Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-dasar Konseling Keluarga


Pusat dari system interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah
keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu
melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan
memperlihatkan intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri
dan dunia luar yang dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga (Framo,
1976, dalam Kendall, 1982 : 517). Saat anak-anak tumbuh dan matang,
mereka berubah dalam banyak hal dan keluargapun berubah pula. Hal ini
berlangsung selama perkembangan seseorang dalam rentang kehidupannya.
Jika anak, remaja, atau orang dewasa mengalami disfungsi psikologis,
masalah ini mungkin berawal dari konflik yang tak terpecahkan dalam
keluarga di masa lalu (Jackson, 1965, dalam Kendall, 1982). Misalnya suatu
pasangan mungkin membawa anak mereka untuk konseling/terapi, hanya
untuk menyatakan bahwa masalah mereka dengan anaknya hanyalah masalah
sekunder dalam konflik perkawinannya. Hal ini mungkin kasus dimana anak
terjebak di tengah-tengah di antara masalah kedua orangtuanya, yang dapat
mengembangkan symptom-simptom seperti anxiety, tidak patuh atau gagal di
sekolah, dimana hal ini menyebabkan tekanan terhadap situasi keluarga.
Demikian juga halnya dengan klien dewasa, dimana mungkin berusaha
menanggulangi perasaan depresinya, sebagai akibat dari konflik
perkawinannya yang sangat mengganggu kepercayaan dirinya, dengan
mengembangkan penghargaan diri yang besar.
Weakland (1960, dalam Imbercoopersmith, 1985) membuat hipotesa
bahwa seseorang yang mengalami gangguan perilaku berat merupakan korban
dari pesanpesan ketidakrukunan satu pihak dengan pihak lain dalam keluarga.
Minuchin (1974, dalam Imbercoopersmith, 1985) menjelaskan tentang
“Triad yang kaku”, yaitu meliputi : (1) “detouring”, dimana orang-orang yang
lebih dewasa menyerang atau overproteksi terhadap anak; (2) “koalisi orang
tua –anak”, dimana salah satu orang tua dan anak bersekutu untuk melawan
orang tua yang lain, dan (3) “triangulasi”, dimana anggota (biasanya anak)
berada dalam koalisi yang tertutup dengan dua anggota lain yang sedang
mengalami konflik.
Imbercoopersmith (1985) menyatakan bahwa Family
Conselor/Therapist harus memliki kemampuan menganalisa bagaimana pola
triadic di dalam keluarga, melakukan intervensi yang efektif bagi pola triadic
dengan memberikan tugastugas, dan menghindari hubungan yang kurang baik
antara hubungan triadic para anggota keluarga dengan professional.
Meskipun masalah klien bukan karena disfungsi dalam keluarga,
keluarga dapat menjadi sumber yang penting dalam proses konseling/terapi.
Jadi, konselor/terapist berusaha memberi gambaran mengenai dukungan dan
dorongan anggota keluarga jika individu berusaha untuk keluar dari
permasalahan melalui proses konseling/terapi ini. Hal ini dapat dilakukan
dengan bantuan seluruh anggota keluarga.
Jika konselor/terapist melakukan intervensi terhadap keluarga atau
pasangan, seluruh anggota keluarga hendaknya terlibat bersama. Hal ini
disebut Conjoint Conseling/Therapy, karena seluruh keluarga dilihat sebagai
kelompok tunggal. Jadi, permasalahan tidak hanya didiskusikan dengan satu
atau dua anggota keluarga saja. Konseling/terapi ini memliki keuntungan
membawa seluruh anggota keluarga secara langsung dalam proses terapi. Hal
ini memungkinkan adanya kesepakatan untuk bekerjasama untuk perubahan
dan memperkecil kemungkinan anggota keluarga yang lain memberikan
bimbingan yang berbeda (Kendall et al., 1982 : 517-518).
Famili Conseling/Therapy merupakan satu bentuk intervensi yang
ditujukan bagi penyelesaian masalah keluarga. Pendekatan pada intervensi ini
sangat concerned dengan struktur keluarga (baik dalam bentuk dyad maupun
triad). Yang dimaksud dengan dyad adalah 2 orang yang diamati dan
diperlakukan sebagai 1 unit, biasanya parental dyad. Sedangkan triad adalah 3
orang yang diamati sebagai 1 unit. Yang diobservasi adalah bagaimana para
anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, terdapat
beberapa hal yang menjadi focus dari Famili Conseling/Therapy, yaitu :
 Mengubah sekuen perilaku diantara anggota keluarga.
 Memberanikan anggota keluarga untuk berpendapat beda dari
yang lain.
 Mengusulkan beberapa alliance (persekutuan atau perserikatan)
dan melemahkan beberapa yang lain.
Jadi, focus dari Family Conseling/Therapy lebih pada outcome dan
perubahan, bukan pada metodenya itu sendiri. Ukuran dari keberhasilan
konseling/terapi adalah bila ada perubahan dalam family construct. Keluarga
dipandang sebagai satu unit fungsi, sehingga diperlukan pula sebagai satu
kesatuan. Bila ada salah satu anggota keluarga yang menunjukkan masalah
yang amat menonjol, maka ini dianggap sebagai symptom dari sakitnya
kelurga. Jadi, yang terutama diperhatikan adalah “relationship” di antara
anggota keluarga. Apa yang diinterpretasi adalah suasana yang diciptakan
oleh relasi keluarga itu dan bukannya symptom-symptom yang muncul
(Perez, 1979).
2.2 Definisi Konseling Keluarga
Masalah keluarga merupakan gejala interpersonal. Kondisi emosi
salah satu anggota keluarga berpengaruh pada setiap anggota yang lain. Bila
satu anggota keluarga merasa tidak enak/discomfort, maka hal ini akan
mempengaruhi anggota lainnya. Kondisi keluarga dapat dianalogikan dengan
kondisi individu dalam keadaan homeostasis. Jadi dalam konseling/terapi,
keadaan homeostasis struktur keluarga ini, anak-anak merupakan emotional
product dari orang tua.
Bila diperlukan konseling/terapi keluarga, maka ini diartikan bahwa
terjadi hal yang tidak seimbang dalam keluarga, misalnya salah satu anggota
kelurga mengembangkan suatu symptom tertentu yang tidak dapat
ditoleransikan oleh anggota lainnya. Orang yang mengembangkan symptom
ini disebut “identified patient”. Walaupun demikian “identified patient” tidak
selalu berarti penderita, karena mungkin saja anggota lain yang merasa lebih
menderita dengan symptom yang dikembangkan oleh “identified patient”.
Dari sudut pandang conselor/terapist, “identified patient” merupakan
product dan juga mungkin kontributor dari gangguan-gangguan interpersonal
keluarga. Gangguan ini berakar pada familial value dan attitude, yang saling
terjalin pula dengan emosi para anggota keluarga.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Family Conseling/Therapy dapat
didefinisikan sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu
keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis, sehingga setiap anggota
keluarga dapat merasa nyaman (comfortable). Dengan maksud tersebut,
conselor/terapist bekerja berdasarkan beberapa asumsi, yaitu :
a. Manifestasi keluhan salah satu anggota keluarga tidak datang dari
dirinya sendiri, tetapi sebagai hasil interaksinya dengan satu atau
lebih anggota keluarga lainnya.
b. Satu atau dua nggota keluarga mungkin saja menunjukkan
perilaku yang well- adjusted. Gambaran ini menunjukkan bahwa
“identified patient” tidak selalu berarti penderita.
c. Bila keluarga secara kontinu mengikuti terapi, maka ini berarti ada
motivasi yang tinggi untuk menghasilkan kondisi homeostasis.
d. Relasi orangtua akan mempengaruhi relasi di antara seluruh
anggota keluarga (Perez, 1979).

2.3 Prinsip-prinsip Konseling Keluarga


Secara garis besar, prinsip yang penting dalam pendekatan ini adalah :
a. Bukan metode baru untuk mengatasi human problem.
b. Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih penting
dari yang lain.
c. Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga dan
prosesnyalah yang harus diubah.
d. Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan
keluarga, karena hal ini hanya membuang waktu saja untuk
ditelusuri.
e. Selama intervensi berlangsung, konselor/terapist merupakan
bagian penting dalam dinamika keluarga, jadi melibatkan dirinya
sendiri.
f. Konselor/terapist memberanikan anggota keluarga untuk
mengutarakan dan berinteraksi dengan setiap anggota keluarga
dan menjadi “intra family involved”.
g. Relasi antara konselor/terapist merupakan hal yang sementara.
Relasi yang permanen merupakan penyelesaian yang buruk.
h. Supervisi dilakukan secara riil/nyata (conselor/therapist center)
(Perez, 1979).
2.4 Tujuan Konseling Keluarga
Secara umum, tujuan family conseling/therapy adalah :
a. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional
menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara
anggota keluarga.
b. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila
anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin
merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan
interaksi dari anggota keluarga lainnya.
c. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan
keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan
menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
d. Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi
parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
Secara khusus, family conseling/therapy bertujuan untuk :
a. Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara
atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota
keluarga.
b. Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi,
ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama
keluarga atau tidak bersama keluarga.
c. Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung,
membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
d. Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai
dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).

2.5 Peran Intervensi pada Konseling Keluarga


a. Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan
strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi
emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan
kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga,
kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
b. Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan
c. Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap
dihubungi.
d. Pemberi tantangan
e. Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga
dalam menghadapi stress.

2.6 Tiga Teori Dinamika Keluarga


a. Teori Peran
Keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau tidak
sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja
peran dari setiap anggotanya. Empat konsep yang merupakan dasar
untuk mengerti kesehatan mental dan keluarga :
 Komplementaritas.
 Pertukaran Peran.
 Konflik Peran.
 Kebalikan Peran.
Dengan menilai peran keluarga, konselor dapat mengerti
dinamika keluarga dan dapat membimbing dengan intervensi yang
paling sesuai untuk meningkatkan berfungsinya keluarga.
b. Teori Perkembangan
Keluarga yang berhasil, berfungsi dengan baik, bahagia, dan
kuat tidak hanya seimbang, tetapi perhatian terhadap anggota keluarga
yang lain, menggunakan waktu bersama-sama, memiliki pola
komunikasi yang baik, memiliki tingkat orientasi yang tinggi terhadap
agama, dan dapat menghadapi krisis dengan pola yang positif. Krisis
dalam keluarga dapat lebih dimengerti, apabila tiap tahap
perkembangan keluarga diteliti, karena setiap tahap mempunyai
permintaan peran, tanggung jawab, problem dan tantangan-tantangan
sendiri-sendiri.
Tahapan perkembangan keluarga (Becvar, 1993 : 128-129) :
 Keluarga baru.
 Keluarga dengan anak.
 Keluarga dengan balita.
 Keluarga dengan anak sekolah.
 Keluarga dengan anak remaja.
 Keluarga sebagai pusat peluncuran.
 Keluarga tahun-tahun tengah.
 Pensiun.
c. Teori Sistem
Beberapa asumsi mengenai keluarga :
 Perubahan dan stress anggota keluarga berpengaruh
terhadap seluruh keluarga.
 Keluarga memiliki pola interaksi.
 Simptom fisik dan psikososial berkaitan dengan pola
interaksi keluarga.
 Ciri keluarga sehat adalah kemampuan menyesuaikan diri
terhadap perubahan.
 Berbagi tanggung jawab bersama.
 Perilaku bermasalah harus dipecahkan, sebelum
menganggu keharmonisan keluarga.
Sistem keluarga yang disfungsional memiliki 2 dimensi, yang
masing-masing memiliki 4 tingkatan, yaitu : Family Cohesion
(keterikatan emosional), terdiri dari rigid, structured, flexible, dan
kacau; dan Family Adaptability (kemampuan penyesuaian terhadap
perubahan), yang terdiri dari disengaged (lepas), separated (terpisah),
connected (berhubungan), dan enmeshed (terlibat). Bentuk sistem
keluarga tersusun dalam model Circumplex (Olson, 1986). Dimana
masing-masing bentuk merupakan hasil interaksi dari masing-masing
tingkatan di antara kedua dimensi tersebut. Bentuk-bentuk system
keluarga tersebut akan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu
: seimbang, campuran, dan tidak seimbang.
Konselor yang memberi intervensi keluarga, akan dapat
meningkatkan kualitas interaksi anggota keluarga, struktur hubungan
mereka, berfungsinya unitunit keluarga, dan kemampuan keluarga
menjadi sumber bagi penyesuaian hidup klien.

2.7 Konseling Keluarga dan Konseling Perkawinan


Profesi konseling perkawinan dan keluarga dipelopori oleh Alfred
Adler yang mendirikan klinik bimbingan anak di sekolah-sekolah dan
komunitas. Adler mendidik orang tua tentan dinamika keluarga , rivalitas
antar saudara dan pengaruh urutan kelahiran serta mengajarkan cara-cara yang
sesuai dalam mendisiplinkan anak. Kemudian berkembang pesat sejak 1940-
50 an disebabkan oleh banyak hal :
 menyangkut teori-teori perkembangan
 kebutuhan-kebutuhan dalam populasi
 temuan-temuan riset
Konseling keluarga terutama untuk membantu keluarga dari para
penderita skizofrenia sebagai cara baru untuk memahami dan menangani
penderita gangguan mental, kemudian berkembang untuk membantu
keluarga-keluarga yang tidak berfungsi baik.
Beberapa pendekatan baru dalam konseling keluarga:
 Multiple family therapy; merupakan grup terapi dengan secara
rutin keluarga menjalani konseling dengan saling menceritakan
problem dan saling membantu dalam penyelesaiannya.
 Multiple impact therapy; penanganan seluruh keluarga oleh
konselor komunitas yang multi disipliner selama waktu yang
singkat (2 hari)
 Network therapy; merupakan grup terapi, dimana sejumlah orang
dimobilisasi dalam satu kelompok krisis yang bersifat teraputik.
Ranah konseling perkawinan kadang-kadang digabung dalam model-
model konseling keluarga, tapi sejak 1970-an lebih sering dipisahkan.
Terdapat 5 macam pendekatan dalam konseling perkawinan :
 Psikoanalitik
 Sosial kognitif
 Sistem-sistem keluarga Bowen
 Strategi struktural
 REBT ( Rasional Emotive Behavioral Therapy )
Pendekatan-pendekatan konseling keluarga lebih luas, tapi yang paling
dominan adalah :
 Psikodinamika.
 Experiential.
 Behavioral.
 Struktural.
 Solution Focused.
 Narrative.
Pelaksanaan konseling perkawinan dan keluarga harus selalu dalam
kerangka berpikir yang berbasis teoritis dan mengingat bahwa anggota-
anggota dalam perkawinan dan keluarga adalah dalam lingkungan hidup
individu dan keluarga. Konselor juga harus menggunakan teori-teori
individual atau kelompok dengan saling melengkapi atau mengurangi.

2.8 Peran Konselor dalam Terapi Keluarga


Peran konselor dalam membantu konseli pada terapi keluarga dan
perkawinan dikemukakan Haley (dalam Weld dan Eriksen, 2006). Sebagai
berikut:
a. Menciptakan kerja sama antar keluarga
b. Memberikan kepercayaan dan mendorong klien bahwa setiap
orang dalam keluarga memiliki kemampuan dan mengetahui
fungsi dan peran serta dapat melakukan yang terbaik buat dirinya
dan keluarganya
c. Membantu klien untuk ikut serta dalam setiap proses konseling
agar setiap anggota keluarganya dapat melaksanakan perannya
d. Membantu keluarga agar memiliki kemampuan dalam mengolah
emosi dan mengembangkan kematangan diri setiap anggota
keluarga
e. Membantu memberikan pemahaman sebagai pribadi dan juga
sebagai bagian dari keluarga.

2.9 Pendekatan Konseling Keluarga


a. Psikodinamika
 Pendekatan ini menggunakan cara dan strategi psikoterapi individual
dalam situasi Keluarga dengan:
- Mendorong munculnya insight tentang diri sendiri dan anggota
keluarga.
- Untuk membantu keluarga dalam pertukaran emosi
- Kontak konselor hanya sementara dan konselor akan menarik
diri jika keluarga telah mampu mengatasi problemnya secara
konstruktif.
 Dasar Pemikiran
Proses unconsciousness (bawah sadar) mempengaruhi
hubungan kebersamaan antaranggota keluarga dan mempengaruhi
individu dalam membuat keputusan tentang siapa yang dia nikahi.
Objects ( orang-orang yang penting / signifikan dalam kehidupan)
diidentifikasi atau ditolak. Kekuatan unconsciousness benar-benar
dianggap sangat berpengaruh.
 Peranan Konselor
Seorang guru dan interpreter pengalaman (analisis).
 Treatment
Individual → kadang-kadang dengan keluarga
 Tujuan Treatment
Untuk memecahkan interaksi yang tidak berfungsi dalam
keluarga yang didasarkan pada proses unconsciousness (bawah
sadar), untuk merubah disfungsional individu.
 Teknik
Transference, analisa mimpi, konfrontasi, focusing pada
kekuatan-kekuatan, riwayat hidup.
 Aspek-aspek yang unik
Konsentrasi pada potensi unconsciousness (bawah sadar)
dalam perilaku individu, mengukur defence mechanism (mekanisme
pertahanan diri) yang dasar dalam hubungan keluarga, menyarankan
treatment mendalam pada disfungsionalitas (ketidakmampuan
berfungsi).
b. Experiential (Pengalaman)
 Dasar pemikiran
Masalah-masalah keluarga berakar dari perasaan-perasaan
yang di tekan, kekakuan, penolakan/pengabaian impuls-impuls,
kekurangwaspadaan, dan kematian emosional.
 Peran konselor
Konselor menggunakan pribadinya sendiri. Mereka harus
terbuka, spontan, empatic, sensitive dan harus mendemonstrasikan
perhatian dan penerimaan. Mereka harus memperlakukan dengan
terapi regresi dan mengajari anggota keluarga keterampilan-
keterampilan baru dalam mengkomunikasikan perasaan-perasaan
secara gamblang.
 Unit Treatment
Difocuskan pada individu dan ikatan-ikatan pasangan.
Whitaker mengkonsentrasikan perhatiannya dengan mempelajari
tiga generasi keluarga.
 Tujuan Treatment
Untuk mengukur pertumbuhan, perubahan, kreativitas,
fleksibilitas, spontanitas dan playfulness, untuk membuat terbuka
apa yang tertutup, untuk mengembangkan ketertutupan emosional
dan mengurangi kekakuan, untuk membuka defencedefence, serta
untuk meningkatkan self-esteem.
 Teknik
Memahat keluarga dan koreografi, keterampilan-keterampilan
komunikasi terbuka, humor, terapi seni keluarga, role-playing,
rekonstruksi keluarga, tidak memperhatikan teori-teori dan
menekankan pada intuitive spontan, berbagi perasaan dan
membangun atmosfer emosional mendalam dan memberi sugesti-
sugesti serta arahan-arahan.
 Aspek-aspek unik
Mempromosikan kreativitas dan spontanitas dalam keluarga,
mendorong anggotaanggota keluarga untuk mengubah peran
mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri dan pengertian
pada yang lain, humanistik dan memperlakukan seluruh anggota
keluarga dengan status yang sama, mengembangkan kewaspadaan
perasaan di dalam dan diantara anggota keluarga, mendorong
pertumbuhan.
c. Behavioral
 Dasar pemikiran
Perilaku dipertahankan atau dikurangi melalui konsekuensi-
konsekuensi, perilaku maladaptive dapat diubah (dihapus) atau
dimodifikasi. Perilaku adaptive dapat dipelajari, melalui kognisi,
rational maupun irational. Perilaku dapat dimodifikasi dan
hasilnya akan membawa perubahan-perubahan.
 Peran konselor
Directiv, melakukan pengukuran dan intervensi dengan hati-
hati, konselor tampak seperti guru, ahli dan pemberi penguat, dan
focus pada problem masa sekarang.
 Unit Treatment
Training orang tua, hubungan perkawinan dan komunikasi
pasangan dan treatment pada disfungsi sexual, menekankan pada
interaksi pasangan, kecuali dalam terapi peran keluarga.
 Tujuan treatment
Untuk menimbulkan perubahan melalui modifikasi pada
antecedent-antecedent atau konsekuen-konsekuen dari perbuatan,
memberikan perhatian spesial untuk memodifikasi konsekuensi-
konsekuensi, menekankan pada pengurangan perilaku yang tidak
diharapkan dan menerima perilaku positif, untuk mengajarkan
keterampilan sosial dan mencegah problem-problem melalui
mengingatkan kembali, untuk meningkatkan kompetensi individu
dan pasangan-pasangan serta memberikan pengertian tentang
dinamika perilaku.
 Teknik
Operant conditioning, classical conditioning, social learing
theory, strategi-strategi kognitif – behavioral, tehnik systematic
desensitization, reinforcement positif, reinforcement
sekejap/singkat, generalisasi, kehilangan, extinction, modeling,
timbal balik, hukuman, token-ekonomis, quid proquo exchanges,
perencanaan, metodemetode psikoedukasional.
 Aspek-aspek unik
Pendekatan-pendekatannya secara langsung melalui observasi,
pengukuran, dan penggunaan teori ilmiah. Menekankan pada
treatment terhadap problem masa sekarang. Memberikan waktu
khusus untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial
khusus dan mengurangi keterampilan yang tak berguna.
Hubungan dibangun diatas kontrol positif dan lebih pada
penerangan prosedur-prosedur pendidikan dibanding hukuman.
Behaviorisme adalah intervensi yang simple dan pragmatis
dengan teknik-teknik yang bermacam-macam. Data riset yang
bagus membantu pendekatan-pendekatan ini dan keefektifannya
dapat diukur. Perlakuannya pada umumnya dalam waktu yang
singkat.
d. Strutural Keluarga
 Dasar pemikiran
Suatu patologi keluarga muncul akibat dari perkembangan
rekasi yang disfungsional. Fungsi-fungsi keluarga meliputi
struktur keluarga, sub-systems dan keterikatannya. Peraturan-
peraturan tertutup dan terbuka dan hirarki-nya harus dimengerti
dan dirubah untuk membantu penyesuaian keluarga pada situasi
yang baru.
 Peran Konselor
Konselor memetakan aktivitas mental dan kerja keluarga dalam
sesi konseling. Seperti sutradara teater, mereka memberi instruksi
pada keduanya untuk berinteraksi melalui ajakan-ajakan dan
rangkaian aktivitas spontan.
 Unit treatment
Keluarga sebagai satu system atau sub-system, tanpa
mengabaikan kebutuhan individu.
 Tujuan
Mengungkap perilaku-perilaku problematik sehingga konselor
dapat mengamati dan membantu mengubahnya ; untuk membawa
perubahan-perubahan struktural di dalam keluarga ; seperti pola-
pola organisasional dan rangkaian perbuatan.
 Teknik
Kerjasama, akomodating, restrukturusasi, bekerja dengan
interaksi (ajakan, perilaku-perilaku spontan), pendalamam,
ketidakseimbangan, reframing, mengasah kemampuan dan
membuat ikatan-ikatan.
 Aspek-aspek unik
Yang utama adalah membangun keluarga-keluarga dengan
sosioekonomis yang rendah, sangat pragmatis, dipengaruhi oleh
profesi psikiatri untuk menghargai konseling keluarga sebagai
suatu pendekatan treatment; dengan prinsip-prinsip dan teori-nya
Minuchin dkk, efektif untuk keluarga dari para pecandu, para
penderita gangguan makan dan bunuh diri, penelitian-penelitian
yang baik, systematis, masalah difokuskan untuk masa sekarang,
umumnya dilaksanakan kurang dari 6 bulan, konselor dan
keluarga sama-sama aktif.
e. Teori Strategic (Brief) Dan Solution Focused
Menurut Jay Haley dan Cloe Madanes; keluarga bermasalah
akibat dinamika dan struktur keluarga yang disfungsional. Perilaku
yang bermasalah merupakan usaha individu untuk mencapai
kekauasaan dan rasa aman.
 Dasar Pemikiran
Orang dan keluarga dapat berubah dengan cepat. Treatment
(perlakuan) dapat sederhana dan pragmatis dan berkonsentrasi
pada perubahan perilaku symptomatic dan peran-peran yang kaku.
Perubahan akan muncul melalui ajakan-ajakan , cobaan berat
(siksaan), paradox, pura-pura/dalih dan ritual-ritual (strategic and
systemic therapis), difokuskan pada pengecualian terhadap
disfungsionalitas, solusi-solusi hipotetik dan perubahan-perubahan
kecil. (solution-focused therapies).
 Peran Konselor
Konselor menanggapi munculnya daya tahan/perlawanan
dalam keluarga dan mendesign rangkaian cerita tentang strategi-
strategi untuk memecahkan masalah. Menerima munculnya
perlawanan/daya tahan melalui penerimaan positif terhadap
problem-problem yang dibawa keluarga. Konselor lebih seperti
seorang dokter dalam tanggung-jawab terhadap keberhasilan
treatment dan harus merencanakan dan membangun strategi-
strategi.
 Unit treatment
Keluarga sebagai suatu system, meskipun pendekatan-
pendekatannya secara selektif dipergunakan pada pasangan-
pasangan dan individu-individu.
 Tujuan treatment
Untuk mengatasi problem-problem masa sekarang.
Menemukan solusi-solusi, membawa perubahan-perubahan,
menemukan target tujuan perilaku, untuk menimbulkan insigt,
untuk mengabaikan hal-hal yang bukan masalah.
 Teknik
Reframing (memasukkan dalam konotasi positif), direktif,
kerelaan dan pertentangan berdasarkan pada paradox (termasuk
penentuan symptom-symptom), pengembangan perubahan
selanjutnya, mengabaikan interpretasi, pura-pura, hirarki
kooperatif, cobaan-cobaan (siksaaan), ritual, tim, pertanyaan-
pertanyaan berputar, solusi hipotetis (dengan menanyakan
“pertanyaan ajaib”).
 Aspek-aspek unik
Terdapat penekanan pada pemeriksaan pada pemeriksaan
symptom dengan cara yang positif. Treatment-nya singkat
(biasanya 10 sesi atau beberapa). Fokus pada pengubahan perilaku
problematik masa sekarang. Tehniknya dirancang khusus untuk
setiap keluarga. Tretment yang inovatif dan penting.
Pendekaannya fleksibel, berkembang dan kreatif. Secara mudah
dapat dikombinasikan dengan teori-teori lain.
f. Narrative
 Dasar pemikiran
Kehidupan orang dihidupkan menurut/sesuaidengan
pemaknaannya. Keluarga yang mengatur kembali kehidupannya
dan membuat kisah-kisahnya dengan lebih bermakna akan hidup
lebih sehat.
 Peran Konselor
Memberikan pertanyaan-pertanyaan dan penilai makna satu
situasi bagi keluarga dan membantu mereka membuat kisah baru
bagi kehidupan mereka.
 Unit treatment
Seluruh anggota keluarga, bila memungkinkan.
 Tujuan treatment
Mengajak keluarga untuk melihat pada kekhususan-
kekhususan. Pada dilemma-dilema mereka untuk memfokuskan
pada penyelesaian problem mereka.
 Teknik
Eksternalisasi masalah, mengukur bagaimana masalah dan
orang-orang saling mempengaruhi, mengembangkan dilemma-
dilemma, peramalan kemundurankemunduran, penggunaan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengubah persepsi keluarga,
menulis surat pada keluarga, penyelenggaraan bantuan pada
teratment penutup.
 Aspek-aspek unik
Pendekatan ini didasarkan lebih pada penalaran narrative
(pemaknaan cerita/kisah) dibanding pada teori system.
Menekankan pada eksternalisasi problem, mengatur kembali
kehidupan, penggunaan pertanyaan untuk mengubah persepsi-
persepsi keluarga dan menulis surat pada keluarga sebagai satu
cara mendapatkan umpan balik dan melakukan catatan-catatan
klinis.

2.10 Proses Konseling Keluarga


a. Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga
konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan
dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan
problem keluarga.
b. Penilaian Problem/masalah yang mencakup pemahaman tentang
kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
c. Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan
macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
d. Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap
berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat
perkembangan keluarga dan memberikan support.

2.11 Kesalahan Umum dalam Terapi Keluarga


Dalam terapi keluarga atau konseling keluarga sering terdapat
kesalahan-kesalahan yang dilakukan konselor, sehingga hasilnya tidak efektif.
Menurut Crane (1995) kesalahan umum dalam penyelenggaraan konseling
keluarga adalah :
a. Tidak menemui seluruh anggota keluarga, untuk mendiskusikan
masalah-masalah yang dihadapi. Akan lebih baik jika seluruh
anggota keluarga terlibat dalam terapinya
b. Pertama kali orang tua dan anak datang ke konselor Bersama-
sama, konselornya suatu saat berkata hanya orang tua dan anak
tidak perlu turut dalam proses sehingga menampakkan
ketidakpeduliannya terhadap apa yang menjadi perhatian anak.
Cara yang baik adalah mengajak anak untuk berbicara,
memperhatikan apa yang mereka kemukakan, dan memprosesnya
secara cepat
c. Mendiskudikan masalah, atau menjelaskan pandangan kepada
orang tua dan bukan menunjukkan cara penanganan masalah yang
dihadapi dalam situasi kehidupan yang nyata
d. Melihat untuk menjelaskan perilaku anak dan orang tu, bukan
mengajarkan cara untuk memperbaiki masalah-masalah yang
terjadi. Yang ditekankan adalah mengubah system interaksi
dengan jalan mengubah perilaku orang tua dan mengajarkan
mereka bagaimana cara mengubah perilaku anak-anak mereka
e. Mengajarkan Teknik modifikasi perilaku pada keluarga yang
terlalu otoritarian atau terlalu membiarkan dalam interaksi mereka.
Orang tua perlu belajar cara membiarkan dorongan dan afeksi
kepada anak mereka, bukan mengendalikan perilaku anak.
Konselor perlu mengajarkan anak dengan penuh afeksi pula.

Kesalahan-kesalahan tersebut sebaiknya dihindari agar


memperoleh hasil yang lebih baik, konselor juga diharapkan
melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap apa yang dilakukan
dan bagaimana hasil yang dicapai dari usahanya.

DAFTAR PUSTAKA

Hershenson, David B.; Power, Paul W.; & Waldo, Michael. (1996). Community
Counseling, Contemporer Theory and Practice. Massachusetts : A Simon & Scuster
Company.
Imbercoopersmith, Evan. (1985). Teaching Trainee To Think In Triad. Journal of
Marital and Family Therapy, Vol.11, No.1,61-66.
Kendall, Philip C. & Norton-Ford, Julian. Professional Dimension Scientific and
Professional Dimension. USA, John Willey and Sons, Inc.
Perez, Joseph F. (1979). Family Counseling : Theory and Practice. New York : Van
Nostrand, Co.
Latipun, Psikologi konseling, (Malang: UMM PRESS 2013), hal 157-158

Anda mungkin juga menyukai