert
belajar-mengajar sudah memenuhi Zheng, et al., 2009; Korakakiset al.,
kelayakan dari segi konten atau isi media, 2009).
terutama pada aspek relevansi bahan.
Demikian juga dengan aspek keluasan, D. PENUTUP
kedalaman, bahasa dan sistematika yang Menyikapi hasil penelitia berkenaan
sudah tergolong layak meskipun belum dengan penggunaan media instruksional
dapat dinyatakan sangat baik. Akan tetapi di SMK, dapat dinyatakan bahwa para
dari aspek evaluasi masih tergolong guru umumnya sudah menggunakan
kurang, karena instrumen tes yang multimedia berbasis teknologi informasi.
disusun tidak merefleksikan kaedah yang Akan tetapi sangat disayangkan media
seharusnya dilakukan bagi instrumen tes yang digunakan masih jauh dari tingkat
yang valid dan memenuhi tingkat kelayakan dari aspek reka bentuk,
kesukaran dan daya pembeda yang layak. meskipun dari aspek konten sudah
Kenyataan akan penggunaan media dinyatakan layak. Kurangnya
instruksional yang digunakan adalah pengetahuan guru dalam reka bentuk
masih jauh dari standar yang disyaratkan multimedia menjadi penyebab kurang
dari aspek prinsip reka bentuk layaknya media instruksional yang
pengembangan multimedia menjadi digunakannya dalam proses
temuan cukup serius dan perlu mendapat pembelajaran. Kenyataan ini perlu
perhatian. Jika pengembangan media mendapat perhatian serius demi
tidak memperhatikan prinsip-prinsip reka efektifinya proses pembelajaran.
bentuk multimedia yang semestinya, Langkah yang dapat ditempuh adalah
maka media yang dihasilkan juga tidak memberikan pelatihan penyusunan
akan efektif dalam upaya meningkatkan multimedia instruksional kepada guru-
capaian pembelajaran. Empat prinsip guru agar media instruksional yang
reka bentuk tergolong kurang, lima dikembangkan tidak hanya didominasi
prinsip cukup dan hanya satu prinsip baik teks dan gambar, tetapi juga video dan
adalah indikator ketidaklayakan bagi animasi yang dapat memvisualkan
media instruksional. Kelemahan ini harus peristiwa kompleks menjadi sederhana
disikapi dengan tepat dan segera agar sesuai peristiwa sebenarnya. Ini akan
proses pembelajaran menggunakan media meningkatkan motivasi siswa yang tidak
dapat lebih efektif dan tidak hanya hanya dari kelompok gaya belajar
sekedar menarik perhatian dan minat verbal, tetapi juga auditori dan
siswa. Media seperti ini hanya akan kinestettik sehingga proses pembelajaran
menjadi media hiburan tetapi tidak akan dapat dinikmati secara efektif bagi
berhasil meningkatkan capaian belajar semua siswa guna meningkatkan capain
siswa, seperti dibahas dalam banyak pembelajaran secara optimum.

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 44


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

DAFTRA PUSTAKA Halim, A. (2012). Pengaruh Strategi


Pembelajaran dan Gaya Belajar
Ayres, P. and Sweller, J. (2005). The
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa .
split-attention principle. In
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED
Cambridge Handbook of Multimedia
9(2), 141-158..
Learning, edited by R. E. Mayer,
135–136. Cambridge University Press Hakim, B.R., dan Haryudo,S.I. (2014).
Pengembangan media pembelajaran
Baddeley,A., Eysenck,M. W., &
interaktif animasi flash pada standar
Anderson,M.C. (2009). Memory. New
kompetensi memasang instalasi
York: Psychology Press.
listrik bangunan sederhana. Jurnal
Clark, R., & Mayer, R. E. (2008).e- Pendidikan Teknik Elektro, 3(1), 15-
Learning and the Science of 21.
Instruction (2nd ed.). San Francisco:
Heck, A, Houwing, H, & de Beurs,C.
John Wiley & Sons, Inc.
(2009). An e-class in action:
Chong Ho Yu., Pennell,A.J., Digangi,S. experiences with ICT-intensive
(2009). An exploratory crossover teaching and learning of discrete
study of learner perceptions of use of dynamical models at secondary
audio in multimedia-based tutorial. school. Electronic Journal of e-
Journal Educational Computing Learning, 7, (1), 41 – 52.
Research, 40(1), 23-46.
Helleberg, J.R and Wickens, Ch.D
Curtis, D., & McKenzie, P. (2001). Effects of Data-Link
(2002).Employability skills for Modality and
Australian industry: Literature review
Horton, W. (2000). Designing Web
and framework development.
Based Trainin. New York: John
Canberra: Australian Council for
Wiley & Son Inc.
Educational Research.
Ignacio,R. M., &Canas, J. J.(2009).The
De Potter, B., &Hernacki, M. (2005).
Quantum Learning. Jakarta :Kaifa. effect of reading strategies and prior
knowledge on cognitiveload and
Driscoll, M. P. (2005). Psychology of learning with hypertext.The
Learning for Instruction. Boston: Ergonomics, Open Journal, (2), 124-
MA: Allyn & Bacon Publishers. 132.
Fletcher, J. D., & Tobias, S. (2014). The Jacobson, M. J. (2004). Cognitive
multimedia principle. In Mayer, R. E visualizations and the design of
(ed.). The Cambridge Handbook of learning technologies. International
Multimedia Learning, (pp.117-134). Journal of Learning Technology, 1,
Cambridge, U.K : Cambridge 40-62.
University Press.
Kamdi, Waras. (2012). Integrating
Gilbert, J. K. (2008). Visualization: academic and vocational education in
Theory and Practicein Science Indonesia. International Seminar :
Education. Netherlands: Springer. Reformulating The Paradigm of
Ghufron, M. Nur. 2013. Gaya Belajar Technical and Vocational Education.
Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Makassar, Indonesia, 3-5 Mei 2012.
Pelajar. Keller, J. M. (2010). Motivational
Design for Learning and

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 45


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

Performance.doi: 10.1007/978-1- Mayer, R. E. (2014). Multimedia


4419-1250-3. Learning (2nd ed.). New York:
Cambridge University Press.
Keller, J. M. (2012). Motivational
Design for Learning and Merrienboer, J. J. G.,& Kester, L.
Performance : The ARCS Model (2005). The four-component
Approach. New York: Springer instructional design model :
Science. Multimedia priciples in environment
for complex learning. In Mayer, R. E
Kelly, R.M, and Jones,L.L. (2007).
(Ed.), Multimedia Learning (pp.71-
Exploring how different features of
96). New York: Cambridge
animations of sodium chloride
University Press.
dissolution affect students’
explanations. Journal of Science Ormrod, J. E. (2004). Educational
Education Technology, (16), 413-429. Phsychology. Upper Saddle River.
Korakakis, G., Paylatou, E. A., Palyvos, New Jersey: Prentice Hall.
J. A., &Spyrellis, N. (2009). 3-D Pranata, M. (2004). Efek Redundansi :
visualisation types in multimedia Desain pesan multimedia dan teori
applications for science learning : A pemrosesan informasi. Jurnal
case study for 8th grade in Greece. Nirmana, 6(2), 171-182.
Computer and Education. 52(2), 390-
Robert Zheng, et al, (2009). Effects of
401. multimedia on cognitive load, self-
Landry, John. (2011). Learning styles of efficacy, and multiple rule-based
law enforcement officers: does police problem solving. Journal of
work affect how officers learn?. Educational Technology, 40(5),
http://www.varkearn.com/documents/ 790–803
landry_dissertation_2011.pdf. Schunk, D. H. (2004). Learning Theories
Lunenburg, F.C and Ornstein, A.C : An Educational Perspective (4th
(2000). Educational Adminsitration : ed.). Upper Saddle, New Jersey:
Concept and Practices, (third Merill Prentice-Hall.
edition). Stamford,USA : Wadsworth Sriadhi (2014). Multimedia Ekxploratory
Mayer, R.E (2005a). Cognitive theory of Tutorial Learning (ETL) untuk
multimedia learning. Dalam Mayer, Pembelajaran Pembangkit Energi
R.E (ed). The Cambridge handbook Listrik. Jurnal Proceeding:
of multimedia learning (31-48). New Konferensi Nasional Pengembangan
York :Cambridge University Press. Teknologi Informasidan Komunkasi.
pp. 160-167. ISBN: 979-458-766-6.
Mayer , R.E. ( 2005b). Principles for
reducing extraneous processing in Sriadhi (2015). The Effect of
multimedia learning: Coherence, Exploratory Multimedia Toward
signaling, redundancy, spatial Learning Outcomes of Electrical
contiguity, and temporal contiguity. Power Generation Based on
Dalam R.E. Mayer (Ed.), The Differences of Students’ Spatial
Cambridge handbook of multimedia Ability. International Joint
learning (pp. 183– 200). New York : Conference Indonesia, Malaysia,
Cambridge University Press Bangladesh, Ireland (IJCIMBI) 2015.
UUI, 27-28 April 2015.

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 46


Sriadhi: Analisis Karakteristik Media Pembelajaran… (37 - 47)

Stevenson, J. C. (2003). Examining cognitive load. Review of


cognitive bases for differentiating Educational Research, 78, 645-675.
technology education and vocational Wlodkowski, R.J and Jaynes,J. H (in
education.In Martin, G., & Zulhilmiyasri, 2004). Hasrat untuk
Middleton, H. (Eds.), Initiatives in Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Technology Education – Comparative
Perspectives. Proceedings of the
American Forum (pp.194–206). Gold
Coast, Australia: TFA and CTER.
Su, K. D. (2008). An integrated science
course designed with information
communication technologies to
enhance university students’ learning
performance. Computers and
Education. Article in Press.
www.elsevier.com/locate/compedu.
Supranto, J. (2010). Analisis Multivariat:
Arti dan Interpretasi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sweller, J. (2005). Implication of
cognitive load theory for multimedia
learning. In Mayer, R. E. (ed.). The
CambridgeHandbook of Multimedia
Learning (pp.19-30). New York:
Cambridge University Press.
Tanta. 2010. Pengaruh gaya belajar
terhadap hasil belajar mahasiswa pada
mata kuliah biologi umum program
studi pendidikan biologi Universitas
Cendrawasih. Jurnal Kependidikan
Dasar, 1 (1).
Thomas, K.(2004). Learning Sequences.
New York: Rocky Mountain
Alchemy.
Uno, Hamzah, B (2004). Pengaruh
strategi pegorganisasian pembelajaran
berdasarkan model elaborasi dan gaya
kognitif terhadap hasil belajaran
matematika di SMU. Jurnal
Teknologi Pendidikan,V I, (2), 1-35.
Wouters, P., Paas, F., &Merrienboer, J.
J. G. (2008). How to optimize
learning from animated models: A
review of guidelines based on

EducanduM Volume: VIII Nomor: 2 Edisi: Desember 2015 Page 47

Anda mungkin juga menyukai