Anda di halaman 1dari 9

4

B. Jenis – Jenis Obesitas Pada Remaja

1. Tipe Android (tipe buah apel)

Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan


dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada muka ini
lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal
bersamaan dengan diet dan olah raga yang tepat.

2. Tipe Genoid (tipe buah pear)

Tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut,
pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih sukar
untuk menurunkan berat badan.

C. Gejala Timbulnya Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding


dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan
bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri


punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut
dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif


lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat
dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering
ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah
tungkai dan pergelangan kaki.
5

D. Penyebab Obesitas Pada Remaja

1. Faktor genetic
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya
obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor
genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
2. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,
tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia
dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Misalnya orang yang stress cendrung memilih banyak
makan , dengan anggapan dengan makan tersebut stress nya sedikit
berkurang .
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda
yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang
berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam
pergaulan social
6

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas
yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam
hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya
dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa,
dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada
binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah
dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada
sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di
pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia
pada malam hari.
4. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
 Hipotiroidisme
 Sindroma Cushing
 Sindroma Prader-Willi
 Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak
makan.
5. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.
6. Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
7

7. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah
masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya
lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan
mengalami obesitas.
8. Teknologi
Zaman sekarang teknologilah yang mengambil alih. Ketika orang
harus bersusah payah mencapai sebuah tempat kini hal itu sudah
digantikan dengan sebuah kendaraan bermesin seperti motor dan mobil.
Sehingga orang-orang menjadi bermalas-malas untuk berkeringat.
Kendaraan bermotor hingga kini menjadi sebuah kendala, bukan sehat
yang ada, tapi sumpek yang ada. Orang-orang zaman sekarang sudah
susah untuk berolahraga jarang-jarang ada yang olahraga karena disibukan
oleh pekerjaan mereka tiap harinya. Padahal dengan berjalan kaki ke
tempat tujuan saja itu sudah membakar lemak, tentunya dengan catatan
seberapa jauh dia berjalan dan tanpa disadari dia sedang berolahraga kecil.
Seperti yang kita ketahui, obesitas merupakan gudang penyebab
timbulnya banyak penyakit. Bahkan sebuah studi baru-baru ini
menemukan bahwa obesitas yang dialami remaja selama bertahun-tahun
berisiko meninggal akibat kanker di kemudian hari. Studi ini menemukan
bahwa pria yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas saat usia
remaja, 35 persen lebih mungkin meninggal akibat kanker karena berat
badan yang tak sehat.
Apalagi makanan dan minuman siap antar, dan kurang aktivitas
membuat para remaja rentan terkena obesitas. Dibalik canggihnya
teknologi yang semakin maju ini makanan manusia pun menjadi serba
instan yang mengakibatkan Obesitas. Obesitas juga dapat menyusutkan
8

otak, dengan obesitas memiliki ukuran otak 4-8 persen lebih kecil. Karena,
kelebihan berat badan dapat mengubah cara berpikir manusia. Seperti zat
adiktif, otak akan menginginkan makanan dengan kadar kalori lebih tinggi
dan semakin tinggi.
Adapun cara menentukan derajat obesitas yang paling sering dipakai
adalah dengan mengukur Body Mass Index atau BMI, yaitu dengan
mengukur tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam kilogram),
kemudian membagi berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan.

Lihat Rumus dibawah ini:


BMI = Berat Badan / ((Tinggi Badan (m)) x (Tinggi Badan (m)))

Contoh seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm,
maka didapatkan :
BMI = 70 / (1.6 x 1.6) = 27.3 (Gemuk)

KLASIFIKASI BMI
OBESITAS WHO
POPULER / UMUM (kg/m2)
Underweight Kurus < 18,5
Healthy weight Normal 18,5 – 24,9
Obesitas derajat 1 Overweight / Gemuk 25 – 29,9
Obesitas derajat 2 Obesitas 30 – 39,9
Obesitas derajat 3 Obesitas Morbid / > 40
Berat

E. Dampak Obesitas Pada Remaja


Remaja yang mengalami obesitas ketika dewasa akan menghadapi
masalah kesehatan, antara lain :
9

 Hipertensi
Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah.
Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang
meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas
pembuluh darah mengangkut darah berkurang.Semuanya dapat
menungkatkan tekanan darah.
 Obesitas merupakan Diabetes
Penyebab utama DM t2.Lemak berlebih menyebabkan
resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap
kesehatan
 Penyakit jantung koroner dan stroke
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular
akibat aterosklerosis.
 Apnea tidur
Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang
selanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan
mendengkur berat.
 Asthma
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak
mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.
 Kanker
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya
pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan
kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.
 Penyakit perlemakan hati
Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap
penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD)
10

atau non alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang


menjadi sirosis.
 Penyakit kandung empedu
Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol
yang berisiko batu kandung empedu.

F. Cara Mencegah Serta Mengatasi Obesitas Yang Dialami Oleh Remaja

Adapun cara mencegah serta mengatasi obesitas yang di alami oleh remaja,
antara lain yaitu :

1. Perubahan pola makan “Diet”


Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori
total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta
membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk
mengetahui kebutuhan kalori.
Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang
seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan
terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu
jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari
kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.
2. Peningkatan aktivitas fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar
lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari
frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara
untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobik atau berjalan
kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi
yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan
11

lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai
dibanding menggunakan elevator.
3. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola
makan dan aktivitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas.
Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa
yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan
dapat membantu mengatasi ketidak patuhan dalam terapi obesitas.
4. Obat antiobesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
a. Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
b. Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari
obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep
apnea.
c. Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:
5. Sibutramin
Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara
menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin.
Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih
cepat kenyang.
Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat
badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya.
Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin
mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka
yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan plasebo.
Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan
tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.
12

6. Orlistat
Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan
membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah
penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar
bersama kotoran.
Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar
3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet
untuk memperoleh hasil terbaik.
Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan
pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi
penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan menyarankan penggunaan
multivitamin.
7. Tindakan pembedahan
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan,
maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat
dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk
membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna. Pembedahan
untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
a. Nilai BMI 40 atau lebih.
b. Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius
terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai