Anda di halaman 1dari 9

Siprianus Wilson S 15816001

Priyo Agung R 15816024

Hubungan Antara Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air Dengan


Industri 4.0
Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Air,
Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air. Pengelolaan
Sumber Daya Air didasarkan pada Wilayah Sungai dengan memperhatikan
keterkaitan penggunaan Air Permukaan dan Air Tanah dengan mengutamakan
pendayagunaan Air Permukaan. Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan Wilayah
Sungai harus memperhatikan:
a. Daerah Aliran Sungai secara alamiah;
b. karakteristik fungsi Sumber Air;
c. daya dukung Sumber Daya Air;
d. kekhasan dan aspirasi daerah dan masyarakat sekitar dengan melibatkan para
pemangku kepentingan terkait;
e. kemampuan pendanaan;
f. perubahan iklim;
g. konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
h. pengembangan teknologi; dan
i. jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya.
Air Tanah sebagaimana dimaksud merupakan Air Tanah pada Cekungan Air
Tanah yang terdapat pada Wilayah Sungai yang bersangkutan. Wilayah Sungai yang
dimaksud meliputi Wilayah Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi,
Wilayah Sungai strategis nasional, Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota, dan
Wilayah Sungai dalam satu kabupaten/kota
Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan Air
yang berkelanjutan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat. Kegiatan
Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan
Sumber Daya Air, Pengendalian Daya Rusak Air, Sistem Informasi Sumber Daya Air
serta Pemberdayaan dan Pengawasan.
Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi Sumber Daya Air ditujukan untuk menjaga kelangsungan
keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi Sumber Daya Air. Konservasi
Sumber Daya Air dilakukan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konservasi Sumber Daya Air dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air melalui kegiatan:
a. pelindungan dan pelestarian Sumber Air;
b. pengawetan Air;
c. pengelolaan kualitas Air; dan
d. pengendalian pencemaran Air.
Pelindungan dan pelestarian Sumber Air ditujukan untuk melindungi dan
melestarikan Sumber Air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan oleh daya alam dan yang disebabkan oleh tindakan
manusia. Pengawetan Air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan
Air atau kuantitas Air sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengelolaan kualitas Air
dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas Air pada Sumber Air dan Prasarana
Sumber Daya Air. Pengendalian pencemaran Air dilakukan dengan cara mencegah
masuknya pencemaran Air. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air tersebut menjadi
salah satu acuan dalam Perencanaan tata ruang. Konservasi Sumber Daya Air
dilaksanakan pada mata Air, sungai, danau, waduk, rawa, daerah imbuhan Air Tanah,
Cekungan Air Tanah, daerah tangkapan Air, kawasan suaka alam, kawasan
pelestarian.
Pendayagunaan Sumber Daya Air
Pendayagunaan Sumber Daya Air ditujukan untuk memanfaatkan Sumber
Daya Air secara berkelanjutan dengan prioritas utama untuk pemenuhan Air bagi
kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat. Dalam hal masih terdapat ketersediaan
Sumber Daya Air yang mencukupi untuk kebutuhan pokok sehari-hari, prioritas
pemenuhan kebutuhan Air selanjutnya dilakukan untuk pemenuhan Air bagi
kebutuhan irigasi untuk pertanian rakyat. Urutan prioritas pemenuhan kebutuhan Air
ditetapkan dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air yang mencakup prioritas pemenuhan Air bagi kebutuhan pokok
sehari hari, irigasi untuk pertanian rakyat, kegiatan bukan usaha dan
kegiatan usaha. Pendayagunaan Sumber Daya Air dalam hal ini meliputi:
a. Air Permukaan pada mata Air, sungai, danau, waduk, rawa, dan Sumber Air
Permukaan lainnya;
b. Air Tanah pada Cekungan Air Tanah;
c. Air hujan; dan
d. Air laut yang berada di darat.
Pendayagunaan Sumber Daya Air dilakukan melalui kegiatan:
a. penatagunaan Sumber Daya Air;
b. penyediaan Sumber Daya Air;
c. penggunaan Sumber Daya Air; dan
d. pengembangan Sumber Daya Air.
Kegiatan Pendayagunaan Sumber Daya Air mengacu pada Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air dengan memperhatikan
keseimbangan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pendayagunaan Sumber
Daya Air untuk kegiatan usaha yang dilakukan dalam suatu Wilayah Sungai dengan
membangun dan/atau menggunakan saluran transmisi hanya dapat dilakukan untuk
Wilayah Sungai lainnya jika ketersediaan Air melebihi keperluan penduduk pada
Wilayah Sungai yang bersangkutan. Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk kegiatan
usaha didasarkan pada Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang bersangkutan dengan melibatkan para
pemangku kepentingan terkait.
Dalam keadaan memaksa, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
mengatur dan menetapkan penggunaan Sumber Daya Air untuk kepentingan
konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan pemenuhan prioritas penggunaan
Sumber Daya Air.
Pengendalian Daya Rusak Air
Pengendalian Daya Rusak Air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Pengendalian Daya Rusak Air
diutamakan pada upaya pencegahan melalui Perencanaan Pengendalian Daya Rusak
Air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air.
Pencegahan Daya Rusak Air ditujukan untuk mencegah terjadinya bencana
yang diakibatkan oleh Daya Rusak Air. Penanggulangan Daya Rusak Air ditujukan
untuk meringankan penderitaan akibat bencana melalui mitigasi bencana.
Upaya penanggulangan Daya Rusak Air yang dinyastakan sebagai bencana
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam keadaan
yang membahayakan, gubernur dan/atau bupati/walikota berwenang mengambil
tindakan darurat guna keperluan penanggulangan Daya Rusak Air.
Upaya pemulihan Daya Rusak Air dilakukan melalui kegiatan rekonstruksi
dan rehabilitasi.
Sistem Informasi Sumber Daya Air
Untuk mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi Sumber Daya
Air sesuai dengan kewenangannya. Sistem informasi sumber daya air merupakan
jaringan informasi Sumber Daya Air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai
institusi. Jaringan informasi Sumber Daya Air harus dapat diakses oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dalam bidang Sumber Daya Air. Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Pengelola Sumber Daya Air, badan hukum, organisasi, lembaga, dan
perseorangan bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan
waktu atas informasi yang disampaikan.
Informasi Sumber Daya Air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis,
hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan Sumber Daya Air, Prasarana Sumber
Daya Air, teknologi Sumber Daya Air, lingkungan pada Sumber Daya Air dan
sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang terkait
dengan Sumber Daya Air.
Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem informasi Sumber Daya
Air tiap-tiap institusi sesuai dengan kewenangannya melakukan:
a. optimalisasi pemanfaatan data dan informasi terkait Sumber Daya Air,
termasuk Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi;
b. pengelolaan yang terintegrasi;
c. pembagian peran yang jelas dan proporsional antari nstitusi;
d. pengaturan akses data;
e. pengaturan alur data; dan
f. pengaturan pemanfaatan data.
Pemberdayaan dan Pengawasan
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan
Sumber Daya Air secara terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja
Pengelolaan Sumber Daya Air. Pemberdayaan dilaksanakan pada kegiatan
Perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan, serta pemantauan dan evaluasi
Pengelolaan Sumber Daya Air. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melibatkan
peran masyarakat.
Pemberdayaan dapat dilakukan melalui kerja sama antara Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dengan institusi bidang pengembangan Sumber Daya Air
dari dalam negeri ataupun luar negeri yang kompeten. Pemilik kepentingan atas
prakarsa sendiri juga dapat melaksanakan upaya pemberdayaan untuk kepentingan
masyarakat dengan berpedoman pada tujuan pemberdayaan.
Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya terhadap Pengelolaan
Sumber Daya Air. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilakukan
dengan melibatkan peran masyarakat.
Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 atau yang sering disingkat 4IR merupakan era industri
keempat sejak revolusi industri pertama pada abad ke 18. 4IR ini membawa teknologi
baru yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis yang mempengaruhi
semua disiplin, ekonomi, dan industri (Schwab, 2016).
Key technology platforms include artificial intelligence (AI), robotics, the
Internet of Things, autonomous vehicles, additive manufacturing (also known as 3D
printing), quantum computing and nanotechnology, amongst others. The Fourth
Industrial Revolution builds on the Digital Revolution, representing new ways in
which technology becomes embedded within societies and the human body. The 4IR
is seen as significant, imminent, and global. Being prepared for the 4IR means to
position institutions in a way that the 4IR is harnessed for the benefit of human
wellbeing, and in support of national and international social and economic
objectives. There are, and will continue to be, large-scale disruptions to the
production of goods and services: Industrial automation, digitalisation, and services
automation mean that machines increasingly compete with humans in labour markets.
Humans, both individually and socially, are also changing. Notions of the human, and
human interaction, are undergoing multiple changes: increased longevity,
augmentation of human bodies and minds, the changing nature of work, the changing
nature of learning, changes to human connection and connectivity, and changes to
identities, amongst others. Societies must confront growing inequality, and its
interplay with unequal access to, and benefits from, technology.
At the same time, technological change is driving geopolitical change. New
technologies are important to the future of power, and in some cases pose existential
risks to humanity. For example, artificial intelligence (driven by machine learning
technologies) is being used by geopolitical actors to gain power in the military,
intelligence, economic, and public sphere arenas. At the same time, such technologies
may pose global existential risks (for example, from rogue autonomous AI). Within
the 4IR it is critical that we put in place strategic measures that will prepare us: for
example building innovation capacity, developing policy, writing legislation and
regulations, joining multilateral and international agreements, and debating the ethics.
The velocity of the 4IR suggests that by the time the policy cycle has turned, the 4IR
may already have had an enormous impact – hence the urgency and significance of
initiating policy cycles at all levels to respond to the 4IR.
The 4IR, as conceived by the World Economic Forum in 2016, is to some
extent defined by contemporary transformative technologies, such as artificial
intelligence, robotics, and genetic modification. The 4IR diagnostic is underpinned by
some central propositions that apply to these technologies, including:
a. Convergence: digital, physical, and biological technologies are becoming
increasingly integrated and blurring the lines between these three spaces.
b. Acceleration: the overall rate of technological change is increasing over time.
The absolute rate of technological change is hence increasing exponentially.
c. Transhumanism: due to convergence and acceleration, the boundaries of what
can be considered to be ‘human’ are and will continue to expand significantly,
including into new physical, digital, and biological spaces.
Each technology, and each converged application of technologies, presents a distinct
set of policy imperatives and opportunities, and hence forms a distinct component of
the overall Framework.
Establishing strategies to steer these technologies towards our desired
developmental outcomes is a central component of the Framework. Some strategies
may be clearly identified with lead departments, some of which are already
developing strategic responses. For example, the DTI is leading Industry 4.0 strategy,
the DTPS leading digital strategy, and the DST leading Research, Development and
Innovation (RDI) strategy. Other technology strategies are ‘horizontal’, in that each
technology cuts across a number of social and economic dimensions and the remits of
several government departments. For example, AI, as a technology, is both a policy
domain in itself, and a technology that can be brought to bear on issues of education,
skills development, the future of work, economic competitiveness, and governance,
amongst other areas.
Digitalisation and the Data Revolution
‘Digitalisation’ refers to digital processes replacing or supplementing processes that
were previously not digital. Classic examples are the growth of online retail, sharing
systems such as Uber and AirBnB, and the replacement of legacy media with online
media. Digitalisation therefore encompasses many of the major economic and social
disruptions of the last two decades. Disruptive technologies that are shaping
digitalisation trajectories include:
a. Augmented and virtual reality
b. Big data and data analytics
c. Cloud computing
d. Human/machine interfaces
e. Data monetization
It is certainly central to the 4IR, as it underpins the technological dynamics of AI,
digitalisation, Industry 4.0, genetic medicine, and many other contemporary
technologies. A national policy framework for the 4IR must address the issue of data,
including the questions of data protection and data access.
Data Access and Data Inequality
Without access to data, citizens simply can’t participate in the 4IR. Without
data, citizens are left on the wrong side of the digital divide. Without access to the
internet, students and learners suffer from a vast gap in access to information and
knowledge, entrepreneurs lack access to broader markets, and innovation systems in
marginalised and informal settings are continuously hampered
5G Mobile Communications
The fifth generation of mobile communications, or 5G, promises high speed,
low latency and high bandwidth – and is seen as a significant enabler of the Internet
of Things (IoT), virtual reality (VR) and robotics. A key feature of 5G, splicing,
allows the creation of sub-networks that accommodates a variety of needs across
different consumer and business groups. For example, Germany has reserved a
quarter of 5G bandwidth or local and regional applications to enable businesses in the
industrial and agricultural sectors, as part of the country’s Industrie 4.0 strategy. This
data policy creates an environment in which the Industrial Internet of Things operates
in a data environment in which the complex cyber-physical systems which underpin
Industry 4.0 can function effectively.
Data and AI
If data is indeed the new gold of the 21st century, then artificial intelligence is
our main tool for mining and processing. Artificial intelligence can be defined as a
machine or man-made agent capable of observing its environment, learning, and
based on the knowledge and experience gained, taking intelligent action or proposing
a decision. The global literature addressing the AI phenomenon has grown rapidly in
recent years, providing rich resources for the development of AI-related policy.
National AI strategies are being developed in many countries, including the USA,
China, Italy, Germany, the UK, Japan, and many others. Within the overall ambit of a
4IR strategy, a dedicated national AI strategy is essential. Moreover, it is critical that
a national AI strategy be aligned with and integrated with a national 4IR strategy. AI
strategy includes many components and logics similar to a 4IR strategy, including the
need to build skills and broad-spectrum RDI, stimulate investment, set legal and
regulatory frameworks, address ethical issues, build public awareness, and seek
applications that meets developmental aims. At an operational level, one of the key
messages delivered by AI leaders and practitioners is that the technological
fundamentals of machine learning applications to not have to be developed de novo –
off-the-shelf machine learning systems are freely available from multiple vendors,
including Google, Amazon, and Microsoft, amongst others.
The future of manufacturing and Industry 4.0
Industry 4.0 is a concept, originating in Germany, that focusses on production
automation through the use of cyber-physical systems and advanced manufacturing
technologies (Kegel, 2019). The concept of Industry 4.0 overlaps with, but is distinct
from, the notion of the 4IR. While Industry 4.0 has a production focus, the notion of
the 4IR has a broader global socio-political component that considers in more depth
the interplay between technological change and social change. Industry 4.0 is central
to changes in manufacturing in the 4IR. These changes include the integration of
several of the core 4IR technologies, including:
a. Big data and data analytics
b. Autonomous and collaborative robots
c. Simulations (of products, materials, and production)
d. Horizontal and vertical systems integration
e. Industrial internet of things
f. Cloud computing
g. Additive manufacturing (also known as 3D printing)
h. Human-machine interfaces
Central to industry 4.0 is the use of cyber-physical systems, including the integration
of the industrial internet of things (IIOT) into the manufacturing environment. Typical
changes in the shift towards Industry 4.0 include:
a. Process-driven operations to data driven operations
b. Preventative repairs to predictive repairs
c. Cyber systems and physical systems to cyberphysical Systems
Industry 4.0 policy must be integrated with data policy, due to its reliance on a
permanently connected network of devices and equipment. In this regard, the option
of ‘splicing’ 5G bandwidth is both a question of data policy (to be led by the DTPS)
and a question of industry 4.0 policy (to be led by the DTI). It is also a question of
capability building (to be led by the DHET) and innovation (to be led by the DST).
Industry 4.0 thus forms a major component of an integrated 4IR national policy
framework. A policy framework for industry 4.0 should perhaps be sector specific,
since the manifestation of industry 4.0 has distinct characteristics in each sector. Two
case studies, from mining and automotive manufacturing respectively, illustrate these
distinctions.

Daftar Pustaka
Policy Options Framework For The Fourth Industrial Revolution In South Africa
2018

Anda mungkin juga menyukai