Hubungan Antara Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air Dengan
Industri 4.0 Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air. Pengelolaan Sumber Daya Air didasarkan pada Wilayah Sungai dengan memperhatikan keterkaitan penggunaan Air Permukaan dan Air Tanah dengan mengutamakan pendayagunaan Air Permukaan. Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan Wilayah Sungai harus memperhatikan: a. Daerah Aliran Sungai secara alamiah; b. karakteristik fungsi Sumber Air; c. daya dukung Sumber Daya Air; d. kekhasan dan aspirasi daerah dan masyarakat sekitar dengan melibatkan para pemangku kepentingan terkait; e. kemampuan pendanaan; f. perubahan iklim; g. konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; h. pengembangan teknologi; dan i. jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya. Air Tanah sebagaimana dimaksud merupakan Air Tanah pada Cekungan Air Tanah yang terdapat pada Wilayah Sungai yang bersangkutan. Wilayah Sungai yang dimaksud meliputi Wilayah Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi, Wilayah Sungai strategis nasional, Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota, dan Wilayah Sungai dalam satu kabupaten/kota Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan Air yang berkelanjutan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat. Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, Pengendalian Daya Rusak Air, Sistem Informasi Sumber Daya Air serta Pemberdayaan dan Pengawasan. Konservasi Sumber Daya Air Konservasi Sumber Daya Air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi Sumber Daya Air. Konservasi Sumber Daya Air dilakukan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Konservasi Sumber Daya Air dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air melalui kegiatan: a. pelindungan dan pelestarian Sumber Air; b. pengawetan Air; c. pengelolaan kualitas Air; dan d. pengendalian pencemaran Air. Pelindungan dan pelestarian Sumber Air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan Sumber Air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Pengawetan Air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan Air atau kuantitas Air sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengelolaan kualitas Air dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas Air pada Sumber Air dan Prasarana Sumber Daya Air. Pengendalian pencemaran Air dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran Air. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air tersebut menjadi salah satu acuan dalam Perencanaan tata ruang. Konservasi Sumber Daya Air dilaksanakan pada mata Air, sungai, danau, waduk, rawa, daerah imbuhan Air Tanah, Cekungan Air Tanah, daerah tangkapan Air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian. Pendayagunaan Sumber Daya Air Pendayagunaan Sumber Daya Air ditujukan untuk memanfaatkan Sumber Daya Air secara berkelanjutan dengan prioritas utama untuk pemenuhan Air bagi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat. Dalam hal masih terdapat ketersediaan Sumber Daya Air yang mencukupi untuk kebutuhan pokok sehari-hari, prioritas pemenuhan kebutuhan Air selanjutnya dilakukan untuk pemenuhan Air bagi kebutuhan irigasi untuk pertanian rakyat. Urutan prioritas pemenuhan kebutuhan Air ditetapkan dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air yang mencakup prioritas pemenuhan Air bagi kebutuhan pokok sehari hari, irigasi untuk pertanian rakyat, kegiatan bukan usaha dan kegiatan usaha. Pendayagunaan Sumber Daya Air dalam hal ini meliputi: a. Air Permukaan pada mata Air, sungai, danau, waduk, rawa, dan Sumber Air Permukaan lainnya; b. Air Tanah pada Cekungan Air Tanah; c. Air hujan; dan d. Air laut yang berada di darat. Pendayagunaan Sumber Daya Air dilakukan melalui kegiatan: a. penatagunaan Sumber Daya Air; b. penyediaan Sumber Daya Air; c. penggunaan Sumber Daya Air; dan d. pengembangan Sumber Daya Air. Kegiatan Pendayagunaan Sumber Daya Air mengacu pada Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air dengan memperhatikan keseimbangan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk kegiatan usaha yang dilakukan dalam suatu Wilayah Sungai dengan membangun dan/atau menggunakan saluran transmisi hanya dapat dilakukan untuk Wilayah Sungai lainnya jika ketersediaan Air melebihi keperluan penduduk pada Wilayah Sungai yang bersangkutan. Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk kegiatan usaha didasarkan pada Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang bersangkutan dengan melibatkan para pemangku kepentingan terkait. Dalam keadaan memaksa, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah mengatur dan menetapkan penggunaan Sumber Daya Air untuk kepentingan konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan pemenuhan prioritas penggunaan Sumber Daya Air. Pengendalian Daya Rusak Air Pengendalian Daya Rusak Air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Pengendalian Daya Rusak Air diutamakan pada upaya pencegahan melalui Perencanaan Pengendalian Daya Rusak Air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Pencegahan Daya Rusak Air ditujukan untuk mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan oleh Daya Rusak Air. Penanggulangan Daya Rusak Air ditujukan untuk meringankan penderitaan akibat bencana melalui mitigasi bencana. Upaya penanggulangan Daya Rusak Air yang dinyastakan sebagai bencana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam keadaan yang membahayakan, gubernur dan/atau bupati/walikota berwenang mengambil tindakan darurat guna keperluan penanggulangan Daya Rusak Air. Upaya pemulihan Daya Rusak Air dilakukan melalui kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sistem Informasi Sumber Daya Air Untuk mendukung Pengelolaan Sumber Daya Air, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi Sumber Daya Air sesuai dengan kewenangannya. Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi Sumber Daya Air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Jaringan informasi Sumber Daya Air harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang Sumber Daya Air. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pengelola Sumber Daya Air, badan hukum, organisasi, lembaga, dan perseorangan bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktu atas informasi yang disampaikan. Informasi Sumber Daya Air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan Sumber Daya Air, Prasarana Sumber Daya Air, teknologi Sumber Daya Air, lingkungan pada Sumber Daya Air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang terkait dengan Sumber Daya Air. Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem informasi Sumber Daya Air tiap-tiap institusi sesuai dengan kewenangannya melakukan: a. optimalisasi pemanfaatan data dan informasi terkait Sumber Daya Air, termasuk Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi; b. pengelolaan yang terintegrasi; c. pembagian peran yang jelas dan proporsional antari nstitusi; d. pengaturan akses data; e. pengaturan alur data; dan f. pengaturan pemanfaatan data. Pemberdayaan dan Pengawasan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan Sumber Daya Air secara terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja Pengelolaan Sumber Daya Air. Pemberdayaan dilaksanakan pada kegiatan Perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan, serta pemantauan dan evaluasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui kerja sama antara Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan institusi bidang pengembangan Sumber Daya Air dari dalam negeri ataupun luar negeri yang kompeten. Pemilik kepentingan atas prakarsa sendiri juga dapat melaksanakan upaya pemberdayaan untuk kepentingan masyarakat dengan berpedoman pada tujuan pemberdayaan. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya terhadap Pengelolaan Sumber Daya Air. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. Revolusi Industri 4.0 Revolusi industri 4.0 atau yang sering disingkat 4IR merupakan era industri keempat sejak revolusi industri pertama pada abad ke 18. 4IR ini membawa teknologi baru yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis yang mempengaruhi semua disiplin, ekonomi, dan industri (Schwab, 2016). Key technology platforms include artificial intelligence (AI), robotics, the Internet of Things, autonomous vehicles, additive manufacturing (also known as 3D printing), quantum computing and nanotechnology, amongst others. The Fourth Industrial Revolution builds on the Digital Revolution, representing new ways in which technology becomes embedded within societies and the human body. The 4IR is seen as significant, imminent, and global. Being prepared for the 4IR means to position institutions in a way that the 4IR is harnessed for the benefit of human wellbeing, and in support of national and international social and economic objectives. There are, and will continue to be, large-scale disruptions to the production of goods and services: Industrial automation, digitalisation, and services automation mean that machines increasingly compete with humans in labour markets. Humans, both individually and socially, are also changing. Notions of the human, and human interaction, are undergoing multiple changes: increased longevity, augmentation of human bodies and minds, the changing nature of work, the changing nature of learning, changes to human connection and connectivity, and changes to identities, amongst others. Societies must confront growing inequality, and its interplay with unequal access to, and benefits from, technology. At the same time, technological change is driving geopolitical change. New technologies are important to the future of power, and in some cases pose existential risks to humanity. For example, artificial intelligence (driven by machine learning technologies) is being used by geopolitical actors to gain power in the military, intelligence, economic, and public sphere arenas. At the same time, such technologies may pose global existential risks (for example, from rogue autonomous AI). Within the 4IR it is critical that we put in place strategic measures that will prepare us: for example building innovation capacity, developing policy, writing legislation and regulations, joining multilateral and international agreements, and debating the ethics. The velocity of the 4IR suggests that by the time the policy cycle has turned, the 4IR may already have had an enormous impact – hence the urgency and significance of initiating policy cycles at all levels to respond to the 4IR. The 4IR, as conceived by the World Economic Forum in 2016, is to some extent defined by contemporary transformative technologies, such as artificial intelligence, robotics, and genetic modification. The 4IR diagnostic is underpinned by some central propositions that apply to these technologies, including: a. Convergence: digital, physical, and biological technologies are becoming increasingly integrated and blurring the lines between these three spaces. b. Acceleration: the overall rate of technological change is increasing over time. The absolute rate of technological change is hence increasing exponentially. c. Transhumanism: due to convergence and acceleration, the boundaries of what can be considered to be ‘human’ are and will continue to expand significantly, including into new physical, digital, and biological spaces. Each technology, and each converged application of technologies, presents a distinct set of policy imperatives and opportunities, and hence forms a distinct component of the overall Framework. Establishing strategies to steer these technologies towards our desired developmental outcomes is a central component of the Framework. Some strategies may be clearly identified with lead departments, some of which are already developing strategic responses. For example, the DTI is leading Industry 4.0 strategy, the DTPS leading digital strategy, and the DST leading Research, Development and Innovation (RDI) strategy. Other technology strategies are ‘horizontal’, in that each technology cuts across a number of social and economic dimensions and the remits of several government departments. For example, AI, as a technology, is both a policy domain in itself, and a technology that can be brought to bear on issues of education, skills development, the future of work, economic competitiveness, and governance, amongst other areas. Digitalisation and the Data Revolution ‘Digitalisation’ refers to digital processes replacing or supplementing processes that were previously not digital. Classic examples are the growth of online retail, sharing systems such as Uber and AirBnB, and the replacement of legacy media with online media. Digitalisation therefore encompasses many of the major economic and social disruptions of the last two decades. Disruptive technologies that are shaping digitalisation trajectories include: a. Augmented and virtual reality b. Big data and data analytics c. Cloud computing d. Human/machine interfaces e. Data monetization It is certainly central to the 4IR, as it underpins the technological dynamics of AI, digitalisation, Industry 4.0, genetic medicine, and many other contemporary technologies. A national policy framework for the 4IR must address the issue of data, including the questions of data protection and data access. Data Access and Data Inequality Without access to data, citizens simply can’t participate in the 4IR. Without data, citizens are left on the wrong side of the digital divide. Without access to the internet, students and learners suffer from a vast gap in access to information and knowledge, entrepreneurs lack access to broader markets, and innovation systems in marginalised and informal settings are continuously hampered 5G Mobile Communications The fifth generation of mobile communications, or 5G, promises high speed, low latency and high bandwidth – and is seen as a significant enabler of the Internet of Things (IoT), virtual reality (VR) and robotics. A key feature of 5G, splicing, allows the creation of sub-networks that accommodates a variety of needs across different consumer and business groups. For example, Germany has reserved a quarter of 5G bandwidth or local and regional applications to enable businesses in the industrial and agricultural sectors, as part of the country’s Industrie 4.0 strategy. This data policy creates an environment in which the Industrial Internet of Things operates in a data environment in which the complex cyber-physical systems which underpin Industry 4.0 can function effectively. Data and AI If data is indeed the new gold of the 21st century, then artificial intelligence is our main tool for mining and processing. Artificial intelligence can be defined as a machine or man-made agent capable of observing its environment, learning, and based on the knowledge and experience gained, taking intelligent action or proposing a decision. The global literature addressing the AI phenomenon has grown rapidly in recent years, providing rich resources for the development of AI-related policy. National AI strategies are being developed in many countries, including the USA, China, Italy, Germany, the UK, Japan, and many others. Within the overall ambit of a 4IR strategy, a dedicated national AI strategy is essential. Moreover, it is critical that a national AI strategy be aligned with and integrated with a national 4IR strategy. AI strategy includes many components and logics similar to a 4IR strategy, including the need to build skills and broad-spectrum RDI, stimulate investment, set legal and regulatory frameworks, address ethical issues, build public awareness, and seek applications that meets developmental aims. At an operational level, one of the key messages delivered by AI leaders and practitioners is that the technological fundamentals of machine learning applications to not have to be developed de novo – off-the-shelf machine learning systems are freely available from multiple vendors, including Google, Amazon, and Microsoft, amongst others. The future of manufacturing and Industry 4.0 Industry 4.0 is a concept, originating in Germany, that focusses on production automation through the use of cyber-physical systems and advanced manufacturing technologies (Kegel, 2019). The concept of Industry 4.0 overlaps with, but is distinct from, the notion of the 4IR. While Industry 4.0 has a production focus, the notion of the 4IR has a broader global socio-political component that considers in more depth the interplay between technological change and social change. Industry 4.0 is central to changes in manufacturing in the 4IR. These changes include the integration of several of the core 4IR technologies, including: a. Big data and data analytics b. Autonomous and collaborative robots c. Simulations (of products, materials, and production) d. Horizontal and vertical systems integration e. Industrial internet of things f. Cloud computing g. Additive manufacturing (also known as 3D printing) h. Human-machine interfaces Central to industry 4.0 is the use of cyber-physical systems, including the integration of the industrial internet of things (IIOT) into the manufacturing environment. Typical changes in the shift towards Industry 4.0 include: a. Process-driven operations to data driven operations b. Preventative repairs to predictive repairs c. Cyber systems and physical systems to cyberphysical Systems Industry 4.0 policy must be integrated with data policy, due to its reliance on a permanently connected network of devices and equipment. In this regard, the option of ‘splicing’ 5G bandwidth is both a question of data policy (to be led by the DTPS) and a question of industry 4.0 policy (to be led by the DTI). It is also a question of capability building (to be led by the DHET) and innovation (to be led by the DST). Industry 4.0 thus forms a major component of an integrated 4IR national policy framework. A policy framework for industry 4.0 should perhaps be sector specific, since the manifestation of industry 4.0 has distinct characteristics in each sector. Two case studies, from mining and automotive manufacturing respectively, illustrate these distinctions.
Daftar Pustaka Policy Options Framework For The Fourth Industrial Revolution In South Africa 2018