Anda di halaman 1dari 183

PENGEMBANGAN LKS FISIKA MATERI

PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA


TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK

skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

oleh
Dwi Ristiyani
4201410013

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2014
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan

shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-

Baqarah: 153)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan

pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10)

“Sabar itu ada batasnya, ikhlas itu tak terbatas”

PERSEMBAHAN
Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya, karya ini saya persembahkan untuk:

Bapak Supargo dan Ibu Ngarsini tercinta, terima kasih atas segala kasih

sayang, do’a dan pengorbanan yang tiada henti.

Kak Sutee dan Mas Josi, terimakasih untuk do’a, motivasi, dan bantuannya.

Teman seperjuanganku (Bagus, Erindra, Ayu, Arista, Sartiyah, Firdha,

Badrul, dan Anggi) terimakasih atas semangat dan bantuannya.

Teman-teman Sejuk Kos.

Teman-teman Pendidikan Fisika 2010.

Almamaterku “UNNES” tercinta.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik”.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Sarwi, dosen wali yang telah memberikan arahan selama menempuh

studi.

5. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., dosen pembimbing yang telah memberikan ide,

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada

penulis selama menempuh studi.

7. Drs. Setiya Purwoko, M.Pd., kepala SMA Negeri 1 Rembang yang telah

memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

8. Dwi Ratih Yuliawati, S.Pd., guru Fisika kelas X MIA SMA Negeri 1

Rembang yang telah membantu dan membimbing penulis selama

melakukan penelitian.

vi
9. Seluruh guru pengampu mata pelajaran fisika SMA Negeri 1 Rembang yang

telah membantu proses penelitian.

10. Siswa kelas XI IPA 5, X MIA 5, dan X MIA 6 SMA Negeri 1 Rembang

tahun ajaran 2013/2014 yang kooperatif selama penelitian berlangsung.

11. Bapak, Ibu, dan Kakakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi

serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2010, terimakasih atas bantuan dan

kebersamaannya.

13. Keluarga Hima Fisika 2011 dan 2012, KMJF 2013, dan ESC terimakasih

atas kebersamaan, kekeluargaan dan pengalamanya.

14. Teman-teman PPL SPEGA Semarang dan KKN “Laskar Konservasi”.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan

selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya dan pembaca pada

umumnya.

Semarang, Agustus 2014

Penulis

vii
ABSTRAK

Ristiyani, Dwi. 2014. Pengembangan LKS Fisika Materi Pemantulan dan


Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik. Skripsi,
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Dra. Dwi Yulianti, M.Si.

Kata Kunci: Pengembangan, LKS, karakter, pendekatan saintifik.

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMA


dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Tahapan-tahapan pendekatan
saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013
tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, salah satu tujuan mata
pelajaran fisika pada jenjang SMA adalah peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis,
analitis, dan kreatif. Agar tujuan tercapai, maka dipilih panduan pembelajaran
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Salah satu materi yang diberikan pada siswa
kelas X SMA adalah pemantulan dan pembiasan cahaya. Kementerian Pendidikan
Nasional telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara
nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Proses pengembangan nilai karakter dilakukan
melalui semua mata pelajaran, tak terkecuali fisika. Penelitian ini menghasilkan
produk berupa LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi
karakter berpendekatan saintifik. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan
LKS, mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaannya, mengetahui peningkatan
hasil belajar kognitif, serta mengetahui perkembangan karakter siswa. Karakter
yang dikembangkan adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah R & D (Research and
Development). Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental
Design berbentuk nonequivalent control group design. Penelitian dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Rembang. Populasi penelitian adalah siswa kelas X MIA. Sampel
penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol dan X MIA 6 sebagai
kelas eksperimen. Prosedur penelitian meliputi: (1) pendahuluan, (2) rancangan,
dan (3) pengembangan. LKS diuji kelayakan dan keterbacaan dengan
menggunakan angket kelayakan serta tes rumpang. Data pemahaman konsep
siswa fisika siswa diperoleh dari hasil pre-test dan post-test. Data perkembangan
karakter siswa diperoleh melalui angket dan observasi. Hasil uji kelayakan
menunjukkan bahwa LKS sangat layak digunakan sebagai panduan pembelajaran
fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa LKS mudah dipahami. LKS
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang mendapatkan
pembelajaran berpanduan LKS mengalami peningkatan pemahaman konsep yang
lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS. LKS juga
dapat mengembangkan karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, rasa
ingin tahu, dan komunikatif.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
1.5 Penegasan Istilah ........................................................................... 6
1.6 Sistematika Skripsi ........................................................................ 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................... 10
2.2 Pendidikan Karakter ...................................................................... 14
2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ...................................... 18
2.4 Tinjauan Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya ................... 21
2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian......................................................... 28
3.1.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 28
3.1.2 Subjek Penelitian .................................................................... 28
3.2 Desain Penelitian ........................................................................... 28
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................ 29
3.3.1 Tahap Define atau Studi Pendahuluan .................................... 29
3.3.2 Tahap Design atau Rancangan ............................................... 29
3.3.3 Tahap Develop atau Pengembangan ....................................... 30

ix
3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................ 32
3.4.1 Metode Tes ............................................................................. 32
3.4.2 Metode Angket ....................................................................... 33
3.4.3 Metode Dokumentasi.............................................................. 34
3.4.4 Metode Observasi ................................................................... 34
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 34
3.5.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda ..................................... 34
3.5.2 Analisis Kelayakan LKS ........................................................ 38
3.5.3 Analisis Keterbacaan LKS...................................................... 38
3.5.4 Analisis Perkembangan Karakter ........................................... 39
3.5.5 Analisis Peningkatan Hasil Belajar ........................................ 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Susunan LKS ................................................................................. 42
4.2 Kelayakan LKS .............................................................................. 44
4.2.1 Aspek Isi ................................................................................. 45
4.2.2 Aspek Penyajian ..................................................................... 46
4.2.3 Aspek Kebahasaan .................................................................. 48
4.2.4 Aspek Kegrafikan ................................................................... 49
4.3 Keterbacaan LKS ........................................................................... 50
4.4 Hasil Belajar Kognitif ................................................................... 50
4.5 Perkembangan Nilai Karakter........................................................ 53
4.5.1 Hasil Analisis Karakter ........................................................... 53
4.5.2 Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa ................ 55
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ......................................................................................... 60
5.2 Saran ............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63
LAMPIRAN ..................................................................................................... 67

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan ........................................... 17


4.1 Analisis Aspek Kelayakan LKS ........................................................ 44
4.2 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................. 51
4.3 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket ................ 54
4.4 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi............................ 55

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagian-bagian Cermin Cekung.......................................................... 22


2.2 Cermin Cembung ............................................................................... 24
2.3 Hukum Pemantulan pada Cermin Cembung ..................................... 24
3.1 Skema Alur Penelitian ...................................................................... 31
4.1 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi .................................................. 45
4.2 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian ...................................... 46
4.3 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kebahasaan .................................... 48
4.4 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kegrafikan .................................... 49
4.5 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................ 51
4.6 Grafik Hasil Belajar Kognitif ........................................................... 52
4.7 Perbandingan Karakter Siswa Sebelum dan Setelah
Pembelajaran ..................................................................................... 55

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Instrumen Validasi ............................................................................... 67


2 Rubrik Instrumen Validasi..................................................................... 73
3 Daftar Reviewer Kelayakan LKS (Guru Fisika SMA) ........................ 78
4 Daftar Responden Uji Coba Skala Kecil.............................................. 79
5 Daftar Responden Uji Coba Skala Besar ............................................. 80
6 Kisi-kisi Soal Uji Coba ........................................................................ 81
7 Soal Uji Coba ....................................................................................... 83
8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ............................................................. 92
9 Analisis Soal Uji Coba ......................................................................... 93
10 Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................. 98
11 Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen ......................................... 101
12 Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ................................ 102
13 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal ................................... 103
14 Angket Uji Kelayakan .......................................................................... 105
15 Rubrik Instrumen Uji Kelayakan ......................................................... 108
16 Analisis Angket Uji Kelayakan ........................................................... 113
17 Soal Uji Keterbacaan ........................................................................... 118
18 Kunci Jawaban Soal Uji Keterbacaan .................................................. 122
19 Analisis Uji Keterbacaan ..................................................................... 123
20 Soal Pre-test dan Post-test ................................................................... 124
21 Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test.......................................... 130
22 Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ......................... 131
23 Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ............................... 132
24 Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ................................. 133
25 Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Kontrol ....................................... 134
26 Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen................................ 135
27 Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Kontrol ...................................... 136
28 Uji N-gain Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif ................... 137

xiii
29 Uji-t Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif ................................ 138
30 Lembar Observasi Karakter Siswa...... ................................................. 139
31 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Karakter Siswa ........................... 140
32 Hasil Observasi Karakter Siswa........................................................... 141
33 Kisi-kisi Lembar Angket Karakter Siswa ............................................ 142
34 Lembar Angket Perkembangan Karakter Siswa .................................. 143
35 Analisis Angket Karakter Awal ........................................................... 146
36 Analisis Angket Karakter Akhir .......................................................... 151
37 Silabus .................................................................................................. 156
38 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................... 160
39 Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 165
40 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ................................................... 167
41 Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 168
42 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............................. 169

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, kurikulum yang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum

2013. Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan

untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia.

Pada proses pembelajaran fisika di sekolah, guru dituntut harus lebih

inovatif. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan serta penilaian proses

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan.

Menurut Permendikbud No. 64 tahun 2013 tentang standar isi pendidikan

dasar dan menengah, salah satu tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang SMA

1
2

adalah peserta didik diharapkan dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu,

jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif. Salah satu upaya untuk

mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan eksperimen,

diskusi kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Melalui kegiatan tersebut

diharapkan siswa dapat aktif dalam menemukan konsep fisika. Agar tujuan

tercapai, maka dipilih panduan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut hasil

penelitian Fitriyati et al. (2013) tentang pengembangan LKS fisika SMA kelas X

semester 2 dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar dan mampu

meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari fisika secara mandiri.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asyhari et al. (2013) menunjukkan

bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Selain itu, Suyanti (2012) menegaskan bahwa penggunaan

media pembelajaran LKS mempengaruhi naiknya prestasi belajar siswa.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan telah mencanangkan program

pendidikan karakter secara nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Salah satu program

utamanya dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan adalah

penerapan pendidikan karakter diseluruh jenjang pendidikan, mulai dari jenjang

pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, baik pada jalur pendidikan

formal maupun nonformal sampai perguruan tinggi. Salah satu upaya ke arah

tersebut adalah perbaikan sistem pendidikan dengan mengintegrasikan pendidikan

karakter ke setiap mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran fisika SMA.

Pencanangan tersebut diperkuat dengan Permendikbud No.69 tahun 2013 tentang

kurikulum SMA-MA, salah satu karakteristik pelaksanaan kurikulum 2013 adalah


3

mengembangkan keseimbangan antara pengetahuan sikap spiritual dan sosial, rasa

ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual serta

psikomotorik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah et al. (2013)

menunjukkan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran

IPA dapat meningkatkan prestasi belajar serta menumbuhkan kebiasaan bersikap

ilmiah pada siswa.

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran cabang dari IPA yang

mempelajari tentang fenomena alam. Menurut Permendikbud No.69 tahun 2013,

salah satu materi yang diberikan pada kelas X SMA adalah pemantulan dan

pembiasan cahaya. Pemantulan dan pembiasan cahaya merupakan salah satu

materi yang penerapannya banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

mempermudah siswa memahami materi tersebut, digunakan proses belajar

mengajar yang melibatkan siswa untuk memahami dan mempraktikan secara

langsung, yaitu melalui diskusi dan eksperimen. Untuk mewujudkan hal tersebut

diterapkan sebuah pendekatan pada pelaksanaan pembelajaran yang sesuai, yaitu

pendekatan saintifik.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kurikulum 2013 menekankan pada

dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan

ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,

menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran termasuk

mata pelajaran fisika pada jenjang SMA (Permendikbud, 2013). Tahapan dalam

pendekatan saintifik tersebut berdampak positif terhadap kemampuan soft skill


4

peseta didik (Fauziah et al., 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran membawa iklim berpikir

rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika, dan bukti

empirik (Sujarwanta, 2012).

Salah satu sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013

dalam proses pembelajaran adalah SMA Negeri 1 Rembang. Hasil observasi di

SMA Negeri 1 Rembang menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran fisika

menggunakan metode ceramah dan siswa kurang aktif dalam menemukan konsep

fisika. Untuk melibatkan siswa menemukan konsep fisika secara aktif, dibutuhkan

panduan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).

Dari uraian yang dipaparkan dalam latar belakang ini, penelitian tentang

“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Materi Pemantulan dan

Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik” perlu

dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana wujud Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan

pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik?

2. Bagaimana tingkat kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi

pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik yang dikembangkan?


5

3. Bagaimana tingkat keterbacaan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi

pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik yang dikembangkan?

4. Seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan

Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan?

5. Seberapa besar pengembangan karakter siswa setelah menggunakan Lembar

Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan

pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik.

2. Mengetahui tingkat kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi

pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik yang dikembangkan.

3. Mengetahui tingkat keterbacaan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi

pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik yang dikembangkan.

4. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan

pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang

dikembangkan.
6

5. Mengetahui seberapa besar perkembangan karakter siswa setelah

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan

pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang

dikembangkan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat membantu memberikan kontribusi dalam implementasi kurikulum

2013 di lapangan.

2. Mampu menjadi pedoman oleh guru dalam mengembangkan panduan belajar

pada pembelajaran fisika sehingga menjadikan pembelajaran yang interaktif

dan menyenangkan bagi peserta didik.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat

dimanfaatkan sebagai panduan belajar fisika di SMA.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.

1.5 Penegasan Istilah

1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi

materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang

harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang

harus dicapai. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teori
7

atau praktek (Prastowo, 2012: 204). Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah LKS pendamping materi fisika yang disusun secara

sistematis untuk membantu kegiatan belajar mengajar.

2. Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2011) menjelaskan bahwa pendidikan

karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih

dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal

mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana

yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa

melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pengembangan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif

pada aspek moral knowing (pengetahuan yang baik) dan aspek moral feeling

(merasakan dengan baik), serta pada aspek moral action (perilaku yang baik).

3. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran mencakup

komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan, dan mencipta (Kemendikbud, 2013).


8

1.6 Sistematika Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai

berikut:

(1) Bagian Awal

Bagian ini berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pernyataan

keaslian tulisan, pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

(2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari:

BAB 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Berisi tentang kajian teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini, meliputi konsep tentang penulisan LKS, pendidikan

karakter, pendekatan saintifik, serta tinjauan materi pemantulan dan pembiasan

cahaya. Dalam bab ini dituliskan pula kerangka berpikir.

BAB 3 Metode Penelitian

Berisi tentang penentuan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,

prosedur penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB 4 Hasil dan Pembahasan

Memaparkan hasil penelitian meliputi tersedianya LKS fisika dengan

pendekatan saintifik yang telah diuji kelayakan dan keterbacaan, besarnya tingkat
9

keterbacaan, kelayakan, dan perkembangan karakter, serta peningkatan hasil

belajar kognitif siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang setelah diberi LKS fisika

dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya dilakukan pembahasan berupa

penafsiran hasil penelitian dan mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam teori

yang telah ada.

BAB 5 Penutup

Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya.

(3) Bagian Akhir

Berisi daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Salah satu panduan belajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran

adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Depdiknas, 2008: 13). Penelitian yang

dilakukan oleh Celikler (2010), menyatakan bahwa penggunaan LKS pada kelas

eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar yang signifikan

jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran tradisonal. Pada

penelitian eksperimen Yildirim et al. (2011) terhadap 44 siswa kelas XI SMA

menunjukkan bahwa kelas eksperimen berbantuan LKS berbasis inkuiri memiliki

hasil belajar yang signifikan antara pre-test dan post-test jika dibandingkan kelas

kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi dapat

disimpulkan bahwa LKS berbasis inkuiri efektif meningkatkan hasil belajar siswa

sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah.

LKS dapat digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Menurut hasil penelitian Taslidere (2013) menunjukkan bahwa

penggunaan LKS bermanfaat bagi pemahaman konseptual tugas awal optika

geometris siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, LKS bisa meningkatkan

motivasi dan pemahaman siswa dalam mempelajari fisika, interaktif, dan

mengembangkan nilai karakternya, serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

10
11

ajar oleh guru dan sumber belajar oleh siswa (Amelia et al., 2013). Sedangkan

menurut Prastowo (2012), fungsi LKS antara lain:

1) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih

mengaktifkan peserta didik;

2) sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami

materi yang diberikan;

3) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta

4) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arafah et al. (2012) menunjukkan bahwa

produk LKS berbasis berpikir kritis dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas

siswa. Sedangkan hasil penelitian Isnaini et al. (2012) menunjukkan bahwa LKS

fisika model inferensi logika dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar

siswa.

Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak hanya berisi tugas-tugas yang harus

dikerjakan oleh siswa. Menurut Depdiknas (2008: 23-24), Lembar Kerja Siswa

(LKS) akan memuat paling tidak: (1) judul, (2) KD yang akan dicapai, (3) waktu

penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (5)

informasi singkat, (6) langkah kerja, (7) tugas yang harus dilakukan, dan (8)

laporan yang harus dikerjakan.

Terdapat beberapa jenis LKS yang biasa digunakan siswa pada proses

pembelajaran. Berdasarkan jenisnya, Sunyono (2008) membagi LKS menjadi dua

macam, yaitu (1) LKS eksperimen, merupakan lembar kerja yang melibatkan

kegiatan eksperimen untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta


12

mencakup semua aspek keterampilan proses, (2) LKS non eksperimen,

merupakan lembar kerja berisi pedoman untuk menemukan dan mengembangkan

konsep tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan kegiatan diskusi, tanya

jawab, dan hanya mencakup keterampilan proses tertentu.

LKS yang digunakan di satuan pendidikan sangat beragam. Jenis LKS

yang banyak digunakan pada pembelajaran sains adalah LKS eksperimen.

Menurut Johnstone & Shuaili (2001), LKS eksperimen dapat dibagi menjadi

empat macam, yakni:

1) LKS ekspositori, yang mempunyai karakteristik:

a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan diketahui guru maupun siswa,

b) pendekatan bersifat deduktif, dan

c) prosedur percobaan dirancang oleh guru;

2) LKS berbasis inkuri, yang mempunyai karakteristik:

a) hasil pengamatan belum ditetapkan,

b) pendekatan bersifat induktif, dan

c) prosedur percobaan dirancang oleh siswa;

3) LKS discovery, yang mempunyai karakteristik:

a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru,

b) pendekatannya bersifat induktif, dan

c) prosedur telah dirancang oleh guru; serta

4) LKS berbasis masalah, yang mempunyai karakteristik:

a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru,

b) pendekatan bersifat deduktif, dan


13

c) prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa.

LKS dibuat agar dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar

sehingga kompetensi yang diinginkan dalam pembelajaran mudah dicapai oleh

siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menyiapkan dan membuat LKS

sendiri. Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah penyusunan LKS adalah

sebagai berikut.

1. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana

yang memerlukan bahan ajar LKS.

2. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS

yang harus ditulis dan sekuensi atau urutannya juga dapat dilihat. Sekuensi LKS

ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.

3. Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi dasar, materi pokok atau

pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat

dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.

4. Penulisan LKS

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) merumuskan kompetensi dasar;

(b) menentukan alat penilaian;

(c) menyusun materi; dan


14

(d) memperhatikan struktur LKS.

2.2 Pendidikan Karakter

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1995:

231). Sedangkan pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan

budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-

buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati (Kemendiknas, 2010: 1). Selaras dengan hal

tersebut, Samani & Hariyanto (2012: 45) menjelaskan bahwa pendidikan karakter

adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Menurut Lickona, sebagaimana dikutip oleh Khusniati (2012), karakter yang baik

atau good character terdiri atas proses psikologis knowing the good, desiring the

good, and doing the good habit of the main, habit of the heart, and habit of the

action.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 3 berbunyi pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
15

demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara

sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, rumusan tujuan

pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa.

Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi,

masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja sama, patuh pada

peraturan, bisa dipercaya, tangguh, dan memiliki etos kerja tinggi akan

menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Berdasarkan

Kemendiknas (2011: 1) pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan

saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan

dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral

action).

Upaya penanaman karakter di sekolah yaitu dengan mengintegrasikan

pendidikan karakter pada proses pembelajaran. Menurut penelitian Halstead &

Taylor sebagaimana dikutip oleh Enggayanti (2013) terhadap sekolah-sekolah di

Inggris menunjukkan bahwa nilai karakter disajikan dalam berbagai mata

pelajaran. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter diselenggarakan sebagai

program lintas kurikuler (integrated subject), yakni pendidikan karakter bukan

merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, namun merupakan materi yang

diintegrasikan secara berkelanjutan pada semua mata pelajaran. Sewell & College

(2003) juga menyatakan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan pada proses

pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.


16

Pengembangan karakter di sekolah diperlukan agar peserta didik tumbuh

dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik

dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Beberapa

prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter

bangsa di sekolah antara lain prinsip berkelanjutan, artinya proses pengembangan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dimulai dari awal sampai akhir peserta

didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter melalui

semua mata pelajaran, artinya proses pengembangan nilai budaya dan karakter

bangsa dilakukan di setiap mata pelajaran, serta dalam setiap kegiatan kurikuler

dan ekstrakulikuler. Pada pelaksanaannya, nilai-nilai pendidikan karakter tidak

diajarkan tapi dikembangkan, artinya bahwa materi nilai budaya dan karakter

bangsa tidak dijadikan sebagai pokok bahasan, tetapi diintegrasikan ke dalam

materi yang diajarkan.

Integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran berdampak positif

terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681

Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat

penerapan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik

lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan

pendidikan karakter.

Kemendiknas mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,

pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3)

toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9)

rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
17

prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca,

(16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai

karakter yang diintegrasikan dalam LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan

cahaya ini adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Untuk

mengetahui tingkat perkembangan karakter siswa, maka dibutuhkan indikator dari

masing-masing nilai karakter tersebut, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan

Nilai Indikator
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya - Tidak mencontek.
menjadikan dirinya sebagai orang - Melaporkan hasil eksperimen
yang selalu dapat dipercaya dalam secara benar (jujur) baik tulisan
perkataan, tindakan, dan pekerjaan. maupun lisan.

Disiplin
Tindakan yang menunjukkan - Merapikan dan mengembalikan
perilaku tertib dan patuh pada alat ke tempat semula.
berbagai ketentuan dan peraturan. - Datang tepat waktu.

Rasa ingin tahu


Sikap dan tindakan yang selalu - Bertanya atau membaca sumber di
berupaya untuk mengetahui lebih luar buku teks tentang materi yang
mendalam dan meluas dari sesuatu terkait dengan pelajaran.
yang dipelajari, dilihat, dan didengar. - Mengamati fenomena yang
berkaitan dengan materi pelajaran.

Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa - Memberi dan mendengarkan
senang berbicara, bergaul, dan pendapat dalam kerja kelompok di
bekerjasama dengan orang lain. kelas.
- Memberi dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi di kelas.
(Kemendiknas, 2010: 37-41).
18

2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan dengan

pendekatan saintifik (scientific approach). Sujarwanta (2012) menyatakan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan

pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi,

eksperimen, maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara

sebagai informasi atau data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

Pendekatan saintifik mengkaji cara-cara untuk mendapatkan pengetahuan baru

yang dipelajari dengan menggunakan proses yang sistematis.

Kemendikbud dalam diklat guru tentang implementasi kurikulum 2013

menyebutkan bahwa tahapan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Mengamati

Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu

siswa. Melalui kegiatan mengamati, siswa akan mencari informasi atau gambaran

tentang objek yang diamati. Melalui kegiatan mengamati, siswa juga dapat

menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang diamati dengan materi

pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2. Menanya

Siswa diharapkan dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan objek yang diamati. Guru harus mampu menginspirasi siswa untuk

mau dan mampu menanya. Kegiatan menanya dapat membangkitkan rasa ingin
19

tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Kegiatan menanya juga dapat

menginspirasi siswa untuk aktif belajar.

3. Mencoba

Kegiatan mencoba bertujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang

nyata. Kegiatan mencoba merupakan keterampilan proses untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode

ilmiah. Kegiatan mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan pada siswa.

4. Mengolah, Menyajikan, dan Menyimpulkan

Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan mencoba, siswa diharapkan

mampu mengolah data tersebut. Data yang diperoleh dari kegiatan mencoba dapat

disajikan secara tertulis ataupun lisan. Pada kegiatan akhir, siswa diharapkan

memperoleh kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan

menyimpulkan dapat dilakukan secara berkelompok, atau bisa juga secara

individu. Guru memberikan informasi agar siswa mengetahui dengan tepat bahwa

kesimpulan yang didapatkan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

5. Mencipta

Siswa yang telah mempelajari dan memahami konsep dari materi

pembelajaran diharapkan mampu menciptakan produk. Kegiatan mencipta

bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pada siswa.

Tahapan-tahapan dalam pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya

dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (Kemendikbud, 2013). Hal ini

sejalan dengan penelitian Fauziah et al. (2013) yang menunjukkan bahwa tahapan
20

dalam pendekatan saintifik berdampak positif terhadap kemampuan soft skill

peseta didik. Selain itu, hasil penelitian Sujarwanta (2012) menunjukkan bahwa

penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran membawa iklim berpikir

rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika, dan bukti

empirik.

Tujuan pembelajaran dalam pendekatan saintifik menurut Permendikbud

(2013) adalah:

1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir

tingkat tinggi siswa;

2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah

secara sistematik;

3) terciptanya kondisi pembelajaran yang membuat siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan;

4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi;

5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam

menulis artikel ilmiah; dan

6) untuk mengembangkan karakter siswa.

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya

dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan

bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10

persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen.

Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar
21

lebih dari 90 persen setelah 2 hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar

50-70 persen (Wieman, 2007: 15).

2.4 Tinjauan Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

2.4.1 Pemantulan Cahaya

Proses Terjadinya Pemantulan

Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian cahaya dipantulkan,

sisanya diserap oleh benda dan diubah menjadi energi panas. Jika benda tersebut

transparan seperti kaca atau air, sebagian diteruskan. Untuk benda-benda yang

sangat mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari 95 persen cahaya bisa

dipantulkan. Hukum pemantulan menurut Giancoli (2001: 244) dinyatakan

bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul.

Hukum pemantulan berbunyi:

1) sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik

dan terletak pada satu bidang datar,

2) sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).

Ada dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.

Pemantulan teratur jika berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan

halus dipantulkan juga sebagai sinar sejajar. Sedangkan pemantulan baur jika

berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar dipantulkan ke

segala arah (berkas-berkas tidak sejajar satu sama lain).

Pemantulan pada Cermin Datar

Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar

1. Maya.
22

2. Sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1).

3. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.

4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan dari cermin.

Pembentukan Bayangan oleh Cermin Sferis

Cermin lengkung yang umum berbentuk sferis, yang berarti cermin

tersebut akan membentuk sebagian dari bola. Cermin sferis disebut cembung jika

pantulan terjadi pada permukaan luar bentuk sferis sehingga pusat permukaan

cermin menggembung ke luar menuju orang yang melihat. Cermin dikatakan

cekung jika permukaan pemantulnya ada pada permukaan dalam bola sehingga

pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat.

Bagian-bagian dari sebuah cermin cekung ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Titik O yaitu titik pusat bidang cermin. Titik P yaitu titik pusat kelengkungan

cermin. R, yaitu jari-jari kelengkungan cermin. Sumbu utama yaitu garis yang

melalui titik pusat kelengkungan dan titik pusat bidang cermin. Titik F yaitu titik

fokus atau titik api cermin yang terletak di tengah antara titik P dan titik O. f,

yaitu jarak fokus cermin dari titik F ke titik O.

Gambar 2.1 Bagian-bagian cermin cekung


23

Besar jarak fokus (f) adalah setengah dari jari-jari kelengkungan cermin

(R). Dengan demikian, menurut Tipler (1998: 485) berlaku persamaan:

(2-1)

Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung dapat lebih besar atau

lebih kecil daripada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar daripada

ukuran benda, dikatakan bayangan diperbesar. Jika ukuran bayangan lebih kecil

daripada ukuran benda, dikatakan bayangan diperkecil. Perbesaran linear

didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan dan tinggi benda

(Tipler, 1998: 488).

(2-2)

Keterangan:

M = perbesaran linear

h’ = tinggi bayangan

h = tinggi benda

Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak fokus (f)

untuk cermin lengkung (cekung ataupun cembung) adalah:

(2-3)

Pada cermin cembung, bagian depan cermin (bagian yang mengkilap)

adalah permukaan luar irisan bola (Gambar 2.2).Pada cermin cembung titik pusat

kelengkungan P dan titik fokus cermin F terletak di bagian belakang cermin. Oleh

karena itu, jari-jari kelengkungan R dan jarak fokus cermin f bertanda negatif

(misal R = -10 cm dan f = -5 cm).


24

Hukum pemantulan pada cermin cembung ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Cermin cembung adalah bagian dari irisan sebuah bola dengan garis PO sebagai

sumbu utama

Gambar 2.3 Hukum pemantulan pada cermin cembung (sudut pantul = sudut datang)

2.4.2 Pembiasan Cahaya

Proses Terjadinya Pembiasan

Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium, cahaya akan

dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas

antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya.

Hukum Snell menurut Giancoli (2001: 258) dituliskan:

(2-4)

Hukum I Snellius berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak

pada satu bidang datar.


25

Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat ke

medium lebih rapat, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Jika kebalikannya,

sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, sinar dibelokkan

menjauhi garis normal.

2.4.3 Indeks Bias

Perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi

tertentu disebut indeks bias (Giancoli, 2001: 257).

(2-5)

Keterangan:

c = cepat rambat cahaya dalam udara (3 x 108 m/s)

v = cepat rambat cahaya dalam medium

Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, cahaya akan

dibiaskan karena cepat rambat cahaya berbeda dalam kedua medium. Secara

matematis dapat ditulis

atau (2-6)

Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, frekuensi

cahaya tidak berubah, sehingga f1 = f2 = f. Karena hubungan v = f berlaku untuk

kedua medium, maka

dan (2-7)

Hubungan antara panjang gelombang dan indeks bias dapat ditulis

(2-8)
26

Pantulan Internal Sempurna Serat Optik

Apabila cahaya melintas dari suatu materi ke yang lainnya di mana indeks

biasnya lebih kecil (katakanlah, dari air ke udara), cahaya dibelokkan menjauhi

normal. Pada sudut datang tertentu, sudut bias akan 90 dan dalam hal ini berkas

bias akan berhimpitan dengan permukaan. Sudut datang di mana hal ini terjadi

disebut sudut kritis . Menurut Giancoli (2001: 260), persamaan sudut kritis

dapat ditulis sebagai berikut.

maka (2-9)

Dua syarat terjadinya pemantulan sempurna pada bidang batas antara dua

medium adalah:

(1) sinar harus datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat; dan

(2) sudut datang lebih besar daripada sudut kritis.

2.5 Kerangka Berpikir

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih mendapat sorotan tajam,

mengingat rendahnya mutu atau kualitas pendidikan khususnya dibidang sains.

Hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh TIMSS (Trend International

Mathematics and Sciences Study) tahun 2011 yang menunjukkan bahwa skor

prestasi sains siswa di Indonesia masih berada di bawah skor rata-rata

internasional. Berdasarkan hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan

hasil belajar adalah dengan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah

pendekatan saintifik. Pelaksanaan pendekatan saintifk menuntut siswa untuk aktif


27

dalam menemukan konsep. Salah satu panduan yang dapat menuntun siswa untuk

aktif dalam menemukan konsep adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).

LKS yang digunakan sebagai panduan belajar dalam penelitian ini

merupakan LKS yang sudah dilakukan uji kelayakan meliputi aspek isi,

penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Uji kelayakannya dilakukan oleh guru

fisika SMA sehingga didapatkan informasi tentang kelayakan LKS tersebut.

Selain itu dilakukan pula uji keterbacaan LKS pada siswa sehingga didapatkan

informasi tingkat keterbacaan LKS fisika. Pembelajaran berpanduan LKS

menjadikan siswa terlibat langsung untuk memahami dan mempraktikkan konsep

fisika, sehingga siswa akan benar-benar memahami materi yang diajarkan.

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Berdasarkan dari tujuan pendidikan

nasional tersebut, menunjukkan bahwa pentingnya pengembangan potensi

akademik siswa dan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pada

siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, pada 2 Mei 2010 Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa salah satu program utama dalam

rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan adalah penerapan

pendidikan karakter di semua mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran

fisika SMA.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rembang berlokasi di Jalan

Gajah Mada 5 Rembang.

3.1.2 Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1

Rembang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 218 siswa. Sampel penelitian

adalah siswa kelas X MIA 5 yang berjumlah 29 siswa sebagai kelas kontrol dan

siswa kelas X MIA 6 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development.

Uji coba kelompok besar menggunakan Quasi Experimental Design berbentuk

Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini menggunakan kelas

eksperimen dan kelas kontrol yang tidak dipilih secara random. Menurut

Sugiyono (2010: 116), pola desain tersebut adalah sebagai berikut:

O1 X O2
O3 O4

Keterangan:

O1 = nilai pre-test kelas eksperimen

28
29

O2 = nilai post-test kelas ekperimen

O3 = nilai pre-test kelas kontrol

O4 = nilai post-test kelas kontrol

X = pembelajaran menggunakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan

cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini mencakup tiga tahap, yaitu define atau studi pendahuluan,

design atau rancangan, dan develop atau pengembangan. Tahapan yang dilakukan

pada penelitian ini dapat dirinci seperti berikut.

3.3.1 Tahap Define atau Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap persiapan sebelum penelitian. Tahap

ini terdiri dari: (1) studi lapangan berupa observasi untuk mengetahui kondisi

siswa, proses pembelajaran, dan panduan belajar yang digunakan; (2) studi

literatur yang meliputi analisis kurikulum 2013 mata pelajaran fisika untuk kelas

X MIA, telaah materi fisika, pendekatan saintifik, pembuatan LKS, dan karakter.

3.3.2 Tahap Design atau Rancangan

Tahap rancangan dalam penelitian ini dimulai dengan menyusun materi

pemantulan dan pembiasan cahaya. Setelah itu, menyusun LKS dengan

pendekatan saintifik. LKS disusun dengan mengacu pada kurikulum dan disisipi

dengan pendidikan karakter melalui petunjuk dan langkah kerja, tujuan serta

indikator keberhasilan. LKS yang sudah disusun kemudian dikonsultasikan

kepada pakar yaitu dosen pembimbing.


30

3.3.3 Tahap Develop atau Pengembangan

3.3.3.1 Validasi Pakar

LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter

dengan pendekatan saintifik yang telah disusun divalidasi oleh pakar. Hasil

penilaian validator digunakan sebagai perbaikan dan penyempurnaan produk

sebelum diuji cobakan.

3.3.3.2 Uji Coba Skala Kecil

Uji coba skala kecil LKS fisika terdiri dari uji keterbacaan dan uji

kelayakan. Uji keterbacaan menggunakan tes rumpang yang dilakukan pada

siswa, bertujuan untuk mengetahui bahwa LKS mudah dipahami atau tidak. Uji

kelayakan dilakukan pada guru fisika yang bertujuan untuk mengetahui bahwa

LKS layak atau tidak digunakan sebagai panduan pembelajaran.

3.3.3.3 Uji Coba Skala Besar

Uji coba skala besar dilakukan setelah melakukan perbaikan LKS

berdasarkan hasil uji coba skala kecil. Pada uji coba skala besar, siswa

mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS. Sebelum mendapatkan

pembelajaran berpanduan LKS, siswa mengerjakan soal pre-test untuk

mengetahui tingkat pemahaman awal terhadap materi pemantulan dan pembiasan

cahaya. Siswa juga mengisi angket karakter sebelum pembelajaran agar diketahui

tingkat karakter awal yang tertanam dalam diri siswa. Pada akhir pembelajaran

siswa mengerjakan soal post-test dan mengisi angket karakter, sehingga melalui

uji coba skala besar didapatkan informasi mengenai besar peningkatan hasil

belajar kognitif siswa serta besar perkembangan karakter pada siswa.


31

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan

pada Gambar 3.1.

--------------------------------------------------------------------------------------
Observasi dan menganalisis kurikulum 2013
DEFINE
materi pemantulan dan pembiasan cahaya
untuk kelas X MIA
--------------------------------------------------------------------------------------

DESIGN

Merancang LKS dengan pendekatan saintifik


--------------------------------------------------------------------------------------
mengacu pada RPP dengan disisipi pendidikan
karakter yang disusun dengan bahasa yang
DEVELOP
sederhana dan mudah dipahami

Validasi pakar tentang LKS fisika

- Uji coba skala kecil


- Uji keterbacaan LKS pada siswa
- Uji kelayakan LKS pada guru fisika
- Uji
-
Melakukan perbaikan LKS fisika

Validasi pakar

Melakukan uji coba LKS fisika pada siswa


kelas X MIA SMA N 1 Rembang

Melakukan analisis

LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan


cahaya yang siap digunakan sebagai panduan
belajar dalam pembelajaran

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian


32

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode tes, metode angket, metode dokumentasi, dan metode observasi.

3.4.1 Metode Tes

Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes

tertulis terdiri dari tes klos (tes rumpang) dan tes pilihan ganda.

3.4.1.1 Tes Klos (Tes Rumpang)

Tes klos digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS, sehingga

diperoleh informasi bahwa LKS saintifik terintegrasi karakter mudah dipahami

siswa atau tidak. Tes klos diuji menggunakan validitas isi yaitu mengkonstruksi

tes berdasarkan materi pemantulan dan pembiasan cahaya yang diajarkan.

Menurut Harisson sebagaimana dikutip oleh Widodo (1993: 142-143) bahwa tes

rumpang memiliki beberapa karakteristik yang salah satunya adalah tidak perlu

adanya analisis butir. Tes klos berupa bacaan berbentuk paragraf dan terdapat 30

kata yang dihilangkan.

3.4.1.2 Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat

penguasaan siswa terhadap materi pemantulan dan pembiasan cahaya setelah

menggunakan LKS. Tes pilihan ganda terdiri dari 40 butir soal yang diujicobakan

terhadap siswa yang sudah mendapatkan materi pemantulan dan pembiasan

cahaya. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran, dan daya pembeda butir soal, sehingga dapat ditentukan 20 butir soal

yang siap digunakan sebagai pre-test dan post-test.


33

3.4.2 Metode Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS dan

perkembangan karakter siswa setelah menggunakan LKS. Validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis (logical validity). Pengujian

validitas logis angket menggunakan teknik judgment expert. Pengujian validitas

konstruk dilakukan dengan cara konsultasi dengan dosen pembimbing selaku ahli.

3.4.2.1 Angket Uji Kelayakan

Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS

sehingga didapatkan informasi bahwa LKS fisika ini layak atau tidak digunakan

sebagai panduan belajar. Kisi-kisi angket uji kelayakan LKS ditinjau dari dimensi

isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Angket ini terdiri dari 25 butir

pernyataan yang diisi oleh guru fisika sebagai responden. Sistem penskoran yang

digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala Likert

dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Baik dengan

skor 5, Baik dengan skor 4, Kurang Baik dengan skor 2, dan Tidak Baik dengan

skor 1.

3.4.2.2 Angket Perkembangan Karakter

Angket karakter digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan karakter

pada siswa setelah menggunakan LKS, sehingga didapatkan informasi bahwa

LKS fisika ini layak atau tidak digunakan sebagai panduan belajar yang mampu

mengembangkan karakter. Angket perkembangan karakter terdiri dari 30 butir

pernyataan yang diisi oleh siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Rembang sebelum

dan sesudah menggunakan LKS fisika untuk mengembangkan karakter. Sistem


34

penskoran yang digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala

Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Setuju

(SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2,

dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor

sebaliknya untuk pernyataan negatif.

3.4.3 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan dokumen atau data-

data yang mendukung penelitian, yaitu daftar nama siswa, nilai rapor fisika, data

guru yang menjadi reviewer kelayakan LKS, dan foto pelaksanaan penelitian.

3.4.4 Metode Observasi

Metode observasi digunakan sebagai pembanding hasil dari angket

perkembangan karakter siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui karakter

jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif pada siswa. Instrumen yang

digunakan adalah lembar observasi perkembangan karakter yang berisi indikator-

indikator yang dijadikan sebagai acuan penilaian. Observasi dilakukan oleh ketua

dari masing-masing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari

anggotanya, sedangkan ketua kelompok dinilai oleh observer.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda

3.5.1.1 Validitas

Persamaan untuk menghitung validitas menurut Arikunto (2007: 79)

adalah sebagai berikut.


35

Keterangan:

= koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari

validitasnya

= rerata skor total

= standar deviasi dari skor total

= proporsi siswa yang menjawab benar

= proporsi siswa yang menjawab salah (1- )

Nilai yang diperoleh disesuaiakan dengan rtabel. Jika maka

soal dikatakan valid. Dari 40 soal yang diujicobakan, 23 soal dinyatakan valid,

yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29,

31, 32, 33, dan 35.

3.5.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R. 20.

Persamaan untuk menghitung reliabilitas menurut Arikunto (2007: 100) adalah

sebagai berikut.


( )( )

Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (1-p)

∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q


36

n = banyaknya item

S2 = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Setelah diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Suatu

instrumen dikatakan reliabel apabila .

3.5.1.3 Taraf Kesukaran

Persamaan untuk menghitung taraf kesukaran menurut Arikunto (2007:

208) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2007: 210), indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai

berikut.

Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P = 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P = 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Analisis yang dilakukan menunjukkan soal nomor 2, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 13,

15, 16, 19, 20, 22, 27, 29, 30, 34, dan 37 tergolong soal mudah, soal nomor 1, 3,

5, 9, 10, 14, 17, 25, 28, 32, 33, dan 40 tergolong soal sedang, kemudian soal

nomor 18, 20, 22, 24, 26, 31, 35, 36, 38, dan 39 tergolong soal sukar.
37

3.5.1.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi. Persamaan untuk

menghitung daya pembeda menurut Arikunto (2007: 213) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

DP = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2007: 218) adalah sebagai berikut:

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 = jelek

0,21 ≤ DP ≤ 0,40 = cukup

0,41 ≤ DP ≤ 0,70 = baik

0,71 ≤ DP ≤ 1,00 = baik sekali

Penggunaan persamaan di atas menunjukkan soal nomor 5, 6, 7, 8, 12, 13,

18, 20, 22, 23, 30, 34, 36, 37, 38, 39, dan 40 memiliki daya pembeda jelek, soal

nomor 2, 4, 9, 11, 15, 19, 21, 26, 27, 32, 33, dan 35 memiliki daya pembeda

cukup, soal nomor 1, 10, 14, 16, 17, 24, 25, 28, 29, dan 31 memiliki daya

pembeda baik, sedangkan soal nomor 3 memiliki daya pembeda baik sekali.
38

20 diantara 40 soal uji coba kemudian dipakai untuk pre-test dan post-test,

yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 9, 11, 14, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33,

dan 35.

3.5.2 Analisis Kelayakan LKS

Tingkat kelayakan LKS dihitung dengan mencari persentase. Menurut

Sudijono (2008: 43) untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat

menggunakan persamaan sebagai berikut.

Keterangan:

p = angka persentase

f = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum

Kriteria tingkat kelayakan LKS:

21% < p ≤ 40% = kurang layak

41% ≤ p ≤ 60% = cukup layak

61% ≤ p ≤ 80% = layak

81% ≤ p ≤ 100% = sangat layak

3.5.3 Analisis Keterbacaan LKS

Menurut Sudijono (2008: 43) untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks

LKS dihitung dengan persamaan berikut.

Keterangan:
39

p = angka persentase

f = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum

Menurut Rankin & Culhane sebagaimana dikutip oleh Suryadi (2007)

tingkat keterbacaan LKS menggunakan tes klos adalah sebagai berikut.

< 40% = rendah (sukar dipahami)

40% - 60% = sedang (telah memenuhi syarat keterbacaan)

> 60% = tinggi (mudah dipahami)

3.5.4 Analisis Perkembangan Karakter

Perkembangan karakter siswa dihitung dengan mencari persentase.

Menurut Sudijono (2008: 43) untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat

menggunakan persamaan sebagai berikut.

Keterangan:

p = angka persentase

f = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum

Kriteria perkembangan karakter siswa menurut Kemendiknas (2010: 24)

adalah sebagai berikut.

81,25% - 100% = membudaya

62,5% - 81,24% = mulai berkembang

43,75% - 62,49% = mulai terlihat

25% - 43,74% = belum terlihat


40

3.5.5 Analisis Peningkatan Hasil Belajar

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis

terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273), uji normalitas

menggunakan rumus:

Keterangan:

X2 = chi kuadrat

Ei = frekuensi yang diharapkan

Oi = frekuensi pengamatan

k = jumlah kelas interval

Jika X2 yang diperoleh berada pada daerah penerimaan Ho, maka data

tersebut terdistribusi normal.

Uji-t

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan

LKS digunakan uji-t. Menurut Sugiyono (2007: 122) uji-t dirumuskan dengan

persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

x1 = nilai rata-rata pre-test

x2 = nilai rata-rata post-test


41

s1 = simpangan baku pre-test

s2 = simpangan baku post-test

s1 2 = variansi data pre-test

s2 2 = variansi data post-test

Uji Gain

Menurut Savinainen & Scott sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2008:

86) untuk melihat besarnya peningkatan hasil belajar siswa digunakan uji gain

dengan persamaan sebagai berikut:

<g> =

Keterangan:

<g> = faktor gain

<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)

<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)

Kriteria faktor gain <g>:

g 0,7 = tinggi

0,3 g < 0,7 = sedang

g < 0,3 = rendah


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Susunan LKS

LKS fisika yang disusun meliputi materi pemantulan dan pembiasan

cahaya, terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik. LKS tersebut

merupakan salah satu panduan belajar yang disajikan dalam bentuk buku cetak

yang di dalamnya memuat unsur-unsur pendekatan saintifik yaitu mengamati,

menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan. LKS ini disusun

berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013.

LKS yang dikembangkan terdiri dari 34 halaman yang dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi halaman

depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan

beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi berisi sub topik berupa pertanyaan-

pertanyaan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disertai

gambar untuk memudahkan siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan

eksperimen yang dituntun menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong

siswa menemukan konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan

karakter. Bagian akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar

observasi karakter. Tes evalusi berguna untuk mengukur kemampuan siswa

memahami materi yang terdapat pada LKS. Hal ini sesuai dengan Depdiknas

42
43

(2008: 8) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang baik terdiri dari petunjuk

belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pembelajaran, informasi

pendukung, latihan soal, dan evaluasi. Begitu juga LKS yang dikembangkan

berisi petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pembelajaran,

informasi pendukung, latihan soal, dan evaluasi. Huruf yang digunakan adalah

tipe Cambria (Headings) dengan ukuran 12, 24, 26, dan 48, Times New Rowman

ukuran 8 dan 12, dan Comic Sans MS ukuran 12 dan 20.

Halaman depan terdiri dari judul dan gambar peristiwa pemantulan dan

pembiasaan cahaya dalam kehidupan sehari-hari serta kolom nama kelompok dan

nama siswa. Tampilan halaman depan yang berisi judul dan gambar dibuat

berwarna serta menggunakan huruf yang unik bertujuan untuk menarik minat

sekaligus memberi kesan yang baik dan indah bagi siswa.

Penyajian materi pada LKS menggunakan pendekatan saintifik. Unsur

saintifik dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan konsep. Siswa

diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan berpikir sehingga

mereka dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa diajak untuk mengamati,

menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menarik kesimpulan sendiri. Hal

ini sesuai dengan pendapat the National Science Teachers Association (2004),

yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran sains adalah memfokuskan pada

keterampilan penyelidikan, menemukan, untuk semua anak, merangsang minat

sains serta mengembangkan warga negara yang berliterasi ilmiah.

LKS dengan pendekatan saintifik mengintegrasikan pendidikan karakter

jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Karakter tersebut dimunculkan
44

melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen. Keempat karakter tersebut

diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran melalui LKS agar dapat

berkembang serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2 Kelayakan LKS

Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase kelayakan LKS sebesar

90,54 % dari total indikator yang dikembangkan, artinya LKS fisika materi

pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik yang dihasilkan termasuk dalam kriteria sangat layak. Hasil uji kelayakan

LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan

pendekatan saintifik yang dikembangkan disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Analisis Aspek Kelayakan LKS

No Aspek Kelayakan Persentase (%) Kriteria


1 Isi 89,50 Sangat Layak
2 Penyajian 92,67 Sangat Layak
3 Kebahasaan 87,99 Sangat Layak
4 Kegrafikan 92,00 Sangat Layak
Rata-rata skor 90,54 Sangat Layak

Analisis angket uji kelayakan menunjukkan bahwa LKS yang

dikembangkan termasuk kriteria sangat layak. Analisis dari aspek isi, penyajian,

kebahasaan, dan kegrafikan menunjukkan kriteria sangat layak. Perolehan ini

menunjukkan bahwa LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik sangat layak digunakan sebagai

panduan belajar siswa SMA.


45

4.2.1 Aspek Isi

Aspek isi terdiri dari unsur kesesuaian, keakuratan, dan materi pendukung

pelajaran. Hasil analisis unsur kelayakan isi disajikan pada Gambar 4.1.

98%
96%
96%
94%
92%
Skor

90% 89%
88%
88%
86%
84%
Kesesuaian Keakuratan Materi Pendukung
Materi Materi Pelajaran

Gambar 4.1 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi

Aspek isi memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan penyajian

materi LKS disesuaikan dengan KI dan KD mata pelajaran fisika kurikulum 2013

untuk siswa kelas X MIA SMA. Penyajian materi LKS juga memperhatikan

prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan sebagaimana dianjurkan oleh

Depdiknas (2008: 6). Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya

relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian KI dan KD. Prinsip konsistensi

atau keajegan artinya materi pembelajaran secara konsisten merujuk pada

kompetensi-kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan. Prinsip kecukupan

artinya materi yang diajarkan hendaknya memadai, yakni tidak terlalu sedikit

maupun terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai

kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan

membuang-buang waktu dan tenaga untuk mempelajarinya. Materi LKS diperoleh


46

dari rujukan buku SMA yang sudah teruji validitas dan kredibilitasnya. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa materi ini sudah memenuhi prinsip kecukupan.

4.2.2 Aspek Penyajian

Aspek penyajian terdiri dari teknik, kelengkapan, dan penyajian

pembelajaran. Hasil analisis ketiga unsur tersebut disajikan pada Gambar 4.2.

100%
97.33%

95%
90%
90%
Skor

85% 84%

80%

75%
Teknik Penyajian Kelengkapan Penyajian
Penyajian Pembelajaran

Gambar 4.2 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian

Aspek penyajian memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan

teknis penyajian LKS sudah baik. Materi disajikan secara runtut dari konsep

umum pengertian cahaya sampai konsep yang lebih khusus yaitu aplikasi

pemantulan dan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Materi juga

disajikan secara sistematis yaitu mulai dari pendahuluan, isi, dan penutup.

Penyajian materi juga bersifat interaktif dan partisipatif, sehingga dapat

memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Menurut Prastowo (2012: 205-206),

salah satu fungsi LKS adalah sebagai bahan ajar yang meminimalkan pendidik,

namun lebih mengaktifkan peserta didik. Hasil penelitian Fitriyati et al. (2013)

juga menunjukkan bahwa penggunaan LKS dapat meningkatkan motivasi siswa


47

dalam mempelajari fisika secara mandiri. Penyajian materi dan kegiatan dalam

LKS mengarahkan pada penemuan sendiri suatu konsep.

Kelengkapan penyajian LKS terdiri dari judul, petunjuk penggunaan LKS,

kompetensi dasar yang harus dicapai, tujuan pembelajaran, indikator karakter,

informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, soal

evaluasi, dan petunjuk untuk melaporkan hasil kegiatan dengan cara presentasi di

depan kelas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prastowo (2012: 208), LKS

terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar

atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.

Penyajian LKS menggunakan komposisi ukuran dan jenis huruf yang

tepat. Penulisan judul menggunakan huruf cetak tebal ukuran 20, sedangkan isi

LKS menggunakan jenis dan ukuran huruf yang lebih kecil yakni Comic Sans MS

12 pt dan Cambria (Headings) 12 pt. Gambar yang disajikan pada LKS juga

disesuaikan dengan substansi yang ingin dicapai sehingga pesan tersampaikan

secara efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (2009: 91), huruf yang

dicetak tebal atau miring memberikan penekanan pada kata kunci atau judul serta

warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian siswa untuk

informasi yang penting. Proporsi antara tulisan dan gambar sudah seimbang,

artinya gambar tidak terlalu kecil maupun besar. Gambar terlalu kecil dapat

menyulitkan pembaca saat menganalisanya, sedangkan gambar yang besar dapat

menyerap perhatian terlalu banyak, sehingga siswa tidak fokus pada tulisan.

LKS dilengkapi fakta tentang gejala alam dan fenomena dalam kehidupan

sehari-hari yang berkaitan dengan pemantulan dan pembiasan cahaya. Menurut


48

Zion & Sadeh (2007), fenomena alam yang menarik dapat memprovokasi

kemampuan berpikir dan merangsang rasa ingin tahu siswa.

4.2.3 Aspek Kebahasaan

Aspek kebahasaan terdiri dari keterbacaan dan kesesuaian dengan kaidah

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hasil analisis kedua unsur tersebut

disajikan pada Gambar 4.3.

91% 90%
90%
89%
88%
87%
Skor

86%
85% 84%
84%
83%
82%
81%
Keterbacaan Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa
Indonesia yang Baik
dan Benar

Gambar 4.3 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kebahasaan

Aspek bahasa memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan

bahasa yang digunakan pada LKS sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SMA,

mudah dipahami, dan memiliki struktur kalimat yang jelas. Penyusunan materi

juga memperhatikan aturan penulisan yakni ditulis menggunakan bahasa

Indonesia yang baku dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal

ini sesuai penelitian Suryadi (2007) bahwa bahasa merupakan faktor yang penting

dalam pengembangan media atau bahan ajar.


49

LKS yang dikembangkan terdiri dari dua sub topik yaitu pemantulan dan

pembiasan. Proses pembelajaran dilaksanakan secara berurutan dari sub topik

pemantulan kemudian pembiasan. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008: 15)

bahwa urutan penyajian bahan ajar sangat penting untuk menghindarkan siswa

kesulitan dalam mempelajarinya.

4.2.4 Aspek Kegrafikan

Aspek kegrafikan terdiri dari ukuran/format LKS dan desain bagian isi.

Hasil analisis kedua unsur tersebut disajikan pada Gambar 4.4.

100% 92% 92%


90%
80%
70%
60%
Skor

50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ukuran/Format LKS Desain Bagian Isi

Gambar 4.4 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kegrafikan

Aspek kegrafikan memperoleh kriteria sangat layak karena LKS

menggunakan ukuran yang sesuai yaitu A4 (210 x 297) mm. Pemilihan kertas

ukuran tersebut bertujuan agar LKS mudah digunakan oleh siswa. Hal ini sesuai

dengan Prastowo (2012: 217) yang menyatakan bahwa LKS sebaiknya

menggunakan ukuran kertas yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Jenis dan ukuran huruf juga sudah sesuai yaitu Comic Sans
50

MS 12 pt dan Cambria (Headings) 12 pt sehingga mudah dibaca oleh siswa.

Menurut Arsyad (2009: 89), ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau

buku penuntun) adalah 12 pt.

4.3 Keterbacaan LKS

Tingkat keterbacaan LKS diukur menggunakan tes klos (tes rumpang). Tes

klos berupa bacaan yang telah dihilangkan beberapa bagian kata sehingga menjadi

rumpang. Pengisian bagian yang rumpang dapat memunculkan aktivitas membaca

secara alamiah dan normal yang disebut keterbacaan. Hasil analisis data diperoleh

skor keterbacaan sebesar 81,67 %. Berdasarkan kriteria, maka LKS fisika materi

pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik termasuk dalam kategori mudah dipahami oleh siswa.

Skor keterbacaan (readability) cukup tinggi karena penyajian materi LKS

menggunakan bahasa yang sesuai kemampuan siswa SMA, mudah dipahami, dan

memiliki struktur kalimat yang jelas. Selain itu, penulisan materi LKS juga

menggunakan jenis dan ukuran huruf yang disesuaikan aturan tipografi. Hal ini

sesuai penelitian Suryadi (2007) yang menyatakan bahwa tingkat keterbacaan

dipengaruhi oleh faktor bahasa dan rupa. Faktor bahasa menyangkut pilihan kata,

susunan kalimat, dan unsur tata bahasa yang lain. Faktor rupa menyangkut tata

huruf (tipografi) yang mencakup jenis dan ukuran huruf, kerapatan baris, dan

unsur tata rupa lain.

4.4 Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif didapatkan melalui tes tertulis. Tes tertulis

dilaksanakan sebelum dan setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS


51

fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan

pendekatan saintifik. Hasil belajar kognitif dianalisis menggunakan uji gain dan

uji-t. Uji gain digunakan untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil belajar.

Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan

setelah pembelajaran menggunakan LKS.

Hasil post-test kedua kelas diuji perbedaan dua rata-rata dan menunjukkan

bahwa kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil belajar kognitif

siswa disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa

Rata-rata Rata-rata Kriteria


Kelas
Pre-test Post-test Peningkatan
Kontrol 36,38 73,96 Sedang
Eksperimen 43,28 82,03 Sedang

90 82.03
80 73.96
70
60
50 43.28 Kelas Kontrol
40 36.38
Kelas Eksperimen
30
20
10
0
Pre-Test Post-Test

Gambar 4.5 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa

Berdasarkan data dapat dilihat bahwa pemahaman konsep siswa meningkat

setelah mendapatkan pembelajaran. Pada kelas eksperimen diperoleh faktor gain

sebesar 0,68 sedangkan pada kelas kontrol 0,59 sehingga dapat dikatakan bahwa
52

peningkatan pemahaman konsep fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

berada dalam kriteria sedang. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yildirim et al. (2011)

yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran

menggunakan LKS lebih baik daripada tanpa LKS. Selain itu, Suyanti (2012)

menegaskan bahwa penggunaan media pembelajaran LKS mempengaruhi naiknya

prestasi belajar siswa.

Rata-rata nilai pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen adalah 43,28

dan 82,03. Perbandingan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah

menggunakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi

karakter dengan pendekatan saintifik disajikan pada Gambar 4.6.

120
100
100
82,03
Jumlah Skor

80

60 55 55 Pre-Test
43,28
Post_test
40
25
20

0
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata

Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar kognitif siswa. Nilai post-test menunjukkan hasil belajar

kognitif siswa lebih besar daripada nilai pre-test. Selain itu, berdasarkan uji gain,
53

dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar kognitif walaupun

berada pada kriteria sedang. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa

LKS efektif digunakan sebagai panduan belajar fisika pada siswa kelas X MIA.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Celikler (2010) yang menyatakan bahwa

penggunaan LKS pada kelas eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan

hasil belajar yang signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran tradisonal.

Peningkatan hasil belajar karena pembelajaran dilakukan melalui

pendekatan saintifik, siswa akan termotivasi untuk menemukan jawaban dari

persoalan yang ada pada LKS sehingga akan lebih mudah menguasai materi. LKS

berpendekatan saintifik terbukti efektif meningkatkan hasil belajar sekaligus

membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Yildirim et al. (2011) yang menyatakan bahwa LKS lebih efektif

meningkatkan hasil belajar sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan

proses ilmiah seperti melakukan percobaan, mencatat serta menganalisa data, dan

sebagainya. Selain itu, hasil belajar siswa meningkat karena pengintegrasian

karakter pada LKS yang dikembangkan, hal ini sesuai pendapat Benninga et al.

(2003) yang menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter memberi

pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar.

4.5 Perkembangan Nilai Karakter

4.5.1 Hasil Analisis Karakter

Karakter yang dikembangkan pada penelitian ini adalah jujur, disiplin,

rasa ingin tahu, dan komunikatif. Data perkembangan karakter didapatkan melalui
54

dua cara yaitu angket dan observasi. Observasi karakter dilakukan karena angket

tidak selalu mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Azwar (2013: 96),

meskipun pernyataan sikap yang diperoleh dari suatu skala sikap merupakan

indikator yang paling dapat diandalkan, namun tidaklah berarti bahwa skala sikap

selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat dengan jitu mencerminkan sikap

yang sesungguhnya. Observasi karakter siswa dilakukan oleh ketua dari masing-

masing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari anggota

kelompoknya. Perkembangan karakter dari ketua kelompok dinilai oleh observer.

Penilaian karakter oleh sesama siswa lebih efektif dilakukan karena ketua dari

masing-masing kelompok lebih memahami teman sekelasnya dan pelaksanaan

pembelajaran tidak terlalu banyak dihadiri oleh observer.

Besarnya perkembangan karakter siswa dianalisis menggunakan uji gain.

Secara umum, hasil analisis karakter siswa disajikan pada Tabel 4.3, Gambar 4.7,

dan Tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket

Karakter yang Sebelum Kriteria Setelah Kriteria Gain


dikembangkan pembelajaran pembelajaran
(%) (%)
Jujur 76,43 Mulai 78,52 Mulai Rendah
berkembang berkembang
Disiplin 76,95 Mulai 80,47 Mulai Rendah
berkembang berkembang
Rasa ingin tahu 73,14 Mulai 75,79 Mulai Rendah
berkembang berkembang
Komunikatif 80,39 Mulai 81,95 Membudaya Rendah
berkembang
55

84
81.95
82 80.47 80.39
80 79.22
78.52
78 76.43 76.95 76.98
Skor

76 75.39

74 73.14
Sebelum Pembelajaran
72
Setelah Pembelajaran
70
68

Gambar 4.7 Perbandingan Karakter Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran

Tabel 4.4 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi

Karakter yang dikembangkan Persentase Kriteria


Jujur 81,25% Membudaya
Disiplin 89,58% Membudaya
Rasa ingin tahu 80,21% Mulai berkembang
Komunikatif 79,17% Mulai berkembang

4.5.2 Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa

Berdasarkan hasil analisis perkembangan karakter secara keseluruhan,

terlihat bahwa nilai karakter meningkat dari sebelum pembelajaran dan setelah

pembelajaran. Ada empat aspek karakter yang dikembangkan pada penelitian ini,

yaitu jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif.

4.5.2.1.Jujur

Perkembangan karakter jujur diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1)

tidak melihat jawaban LKS kelompok lain, (2) mencatat data pengamatan sesuai

hasil percobaan, dan (3) mengemukakan pendapat sesuai keyakinan diri. Hasil
56

analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter

jujur sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi

karakter berpendekatan saintifik meskipun masih tetap berada dalam kriteria

mulai berkembang. Sedangkan hasil observasi menunjukkan bahwa karakter jujur

berada dalam kriteria membudaya, sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS dapat

mengembangkan karakter jujur siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013)

menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif

digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter jujur siswa.

4.5.2.2 Disiplin

Perkembangan karakter disiplin diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1)

datang tepat waktu ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) mentaati prosedur atau

petunjuk pembelajaran yang ada di LKS, dan (3) mengambil ataupun

mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan secara tertib. Hasil

analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter

disiplin sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi

karakter berpendekatan saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter disiplin

termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter

disiplin masih dalam kriteria mulai berkembang, tetapi memiliki persentase yang

lebih besar. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS terintegrasi karakter

dapat mengembangkan karakter disiplin siswa. Hasil penelitian Amelia et al.

(2013) menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter

efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter

disiplin siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya


57

perubahan karakter disiplin siswa setelah menggunakan model LKS berbasis

inkuiri untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya. Ini

berarti bahwa sejak awal siswa sudah memperlihatkan kedatangan tepat waktu

saat pembelajaran dilaksanakan, mentaati prosedur atau petunjuk pembelajaran

yang ada di LKS, dan mengambil ataupun mengembalikan peralatan yang

digunakan saat percobaan secara tertib, sehingga pada akhir pembelajaran siswa

sudah mulai sadar dan terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini

sesuai dengan Bear & Duquette (2008) bahwa kedisiplinan merupakan tanggung

jawab moral yang tercipta dari kesadaran dan kemauannya sendiri bukan semata-

mata karena takut hukuman atau untuk mendapatkan penghargaan eksternal.

4.5.2.3 Rasa ingin tahu

Perkembangan karakter rasa ingin tahu diukur berdasarkan 3 indikator,

yaitu (1) bertanya kepada guru ataupun teman lain mengenai materi yang sedang

dipelajari, (2) mengamati fenomena yang ada untuk mengetahui konsep, dan (3)

membaca dan mencari informasi dari buku, internet ataupun sumber belajar

lainnya. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan karakter rasa ingin tahu sebelum dan setelah pembelajaran

menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik meskipun

masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Artinya, sejak awal siswa

sudah memperlihatkan rasa ingin tahunya yaitu bertanya kepada guru ataupun

teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari, mengamati fenomena yang

ada, dan mencari informasi dari buku maupun internet. Hasil observasi juga

menunjukkan bahwa karakter rasa ingin tahu siswa berada dalam kriteria mulai
58

berkembang. Hasil analisis angket dan observasi tersebut menunjukkan bahwa

LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan nilai karakter rasa ingin tahu

siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amelia et al. (2013) yang

menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif

digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter rasa ingin

tahu siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya perubahan

karakter rasa ingin tahu siswa setelah menggunakan model LKS berbasis inkuiri

untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya.

4.5.2.4 Komunikatif

Perkembangan karakter komunikatif diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu

(1) memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok, (2) memberi

dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas, dan (3) mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di depan kelas. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan karakter komunikatif sebelum dan setelah

pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan

saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter komunikatif termasuk dalam kriteria

mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter komunikatif sudah

membudaya. Analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat mengembangkan

karakter komunikatif siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan

bahwa penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif

digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter komunikatif

siswa. Ini berarti bahwa sejak awal siswa sudah terbiasa memberi dan

mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok dan kelas serta


59

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sewell & College (2003) bahwa penanaman karakter dapat

diintegrasikan pada pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di

lingkungan sekolah.

LKS berpendekatan saintifik terintegrasi karakter merupakan salah satu

upaya untuk mengembangkan karakter siswa. Berdasarkan analisis data, terdapat

peningkatan skor rata-rata karakter siswa setelah menggunakan LKS

berpendekatan saintifik terintegrasi karakter. Hal ini berarti bahwa produk LKS

terbukti efektif mengembangkan karakter siswa. Menurut Kemendiknas (2010:

24), perilaku yang dikembangkan dalam indikator budaya dan karakter bersifat

progresif. Artinya, perilaku tersebut tidak langsung berubah sesuai yang

diharapkan namun berkembang seiring berjalannya waktu dan semakin kompleks

antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya. Oleh karena itu, perlu adanya

intergrasi pendidikan karakter secara berkelanjutan untuk materi selanjutnya dan

mata pelajaran lainnya.

Pendidikan karakter yang diterapkan secara terus-menerus dan

berkelanjutan pada proses pembelajaran akan berdampak positif pada prestasi

belajar siswa. Sebagaimana penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681

Sekolah Dasar di California bahwa sekolah dengan tingkat penerapaan pendidikan

karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik

dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan

karakter. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar afektif berupa

karakter dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model LKS yang dihasilkan terdiri dari 26 halaman yang dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi

halaman depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS,

kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,

karakter yang dikembangkan beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi

berisi sub topik berupa pertanyaan-pertanyaan konsep yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari yang disertai gambar untuk memudahkan

siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan eksperimen yang dituntun

menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong siswa menemukan

konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan karakter. Bagian

akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar observasi

karakter. Jenis huruf yang digunakan adalah Cambria (Headings) dengan

ukuran 12, 24, 26, dan 48 untuk bagian-bagian pokok seperti judul, nama

kelompok dan anggota, kata pengantar, daftar isi, tujuan pembelajaran,

karakter yang dikembangkan, serta indikator karakter. Jenis huruf Times

New Rowman ukuran 8 dan 12 digunakan pada kompetensi dasar dan

rangkuman. Sedangkan Comic Sans MS ukuran 12 dan 20 untuk bagian

60
61

sub-pokok seperti penulisan pertanyaan konsep dan perintah kerja. Unsur

saintifik di dalam LKS dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan

konsep berupa pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan

berpikir sehingga siswa dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa

diajak untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan

menyimpulkan. Model LKS berpendekatan saintifik mengintegrasikan

pendidikan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif yang

dimunculkan melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen.

2. LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter

dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kriteria sangat layak

digunakan sebagai panduan belajar siswa kelas X MIA SMA.

3. Tingkat keterbacaan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya

terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kategori

mudah dipahami oleh siswa.

4. Penerapan model LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik dapat meningkatkan penguasaan materi pada pokok bahasan

pemantulan dan pembiasan cahaya. Peningkatan hasil belajar berada pada

kategori sedang.

5. Penggunaan LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik

dapat mengembangkan karakter siswa yaitu berada pada kategori mulai

berkembang.
62

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan

pendekatan saintifik merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga guru

sebaiknya memberikan sosialisasi dan penjelasan terlebih dahulu agar

siswa lebih siap menggunakan media tersebut.

2. Pada penelitian ini, karakter siswa belum memperoleh kategori

membudaya untuk semua indikator, sehingga disarankan pembelajaran

menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan pendekatan

saintifik perlu diterapkan dalam jangka waktu panjang.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, O. T., Yurnetti, & Asrizal. 2013. Pembuatan LKS Fisika Berbasis
ICT dengan Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Kelas X
Semester 2. Pillar of Physics Education, Vol. 2, 89-96.

Arafah, S. F., B. Priyono, & S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS Berbasis


Berpikir Kritis pada Materi Animalia. Unnes Journal of Biology
Education, 1(1): 75-81.

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asyhari, D., Syakbaniah, & A. Hasra. 2013. Pengaruh LKS dalam


Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas XI SMA N 2 Pariaman. Pillar of Physics
Education, Vol. 2: 65-72.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (18th ed.).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bear, G. G. & J.F. Duquette. 2008. Fostering Self-Discipline, a Primary


Goal of Education, Helps Students Exhibit Good Behavior In and
Out of School. Online. Tersedia di
http://www.nasponline.org/resources/principals/ [diakses 11-7-
2014].

Benninga, J. S., M. W. Berkowitz, P. Kuehn, & K. Smith. 2003. The


Relationship of Character Education Implementation and Academic
Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in
Character Education, 1(1): 19-32.

Celikler, D. 2010. The Effect of Worksheets Developed for the Subject of


Chemical Compounds on Student Achievement and Permanent
Learning. The International Journal of Research in Teacher
Education, 1(1): 42-51. Tersedia di http://ijrte.eab.org.tr/ [diakses
16-6-2014].

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan


Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

63
64

Enggayanti, D. L. 2013. Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi


Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII
SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri
Semarang.

Fauziah, R., A. G. Abdullah, & D. L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik


Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
INVOTEC, 9(2): 165-179. Tersedia di jurnal.upi.edu [diakses 12-2-
2014].

Fitriyati, E. S. Kurniawan, & N. Ngazizah. 2013. Pengembangan LKS


Fisika SMA Kelas X Semester II dengan Website Online Berbasis
Contextual Teaching Learning. Jurnal Radiasi, 3(1): 7-11.

Giancoli, D. C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Isnaini, M., P. Marwoto, & A. Yulianto. 2012. Pengembangan LKS Fisika


Model Inferensi Logika Berpikir Hypothetical-Deductive Siswa
SMP. Journal of Innovative Science Education, 1(2): 98-104.
Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise [diakses 1-
2-2014].

Johnstone, A. H. & A. Al-Shuaili. 2001. Learning in the Laboratory; Some


Thoughts from the Literature. The Royal Society of Chemistry, Vol.
5: 42-51.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Diklat Guru Dalam


Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan


Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan


Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan
Pendidikan Rintisan). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.

Khoirunnisa, L. 2013. Model LKS Berbasis Inkuiri untuk Mengembangkan


Karakter Siswa Kelas VIII SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang.

Khusniati, M. 2012. Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran IPA.


Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2): 204-210. Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii [diakses 25-7-2014].
65

Musyarofah, N. Hindarto, & Mosik. 2013. Pendidikan Karakter


Terintegrasi dalam Pembelajaran IPA guna Menumbuhkan
Kebiasaan Bersikap Ilmiah. Unnes Physics Education Journal,
2(2): 41-48.

NSTA. 2004. Position Statement on Scientific Inquiry. Online. Tersedia di


www.nsta.org/about/positions/inquiry.aspx/ [diakses 17-6-2014].

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang


Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Tersedia di
http://www.paudni.kemdikbud.go.id [diakses 22-5-2013].

Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi.

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur


Kurikulum SMA-MA.

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Jogjakarta: Diva Press.

Rama, K. T. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya


Agung.

Samani, M. & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sewell, D. T. & A. B. College. 2003. Teachers’ Attitudes Toward


Character Education and Inclusion in Family and Consumer
Sciences Education Curriculum. Journal of Family and Consumer
Sciences Education. 21(1): 11-17.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarwanta, A. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan


Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan, 16(1): 75-83.
66

Sunyono. 2008. Development of Student Worksheet Base on Environment


to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester
I. Proceeding of The 2nd International Seminar of Science
Education. Bandung: UPI.

Suryadi, A. 2007. Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik


Klos. Jurnal Sosioteknologi, 10(6): 196-200.

Suyanti. 2012. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Media Pembelajaran LKS


terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPS. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Geografi, Hlm. 97-106.

Taslidere, E. 2013. The Effect of Concept Cartoon Worksheets on


Students’ Conceptual Understandings of Geometrical Optics.
Education and Science, 38(167): 144-161.

Tipler, P. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (terjemahan).


Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia di
http://www.paudni.kemdikbud.go.id [diakses 22-5-2013].

Widodo, T. 1995. Modifikasi Tes Rumpang untuk Bahan Ajar MIPA.


Semarang: Lembar Penelitian UNNES.

Wieman, C. 2007. Why Not Try a Scientific Approach to Science


Education?. Change, September/Oktober. Hlm. 9-15.

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi


Laboratorium. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Yildirim, N., S. Kurt, & A. Ayas. 2011. The Effect of the Worksheets on
Students’ Achievement in Chemical Equilibrium. Journal of
Turkish Science Education, 8(3): 44-58. Tersedia di
http://www.tused.org/ [diakses 5-8-2013].

Zion, M. & I. Sadeh. 2007. Curiosity and Open Inquiry Learning. Journal
of Biological Education, 41(4): 162-168. Tersedia di
http://www.iob.org// [diakses 10-7-2014].
67

Lampiran 1
68
69
70
71
72
73

Lampiran 2

RUBRIK INSTRUMEN VALIDASI “LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA

TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK”

A. Deskripsi Aspek yang Dinilai


NO. ASPEK YANG DINILAI DESKRIPSI
KELAYAKAN ISI
A. Kesesuaian Materi
Materi yang disajikan menjabarkan
minimal (fakta, konsep, prinsip, dan
1. Keluasan materi
teori) yang mencerminkan jabaran KD
dan tujuan pembelajaran.
Materi sesuai ranah kognitif yang
memberikan tuntutan kerja ilmiah atau
percobaan. Tingkat kesulitan dan
2. Kedalaman materi
kerumitan materi disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
Prosedur percobaan yang disajikan
3. Kejelasan prosedur runtut dan jelas sehingga tidak
percobaan menimbulkan terjadinya kesalahan
dalam percobaan.
B. Keakuratan Materi
Materi yang disajikan sesuai dengan
4. Keakuratan fakta dan kebenaran fakta, konsep, dan prinsip
konsep sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir.
C. Materi Pendukung Pelajaran
5. Kesesuaian dengan Materi yang disajikan sesuai dengan
74

perkembangan ilmu perkembangan iptek.


Materi yang disajikan berasal dari
6. Kontekstual lingkungan di sekitar dan akrab
dengan kehidupan sehari-hari.
7. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik
LKS mengarahkan peserta didik untuk
mengamati fenomena dalam
- Mengamati
kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menanyakan penyebab terjadinya
- Menanya fenomena dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
- Mencoba melakukan percobaan sederhana yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
- Menyajikan menyajikan hal-hal yang didapatkan
dari percobaan.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
- Menyimpulkan menyimpulkan hasil percobaan atau
pembelajaran.
8. Pengintegrasian karakter
Kegiatan dalam LKS dapat
- Rasa ingin tahu mengarahkan peserta didik untuk
memiliki rasa ingin tahu.
Kegiatan dalam LKS dapat
- Disiplin mengarahkan peserta didik untuk
disiplin.
75

Kegiatan dalam LKS dapat


- Jujur mengarahkan peserta didik untuk
jujur.
Kegiatan dalam LKS dapat
- Komunikatif mengarahkan peserta didik untuk
komunikatif.
KELAYAKAN PENYAJIAN
D. Teknik Penyajian
Konsep dasar atau sederhana disajikan
9. Keruntutan konsep
lebih dulu sebelum konsep yang rumit.
Penyajian materi dalam setiap bab
10. Kekonsistenan
sesuai dengan sistematika penulisan
sistematika
tertentu.
E. Penyajian Pembelajaran
Penyajian materi bersifat interaktif dan
partisipatif sehingga memotivasi
peserta didik untuk belajar mandiri,
11. Berpusat pada
misalnya dengan menggunakan
penggunaan LKS
pertanyaan, gambar yang menarik,
atau kalimat ajakan dalam melakukan
percobaan.
Penyajian pembahasan lebih
12. Mengembangkan
menekankan pada keterampilan
keterampilan proses
proses.
Penyajian materi dan kegiatan dalam
13. Mengarahkan pada
LKS mengarahkan pada penemuan
penemuan konsep
sendiri suatu konsep.
Kegiatan yang disajikan aman
14. Memperhatikan
dilakukan oleh pengguna. Bahan,
keselamatan kerja
peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan
76

yang dilakukan tidak membahayakan


peserta didik. Apabila ada resiko
bahaya harus disertai dengan petunjuk
yang jelas.
F. Kelengkapan Penyajian
Judul LKS sesuai dengan materi yang
15. Judul
disajikan.
Tujuan pembelajaran yang tertera
16. Tujuan pembelajaran dalam LKS mampu mencerminkan
hasil pembelajaran.
LKS dilengkapi dengan konsep-
17. Ringkasan konsep kunci yang diberikan dalam
ringkasan materi.
Langkah kerja yang disajikan
18. Langkah kerja megarahkan peserta didik untuk
berpikir kreatif.
Ilustrasi yang disajikan relevan dengan
19. Ilustrasi / gambar
pesan yang disampaikan.
Pertanyaan atau evaluasi meliputi soal
20. Pertanyaan / evaluasi yang memungkinkan peserta didik
untuk mengevaluasi kemampuannya.
KELAYAKAN KEBAHASAAN
G. Keterbacaan
Bahasa yang digunakan dalam LKS
untuk memberikan petunjuk atau
21. Kejelasan informasi
informasi mudah dipahami dan tidak
menimbulkan kebingungan.
Istilah yang digunakan untuk
22. Konsistensi penggunaan
menggambarkan suatu konsep selalu
istilah
sama atau konsisten.
77

H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan


Benar
Struktur kalimat dalam LKS
23. Ketepatan struktur
menggunakan struktur SPO atau
kalimat
SPOK.
KELAYAKAN KEGRAFIKAN
I. Ukuran/Format LKS
LKS menggunakan ukuran A4 (210 x
24. Kesesuaian ukuran LKS 297) mm, A5 (148 x 210) mm, atau B5
(176 x 250) mm.
J. Desain Bagian Isi
Jenis dan ukuran huruf yang dipilih
25. Kesesuaian jenis dan mudah dibaca oleh peserta didik atau
ukuran huruf pengguna, misalnya menggunakan
ukuran huruf 12.

B. Pedoman Pemberian Skor


Skor Kriteria
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
5 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sangat sesuai
dengan deskripsi aspek yang dinilai
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
4 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sesuai dengan
deskripsi aspek yang dinilai
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
2 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik kurang
sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
1 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik tidak sesuai
dengan deskripsi aspek yang dinilai
78

Lampiran 3

DAFTAR REVIEWER KELAYAKAN LKS (GURU FISIKA SMA)

No Nama Reviewer NIP Asal Instansi


1 Dwi Ratih Yuliawati, S.Pd. SMA N 1 Rembang
2 Sukarno, M.PFis 197001081994121002 SMA N 1 Rembang
3 Sukarlan, S.Pd. SMA N 1 Rembang
4 Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. SMA N 1 Rembang
5 Kristina Suprapti, S.Pd. SMA N 1 Rembang
79

Lampiran 4

DAFTAR RESPONDEN UJI COBA SKALA KECIL

No Nama Kode Siswa


1 Istiyani UCK-1
2 Siti Fatimah UCK-2
3 Sesanti Hayu Ningtyas UCK-3
4 Rizky Anugrah Putri UCK-4
5 Nur Reyhana Zulfa UCK-5
6 Martiana Adelyanti UCK-6
7 Ibrahim Tamtama Adi UCK-7
8 Hana Riyandika Rohimatuzahroh UCK-8
9 Galuh Yuan Irawan UCK-9
10 Bayu Bimantoro Oktavian UCK-10
80

Lampiran 5

DAFTAR RESPONDEN UJI COBA SKALA BESAR

No Nama Kode Siswa


1 Addien Wicaksono UCB-1
2 Alifia Firda Aziza UCB-2
3 Ariesandi Alam Cahya UCB -3
4 Ayu Dwi Priyanti UCB -4
5 Azza Aulia Ulfa UCB -5
6 Bagus Yuli Prakosa Ciptasiwi UCB -6
7 Bayu Bimantoro Oktavian UCB -7
8 Dianita Rahma Nugraheni UCB -8
9 Diyanti Virda Kumalasari UCB -9
10 Esza Qoirul Nazula UCB -10
11 Fakhry Elhamidi UCB -11
12 Febyansyah Abdul Aziz UCB -12
13 Galuh Yuan Irawan UCB -13
14 Gemala Wahyu Isani UCB -14
15 Hana Riyandika Rohimatuzahroh UCB -15
16 Haniatul Mutamakkinah UCB -16
17 Ibrahim Tamtama Adi UCB -17
18 Intan Tawaddada Ilaiha UCB -18
19 Istiyani UCB -19
20 Martiana Adelyanti UCB -20
21 Miqdad Ibadurrahman UCB -21
22 Muhamad Iqbal Saputra UCB -22
23 Muhammad Fuad Fahrudin UCB -23
24 Nur Royhana Zulfa UCB -24
25 Pramesti Kusuma Pratiwi UCB -25
26 Rizky Anugrah Putri UCB -26
27 Satriya Adika Arif Atmaja UCB -27
28 Sesanti Hayu Ningtyas UCB -28
29 Siti Fatimah UCB -29
30 Vivi Aulia Dian Nova UCB -30
31 Widyo Wati UCB -31
32 Yulianti Triwulandari UCB -32
81

Lampiran 6

KISI-KISI SOAL UJI COBA

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : X MIA / 2
Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

Nomor Soal
No Indikator
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 Siswa dapat menjelaskan hukum
1 26
pemantulan
2 Siswa dapat menyebutkan sifat
pembentukan bayangan pada 2,6 3,5
cermin datar
3 Siswa dapat menyebutkan sifat
pembentukan bayangan pada 8,9 4
cermin cekung
4 Siswa dapat menyebutkan sifat
pembentukan bayangan pada 7
cermin cembung
5 Siswa dapat menentukan 24
perbesaran, jarak fokus, jarak 14,13,
20,21
benda, serta jarak bayangan pada 22
cermin cekung
6 Siswa dapat menentukan
perbesaran, jarak fokus, jarak 10,11,
17
benda, jarak bayangan pada cermin 16,18
cembung
7 Siswa dapat menyebutkan titik api
15
pada lensa
82

8 Siswa dapat menghitung besarnya 33,35,


indeks bias 36 37 38

9 Siswa dapat menganalisis


kecepatan dan panjang gelombang 32
pada pembiasan
10 Siswa dapat menyebutkan aplikasi
12,19,
pemantulan dan pembiasan cahaya 25 31
23
dalam kehidupan sehari-hari
11 Siswa dapat membedakan antara
pemantulan teratur dan pemantulan 27
baur
12 Siswa dapat menjelaskan prinsip 28,39,
29,40
pembiasan cahaya 30,34
Jumlah 10 12 14 2 1 1
Persentase 25% 30% 35% 5% 2,5% 2,5%

Keterangan:
C1 : pengetahuan
C2 : pemahaman
C3 : penerapan
C4 : analisis
C5 : evaluasi
C6 : mencipta
83

Lampiran 7

SOAL UJI COBA

Mata Pelajaran : Fisika


Pokok Bahasan : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Kelas/Semester : X/2
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. Berdo’alah sebelum mengerjakan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada
huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban.
3. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2
garis lurus mendatar pada jawaban yang salah dan silang (X) jawaban yang
benar.
Contoh: a X b c d e menjadi =
a X
b c d X
e
4. Selamat mengerjakan!

1. Jika besar sudut datang yang menuju permukaan benda disimbolkan dengan x
dan besar sudut pantul disimbolkan dengan y, hubungan yang tepat dari
keduanya adalah ….
a. x = y
b. x ≠ y
c. x > y
d. x < y
e. x = y = 0
2. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat pembentukan bayangan.
1) Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata.
2) Bayangan yang dihasilkan bersifat maya.
3) Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda.
4) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan.
5) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
Yang merupakan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar adalah
nomor ....
a. 1), 2), 3), dan 4)
b. 2), 3), 4), dan 5)
c. 1), 3), dan 4)
d. 2), 3), dan 5)
e. semua benar
84

3. Suatu benda diletakkan di depan dua cermin datar dengan membentuk sudut
tertentu sehingga pada cermin terlihat ada 17 bayangan. Sudut yang dibentuk
oleh kedua cermin tersebut adalah ….
a. 20
b. 30
c. 40
d. 45
e. 60
4. Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Titik pusat
kelengkungan cermin adalah ….
a. 7,5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 30 cm
e. 60 cm
5. Ira sedang duduk pada sebuah bangku sejauh 3 m dari sebuah dinding di
mana pada dinding itu bergantung sebuah cermin datar. Tepat 3 m
dibelakangnya berdiri seorang pria dengan tinggi 162 cm. Ketinggian
minimum cermin yang memungkinkan Ira melihat seluruh tinggi badan pria
tersebut adalah ….
a. 27 cm
b. 54 cm
c. 81 cm
d. 162 cm
e. 168 cm
6. Di bawah ini adalah sifat bayangan cermin datar, kecuali ….
a. jarak benda = jarak bayangan
b. simetris
c. maya
d. nyata
e. sama besar
7. Sifat pemantulan divergen dihasilkan oleh ….
a. cermin cembung
b. cermin cekung
c. lensa cembung
d. lensa cekung
e. kaca transparan
8. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik
R.
85

2) Sinar datang melalui titik R akan dipantulkan sejajar sumbu utama.


3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan
melalui titik F.
4) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
5) Sinar datang menuju cermin akan dipantulkan secara baur.
Yang termasuk sinar istimewa pada cermin konkaf adalah nomor ….
a. 1)
b. 2)
c. 3)
d. 4)
e. 5)
9. Jika seberkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, berkas sinar
tersebut akan ….
a. dibiaskan menuju titik fokus
b. dibiaskan menuju titik pusat optik
c. dibiaskan sejajar sumbu utama
d. dipantulkan menuju titik fokus
e. diteruskan tanpa dibiaskan atau dipantulkan
10. Deskripsi bayangan sebuah benda yang terletak 20 cm dari sebuah cermin
sferis cembung yang berjari-jari 60 cm adalah ….
a. maya, tegak 60 cm di depan cermin, dan diperbesar 3 kali
b. maya, tegak 60 cm di belakang cermin, dan diperbesar 3 kali
c. maya, tegak 12 cm di belakang cermin, dan diperbesar kali
d. maya, tegak 12 cm di depan cermin, dan diperbesar 3 kali
e. maya, tegak 60 cm di belakang cermin, dan diperbesar kali
11. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. Benda setinggi 4 cm
berada di depan cermin sejauh 10 cm, sehingga:
1) jarak bayangan benda cm
2) jarak bayangan benda cm
3) perbesaran benda kali
4) tinggi bayangan benda 1,78 cm
Pernyataan yang benar adalah nomor ….
a. 1), 3), dan 4)
b. 1), 2), dan 3)
c. 1), 2), 3), dan 4)
d. 2) dan 4)
e. 2) dan 3)

12. Berlian tampak berkilau. Peristiwa ini merupakan gejala ....


86

a. pembiasan total
b. pemantulan sempurna
c. pembiasan sebagian
d. pemantulan sebagian
e. fatamorgana
13. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
1) Jarak bayangan yang terbentuk -60 cm.
2) Jarak bayangan yang terbentuk -30 cm.
3) Bayangan benda berada di belakang cermin.
4) Bayangan benda berada di depan cermin.
Sebuah benda diletakkan pada jarak 20 cm dari cermin cekung yang jari-jari
kelengkungannya 60 cm. Pernyataan tersebut yang benar adalah nomor ….
a. 1), 2), dan 4)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 3)
d. 2) dan 4)
e. 1) dan 4)
14. Sebuah cermin lengkung memiliki jari-jari 36 cm. Letak benda agar terbentuk
bayangan tegak berukuran tiga kali ukuran bendanya adalah ….
a. 12 cm
b. 18 cm
c. 54 cm
d. 72 cm
e. 108 cm
15. Jarak titik api lensa sama dengan ….
a. dua kali jari-jari kelengkungan lensa
b. jari-jari kelengkungan lensa
c. setengah jari-jari kelengkungan lensa
d. sepertiga jari-jari kelengkungan lensa
e. penjumlahan jarak benda dan jarak bayangan
16. Sebuah benda setinggi 4 cm terletak 20 cm di depan cermin cembung yang
mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. Tinggi bayangan yang terbentuk
adalah ….
a. 0.7 cm
b. 1,7 cm
c. 2,2 cm
d. 3,3 cm
e. 4,5 cm
17. Sebuah benda terletak di depan cermin cembung, maka bayangan yang
terbentuk bersifat ….
87

a. tegak, diperkecil
b. terbalik, diperbesar
c. terbalik, diperkecil
d. nyata, di muka cermin
e. maya, di muka cermin
18. Sebuah lilin setinggi 6 cm berada 4 cm di depan sebuah cermin cembung
dengan jarak fokus 60 cm, bayanganya adalah ….
a. terbalik, panjangnya 3,75 cm
b. tegak, panjangnya 10 cm
c. tegak, panjangnya 8 cm
d. tegak, panjangnya 3,75 cm
e. terbalik, panjangnya 10 cm
19. Terjadinya pelangi adalah karena cahaya matahari diuraikan dan dibiaskan
oleh ….
a. lapisan atmosfer
b. butir-butir hujan yang ada di udara
c. uap air yang ada di lapisan atmosfer
d. awan tebal yang ada di lapisan atmosfer
e. temperatur udara yang tinggi
20. Bayangan maya yang terbentuk oleh sebuah cermin cekung 3 kali lebih besar
dari bendanya. Bila jarak fokus cermin 30 cm, maka jarak benda didepan
cermin adalah ….
a. 5 cm
b. 20 cm
c. 30 cm
d. 40 cm
e. 45 cm
21. Sebuah benda berada di depan cermin cekung yang berjarak fokus 15 cm.
Agar diperoleh bayangan nyata dengan perbesaran 5 kali maka jarak benda
dengan cermin adalah ….
a. 18 cm
b. 25 cm
c. 23 cm
d. 30 cm
e. 40 cm
22. Sebuah benda tegak lurus sumbu utama berada di depan cermin cekung yang
berjari-jari 16 cm. Jika diperoleh bayangan maya dengan perbesaran 4 kali,
maka jarak benda terhadap cermin adalah ….
a. 4 cm
b. 6 cm
88

c. 8 cm
d. 10 cm
e. 12 cm
23. Kedalaman dasar danau yang berair jernih oleh orang yang berada di atas
permukaan, airnya akan tampak ....
a. tetap
b. lebih dalam
c. lebih dangkal
d. lebih jernih
e. lebih banyak
24. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari
kelengkungan 20 cm nyata dan diperbesar dua kali maka bendanya terletak di
muka cermin sejauh ….
a. 60 cm
b. 30 cm
c. 25 cm
d. 15 cm
e. 10 cm
25. Berikut merupakan kegunaan dari cermin cekung, kecuali ….
a. cermin rias
b. lampu senter
c. komponen alat optik
d. komponen lampu mobil
e. kaca spion
26. Jika sinar datang membentuk sudut 30 terhadap garis normal, besarnya sudut
pantul adalah ….
a. 30
b. 60
c. 150
d. 180
e. 210
27. Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai
permukaan yang ….
a. kasar
b. licin
c. datar
d. halus
e. bening
28. Batang pensil yang kita celupkan kedalam air, maka pensil akan tampak patah
dari permukaan air. Hal ini disebabkan oleh ....
89

a. adanya perbedaan sudut datang dengan sudut pantul


b. adanya perbedaan sinar datang dengan sinar pantul
c. adanya persamaan sudut datang dengan sudut pantul
d. adanya persamaan sudut datang dengan sudut deviasi
e. adanya perbedaan sudut pada sinar datang dengan sinar bias pada garis
normal
29. Pembiasan cahaya adalah ….
a. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya karena mengalami
perubahan medium
b. seberkas cahaya yang merambat dari medium yang kerapatannya sama
c. garis normal sama dengan bidang bias
d. perbedaan ukuran indeks bias
e. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya tanpa mengalami
perubahan medium
30. Pada gambar di bawah ini menunjukkan seberkas cahaya yang merambat dari
medium kurang rapat ke medium lebih rapat dimana besarnya sudut sinar
datang (i) dengan sudut sinar bias (r) adalah ....

a. sudut i > sudut r


b. sudut i = sudut r
c. sudut i < sudut r
d. sudut i dengan sudut r saling berseberangan
e. sudut i dengan sudut r = 180
31. Perhatikan gambar berikut ini!

Andi berada 12 m di atas permukaan air sebuah kolam. Ketinggian Andi yang
terlihat oleh Budi yang sedang berendam dalam air adalah ....
a. 10 m
b. 14 m
c. 16 m
d. 18 m
e. 20 m
90

32. Seberkas cahaya dengan laju v1, panjang gelombang λ1, frekuensi f1
merambat dalam medium yang indeks biasnya n1 lalu dibiaskan ke medium
kedua n2 ternyata sudut biasnya lebih besar daripada sudut datangnya.
Dengan menggunakan hukum 1 Snellius tentang pembiasan pada 2 medium
yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa ….
a. n2 > n1
b. f2 > f1 dan n2 > n1
c. f2 > f1, n2 > n1 dan v2 > v1
d. f2 > f1 dan v2 > v1
e. v2 > v1 dan λ2 > λ1
33. Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20 x 108 m/s, maka indeks bias
alkohol tersebut adalah ….
a. 1,36
b. 1,41
c. 1,53
d. 1,63
e. 1,8
34. Di bawah ini beberapa contoh terkait dengan pembiasan, kecuali ….
a. dasar kolam terlihat lebih dangkal ketika dilihat dari atas
b. terjadinya pelangi setelah turun hujan
c. adanya kacamata minus (negatif) dan kacamata plus (positif) sehingga
memudahkan penglihatan bagi penderita rabun dekat dan rabun jauh
d. pensil terlihat patah ketika sebagian kita celupkan ke air
e. peristiwa fatamorgana
35. Seberkas cahaya datang dari udara ke suatu zat cair dengan sudut datang 45
dan sudut bias 30 . Apabila kelajuan cahaya di udara 3x108 m/s, besarnya
indeks bias zat cair adalah ….
a. 1,4
b. 2,3
c. 3,4
d. 3,5
e. 4,1
36. Dari soal no. 35, jika sudah diketahui besarnya indeks bias zat cair, maka
besarnya kelajuan cahaya dalam zat cair adalah ....
a. 2,10 x 108 m/s
b. 2,14 x 108 m/s
c. 2,34 x 108 m/s
d. 3,21 x 108 m/s
e. 3,33 x 108 m/s
91

37. Jika indeks bias air 4/3 dan indeks bias kaca 3/2, maka indeks bias relatif
kaca terhadap air adalah ....
a. 3/5
b. 7/5
c. 8/3
d. 6/4
e. 9/8
38. Sudut pembias sebuah prisma adalah 30 (n=1,56) jika sinar datang dengan
sudut 30 , maka sudut deviasi minimumnya adalah ....
a. 17,63
b. 20
c. 22,02
d. 27,27
e. 30
39. Di bawah ini yang bukan sinar istimewa pada lensa cekung adalah ….
a. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (F2)
b. sinar datang melalui titik fokus (F1) dibiaskan sejajar sumbu utama
c. sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa mengalami
pembiasan
d. sinar datang menuju titik fokus (F2) dipantulkan sejajar sumbu utama
e. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
fokus (F1)
40. Sudut yang terjadi apabila sudut datang dari medium lebih rapat menuju
medium kurang rapat yang menghasilkan sudut tegak lurus dinamakan ....
a. sudut bias
b. sudut kritis
c. sudut pantul
d. sudut datang
e. sudut deviasi

Selamat Mengerjakan 
92

Lampiran 8

KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA

1. A 11. A 21. A 31. C


2. B 12. B 22. B 32. A
3. A 13. B 23. C 33. A
4. D 14. A 24. D 34. C
5. C 15. C 25. E 35. A
6. D 16. B 26. A 36. B
7. A 17. A 27. A 37. E
8. D 18. A 28. E 38. E
9. C 19. B 29. A 39. D
10. C 20. B 30. A 40. B
93

Lampiran 9
ANALISIS SOAL UJI COBA
No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 UC-24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
2 UC-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
4 UC-14 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
5 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
6 UC-13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
7 UC-16 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
8 UC-19 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 UC-26 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
11 UC-07 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
12 UC-08 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
13 UC-21 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
14 UC-02 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1
15 UC-04 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
16 UC-15 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1
17 UC-20 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
18 UC-10 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
19 UC-23 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
20 UC-12 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
21 UC-06 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
22 UC-05 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
23 UC-09 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
24 UC-18 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
25 UC-03 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
26 UC-17 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
27 UC-01 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
28 UC-27 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
JUMLAH (X) 18 23 12 22 16 27 24 20 13 13
Mp 25,28 23,48 27,00 23,55 21,75 22,30 23,38 23,00 25,00 26,46
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,64 0,82 0,43 0,79 0,57 0,96 0,86 0,71 0,46 0,46
q 0,36 0,18 0,57 0,21 0,43 0,04 0,14 0,29 0,54 0,54
Validitas

pq 0,23 0,15 0,24 0,17 0,24 0,03 0,12 0,20 0,25 0,25
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,69 0,42 0,71 0,40 -0,12 -0,06 0,44 0,18 0,43 0,67
thitung 4,84 2,38 5,09 2,22 -0,63 -0,28 2,49 0,93 2,45 4,62
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid
BA 13 14 11 13 7 13 13 11 8 11
Daya Pembeda

BB 5 9 1 9 9 14 11 9 5 2
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,57 0,36 0,71 0,29 -0,14 -0,07 0,14 0,14 0,21 0,64
Baik
Kriteria Baik Cukup Cukup Jelek Jelek Jelek Jelek Cukup Baik
Sekali
B 18 23 12 22 16 27 24 20 13 13
Kesukaran
Tingkat

JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,64 0,82 0,43 0,79 0,57 0,96 0,86 0,71 0,46 0,46
Kriteria Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang
Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai
94

No Soal
No Kode
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 UC-24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
2 UC-28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
3 UC-22 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
4 UC-14 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
5 UC-25 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
6 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
7 UC-16 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
8 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
10 UC-26 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0
11 UC-07 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
12 UC-08 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
13 UC-21 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
14 UC-02 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
15 UC-04 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
16 UC-15 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
17 UC-20 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
18 UC-10 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
19 UC-23 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0
20 UC-12 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
21 UC-06 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
22 UC-05 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0
23 UC-09 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
24 UC-18 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0
25 UC-03 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
26 UC-17 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
27 UC-01 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
28 UC-27 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1
JUMLAH (X) 20 20 24 15 23 21 15 1 21 1
Mp 24,05 22,70 22,79 25,87 22,91 24,48 26,40 12,00 23,81 12,00
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,71 0,71 0,86 0,54 0,82 0,75 0,54 0,04 0,75 0,04
q 0,29 0,29 0,14 0,46 0,18 0,25 0,46 0,96 0,25 0,96
Validitas

pq 0,20 0,20 0,12 0,25 0,15 0,19 0,25 0,03 0,19 0,03
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,47 0,10 0,19 0,66 0,21 0,65 0,76 -0,35 0,44 -0,35
thitung 2,72 0,49 0,97 4,51 1,09 4,30 6,02 -1,91 2,51 -1,91
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak
BA 12 10 13 12 13 14 12 0 13 0
Daya Pembeda

BB 8 10 11 3 10 7 3 1 8 1
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,29 0,00 0,14 0,64 0,21 0,50 0,64 -0,07 0,36 -0,07
Kriteria Cukup Jelek Jelek Baik Cukup Baik Baik Jelek Cukup Jelek
B 20 20 24 15 23 21 15 1 21 1
Kesukaran

28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
Tingkat

JS
P 0,71 0,71 0,86 0,54 0,82 0,75 0,54 0,04 0,75 0,04

Kriteria Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sukar Mudah Sukar

Kriteria Soal Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
95

No Soal
No Kode
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC-24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-28 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
3 UC-22 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
5 UC-25 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1
6 UC-13 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
7 UC-16 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
8 UC-19 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
9 UC-11 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
10 UC-26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-07 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
12 UC-08 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
13 UC-21 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
14 UC-02 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
15 UC-04 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
16 UC-15 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
17 UC-20 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
18 UC-10 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1
19 UC-23 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
20 UC-12 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
21 UC-06 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
22 UC-05 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
23 UC-09 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
24 UC-18 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
25 UC-03 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
26 UC-17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
27 UC-01 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
28 UC-27 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (X) 22 3 26 8 17 7 23 13 20 24
Mp 23,91 22,00 22,88 27,88 25,47 26,86 23,43 26,23 25,00 22,33
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,79 0,11 0,93 0,29 0,61 0,25 0,82 0,46 0,71 0,86
q 0,21 0,89 0,07 0,71 0,39 0,75 0,18 0,54 0,29 0,14
Validitas

pq 0,17 0,10 0,07 0,20 0,24 0,19 0,15 0,25 0,20 0,12
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,52 -0,02 0,33 0,61 0,68 0,46 0,41 0,63 0,73 -0,01
thitung 3,12 -0,11 1,81 3,96 4,73 2,62 2,27 4,18 5,52 -0,05
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
BA 13 2 14 7 13 6 13 11 14 12
Daya Pembeda

BB 9 1 12 1 4 1 10 2 6 12
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,29 0,07 0,14 0,43 0,64 0,36 0,21 0,64 0,57 0,00
Kriteria Cukup Jelek Jelek Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Jelek
B 22 3 26 8 17 7 23 13 20 24
Kesukaran
Tingkat

JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,79 0,11 0,93 0,29 0,61 0,25 0,82 0,46 0,71 0,86
Kriteria Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Sukar Mudah Sedang Mudah Mudah
Kriteria Soal Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang
96

No Soal
No Kode
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 UC-24 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
2 UC-28 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
3 UC-22 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
4 UC-14 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0
5 UC-25 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
6 UC-13 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
7 UC-16 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
8 UC-19 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
9 UC-11 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
10 UC-26 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 UC-07 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
12 UC-08 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1
13 UC-21 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
14 UC-02 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1
15 UC-04 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
16 UC-15 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
17 UC-20 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
18 UC-10 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1
19 UC-23 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1
20 UC-12 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1
21 UC-06 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
22 UC-05 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
23 UC-09 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
24 UC-18 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
25 UC-03 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
26 UC-17 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
27 UC-01 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
28 UC-27 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
JUMLAH (X) 8 19 18 22 6 3 22 3 3 10
Mp 26,88 23,84 24,11 21,14 28,17 20,00 22,64 22,00 20,33 22,60
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,29 0,68 0,64 0,79 0,21 0,11 0,79 0,11 0,11 0,36
q 0,71 0,32 0,36 0,21 0,79 0,89 0,21 0,89 0,89 0,64
Validitas

pq 0,20 0,22 0,23 0,17 0,17 0,10 0,17 0,10 0,10 0,23
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,50 0,38 0,41 -0,41 0,53 -0,14 0,09 -0,02 -0,12 0,03
thitung 2,96 2,09 2,32 -2,30 3,21 -0,74 0,48 -0,11 -0,63 0,16
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
BA 7 12 11 10 5 1 11 1 1 5
Daya Pembeda

BB 1 7 7 12 1 2 11 2 2 5
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,43 0,36 0,29 -0,14 0,29 -0,07 0,00 -0,07 -0,07 0,00
Kriteria Baik Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek
B 8 19 18 22 6 3 22 3 3 10
Kesukaran
Tingkat

JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,29 0,68 0,64 0,79 0,21 0,11 0,79 0,11 0,11 0,36
Kriteria Sukar Sedang Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah Sukar Sukar Sedang
Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang
97

No Kode Y Y2

1 UC-24 32 1024
2 UC-28 31 961
3 UC-22 30 900
4 UC-14 29 841
5 UC-25 28 784
6 UC-13 28 784
7 UC-16 27 729
8 UC-19 27 729
9 UC-11 26 676
10 UC-26 26 676
11 UC-07 25 625
12 UC-08 25 625
13 UC-21 24 576
14 UC-02 24 576
15 UC-04 23 529
16 UC-15 22 484
17 UC-20 21 441
18 UC-10 20 400
19 UC-23 19 361
20 UC-12 18 324
21 UC-06 17 289
22 UC-05 17 289
23 UC-09 17 289
24 UC-18 16 256
25 UC-03 15 225
26 UC-17 14 196
27 UC-01 13 169
28 UC-27 12 144
JUMLAH (X) 626 14902
r tabel 0,312
k 40
Vt 33,57
M 22,36
r11 0,72
Kriteria Soal Reliabilitas Tinggi
98

Lampiran 10

CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL

Rumus:
Mp -Mt p
rpbis =
St q

Keterangan:
Mp : rata-rata skor total siswa yang menjawab benar pada butir soal
Mt : rata-rata skor total seluruh siswa
St : standar deviasi skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q : proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria:
Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid.

n-2
t hitung = rpbis
1- r 2
Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel
analisis butir soal.

No Kode Butir soal no 2 (X) Skor Total (Y) Y2 XY

1 UC-24 1 32 1024 32
2 UC-28 1 31 961 31
3 UC-22 1 30 900 30
4 UC-14 1 29 841 29
5 UC-25 1 28 784 28
6 UC-13 1 28 784 28
7 UC-16 1 27 729 27
8 UC-19 1 27 729 27
9 UC-11 1 26 676 26
10 UC-26 1 26 676 26
11 UC-07 1 25 625 25
12 UC-08 1 25 625 25
13 UC-21 1 24 576 24
99

14 UC-02 1 24 576 24
15 UC-04 1 23 529 23
16 UC-15 0 22 484 0
17 UC-20 1 21 441 21
18 UC-10 0 20 400 0
19 UC-23 0 19 361 0
20 UC-12 1 18 324 18
21 UC-06 1 17 289 17
22 UC-05 1 17 289 17
23 UC-09 1 17 289 17
24 UC-18 1 16 256 16
25 UC-03 1 15 225 15
26 UC-17 1 14 196 14
27 UC-01 0 13 169 0
28 UC-27 0 12 144 0
Jumlah 23 626 14902 540

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:

Mp =

= 23, 48

Mt =

= 22,36

p =

= 0,82
q = 1 – p = 1 – 0,82 = 0,18

St =√ = 5,69

rpbis = √

= 0,71
100

t hitung = 0,71 √

= 0,71 x 7,20684444
= 2,36
t tabel = 2,06
Pada = 5% dengan dk = n - 2 = 40 - 2 diperoleh t tabel = 2,02
Karena t hitung > t tabel, maka soal no 2 valid.
101

Lampiran 11

CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Rumus:
 k    k -   
r11 =   1 - 
 k -1  kVt 
Keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
k : jumlah butir soal
M : rata-rata skor total (Y)
Vt : varians skor total = kuadrat simpangan baku skor total
Kriteria:
Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
r11 Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup
0,200 – 0,399 Rendah
< 0,200 Sangat rendah

Berdasarkan tabel pada analisis uji coba diperoleh:


k = 40
M = 22,36
Vt = 33,57

r11 =( )

= 0,72
Berdasarkan r tabel dengan N=40 sebesar 0,312 dapat dinyatakan r11 > r tabel, jadi
instrumen tersebut reliabel. Nilai koefisien korelasi tersebut pada interval 0,600 –
0,799 dalam kategori tinggi.
102

Lampiran 12

CONTOH PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN BUTIR SOAL

Rumus:
B
P=
JS
Keterangan:
P : tingkat kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab benar
JS : banyaknya peserta tes
Kriteria:
Interval P Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-24 1 1 UC-04 1
2 UC-28 1 2 UC-15 0
3 UC-22 1 3 UC-20 1
4 UC-14 1 4 UC-10 0
5 UC-25 1 5 UC-23 0
6 UC-13 1 6 UC-12 1
7 UC-16 1 7 UC-06 1
8 UC-19 1 8 UC-05 1
9 UC-11 1 9 UC-09 1
10 UC-26 1 10 UC-18 1
11 UC-07 1 11 UC-03 1
12 UC-08 1 12 UC-17 1
13 UC-21 1 13 UC-01 0
14 UC-02 1 14 UC-27 0
Jumlah 14 Jumlah 9

P= = 0,82

Berdasarkan kriteria, maka soal no 2 mempunyai tingkat kesukaran yang mudah.


103

Lampiran 13

CONTOH PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL

Rumus:
BA - BB
DP =
JA - JB
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
BA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Klasifikasi:
Interval DP Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Sangat tidak baik, sebaiknya dibuang

Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-24 1 1 UC-04 1
2 UC-28 1 2 UC-15 0
3 UC-22 1 3 UC-20 1
4 UC-14 1 4 UC-10 0
5 UC-25 1 5 UC-23 0
6 UC-13 1 6 UC-12 1
7 UC-16 1 7 UC-06 1
8 UC-19 1 8 UC-05 1
9 UC-11 1 9 UC-09 1
10 UC-26 1 10 UC-18 1
11 UC-07 1 11 UC-03 1
12 UC-08 1 12 UC-17 1
13 UC-21 1 13 UC-01 0
104

14 UC-02 1 14 UC-27 0
Jumlah 14 Jumlah 9

D=

Berdasarkan kriteria, maka soal no 2 mempunyai daya pembeda cukup.


105

Lampiran 14

ANGKET UJI KELAYAKAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN


PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK

Mata Pelajaran : Fisika


Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

A. Petunjuk
1. Mohon agar Bapak/Ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) yang telah saya susun.
2. Penilaian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) meliputi aspek format, bahasa, isi,
penyajian, pendekatan saintifik dan karakter.
3. Jika perlu, Bapak/Ibu dimohon untuk menuliskan saran pada naskah yang perlu
direvisi atau menuliskannya pada lembar saran yang telah disediakan.
4. Berilah tanda check (√) dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu.
Keterangan:
1 = kurang sesuai/baik
3 = sesuai/baik
5 = sangat sesuai/baik
B. Penilaian ditinjau dari berbagai aspek
SKALA
NO. ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN
1 3 5
KELAYAKAN ISI
A. Kesesuaian Materi
1. Keluasan materi
2. Kedalaman materi
3. Kejelasan prosedur percobaan
B. Keakuratan Materi
106

4. Keakuratan fakta dan konsep


C. Materi Pendukung Pelajaran
5. Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
6. Kontekstual
7. Keterkaitan dengan komponen utama
pendekatan saintifik
- Mengamati
- Menanya
- Mencoba
- Menyajikan
- Menyimpulkan
8. Pengintegrasian karakter
- Rasa ingin tahu
- Disiplin
- Jujur
- Komunikatif
KELAYAKAN PENYAJIAN
D. Teknik Penyajian
9. Keruntutan konsep
10. Kekonsistenan sistematika
E. Penyajian Pembelajaran
11. Berpusat pada penggunaan LKS
12. Mengembangkan keterampilan proses
13. Mengarahkan pada penemuan konsep
14. Memperhatikan keselamatan kerja
F. Kelengkapan Penyajian
15. Judul
16. Tujuan pembelajaran
17. Ringkasan
18. Langkah kerja
19. Ilustrasi / gambar
20. Pertanyaan / evaluasi
KELAYAKAN KEBAHASAAN
107

G. Keterbacaan
21. Kejelasan informasi
22. Konsistensi penggunaan istilah
H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia
yang Baik dan Benar
23. Ketepatan struktur kalimat
KELAYAKAN KEGRAFIKAN
I. Ukuran/Format LKS
24. Kesesuaian ukuran LKS
J. Desain Bagian Isi
25. Kesesuaian jenis dan ukuran huruf

C. Komentar dan saran perbaikan


……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
D. Kesimpulan
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan
Pendekatan Saintifik ini dinyatakan *):
1. Layak digunakan di lapangan tanpa revisi.
2. Layak digunakan di lapangan dengan revisi.
3. Tidak layak digunakan di lapangan.
*) pilih salah satu
Rembang, ………....... 2014
Responden

…………………………….
NIP.
108

Lampiran 15
RUBRIK INSTRUMEN UJI KELAYAKAN LKS FISIKA MATERI
PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI
KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

C. Deskripsi Aspek yang Dinilai


NO ASPEK YANG DINILAI DESKRIPSI
KELAYAKAN ISI
A. Kesesuaian Materi
Materi yang disajikan menjabarkan
minimal (fakta, konsep, prinsip, dan
26. Keluasan materi
teori) yang mencerminkan jabaran KD
dan tujuan pembelajaran.
Materi sesuai ranah kognitif yang
memberikan tuntutan kerja ilmiah atau
percobaan. Tingkat kesulitan dan
27. Kedalaman materi
kerumitan materi disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
Prosedur percobaan yang disajikan
28. Kejelasan prosedur runtut dan jelas sehingga tidak
percobaan menimbulkan terjadinya kesalahan
dalam percobaan.
B. Keakuratan Materi
Materi yang disajikan sesuai dengan
29. Keakuratan fakta dan kebenaran fakta, konsep, dan prinsip
konsep sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir.
C. Materi Pendukung Pelajaran
30. Kesesuaian dengan Materi yang disajikan sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan iptek.
109

Materi yang disajikan berasal dari


31. Kontekstual lingkungan di sekitar dan akrab dengan
kehidupan sehari-hari.
32. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik
LKS mengarahkan peserta didik untuk
mengamati fenomena dalam kehidupan
- Mengamati
sehari-hari yang berkaitan dengan
materi pembelajaran.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menanyakan penyebab terjadinya
- Menanya fenomena dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
- Mencoba melakukan percobaan sederhana yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
- Menyajikan menyajikan hal-hal yang didapatkan
dari percobaan.
LKS mengarahkan peserta didik untuk
- Menyimpulkan menyimpulkan hasil percobaan atau
pembelajaran.
33. Pengintegrasian karakter
Kegiatan dalam LKS dapat
- Rasa ingin tahu mengarahkan peserta didik untuk
memiliki rasa ingin tahu.
Kegiatan dalam LKS dapat
- Disiplin mengarahkan peserta didik untuk
disiplin.
- Jujur Kegiatan dalam LKS dapat
110

mengarahkan peserta didik untuk jujur.


Kegiatan dalam LKS dapat
- Komunikatif mengarahkan peserta didik untuk
komunikatif.
KELAYAKAN PENYAJIAN
D. Teknik Penyajian
Konsep dasar atau sederhana disajikan
34. Keruntutan konsep
lebih dulu sebelum konsep yang rumit.
Penyajian materi dalam setiap bab
35. Kekonsistenan
sesuai dengan sistematika penulisan
sistematika
tertentu.
E. Penyajian Pembelajaran
Penyajian materi bersifat interaktif dan
partisipatif sehingga memotivasi
peserta didik untuk belajar mandiri,
36. Berpusat pada
misalnya dengan menggunakan
penggunaan LKS
pertanyaan, gambar yang menarik, atau
kalimat ajakan dalam melakukan
percobaan.
37. Mengembangkan Penyajian pembahasan lebih
keterampilan proses menekankan pada keterampilan proses.
Penyajian materi dan kegiatan dalam
38. Mengarahkan pada
LKS mengarahkan pada penemuan
penemuan konsep
sendiri suatu konsep.
Kegiatan yang disajikan aman
dilakukan oleh pengguna. Bahan,
39. Memperhatikan peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan
keselamatan kerja yang dilakukan tidak membahayakan
peserta didik. Apabila ada resiko
bahaya harus disertai dengan petunjuk
111

yang jelas.
F. Kelengkapan Penyajian
Judul LKS sesuai dengan materi yang
40. Judul
disajikan.
Tujuan pembelajaran yang tertera
41. Tujuan pembelajaran dalam LKS mampu mencerminkan
hasil pembelajaran.
LKS dilengkapi dengan konsep-konsep
42. Ringkasan kunci yang diberikan dalam ringkasan
materi.
Langkah kerja yang disajikan
43. Langkah kerja megarahkan peserta didik untuk
berpikir kreatif.
Ilustrasi yang disajikan relevan dengan
44. Ilustrasi / gambar
pesan yang disampaikan.
Pertanyaan atau evaluasi meliputi soal
45. Pertanyaan / evaluasi yang memungkinkan peserta didik
untuk mengevaluasi kemampuannya.
KELAYAKAN KEBAHASAAN
G. Keterbacaan
Bahasa yang digunakan dalam LKS
untuk memberikan petunjuk atau
46. Kejelasan informasi
informasi mudah dipahami dan tidak
menimbulkan kebingungan.
Istilah yang digunakan untuk
47. Konsistensi penggunaan
menggambarkan suatu konsep selalu
istilah
sama atau konsisten.
H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
48. Ketepatan struktur Struktur kalimat dalam LKS
kalimat menggunakan struktur SPO atau
112

SPOK.
KELAYAKAN KEGRAFIKAN
I. Ukuran/Format LKS
LKS menggunakan ukuran A4 (210 x
49. Kesesuaian ukuran LKS 297) mm, A5 (148 x 210) mm, atau B5
(176 x 250) mm.
J. Desain Bagian Isi
Jenis dan ukuran huruf yang dipilih
50. Kesesuaian jenis dan mudah dibaca oleh peserta didik atau
ukuran huruf pengguna, misalnya menggunakan
ukuran huruf 12.

D. Pedoman Pemberian Skor


Skor Kriteria
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
5 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sangat sesuai
dengan deskripsi aspek yang dinilai
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
3 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sesuai dengan
deskripsi aspek yang dinilai
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
1 Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik kurang
sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai
113

Lampiran 16

ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN

Aspek Kelayakan Isi

Butir ke-
Kode Kesesuaian Keakuratan Materi Pendukung Persentase
Skor Kriteria
Reviewer Materi Materi Pelajaran (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
R 01 5 5 5 5 5 5 5 5 40 100,00 Sangat Layak
R 02 4 4 4 4 4 4 5 4 33 82,50 Layak
R 03 4 4 4 5 4 4 4 2 31 77,50 Layak
R 04 5 5 4 5 4 5 5 5 38 95,00 Sangat Layak
R 05 4 4 5 5 5 5 5 4 37 92,50 Sangat Layak
Rata-rata 35,8 89,50 Sangat Layak

Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari isinya adalah
89,50%. Maka tingkat kelayakan isi LKS adalah sangat layak.
114

ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN

Aspek Kelayakan Penyajian

Butir ke-
Kode Teknik Penyajian Persentase
Kelengkapan Penyajian Skor Kriteria
Reviewer Penyajian Pembelajaran (%)
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
R 01 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 58 96,67 Sangat Layak
R 02 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 51 85,00 Sangat Layak
R 03 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 54 90,00 Sangat Layak
R 04 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59 98,33 Sangat Layak
R 05 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 56 93,33 Sangat Layak
Rata-rata 55,6 92,67 Sangat Layak

Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari penyajiannya
adalah 92,67%. Maka tingkat kelayakan penyajian LKS adalah sangat layak.
115

ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN

Aspek Kelayakan Kebahasaan

Butir ke-
Kesesuaian dengan
Kode Kaidah Bahasa Persentase
Keterbacaan Skor Kriteria
Reviewer Indonesia yang Baik dan (%)
Benar
21 22 23
R 01 4 5 5 14 93,33 Sangat Layak
R 02 4 4 4 12 80,00 Layak
R 03 4 4 4 12 80,00 Layak
R 04 5 5 4 14 93,33 Sangat Layak
R 05 5 5 4 14 93,33 Sangat Layak
Rata-rata 13,2 88,00 Sangat Layak

Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari kebahasaannya
adalah 88,00%. Maka tingkat kelayakan kebahasaan LKS adalah sangat layak.
116

ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN

Aspek Kelayakan Kegrafikan

Butir ke-
Kode Ukuran/Format Desain Bagian Persentase
Skor Kriteria
Reviewer LKS Isi (%)
24 25
R 01 5 5 10 100,00 Sangat Layak
R 02 4 4 8 80,00 Layak
R 03 4 4 8 80,00 Layak
R 04 5 5 10 100,00 Sangat Layak
R 05 5 5 10 100,00 Sangat Layak
Rata-rata 46 92,00 Sangat Layak

Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari kegrafikannya
adalah 92,00%. Maka tingkat kelayakan kegrafikan LKS adalah sangat layak.
117

ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN

Butir ke- R 01 R 02 R 03 R 04 R 05
1 5 4 4 5 4
2 5 4 4 5 4
3 5 4 4 4 5
4 5 4 5 5 5
5 5 4 4 4 5
6 5 4 4 5 5
7 5 5 4 5 5
8 5 4 2 5 4
9 4 4 4 4 4
10 5 4 4 5 4
11 5 4 4 5 5
12 5 4 4 5 5
13 5 4 4 5 5
14 4 4 4 5 4
15 5 5 5 5 5
16 5 5 5 5 5
17 5 5 5 5 5
18 5 4 5 5 4
19 5 4 5 5 5
20 5 4 5 5 5
21 4 4 4 5 5
22 5 4 4 5 5
23 5 4 4 4 4
24 5 4 4 5 5
25 5 4 4 5 5
Skor 122 104 105 121 117
Persentase (%) 97,60 83,20 84,00 96,80 93,60
Sangat Sangat Sangat Sangat
Kriteria Layak
Layak Layak Layak Layak
Skor 113,8
Persentase (%) 91,04
Kriteria Sangat Layak
118

Lampiran 17

SOAL UJI KETERBACAAN

Nama :
Kelas :
Sekolah :

Mata Pelajaran : Fisika


Materi : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Kelas/Semester : X/2
Petunjuk:
- Tulis nama, kelas, dan asal sekolah di tempat yang telah disediakan.
- Isilah titik-titik yang ada pada kalimat di bawah ini dengan benar.
Selamat mengerjakan!

CAHAYA
Kita dapat melihat benda-benda karena ada (1) ............... dari benda yang
sampai ke mata kita, entah cahaya itu memang berasal dari benda tersebut, entah
karena benda itu (2) ............... cahaya yang datang kepadanya lalu mengenai mata
kita. Untuk dapat melihat benda harus ada cahaya yang datang dari benda tersebut
menuju ke (3) ............... pengamat. Ini berarti meskipun ada cahaya yang datang
tapi tidak mengenai mata kita, sekeliling benda tetap gelap.

PEMANTULAN CAHAYA
Jika kita amati, pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan
(4) ............... dan pemantulan (5) ............... Pemantulan teratur terjadi jika berkas
sinar sejajar jatuh pada permukaan (6) ............... sehingga berkas sinar tersebut
akan dipantulkan sejajar dan (7) ..............., sedangkan pemantulan baur terjadi jika
sinar sejajar jatuh pada permukaan yang (8) ............... sehingga sinar tersebut akan
dipantulkan ke segala arah dengan berkas sinar pantul yang (9) ...............
Hikmahnya adalah manusia dapat melihat benda di sekitar yang terkena cahaya.
119

Begitulah alam mengajari kita, yang jika kita gali ilmunya akan memberi manfaat
yang luar biasa.
Dari penelitian tentang pemantulan cahaya, seorang ahli matematika
berkebangsaan Belanda yang bernama Willebrod Snellius (1591-1626) dalam
penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang berbunyi:
1. Sinar datang, sinar pantul dan (10) ............... terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut (11) ............... (i = r).
Pada cermin datar, besar bayangan yang dibentuk adalah (12) ............... dengan
bendanya. Jarak benda sama dengan jarak (13) .............. Sedangkan pada cermin
cembung, bayangan yang dibentuk adalah (14) .............. dari bendanya. Lain
halnya dengan cermin cekung, bayangan yang dibentuk adalah (15) ...............dari
bendanya.

PEMBIASAN CAHAYA
Ketika sedotan dimasukkan ke dalam gelas kaca berisi air maka bentuknya
akan (16) ............... Hal ini terjadi karena ketika cahaya melewati medium yang
berbeda kerapatannya yaitu air dan (17) ............... cahaya tersebut akan berubah
arah. Cahaya akan dibelokkan saat melewati medium air ke medium udara.
Peristiwa seperti ini disebut (18) ............... cahaya. Perbedaan kerapatan medium
menyebabkan perbedaan (19) ............... cahaya pada medium tersebut. Jadi,
cahaya bergerak lebih cepat pada medium yang kurang rapat.
Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya
beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Pelangi
merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya
matahari oleh butir-butir air. Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai
sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya
satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga spektrum
warna), melalui suatu media/medium tertentu pula. Proses terurainya warna
terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna (20) ............... terurai menjadi
spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi
terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
120

Ketika kita bermain gelembung sabun, saat terkena sinar matahari tampak
seperti ada garis berwarna-warni seperti pelangi muncul pada gelembung tersebut.
Garis berwarna-warni yang terlihat pada lapisan tipis gelembung sabun
merupakan hasil (21) ............... cahaya yang dipantulkan oleh permukaan lapisan
tipis tersebut.
Kita dapat melihat bagian dasar air karena cahaya dari dasar air tersebut
(22) ............... ke mata kita. Dalam hal ini, cahaya (23) ............... di dalam air,
kemudian keluar menuju udara hingga akhirnya sampai ke mata kita. Mata kita
selalu mempersepsikan bahwa cahaya terpantul (24) ............... dari benda yang
kita lihat. Oleh sebab itu, meskipun pada kenyataannya cahaya berbelok ketika
keluar dari air, mata kita menganggapnya sebagai garis lurus. Hal ini
mengakibatkan perbedaan antara posisi bayangan yang terbentuk oleh mata kita
dan posisi bayangan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu posisi bayangan benda
yang berada di dalam air selalu lebih (25) ............... (lebih dekat ke pengamat)
daripada posisi sesungguhnya. Alhasil, air selalu terlihat lebih dangkal.
Berlian tampak berkilauan karena sinar yang masuk ke dalam berlian
tersebut ketika akan keluar sebagian besar terlebih dahulu mengalami beberapa
kali pemantulan (26) ............... oleh permukaan bagian dalam berlian. Pada siang
hari yang terik, di jalan beraspal pada kejauhan tertentu tampak seakan-akan ada
genangan air. Peristiwa seperti ini disebut dengan (27) ............... yang disebabkan
karena cahaya dari angkasa melintasi udara dingin dan memasuki udara panas
yang dekat dengan permukaan bumi. Udara panas memiliki indeks bias lebih (28)
............... dibanding udara dingin, karena udara panas kerapatannya juga kecil.
Ketika cahaya mengenai bidang batas antara kedua lapisan udara dengan sudut
datang melampaui sudut kritisnya, maka terjadilah pemantulan sempurna dan
bayangan angkasa nampak seperti genangan air di jalan.
Pemantulan sempurna terjadi ketika semua cahaya yang menumbuk suatu bidang
atau benda dipantulkan secara keseluruhan. Dua faktor utama yang mempengaruhi
kejadian ini adalah (29) ............... dari kedua medium dan (30) ............... cahaya
itu sendiri. Indeks bias merupakan parameter optik suatu material biasanya
dinotasikan “n”, dimana n merupakan pembagian kecepatan cahaya di ruang
121

hampa dengan kecepatan cahaya di medium yang dimaksud. Sedangkan sudut


datang adalah besar sudut yang dibuat oleh sinar cahaya datang dengan garis
normal.
122

Lampiran 18

KUNCI JAWABAN SOAL UJI KETERBACAAN

(1) cahaya (16) membengkok


(2) memantulkan (17) udara
(3) mata (18) pembiasan
(4) teratur (19) kecepatan
(5) baur (20) putih
(6) halus (21) interferensi
(7) searah (22) terpantul
(8) kasar (23) merambat
(9) menyebar (24) lurus
(10) garis normal (25) tinggi
(11) sinar pantul (26) sempurna
(12) sama (27) fatamorgana
(13) bayangan (28) kecil
(14) lebih kecil (29) indeks bias
(15) lebih besar (30) sudut datang
123

Lampiran 19

ANALISIS UJI KETERBACAAN

Rumus:
f
P=  100%
N
Keterangan:
P : persentase skor
f : jumlah skor yang diperoleh
N : jumlah skor maksimum
Kriteria:
Interval Kriteria
> 57% LKS mudah dipahami
37% - 57% LKS memenuhi syarat keterbacaan
< 37% LKS sukar dipahami

Perhitungan:
Jumlah
Kode Jumlah skor Nilai Kriteria
No skor yang
Responden maksimum (%) keterbacaan
diperoleh
1 UCK-1 30 26 86,67 mudah dipahami
2 UCK-2 30 24 80,00 mudah dipahami
3 UCK-3 30 25 83,33 mudah dipahami
4 UCK-4 30 23 76,67 mudah dipahami
5 UCK-5 30 27 90,00 mudah dipahami
6 UCK-6 30 23 76,67 mudah dipahami
7 UCK-7 30 22 73,33 mudah dipahami
8 UCK-8 30 25 83,33 mudah dipahami
9 UCK-9 30 21 70,00 mudah dipahami
10 UCK-10 30 29 96,67 mudah dipahami
Rata-rata 30 24,5 81,67 mudah dipahami

Berdasarkan analisis data diperoleh nilai keterbacaan LKS adalah 81,67%. Jadi
LKS ini termasuk dalam kriteria mudah dipahami.
124

Lampiran 20

SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST

Mata Pelajaran : Fisika


Pokok Bahasan : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 60 menit
Petunjuk mengerjakan soal :
1. Berdo’alah sebelum mengerjakan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b,
c, atau d pada lembar jawaban.
3. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2 garis lurus
mendatar pada jawaban yang salah dan silang (X) jawaban yang benar.
Contoh: a b Xc d e menjadi =
a X
b c d X
e
4. Selamat mengerjakan!
1. Jika besar sudut datang yang menuju permukaan benda disimbolkan dengan x dan besar
sudut pantul disimbolkan dengan y, hubungan yang tepat dari keduanya adalah ….
a. x = y
b. x ≠ y
c. x > y
d. x < y
e. x = y = 0
2. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat pembentukan bayangan
1) Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata.
2) Bayangan yang dihasilkan bersifat maya.
3) Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda.
4) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan.
5) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
Yang merupakan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar adalah nomor ....
a. 1), 2), 3), dan 4)
b. 2), 3), 4), dan 5)
c. 1), 3), dan 4)
d. 2), 3), dan 5)
e. semua benar
125

3. Suatu benda diletakkan di depan dua cermin datar dengan membentuk sudut tertentu
sehingga pada cermin terlihat ada 17 bayangan. Sudut yang dibentuk oleh kedua cermin
tersebut adalah ….
a. 20
b. 30
c. 40
d. 45
e. 60
4. Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Titik pusat kelengkungan cermin
adalah ….
a. 7,5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 30 cm
e. 60 cm
5. Jika seberkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, berkas sinar tersebut akan ….
a. dibiaskan menuju titik fokus
b. dibiaskan menuju titik pusat optik
c. dibiaskan sejajar sumbu utama
d. dipantulkan menuju titik fokus
e. diteruskan tanpa dibiaskan atau dipantulkan
6. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. Benda setinggi 4 cm berada di
depan cermin sejauh 10 cm, sehingga:
1) jarak bayangan benda cm

2) jarak bayangan benda cm

3) perbesaran benda kali

4) tinggi bayangan benda 1,78 cm


Pernyataan yang benar adalah nomor ….
a. 1), 3), dan 4)
b. 1), 2), dan 3)
c. 1), 2), 3), dan 4)
d. 2) dan 4)
126

e. 2) dan 3)
7. Sebuah cermin lengkung memiliki jari-jari 36 cm. Letak benda agar terbentuk bayangan
tegak berukuran tiga kali ukuran bendanya adalah ….
a. 108 cm
b. 72 cm
c. 54 cm
d. 18 cm
e. 12 cm
8. Sebuah benda terletak di depan cermin cembung, maka bayangan yang terbentuk bersifat
….
a. tegak, diperkecil
b. terbalik, diperbesar
c. terbalik, diperkecil
d. nyata, di muka cermin
e. maya, di muka cermin
9. Terjadinya pelangi adalah karena cahaya matahari diuraikan dan dibiaskan oleh ….
a. lapisan atmosfer
b. butir-butir hujan yang ada di udara
c. uap air yang ada di lapisan atmosfer
d. awan tebal yang ada di lapisan atmosfer
e. temperatur udara yang tinggi
10. Sebuah benda berada di depan cermin cekung yang berjarak fokus 15 cm. Agar diperoleh
bayangan nyata dengan perbesaran 5 kali maka jarak benda dengan cermin adalah ….
a. 40 cm
b. 30 cm
c. 23 cm
d. 25 cm
e. 18 cm
11. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari kelengkungan 20 cm
nyata dan diperbesar dua kali maka bendanya terletak di muka cermin sejauh ….
a. 60 cm
b. 30 cm
c. 25 cm
d. 15 cm
127

e. 10 cm
12. Berikut merupakan kegunaan dari cermin cekung, kecuali ….
a. cermin rias
b. lampu senter
c. komponen alat optik
d. komponen lampu mobil
e. kaca spion
13. Jika sinar datang membentuk sudut 30 terhadap garis normal, besarnya sudut pantul
adalah ….
a. 30
b. 60
c. 150
d. 180
e. 210
14. Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai permukaan
yang ….
a. kasar
b. licin
c. datar
d. halus
e. bening
15. Batang pensil yang kita celupkan kedalam air, maka pensil akan tampak patah dari
permukaan air. Hal ini disebabkan oleh ....
a. adanya perbedaan sudut datang dengan sudut pantul
b. adanya perbedaan sinar datang dengan sinar pantul
c. adanya persamaan sudut datang dengan sudut pantul
d. adanya persamaan sudut datang dengan sudut deviasi
e. adanya perbedaan sudut pada sinar datang dengan sinar bias pada garis normal
16. Pembiasan cahaya adalah ….
a. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya karena mengalami perubahan
medium
b. seberkas cahaya yang merambat dari medium yang kerapatannya sama
c. garis normal sama dengan bidang bias
128

d. perbedaan ukuran indeks bias


e. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya tanpa mengalami perubahan
medium
17. Perhatikan gambar berikut ini!

Andi berada 12 m di atas permukaan air sebuah kolam. Ketinggian Andi yang terlihat
oleh Budi yang sedang berendam dalam air adalah ....
a. 10 m
b. 14 m
c. 16 m
d. 18 m
e. 20 m
18. Seberkas cahaya dengan laju v1, panjang gelombang λ1, frekuensi f1 merambat dalam
medium yang indeks biasnya n1 lalu dibiaskan ke medium kedua n2 ternyata sudut
biasnya lebih besar daripada sudut datangnya. Dengan menggunakan hukum 1 Snellius
tentang pembiasan pada 2 medium yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa ….
a. n2 > n1
b. f2 > f1 dan n2 > n1
c. f2 > f1, n2 > n1 dan v2 > v1
d. f2 > f1 dan v2 > v1
e. v2 > v1 dan λ2 > λ1
19. Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20 x 108 m/s, maka indeks bias alkohol
tersebut adalah ….
a. 1,36
b. 1,41
c. 1,53
d. 1,63
e. 1,8
129

20. Seberkas cahaya datang dari udara ke suatu zat cair dengan sudut datang 45 dan sudut
bias 30 . Apabila kelajuan cahaya di udara 3x108 m/s, besarnya indeks bias zat cair
adalah ….
a. 4,1
b. 3,5
c. 3,4
d. 2,3
e. 1,4
Selamat Mengerjakan 
130

Lampiran 21

KUNCI JAWABAN SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST

1. A 11. D
2. B 12. E
3. A 13. A
4. D 14. A
5. C 15. D
6. A 16. A
7. E 17. C
8. A 18. A
9. B 19. A
10.E 20. E
131

Lampiran 22

DAFTAR NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST KELAS EKSPERIMEN

Kode Nilai
No
Responden Pre-test Post-test
1 UCB-1 35 75
2 UCB-2 35 85
3 UCB-3 55 90
4 UCB-4 50 80
5 UCB-5 40 85
6 UCB-6 40 80
7 UCB-7 25 80
8 UCB-8 40 80
9 UCB-9 45 90
10 UCB-10 40 85
11 UCB-11 45 85
12 UCB-12 35 85
13 UCB-13 55 85
14 UCB-14 50 85
15 UCB-15 55 70
16 UCB-16 40 100
17 UCB-17 45 90
18 UCB-18 45 100
19 UCB-19 40 75
20 UCB-20 45 55
21 UCB-21 35 70
22 UCB-22 25 90
23 UCB-23 50 75
24 UCB-24 40 85
25 UCB-25 55 75
26 UCB-26 50 65
27 UCB-27 35 80
28 UCB-28 50 80
29 UCB-29 45 95
30 UCB-30 50 85
31 UCB-31 40 85
32 UCB-32 50 80
X 1385 2625
n 32 32
x1 43,28 82,03
2
S 63,89 86,87
S 7,99 9,32
132

Lampiran 23

DAFTAR NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST KELAS KONTROL

Kode Nilai
No
Responden Pre-test Post-test
1 K 01 15 70
2 K 02 35 75
3 K 03 45 70
4 K 04 25 75
5 K 05 15 75
6 K 06 35 65
7 K 07 10 70
8 K 08 35 75
9 K 09 55 70
10 K 10 35 70
11 K 11 55 65
12 K 12 55 90
13 K 13 35 75
14 K 14 40 75
15 K 15 35 80
16 K 16 25 75
17 K 17 10 80
18 K 18 50 70
19 K 19 50 65
20 K 20 25 70
21 K 21 25 70
22 K 22 50 65
23 K 23 50 60
24 K 24 40 75
25 K 25 45 80
26 K 26 30 85
27 K 27 45 85
28 K 28 40 80
29 K 29 45 80
X 1055 2140
n 29 29
x1 36,38 73,79
2
S 178,39 47,59
S 13,36 6,89
133

Lampiran 24

UJI NORMALITAS NILAI PRE-TEST

KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
Oi - Ei 2
2 = i =1 Ei
Kriteria
Ho diterima jika  hitung < tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 55 Panjang kelas =5
Nilai minimal = 25 Rata-rata = 43,28
Rentang = 30 s = 7,99
Banyak kelas =6 n = 32
Z (Oi-Ei)²
Luas
Batas untuk Peluang
Kelas Interval untuk Ei Oi
Kelas batas untuk Z
Z
kelas Ei
25 - 29 24,50 -2,35 0,49 0,03 1,05 2 0,85
30 - 34 29,50 -1,72 0,46 0,09 3,00 0 3,00
35 - 39 34,50 -1,10 0,36 0,18 5,83 5 0,12
40 - 44 39,50 -0,47 0,18 0,24 7,76 8 0,01
45 - 49 44,50 0,15 0,06 0,22 7,08 6 0,16
50 - 54 49,50 0,78 0,28 0,28 9,02 7 0,45
2 = 4,58
Untuk  = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11,07

4,58 11,07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel,
maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis
lebih lanjut.
134

Lampiran 25

UJI NORMALITAS NILAI PRE-TEST

KELAS KONTROL

Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
Oi - Ei 2
 =
2

i =1 Ei
Kriteria
Ho diterima jika  hitung < tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 55 Panjang kelas =7
Nilai minimal = 10 Rata-rata = 37,76
Rentang = 45 s = 13,13
Banyak kelas =7 n = 29
Z (Oi-Ei)²
Luas
Batas untuk Peluang
Kelas Interval untuk Ei Oi
Kelas batas untuk Z
Z
kelas Ei
10 - 16 9,50 -2,15 0,48 0,04 1,07 3 3,45
17 - 23 16,50 -1,62 0,45 0,09 2,50 0 2,50
24 - 30 23,50 -1,09 0,36 0,15 4,39 5 0,08
31 - 37 30,50 -0,55 0,21 0,20 5,86 6 0,00
38 - 44 37,50 -0,02 0,01 0,20 5,92 3 1,44
45 - 51 44,50 0,51 0,20 0,20 5,69 8 0,94
52 - 58 51,50 1,05 0,35 0,35 10,22 4 3,78
2 = 12,19
Untuk  = 5%, dengan dk = 7- 1 = 6 diperoleh ² tabel = 12,59

12,19 12,59
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel,
maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis
lebih lanjut.
135

Lampiran 26

UJI NORMALITAS NILAI POST-TEST

KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
Oi - Ei 2
 =
2

i =1 Ei
Kriteria
Ho diterima jika  hitung < tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 100 Panjang kelas =6
Nilai minimal = 55 Rata-rata = 82,03
Rentang = 45 s = 9,32
Banyak kelas =8 n = 32
Z (Oi-Ei)²
Luas
Batas untuk Peluang
Kelas Interval untuk Ei Oi
Kelas batas untuk Z
Z
kelas Ei
55 - 60 54,50 -2,95 0,50 0,01 0,28 1 1,81
61 - 66 60,50 -2,31 0,49 0,04 1,20 1 0,03
67 - 72 66,50 -1,67 0,45 0,11 3,37 2 0,56
73 - 78 72,50 -1,02 0,35 0,20 6,37 4 0,88
79 - 84 78,50 -0,38 0,15 0,25 8,07 7 0,14
85 - 90 84,50 0,26 0,10 0,10 3,34 6 2,11
91 - 96 90,50 0,91 0,32 0,32 10,18 1 8,28
97 - 102 96,50 1,55 0,44 0,44 14,07 10 1,18
2 = 13,82
Untuk  = 5%, dengan dk = 8 - 1 = 7diperoleh ² tabel = 14,07

13,82 14,07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel,
maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis
lebih lanjut.
136

Lampiran 27

UJI NORMALITAS NILAI POST-TEST

KELAS KONTROL

Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
Oi - Ei 2
 =
2

i =1 Ei
Kriteria
Ho diterima jika  hitung < tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 90 Panjang kelas =4
Nilai minimal = 60 Rata-rata = 73,83
Rentang = 30 s = 6,78
Banyak kelas =7 n = 30
Z (Oi-Ei)²
Luas
Batas untuk Peluang
Kelas Interval untuk Ei Oi
Kelas batas untuk Z
Z
kelas Ei
60 - 63 59,50 -2,11 0,48 0,05 1,49 1 0,16
64 - 67 63,50 -1,52 0,44 0,11 3,56 4 0,05
68 - 71 67,50 -0,93 0,32 0,19 6,09 6 0,00
72 - 75 71,50 -0,34 0,13 0,23 7,41 6 0,27
76 - 79 75,50 0,25 0,10 0,20 6,44 0 6,44
80 - 83 79,50 0,84 0,30 0,30 9,54 6 1,32
84 - 87 83,50 1,43 0,42 0,42 13,53 6 4,19
2 = 12,43
Untuk  = 5%, dengan dk = 7 - 1 = 6 diperoleh ² tabel = 12,59

12,43 12,59
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi
tabel, maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk
menganalisis lebih lanjut.
137

Lampiran 28
UJI N-GAIN PENINGKATAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF
Kode Nilai
No <g> Kriteria
Responden Pre-test Post-test
1 UCB-1 35 75 0,62 sedang
2 UCB-2 35 85 0,77 tinggi
3 UCB-3 55 90 0,78 tinggi
4 UCB-4 50 80 0,60 sedang
5 UCB-5 40 85 0,75 tinggi
6 UCB-6 40 80 0,67 sedang
7 UCB-7 25 80 0,73 tinggi
8 UCB-8 40 80 0,67 sedang
9 UCB-9 45 90 0,82 tinggi
10 UCB-10 40 85 0,75 tinggi
11 UCB-11 45 85 0,73 tinggi
12 UCB-12 35 85 0,77 tinggi
13 UCB-13 55 85 0,67 sedang
14 UCB-14 50 85 0,70 tinggi
15 UCB-15 55 70 0,33 sedang
16 UCB-16 40 100 1,00 tinggi
17 UCB-17 45 90 0,82 tinggi
18 UCB-18 45 100 1,00 tinggi
19 UCB-19 40 75 0,58 sedang
20 UCB-20 45 55 0,18 rendah
21 UCB-21 35 70 0,54 sedang
22 UCB-22 25 90 0,87 tinggi
23 UCB-23 50 75 0,50 sedang
24 UCB-24 40 85 0,75 tinggi
25 UCB-25 55 75 0,44 sedang
26 UCB-26 50 65 0,30 sedang
27 UCB-27 35 80 0,69 sedang
28 UCB-28 50 80 0,60 sedang
29 UCB-29 45 95 0,91 tinggi
30 UCB-30 50 85 0,70 tinggi
31 UCB-31 40 85 0,75 tinggi
32 UCB-32 50 80 0,60 sedang
X 1385 2625
x1 43,28 82,03
<g> = =

Nilai gain adalah 0,68. Maka peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang.
138

Lampiran 29

UJI-T PERBEDAAN RATA-RATA

HASIL BELAJAR KOGNITIF

Persamaan yang digunakan:


x1 - x 2
t=
s12 s22  s1  s2 
 - 2 r   
Data yang
n1 diperoleh:
n2  n  n 
 1  2 

Sumber variasi Post-test Pre-test

Jumlah 2625 1385


n 32 32
x 82,03 43,28
Varians (s2) 86,87 63,89
Standart deviasi (s) 9,32 7,99

Perhitungan:
r=

t=

Pada a = 5% dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 diperoleh t(0.95)(62) = 1,9990

1,99897 24,807
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
LEMBAR OBSERVASI KARAKTER SISWA
Kode Aspek Penilaian ∑skor Nilai Observasi

Lampiran 30
Siswa Rasa ingin tahu Disiplin Jujur Komunikatif
5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1

Perhitungan skor karakter :



Nilai observasi = x 100 %
Rembang, 2014
Observer

139
(.........................................)

139
140

Lampiran 31
RUBRIK PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI KARAKTER SISWA
Aspek yang dinilai Skor Kriteria
Rasa ingin tahu 5 Siswa bertanya kepada guru dan teman lain serta
membaca dan mencari informasi dari buku dan
internet mengenai materi yang sedang dipelajari
3 Siswa bertanya kepada guru dan teman lain
mengenai materi yang sedang dipelajari namun tidak
membaca dan mencari informasi dari buku internet
1 Siswa tidak bertanya kepada guru dan teman lain
serta tidak membaca dan mencari informasi dari
buku dan internet mengenai materi yang sedang
dipelajari
Disiplin 5 Siswa mentaati prosedur percobaan dan mengambil
ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan
saat percobaan dengan tertib
3 Siswa mentaati prosedur percobaan dan tidak
mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang
digunakan saat percobaan dengan tertib
1 Siswa tidak mentaati prosedur percobaan dan tidak
mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang
digunakan saat percobaan dengan tertib
Jujur 5 Siswa tidak melihat jawaban milik orang lain,
mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil
percobaan dan mengemukakan pendapatnya
3 Siswa tidak melihat jawaban milik orang lain,
mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil
percobaan dan tidak mengemukakan pendapatnya
1 Siswa melihat jawaban milik orang lain, tidak
mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil
percobaan dan tidak mengemukakan pendapatnya
Komunikatif 5 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang
telah disediakan, memberi dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi serta mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas
3 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang
telah disediakan, memberi dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi namun tidak
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas
1 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang
telah disediakan, namun tidak mempresentasikan
hasil diskusi kelompok di depan kelas serta tidak
memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi
141

Lampiran 32
HASIL OBSERVASI KARAKTER SISWA
KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN
NO KODE RASA INGIN f N PERSENTASE
KOMUNIKATIF JUJUR DISIPLIN
TAHU
1 UCB-1 3 1 1 2 7 12 58,33%
2 UCB-2 2 2 2 2 8 12 66,67%
3 UCB-3 2 3 3 3 11 12 91,67%
4 UCB-4 2 3 3 3 11 12 91,67%
5 UCB-5 1 3 3 2 9 12 75,00%
6 UCB-6 3 1 3 3 10 12 83,33%
7 UCB-7 3 2 3 3 11 12 91,67%
8 UCB-8 3 3 3 3 12 12 100,00%
9 UCB-9 3 3 3 3 12 12 100,00%
10 UCB-10 3 3 3 3 12 12 100,00%
11 UCB-11 2 2 2 3 9 12 75,00%
12 UCB-12 2 2 2 3 9 12 75,00%
13 UCB-13 2 2 2 3 9 12 75,00%
14 UCB-14 2 2 2 3 9 12 75,00%
15 UCB-15 3 2 2 3 10 12 83,33%
16 UCB-16 2 2 3 2 9 12 75,00%
17 UCB-17 3 2 2 3 10 12 83,33%
18 UCB-18 3 3 2 3 11 12 91,67%
19 UCB-19 3 2 3 3 11 12 91,67%
20 UCB-20 2 3 3 2 10 12 83,33%
21 UCB-21 2 2 3 2 9 12 75,00%
22 UCB-22 2 2 3 2 9 12 75,00%
23 UCB-23 2 3 3 2 10 12 83,33%
24 UCB-24 2 2 2 3 9 12 75,00%
25 UCB-25 3 2 2 3 10 12 83,33%
26 UCB-26 2 2 2 3 9 12 75,00%
27 UCB-27 2 2 2 3 9 12 75,00%
28 UCB-28 3 3 2 2 10 12 83,33%
29 UCB-29 2 3 1 2 8 12 66,67%
30 UCB-30 2 3 3 3 11 12 91,67%
31 UCB-31 3 3 2 3 11 12 91,67%
32 UCB-32 3 3 3 3 12 12 100,00%
Skor didapat 77 76 78 86 317 384 82,55%
Skor maks 96 96 96 96
Skor rata-rata 80,21% 79,17% 81,25% 89,58%
mulai mulai
Kriteria membudaya membudaya membudaya
berkembang berkembang
142

Lampiran 33

KISI-KISI LEMBAR ANGKET KARAKTER SISWA

KARAKTER YANG
NO. NOMOR PERNYATAAN JUMLAH
DIKEMBANGKAN

1. Rasa ingin tahu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 8

2. Disiplin 9, 10,11, 12, 13, dan 14 6

3. Jujur 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 6

4. Komunikatif 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 10
dan 30
143

Lampiran 34

LEMBAR ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER SISWA

A. Petunjuk Umum:
Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap nilai
belajar Anda di sekolah ini. Silahkan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-
benarnya berdasarkan pikiran Anda dan sesuai dengan yang Anda alami.

B. Petunjuk Pengisian:
1. Tulislah identitas Anda.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti.
3. Berilah tanda check (√) pada salah satu jawaban yang tersedia (SS, S, TS, STS)
sesuai dengan pendapat Anda.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
4. Tanyakan pada guru, jika ada sesuatu yang belum Anda mengerti.

C. Identitas Siswa
Nama : ……………………….
Kelas : ……………………….
No. Absen : ……………………….

NO. PERNYATAAN SS S TS STS


1. Apabila ada hal-hal baru dan kecakapan baru, saya tertarik
untuk mempelajarinya meskipun itu sulit bagi saya.
2. Saya lebih memilih untuk bermain daripada mempelajari hal-
hal yang baru.
3. Saat guru menjelaskan materi pelajaran, saya akan langsung
bertanya apabila ada materi yang belum saya pahami.
4. Meskipun ada materi yang belum saya pahami, saya hanya
144

diam.
5. Apabila ada soal yang sulit, saya akan terus berusaha
menyelesaikan sampai saya menemukan pemecahannya,
meskipun saya harus bertanya kepada banyak orang.
6. Soal yang sulit saya tinggalkan karena itu membosankan dan
membuang waktu saya.
7. Buku atau sumber-sumber lain yang relevan saya baca untuk
menemukan informasi yang berhubungan dengan pelajaran.
8. Untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan
pelajaran, saya lebih memilih untuk menunggu diberi tahu
oleh guru daripada mencari dalam buku dan sumber-sumber
lain yang relevan.
9. Berangkat sekolah tepat waktu merupakan salah satu hal yang
selalu saya lakukan.
10. Setelah bel sekolah berbunyi, saya baru datang ke sekolah.
11. Tugas saya kumpulkan pada waktu yang telah ditentukan.
12. Setelah ditagih oleh guru, saya baru mengumpulkan tugas.
13. Barang-barang saya kembalikan ke tempat semula setelah
saya selesai menggunakannya.
14. Meskipun saya sudah selesai menggunakannya, barang-
barang tetap saya biarkan pada tempat kerja,
15. Soal ujian saya kerjakan dengan kemampuan diri sendiri.
16. Pada saat ujian, saya mencontek atau bertanya kepada teman.
17. Hasil praktikum saya laporkan sesuai dengan apa yang
didapatkan saat praktikum.
18. Laporan hasil praktikum saya buat agar terlihat bagus,
meskipun itu tidak sesuai dengan yang didapatkan saat
praktikum.
19. Jika jumlah nilai tugas atau ulangan yang dikoreksi oleh
teman saya jumlahnya terlalu banyak, maka saya akan
membetulkannya.
20. Meskipun nilai tugas atau ulangan yang dikoreksi oleh teman
145

saya jumlahnya terlalu banyak, saya akan membiarkannya


karena itu menguntungkan bagi saya.
21. Ketika berdiskusi kelompok, saya senang menyampaikan
pendapat.
22. Saya lebih memilih untuk diam daripada berbicara ketika
berdiskusi kelompok.
23. Pendapat dari teman selalu saya terima walaupun tidak sesuai
dengan pendapat saya.
24. Karena tidak sesuai dengan pendapat saya, saya malas untuk
mendengarkan pendapat dari teman.
25. Bahasa yang saya gunakan untuk menyampaikan pendapat
sederhana, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit.
26. Pendapat saya sampaikan dengan berbelit-belit, tidak
langsung pada intinya serta menggunakan bahasa yang rumit
dan sukar dipahami.
27. Pembicaraan teman saya dengarkan dan tidak saya potong,
meskipun pendapat yang disampaikannya tidak sesuai dengan
pendapat saya.
28. Ketika teman menyampaikan pendapatnya, saya tetap
berbicara karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan
pendapat saya.
29. Walaupun pendapat saya tidak diterima oleh teman, saya tetap
merasa senang
30. Ketika pendapat saya tidak diterima oleh teman, saya marah.

**TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA**


Lampiran 35
ANALISIS ANGKET KARAKTER AWAL

146
146
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA

147
147
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA

148
148
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER JUJUR SISWA

149
149
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER KOMUNIKATIF SISWA

150
150
ANALISIS ANGKET KARAKTER AKHIR

Lampiran 36
151
151
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA

152
152
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA

153
153
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER JUJUR SISWA

154
154
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER KOMUNIKATIF SISWA

155
155
Lampiran 37
SILABUS
Mata Pelajaran : Fisika
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas /Semester :X/2
Kompetensi Materi Materi Alternatif Sikap Pengetahuan Keterampilan
Dasar Pokok Pembelajaran Pembelajaran Indikator Penilaian Indikator Penilaian Indikator Penilaian
3.9 Alat- Fakta Mengamati 1. menunj Observasi 1. menjelas Tugas 1. 1. Observasi
Menganalisis alat 1. cermin 1. melakukan ukkan Keg.1 kan Menjawab membua Keg.1
cara kerja alat optik 2. lensa studi perilak Diskusi prinsip pertanyaan- t laporan Presentasi
optik 3. prisma pustaka u jujur, kelompok, pemantu pertanyaan kelompok
tertulis
menggunakan 4. kaca plan untuk disiplin aspek: lan dan yang ada Aspek:
sifat paralel mencari , rasa 1. toleran pembias dalam LKS, hasil 1. Penguas
pencerminan informasi ingin 2. santun an aspek: diskusi aan isi
dan pembiasan Konsep mengenai tahu 3. responsif cahaya 1. ketepatan dan 2. Teknik
cahaya oleh 1. pemantulan aplikasi yang 4. proaktif 2. menerap waktu percoba bertanya
cermin dan 2. pembiasan pemantulan besar kan 2. kelengkap an /menjaw
lensa 3. jarak fokus dan dalam Keg.2 prinsip an kelompo ab
4. jarak benda pembiasan diskusi Percobaan pemantu 3. Metode
k
5. jarak cahaya dan kelompok, lan dan Tes penyajia
bayangan dalam percob aspek: pembias Evaluasi 2. n
kehidupan aan 1. jujur an - Uraian mempre
Prinsip sehari-hari kelomp 2. disiplin cahaya - PG sentasik Portofolio
1. sifat-sifat 2. melakukan ok 3. tanggungj dalam an hasil 1. Membua
pemantulan studi 2. menunj awab kehidupa diskusi t laporan
2. sifat-sifat pustaka ukkan 4. kerjasama n sehari- dan tertulis
pembiasan untuk sikap hari hasil
percoba
3. perbesaran mencari komuni diskusi
informasi katif an dan
Prosedur tentang dalam kelompo percobaa
1. percobaan konsep present k n

156
hukum pemantulan asi kelompo

156
157

pemantulan , k
2. percobaan pembiasan,
menentuka jarak fokus, aspek:
n jarak jarak 1. visual
fokus benda, laporan
cermin jarak 2. kelengka
cekung bayangan pan
3. percobaan
pembiasan Menanya
pada prisma 1. menanyaka
4. percobaan n tentang
pembiasan prinsip
pada kaca pembentuk
plan paralel an
bayangan
dan
perbesaran
pada
cermin
datar dan
cermin
lengkung

Mengeksplor
asi
1. mengeksplo
rasi dari
sumber
belajar
yang
relevan

157
seperti
158

buku
maupun
internet
tentang
prinsip
pembentuk
an
bayangan
dan
perbesaran
pada
cermin
datar dan
cermin
lengkung

Mengasosiasi
1. melaluidisk
usi
kelompok
dapat
membedaka
n
pemantulan
teratur dan
pemantulan
baur
2. melalui
percobaan
dapat
mengetahui

158
hukum
159

pemantulan
dan
pembiasan
Mengkomuni
kasikan
1. presentasi
kelompok
tentang
hasil
diskusi dan
percobaan
pada LKS

159
160

Lampiran 38
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 1 Rembang
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Alokasi Waktu : 3 x 3 JP

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui
pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
Indikator: meyakini bahwa semua sistem di alam semesta telah diciptakan dan diatur
sedemikian rupa oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan , melaporkan, dan berdiskusi.
3. Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa.
161

4. Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan


dan pembiasan pada cermin dan lensa.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan perbedaan antara cahaya dan sinar melalui diskusi kelompok
secara komunikatif.
2. Siswa dapat menjelaskan prinsip pemantulan cahaya melalui diskusi kelompok secara
komunikatif.
3. Siswa dapat membedakan antara pemantulan teratur dan pemantulan baur melalui
diskusi kelompok secara komunikatif.
4. Siswa dapat menggambarkan secara sistematik gejala pemantulan sinar pada cermin
berdasarkan hukum Snellius melalui percobaan dan diskusi kelompok secara
komunikatif.
5. Siswa dapat menjelaskan hukum pemantulan melalui percobaan dan diskusi kelompok
dengan jujur, disiplin, keatif dan komunikatif.
6. Siswa dapat menentukan jarak fokus pada cermin cekung melalui percobaan dengan
jujur, disiplin dan kreatif.
7. Siswa dapat menjelaskan prinsip pembiasan cahaya melalui diskusi kelompok secara
komunikatif.
8. Siswa dapat menjelaskan prinsip pembiasan pada prisma melalui percobaan dengan
jujur dan disiplin.
9. Siswa dapat menyebutkan hukum Snellius tentang pembiasan melalui percobaan
dengan kaca plan paralel secara jujur, disiplin dan kreatif.
D. Materi Pembelajaran
1. Pemantulan Cahaya
2. Pembiasan Cahaya
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific Approach
Model : Cooperatif Learning, Contextual Learning, Inquiry
Metode : Eksplorasi, Diskusi, Praktikum dan Presentasi
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Media : LKS
Alat : - Seperangkat percobaan menentukan jarak fokus
- Seperangkat percobaan prisma
- Seperangkat percobaan kaca plan paralel
162

Sumber pembelajaran : - Buku Fisika SMA Kelas X Kurikulum 2013 Erlangga


karangan Marthen Kanginan
- Internet
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
PERTEMUAN KESATU ( 3 x 45 Menit) :
Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu
1) Pemotivasian:
a. Guru bertanya kepada siswa mengapa kita bisa melihat
benda
2) Apersepsi
Pendahuluan
a. Apakah yang dimaksud dengan cahaya? 25 menit
b. Siapa yang tadi pagi sebelum berangkat sekolah tidak
bercermin? Tidak ada bukan? Kalian tentu bercermin
semua.
3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran

1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok


2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
3) Setiap kelompok melakukan kegiatan pada LKS sesuai dengan
petunjuk dan berdiskusi secara komunikatif serta melakukan
percobaan secara jujur dan disiplin 100
Kegiatan Inti 4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok menit
pada LKS di depan kelas secara komunikatif
5) Siswa lain menanggapi kelompok yang sedang presentasi
dengan penuh rasa ingin tahu
6) Guru memberikan penegasan terhadap jawaban dari
pertanyaan siswa
1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
Penutup
2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil 10 menit
pembelajaran hari ini.
163

PERTEMUAN KEDUA ( 3 x 45 Menit) :


Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu
1) Pemotivasian:
a. Guru bertanya kepada siswa tentang pelangi
2) Apersepsi:
Pendahuluan
a. Apakah yang dimaksud dengan pemantulan cahaya? 25 menit
b. Siapa yang pernah melihat pelangi? Bagaimana proses
terjadinya?
3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran

1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok


2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
3) Setiap kelompok melakukan kegiatan pada LKS sesuai dengan
petunjuk dan berdiskusi secara komunikatif serta melakukan
percobaan secara jujur dan disiplin 100
Kegiatan Inti 4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok menit
pada LKS di depan kelas secara komunikatif
5) Siswa lain menanggapi kelompok yang sedang presentasi
dengan penuh rasa ingin tahu
6) Guru memberikan penegasan terhadap jawaban dari
pertanyaan siswa
1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
Penutup 2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil 10 menit
pembelajaran hari ini.

PERTEMUAN KETIGA ( 3 x 45 Menit) :


Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu
1) Pemotivasian:
a. Guru bertanya kepada siswa tentang pemantulan dan
Pendahuluan
pembiasan cahaya 25 menit
2) Apersepsi:
a. Bagaimana proses terjadinya pemantulan dan pembiasan
164

cahaya?
3) Guru mengulas materi sebelumnya

1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok


2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter 100
Kegiatan Inti 3) Setiap kelompok bertanya kepada guru tentang materi yang menit
belum dipahami
4) Guru memberikan jawaban dari pertanyaan siswa
1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
Penutup
2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil 10 menit
pembelajaran hari ini.

H. Penilaian
1. Mekanisme dan Prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui lembar
observasi peserta didik, observasi karakter peserta didik, dan laporan tertulis.
2. Aspek dan Instrumen Penilaian
a. Instrumen observasi peserta didik menggunakan lembar pengamatan dengan fokus
utama pada aktivitas dalam kelompok.
b. Instrumen observasi karakter peserta didik menggunakan angket
c. Instrumen tes menggunakan lembar soal tes tertulis pilihan ganda

Rembang, April 2014


Guru Praktikan

Dwi Ristiyani
NIM 4201410013
165

Lampiran 39
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Siswa mengerjakan soal pre-test

Gambar 2. Siswa mengerjakan LKS

Gambar 3. Guru memandu jalannya diskusi kelas


166

Gambar 4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

Gambar 5. Siswa melakukan kegiatan menanya

Gambar 6. Siswa melakukan kegiatan mencoba


167

Lampiran 40
SURAT PENETAPAN DOSEN PEMBIMBING
168

Lampiran 41
SURAT IJIN PENELITIAN
169

Lampiran 42
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai