Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BISNIS INTERNASIONAL

PASAR VALUTA ASING


Dosen : Agung Nugroho Adi, SE., MM., MM(HRM).

Disusun Oleh :

Deva Ayu Prisiliya D (185020201111020)

Hilvia Alviany ( 185020201111047)

Indah Eka Putri P (185020200111061)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN
LATAR BELAKANG

Salah satu penanda dari semakin meluasnya globalisasi adalah hubungan


antar Negara menjadi saling terikat satu sama lain. Karena hubungan antar Negara
menjadi begitu erat, Negara satu dengan lainnya dapat melakukan pertukaran
sumber daya yang akan mendukung dan memenuhi kebutuhan negaranya. Oleh
karena itulah dalam sistem globalisasi ini Negara – Negara kemudian
menciptakan sebuah pasar bebas. Dalam pasar bebas Negara yang membutuhkan
sumber daya dari Negara lain dapat dengan mudah bekerja sama dan mendapatkan
keinginannya. Sehingga volume perdagangan internasional pun meningkat.
Dengan meningkatnya volume perdagangan internasional, penggunaan
pasar valuta asing juga semakin tinggi. Pasar valuta asing adalah pasar untuk
mengkonversi mata uang dari satu Negara menjadi mata uang yang dari negara
lain. Tanpa adanya pasar valuta asing, perdagangan internasional yang kita lihat
sangat besar saat ini tidak akan berjalan lancar, perusahaan – perusahaan akan
kesulitan dalam melakukan penjualan karena nilai tukar uang mereka berbeda.
Dan jika pun perusahaan menerima mata uang yang berbeda dan jika tidak ada
pasar valuta asing, maka uang tersebut tidak dapat digunakan di Negara dari
perusahaan yang menjual barang tadi. Oleh karena itu fungsi dari pasar valuta
asing tanpa kita sadari sudah berjalan di kehidupan kita sehari – hari.
PASAR VALUTA ASING
Pasar valuta asing secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat
terjadinya transaksi keuangan internasional dengan memperdagangkan mata uang
suatu negara dengan mata uang negara lain. Perdagangan ini tidak harus dalam
bentuk uang kertas, tapi dapat berupa sekuritas. Pengertian yang lebih luas adalah
semua tagihan dalam mata uang asing seperti cek, wesel, saldo rekening dan
deposito yang dapat diuangkan di luar negeri.
1. Fungsi Pasar Valuta Asing
Adanya perbedaan mata uang antara negara dan adanya kebutuhan
terhadap mata uang negara lain dapat terakomodasi dengan adanya pasar valuta
asing. Pelaku atau nasabah dapat melakukan transaksi keuangan internasional
melalui pembelian atau permintaan dan penjualan atau penawaran atas mata uang
asing. Setidaknya ada tiga fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh pasar valuta
asing dalam penyelegaraan transakasi perdagangan mata uang asing secara
internasional.
a. Fungsi pertama adalah untuk mempermudah pertukaran mata uang asing
serta memindahkan dana atau daya beli dari suatu negara ke negara lain.
Pasar akan menyelengarakan transaksi internasional dengan menyediakan
fasilitas untuk mengkonversikan mata uang, baik mata uang domestik ke
mata uang asing atau sebaliknya.
b. Fungsi kedua dari pasar valuta asing adalah menyediakan fasilitas kredit
jangka pendek pada pelaku sebagai media transaksi untuk pembayaran dan
atau penyerahan barang yang tidak perlu segera diselesaikan. Penyediaan
kredit diperlukan untuk membiayai barang dalam perjalanan. Importir dapat
membayar tunai untuk barang yang dibeli sebelum barang datang.
Sedangkan eksportir dapat membiayai sebelum barang datang.
c. Fungsi ketiga adalah pasar valuta asing berperan dalam menyediakan
fasilitas perlindungan untuk pelaku terhadap perubahan kurs dengan
mekanisme hedging. Perlindungan dengan mekanisme hegding dilakukan
melalui pasar forward. Perubahan kurs di masa datang akan menimbulkan
resiko terhadap pelaku yang melakukan transaksi dengan mata uang asing.
Baik untuk transaksi ekspor, impor, pinjaman atau investasi dalam mata
uang asing.
2. Karakteristik Pasar Valuta Asing
Tidak ada suatu keseragaman dalam pasar valuta asing. Dengan adanya
transaksi di luar bursa perdagangan (over the counter)[3] sebagai pasar
tradisional dari perdagangan valuta asing, banyak sekali pasar valuta asing yang
saling berhubungan satu sama lainnya di mana mata uang yang berbeda
diperdagangkan, sehingga secara tidak langsung artinya bahwa "tidak ada kurs
tunggal mata uang dollar melainkan kurs yang berbeda-beda tergantung pada
bank mana atau pelaku pasar mana yang bertransaksi". Namun dalam
praktiknya perbedaan tersebut seringkali sangat tipis.
Pusat perdagangan utama adalah di London, New York, Tokyo dan
Singapura namun bank-bank diseluruh dunia menjadi pesertanya. Perdagangan
valuta asing terjadi sepanjang hari. Apabila pasar Asia berakhir maka pasar
Eropa mulai dibuka dan pada saat pasar Eropa berakhir maka pasar Amerika
dimulai dan kembali lagi ke pasar Asia, terkecuali di akhir pekan.
Sangat sedikit atau bahkan tidak ada "perdagangan orang dalam" atau
informasi "orang dalam" (Insider trading) [4] yang terjadi dalam pasar valuta
asing. Fluktuasi kurs nilai tukar mata uang biasanya disebabkan oleh gejolak
aktual moneter sebagaimana juga halnya dengan ekspektasi pasar terhadap
gejolak moneter yang disebabkan oleh perubahan dalam pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB/GDP), inflasi, suku bunga, rancangan anggaran dan
defisit perdagangan atau surplus perdagangan, penggabungan dan akuisisi serta
kondisi makro ekonomi lainnya. Berita utama selalu dipublikasikan untuk
umum, sehingga banyak orang dapat mengakses berita tersebut pada saat yang
bersamaan. Namun bank yang besar memiliki nilai lebih yang penting yaitu
mereka dapat melihat arus pergerakan "pesanan" mata uang dari nasabahnya.
Mata uang diperdagangkan satu sama lainnya dan setiap pasangan mata
uang merupakan suatu produk tersendiri seperti misalnya EUR/USD,
USD/JPY, GBP/USD dan lain-lain. Faktor pada salah satu mata uang misalnya
USD akan memengaruhi nilai pasar pada USD/JPY dan GBP/USD, ini adalah
merupakan korelasi antara USD/JPY dan GBP/USD.
Pada pasar spot, menurut penelitian yang dilakukan oleh Bank for
Internasional Settlement (BIS)[5] , produk yang paling sering diperdagangkan
adalah
EUR/USD - 28 %
USD/JPY - 18 %
GBP/USD (also called sterling or cable) - 14 %
dan mata uang US dollar "terlibat" dalam 89% dari transaksi yang dilakukan,
kemudian diikuti oleh mata uang Euro (37%), Yen (20%) dan Pound Sterling
(17%).
Walaupun perdagangan dalam mata uang Euro meningkat secara cepat
sejak mata uang tersebut diterbitkan pada January 1999 1999, US dollar masih
mendominasi pasar valuta asing. Sebagai contoh misalnya dalam perdagangan
antara Euro dan mata uang non Eropa (XXX), biasanya selalu melibatkan dua
jenis perdagangan yaitu EUR/USD dan USD/XXX, pengecualiannya hanya
pada perdagangan EUR/JPY yang merupakan pasangan mata uang yang secara
tetap diperdagangkan di pasar spot antar bank.
3. Teori Ekonomi Penentuan Nilai Tukar
Nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari satu mata
uang relatif terhadap permintaan dan penawaran lain. Nilai Tukar Mata Uang
yang lainnya disebut Kurs, Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994 : 73)
adalah Harga sebuah Mata Uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan
dalam mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996 : 163) Kurs adalah
Pertukaran antara dua Mata Uang yang berbeda, maka akan mendapat
perbandingan nilai/harga antara kedua Mata Uang tersebut. Misalnya, jika
permintaan untuk dolar melampaui pasokan mereka dan jika pasokan yen
Jepang lebih besar dari permintaan mereka, nilai tukar / yen dolar akan
berubah. Dolar akan menghargai terhadap yen (atau yen akan terdepresiasi
terhadap dolar).

 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar


Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut
adalah :

1. Diferensiasi Inflasi

Sebagai sebuah aturan umum, sebuah negara dengan tingkat inflasi


rendah yang konsisten akan memperlihatkan nilai mata uang yang meningkat,
seiring dengan peningkatan daya beli relatif dibanding dengan mata uang lain.
Selama setengah abad terakhir, negara-negara dengan inflasi rendah termasuk
Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika Serikat dan Kanada mencapai
inflasi rendah belum selama negara-negara yang disebutkan diawal. Negara-
negara yang memiliki inflasi yang lebih tinggi biasanya akan melihat depresiasi
pada mata uang mereka dalam hubungan kepada mata uang dari partner dagang
mereka. Hal ini juga biasanya dibarengi oleh suku bunga yang lebih tinggi.

2. Diferensiasi Suku Bunga

Suku bunga, inflasi dan nilai mata uang sangat memiliki korelasi yang
tinggi. Dengan mengatur suku bunga, bank sentral mencoba mengatur
pengaruh dari inflasi dan nilai mata uang, dan perubahan suku bunga akan
berimbas pada inflasi dan nilai mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi
menawarkan para kreditur dalam ekonomi sebuah imbal hasil yang lebih tinggi
relatif terhadap negara lain. Karena itu, suku bunga yang lebih tinggi akan
menari modal asing dan menyebabkan nilai mata uang akan meningkat. Imbas
dari suku bunga yang lebih tinggi akan berkurang jika inflasi sebuah negara
lebih tinggi dibanding dengan negara lain, atau jika faktor tambahan menarik
turun nilai mata uang. Dan begitu juga dalam kondisi sebaliknya, yang karena
itu suku bunga lebih rendah cenderung menurunkan nilai mata uang.

3. Defisit Neraca Berjalan

Neraca berjalan adalah keseimbangan perdagangan antara sebuah negara


dengan partner dagangnya, yang merefleksikan semua pembayaran antara
negara untuk barang, jasa, suku bunga dan dividen. Defisit dalam neraca
berjalan menandakan bahwa sebuah negara lebih banyak membeli dari luar
negeri dibanding dengan menjualnya, dan meminjam modal dari sumber luar
negeri untuk membiayai defisit tersebut. Dalam kata lain, negara membutuhkan
lebih banyak mata uang asing daripada apa yang diterimanya dari penjualan
untuk ekspor, dan menyuplai lebih banyak mata uangnya sendiri dibanding
dengan tingkat permintaan luar negeri untuk produk-produknya. Tingkat
permintaan berlebih untuk mata uang asing akan menurunkan nilai tukar mata
uang sebuah negara sampai barang dan jasa domestik lebih murah untuk pelaku
pasar asing, dan aset asing tidak terlalu mahal untuk menghasilkan penjualan
bagi minat domestik.

4. Hutang Publik

Negara akan menghasilkan sebuah pembiayaan defisit dalam skala besar


untuk membiayai proyek publik atau masyarakat dan pendanaan pemerintah. 
Walaupun aktivitas seperti itu akan menstimulasi ekonomi domestik, negara
yang memiliki defisit dan hutang publik besar menjadi kurang menarik bagi
investor asing. Alasannya? Hutang yang besar akan memicu inflasi, dan jika
inflasi meninggi, hutang tersebut akan dibayar dengan nilai tukar yang rendah
dimasa mendatang.

Dalam skenario terburuk, pemerintah mungkin akan mencetak lebih


banyak uang untuk membayar sebagian dari hutang-hutang tersebut, tetapi hal
ini akan meningkatkan suplai uang yang pastinya akan meningkatkan inflasi.
Lebih jauh, jika sebuah pemerintah tidak mampu menangani defisit melalui
usaha domestik (seperti menjual obligasi dan meningkatkan suplai uang), lalu
mereka harus meningkatkan jumlah surat berharga untuk dijual ke pelaku pasar
asing, sehingga akan menurunkan nilai tukarnya. Akhirnya, sebuah hutang
yang besar akan menimbulkan kecemasan bagi pihak luar jika mereka yakin
mengenai resiko gagal bayar sebuah negara. Untuk alasan ini, peringkat hutang
sebuah negara (seperti yang disediakan Moody’s Investor dan Fitch Rating)
adalah sebuah penentu penting bagi nilai tukar mata uang.

5. Ketentuan Perdagangan

Sebuah rasio yang membandingkan antara harga ekspor dengan harga


impor, ketentuan perdagangan berkaitan dengan negara berjalan dan
keseimbangan pembayaran. Jika harga ekspor sebuah negara meningkat lebih
besar daripada impor, hal ini bisa dikatakan ketentuan perdagangannya
membaik. Meningkatkan ketentuang dagang menunjukkan tingkat permintaan
lebih tinggi untuk ekspor negara tersebut. Hal ini, sebaliknya, akan
menghasilkan peningkatan pendapatan dari ekspor, yang menyediakan
peningkatan permintaan untuk mata uang negara (dan akan meningkatkan nilai
mata uang). JIka harga ekspor meningkat dalam level yang lebih kecil daripada
impornya, nilai mata uang akan menurun dibandingkan dengan partner
dagangnya.

6. Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi

Investor asing pastinya akan mencari negara yang stabil dengan kinerja
ekonomi yang baik dimana mereka akan menginvestasikan uangnya. Sebuah
negara dengan atribut positif seperti itu akan menarik dana investasi dari
negara lain yang memiliki tingkat resiko politik dan ekonomi yang lebih tinggi.
Kekacauan politik, contohnya, bisa menyebabkan hilangnya keyakinan pada
mata uang dan adanya perpindahan modal menuju mata uang dari negara yang
lebih stabil.

4. Peramalan Kurs
Kebutuhan sebuah perusahaan untuk memprediksi masa depan nilai tukar
variasi menimbulkan masalah apakah itu bermanfaat bagi perusahaan untuk
berinvestasi dalam layanan tingkat peramalan tukar untuk membantu
pengambilan keputusan.

PENDEKATAN PERAMALAN
a) Analisis Fundamental
Peramalan ini didasarkan pada hubungan fundamental antara
variable ekonomi dan tingkat kurs. Dengan pemberian nilai tertentu pada
variabel – variable nilai, maka perusahaan dapat mengembangkan proyeksi
tingkat kurs di masa yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan cara
memberikan penilaian subjektif pada tingkat di mana pergerakan variable
ekonomi secara umum akan mempengaruhi tingkat kurs.

b) Peramalan Teknis.
Peramalan ini menggunakan data tingkat kurs historis dan kadang
kala peramalan ini dilakukan hanya dengan pengamatan data tanpa
menggunakan perhitungan statistik. Namun tidak jarang pula perhitungan
statistik disertakan dalam peramalan. Selain itu, juga ada beberapa model
time series yang digunakan untuk pengujian moving average sehingga para
peramal dapat melakukan interpretasi yang berdasarkan pada hasil
pengujian tersebut.
Model peramalan teknis ini telah banyak dibuktikan kegunaannya di
berbagai pasar valuta asing. Namun model yang cocok untuk satu pasar
belum tentu cocok bila diterapkan di pasar yang lain, dan walaupun model
peramalan teknis ini sangat beragam namun hasil pengujian membuktikan
bahwa tidak ada satupun model yang sangat menghasilkan keuntungan
yang konsisten.

c) Peramalan Metode Market - based.


Metode ini menggunakan indikator – indikator pasar yang biasanya
didasarkan pada (1) kurs spot atau (2) kurs forward. Alasan mengapa kurs
spot digunakan sebagai dasar peramalan market based dapat dijelaskan
dengan contoh sebagai berikut. Bila diasumsikan bahwa poundsterling
akan mengalami apresiasi terhadap dolar, maka hal ini dapat mendorong
orang untuk membeli pound dengan dolar, dan dengan demikian akan
makin mempercepat apresiasi, begitu pula sebaliknya. Alasan mengapa
kurs forward juga dapat digunakan sebagai dasar peramalan market based
dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalnya, harga 1,4 dolar sama dengan 1
pound dan dalam 30 hari mendatang diperkirakan menjadi 1,45 dolar.
5. Konversi Mata Uang

Konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke
mata uang lain secara fisik dan memungkinkan adanya pertukaran fisik yang
terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi. Setiap negara memiliki mata uang
di mana harga barang dan jasa yang dikutip. Di Amerika Serikat, itu adalah
dolar ($); di Inggris, pound (£); di Perancis, Jerman, dan anggota lain dari zona
euro itu adalah euro (€); di Jepang, yen (¥); dan seterusnya.
Secara umum, dalam batas-batas suatu negara tertentu, salah satu harus
menggunakan Rency skr nasional. Seorang turis AS tidak bisa berjalan ke
sebuah toko yang berada di skotlandia dan menggunakan dolar AS untuk
membeli sesuatu disana. Dolar tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah
di Skotlandia, turi stersebut harus menggunakan poundsterling Inggris.
Untungnya, turis bisa pergi ke bank dan pertukaran dolar nya menjadi pound.
Lalu ia bisa membeli barang yang dibeli. Ketika turis melakukan perubahan
satu mata uang ke mata uang yang lain, dia berpartisipasi dalam pasar valuta
asing.
Sampai titik ini kita telah asumsikan bahwa mata uang dari berbagai
negara yang bebas dikonversi ke mata uang lainnya. Karena
pembatasanpemerintah, sejumlah besar mata uang tidak bebas dikonversi ke
mata uang lainnya. Sebuah Rency skr negara dikatakan bebas dikonversi ketika
pemerintah negara itu memungkinkan untuk membeli jumlah yang tidak
terbatas dari mata uang asing dengan itu. Mata uang dikatakan eksternal
convertible ketika hanya bukan penduduk dapat mengubahnya menjadi mata
uang asing tanpa ada pembatasan.
Banyak negara menempatkan beberapa pembatasan pada kemampuan
warga mereka untuk mengkonversi mata uang domestik ke mata uang asing
(kebijakan konvertibilitas eksternal). Pembatasan berkisar dari yang relatif
kecil ke besar. Pembatasan konvertibilitas eksternal dapat membatasi
kemampuan perusahaan dalam negeri untuk berinvestasi di luar negeri.
6. Studi Kasus Kolaps Thailand Baht
Krisis keuangan Asia adalah periode krisis keuangan yang menerpa
hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997 dan menimbulkan kepanikan bahkan
ekonomi dunia akan runtuh akibat penularan keuangan. Krisis ini bermula
di Thailand seiring jatuhnya nilai mata uang baht setelah pemerintah Thailand
terpaksa mengambangkan baht karena sedikitnya valuta asing yang dapat
mempertahankan jangkarnya ke dolar Amerika Serikat.Waktu itu, Thailand
menanggung beban utang luar negeri yang besar sampai-sampai negara ini
dapat dinyatakan bangkrut sebelum nilai mata uangnya jatuh.[1] Saat krisis ini
menyebar, nilai mata uang di sebagian besar Asia Tenggara dan Jepang ikut
turun,[2] bursa saham dan nilai aset lainnya jatuh, dan utang swastanya naik
drastis. Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand adalah negara-negara yang
terkena dampak krisis terparah. Hong Kong, Laos, Malaysia, dan Filipina juga
terdampak oleh turunnya nilai mata uang. Brunei, Cina, Singapura, Taiwan,
dan Vietnam tidak kentara dampaknya, namun sama-sama merasakan turunnya
permintaan dan kepercayaan investor di seluruh Asia.
Rasio utang luar negeri terhadap PDB naik dari 100% menjadi 167% di
empat negara besar ASEAN pada tahun 1993–96, lalu melonjak hingga 180%
pada masa-masa terparah dalam krisis ini. Di Korea Selatan, rasionya naik dari
13% menjadi 21%, lalu memuncak di angka 40%. Negara industri baru lainnya
masih lebih baik. Kenaikan rasio pembayaran utang ekspor hanya dialami oleh
Thailand dan Korea Selatan.
Dari 1985 sampai 1995, Ekonomi Thailand tumbuh rata-rata 9%. Pada
tanggal 14-15 Mei 1997, mata uang baht, terpukul oleh serangan spekulasi
besar. Pada tanggal 30 Juni, Perdana Mentri Chavalit Yonchaiyudh berkata
bahwa dia tidak akan mendevaluasi baht, tetapi pemerintah Thailand yang tak
memiliki cukup cadangan devisa untuk mempertahankan nilai tukar tetap
dengan dolar AS akhirnya mengambangkan mata uang lokal tersebut pada 2
Juli.
Pada 1996, "dana hedge" Amerika telah menjual US$400 juta dalam bentuk
mata uang Thailand. Dari 1985 sampai 2 Juli 1997, baht dipatok pada 25
kepada dolar AS. Baht jatuh tajam dan hilang setengah harganya. Baht jatuh ke
titik terendah di 56 ke dolar AS pada Januari 1998. Pasar saham Thailand jatuh
75% pada 1997. Finance One, perusahaan keuangan Thailand
terbesar bangkrut. Pada 11 Agustus, IMF membuka paket penyelamatan
dengan lebih dari US$16 miliar (kira-kira Rp160 triliun). Pada 20 Agustus IMF
menyetujui, paket "bailout" sebesar US$3,9 miliar.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved 10 17, 2019, from ardra.biz: https://ardra.biz/ekonomi/valuta-


asing/pasar-valuta-asing/

Duma, H. S. (2015). PERAMALAN KURS MATA UANG. Retrieved 10 17, 2019,


from studylib: https://studylibid.com/docmanager.html?id=4299155

Hill, C. W. (2013). International Business. Washington: McGraw-Hill Irwins.

mahadana. (2018, 3 1). mahdana.co.id. Retrieved 10 17, 2019, from Mahdana


Asta Berjangka: https://www.mahadana.co.id/2018/03/01/6-faktor-
penentu-nilai-tukar-mata-uang/

pasar valuta asing. (n.d.). Retrieved 10 17, 2019, from wikipedia:


id.wikipedia.org/wiki/pasar_valuta_asing

Anda mungkin juga menyukai