Anda di halaman 1dari 141

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Administrasi Publik Skripsi Sarjana

2017

Responsibilitas Pelayanan Publik dalam


Pengurusan Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga
(KK) di Kantor Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Mandailing Natal

Sari, Putri Royan


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19057
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
RESPONSIBILITASPELAYANAN PUBLIKDALAM PENGURUSAN KARTU
TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (E-KTP)DAN KARTU KELUARGA
(KK)DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KABUPATEN MANDAILING NATAL

SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
(S1) Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh :
Putri Royan Sari
130903148

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:


Nama : Putri Royan Sari
Nim : 130903148
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Responsibilitas Pelayanan Publik Dalam Pengurusan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di
Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Mandailing Natal

Medan, Maret 2017

Ketua Departemen
Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Dr. Tunggul Sihombing, M.A Drs. Tunggul Sihombing, MA


NIP. 196203011986031027 NIP. 196203011986031027

Wakil Dekan I,
FISIP USU MEDAN

Husni Thamrin, S.sos, M.SP


NIP. 197203082005011001

Universitas Sumatera Utara


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
oleh:
Nama : Putri Royan Sari
Nim : 130903148
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Responsibilitas Pelayanan Publik Dalam Pengurusan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di
Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Mandailing Natal
Yang dilaksanakan pada:
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : ( )

Anggota I : ( )

Anggota II : ( )

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan para ahlul bait, yang senantiasa menjadi

tauladan bagi setiap umat manusia. Semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumil

akhir kelak. Amin

Adapun skripsi ini berjudul “Responsibilitas Pelayanan Publik dalam

Pengurusan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal”.

Yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui implementasi

responsibilitas dalam pelayanan pengurusan kartu tanda penduduk elektronik dan

kartu keluarga di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta untuk mengetahui

hambatan–hambatan dalam penerapannya. Skripsi ini juga dikerjakan sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata 1 (S-1) di Departemen

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat

kekurangan baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari substansi

penulisan skripsi itu sendiri. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.Namun demikian,

Universitas Sumatera Utara


penulis tetap berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi pembaca, atau paling tidak

bagi penulis sendiri.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu olehberbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian terimakasih yang

tidak terhingga dari hati yang paling dalam kepada kedua orang tuapenulis yakni

Almarhum Ayahanda (Sahrul Nasution) dan Ibunda (Nuraini Pulungan) yang

senantiasamemberikan do’a yang tidak pernah putus disetiap langkah perjalanan

hidup penulis serta motivasi yangsungguh berarti bagi penulis. Terima kasih juga

penulis ucapkan kepada kakak, abang dan adik penulis (Junita Sari Syahrini, Pandu

Sahrial, dan Fitri Dian Sari) yang selalusetia memberi semangat kepada penulis

agar bisa dan yakin dalam menyelesaikanskripsi ini.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semuapihak

yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalammenyelesaikan

skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.sos, M.siselaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

danIlmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosialdan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua DepartemenIlmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan

kepada penulis selama prosesperkuliahan dan yang telah bersedia meluangkan

waktunya dalammengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


4. Ibu Dra. Asima Yanti S. Siahaan, MA, PhD selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasSumatera

Utara.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam

memberikanbanyak bekal ilmu, nasihat, bimbingan serta arahan kepada penulis

selamapenulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara

FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi,

yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara khususnya Kak Mega, Kak

Dian, Bang Rudi yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak

awal penulis memulai studi hingga saat ini.

7. Terima kasih kepada Bapak Mhd. Gitol, SP, MM selaku Sekretaris Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal, Bapak

Ibrahim, SE selaku Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, Ibu Hj.

Seri Efriani, S.Sos, MM selaku Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil,

Bapak Iin Eprianto, S.Sos selaku Kasi pendataan penduduk, Bapak Henra

Putra, S.Sos dan petugas lainnya yang ikut membantu memudahkan penulis

dalam mengumpulkan data dan melaksanakan penelitian di kantor dinas dukcapil.

8. Bapak Hapisuddin, S.Sos selaku Camat Panyabungan dan seluruh staf kantor

Camat Panyabungan yang telah banyak membantu dalam pengambilan data di

kecamatan Panyabungan.

9. Terima kasih kepada seluruh informan yang telah bersedia membantu penulis

mengumpulkan data dalam penulisan skripsi.

Universitas Sumatera Utara


10. Terima kasih yang paling dalam untuk sahabat-sahabat penulis selama hampir 4

tahun yang telah menemani suka duka dan memberi warna-warni selama di

bangku perkuliahan (Glori Simbolon, Yuli Santri Isma, Novita Sari Purba,

Annysa Pratiwi, dan Kristina Anggelina Sitanggang). Kalian selalu senantiasa

meluangkan waktu untuk penulis, memberi motivasi, dukungan, dan arahan serta

doa. Semoga kita semua bisa sukses dan menjadi orang yang dapat di banggakan

orang tua kita masing-masing. Aamiin

11. Terimah kasih yang paling dalam buat sahabat penulis di kos Hijau (Nur

hasanah Nasution dan Sangkot Mardiyah Nasution) yang telah membantu saat

senang maupun duka serta memberi semangat dan dukungan selama ini.

12. Terimakasih untuk teman-temankelompok PKL Desa Sukanalu,RTB, dan AN

13 yang tidak bisa disebut satu persatu, yang telah menjadi teman dan keluarga

selama perkuliahan.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yangtelah

membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Maret 2017

Penulis

Putri Royan Sari

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Governance ...................................................................................... 11

2.1.1 Definisi Good Governance ............................................................... 11

2.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance ............................................ 14

2.2 Pelayanan Publik ........................................................................................ 17

2.2.1 Definisi Pelayanan Publik ................................................................. 17

2.2.2 Asas pelayanan publik ...................................................................... 18

2.2.3 Prinsip-prinsip Pelayanan Publik ...................................................... 18

2.2.4 Standar Pelayanan Publik.................................................................. 21

2.3 Akuntabilitas dan Responsibilitas .............................................................. 25

2.3.1 Akuntabilitas .................................................................................... 27

2.3.2 Responsibilitas ................................................................................. 29

2.3.2.1 Jenis Reponsibilitas ............................................................. 31

2.4 Definisi Konsep .......................................................................................... 37

2.5 Hipotesis Kerja ........................................................................................... 38

2.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


3.1 Bentuk Penelitian....................................................................................... 40

3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................ 40

3.3 Informan Penelitian................................................................................ 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 43

3.5 Teknik Analisis Data...............................................................................44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah ................................................... 46

4.1.1 Administrasi dan Geografi Wilayah ................................................. 46

4.1.2 Demografi ......................................................................................... 47

4.1.3 Sejarah Singkat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal ............................................................ 49

4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal ............................................................ 50

4.1.4.1 Visi ....................................................................................... 51

4.1.4.2 Misi ....................................................................................... 51

4.1.5 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ............................................ 51

4.1.6 Sumber Daya SKPD ......................................................................... 53

4.2 Responsibilitas Pelayanan Publik dalam pengurusan E-Ktp dan KK ......... 55

4.2.1 Objektif Responsibility...................................................................... 56

4.2.1.1Bertanggung jawab kepada pimpinan dalam hukum yang

Berlaku .................................................................................. 56

4.2.1.2 Bertanggung jawab terhadap atasan dan bawahan ............... 78

4.2.1.3 Bertanggung jawab terhadap masyarakat ............................. 86

Universitas Sumatera Utara


4.2.2 Subjektif Responsibility .................................................................... 95

4.2.2.1 Loyalitas ............................................................................... 95

4.2.2.2 Nilai ...................................................................................... 97

4.2.2.3 Karakter .............................................................................. 100

4.3 Wujud Responsibilitas Pelayanan Publik dalam Pengurusan e-Ktp

dan KK ..................................................................................................... 102

4.3.1 Objektif Responsibility.................................................................... 102

4.3.2 Subjektif Responsibility .................................................................. 105

4.4 Hambatan-hambatan ................................................................................. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 109

5.2 Saran........................................................................................................... 112

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Responsibilitas Pelayanan Publik dalam Pengurusan Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal
Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Putri Royan Sari
NIM : 130903148
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Dr. Tunggul Sihombing, MA
Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah
pelayanan dokumen administrasi kependudukan termasuk e-KTP dan KK.
Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap pemberian pelayanan administrasi
kependudukan yang memuaskan masyarakat. Namun, dalam pemberian pelayanan
yang dilakukan, masih terdapat permasalahan yang sering terjadi seperti pelayanan
yang tidak sistematis, lamban, pegawai yang kurang disiplin dan kurangnya sarana
prasarana. Oleh karena itu dibutuhkan responsibilitas dari petugas pemberi pelayanan.
Responsibilitas merupakan bukti organisasi bertanggungjawab dalam melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis responsibilitas pelayan publik
dalam pengurusan E-KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Mandailing Natal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Adapun
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi
yang dilakukan sekitar 1 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum responsibilitas pelayanan
publik dalam pengurusan E-KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal sudah baik, walaupun masih ada
kekurangan yang harus diperbaiki. Berdasarkan tipe responsibilitas menurut
Frederick Mosher ada beberapa kekurangan yang ditemukan. Diantaranya petugas

Universitas Sumatera Utara


yang masih kurang disiplin, kurang tersenyum, fasilitas pendukung yang masih
kurang, waktu penyelesaian yang kadang lama, serta jauhnya jarak yang harus
ditempuh masyarakat untuk menjangkau kantor dinas dukcapil.

Kata kunci: Responsibilitas, Pelayanan Publik, E-KTP dan KK

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reformasi pelayanan publik di Indonesia sudah berjalan meskipun masih jauh

dari harapan masyarakat. Reformasi merupakan perubahan di mana kedalamannya

terbatas sedangkan keluasan perubahannya melibatkan seluruh masyarakat.

Reformasi memberi harapan terhadap pelayanan publik yang lebih adil dan merata.

Harapan demikian dihubungkan dengan menguatnya kontrol masyarakat dan

besarnya kontribusi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Peranan

pemerintahan harus menjadi penanggung jawab bagi pemberian pelayanan kepada

masyarakat. Masyarakat sebagai kelompok pelanggan yang harus dijamin

kepuasannya oleh pemerintah. Peraturan diperlukan untuk mengatur keberadaan dan

prosedur pelayanan.

Daerah otonom diberikan kewenangan yang sangat luas. Perubahan demikian

merupakan syarat mutlak perubahan pelayanan publik. Untuk melakukan perubahan

pelayanan publik, diperlukan perubahan-perubahan, baik pengambilan keputusan

maupun kelembagaan. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut tentunya akan

tumbuh kekuatan sosial yang melakukan kontrol kekuasaan lebih ketat, seperti

organisasi sosial dan politik serta media massa. Masyarakat melalui institusi yang ada

akan menuntut pertanggungjawaban publik (public accountability) dari

penyelenggara negara.

Pelayanan publik diartikan, pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau

masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan

Universitas Sumatera Utara


pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Kepmenpan

No.63/KEP/M.PAN/7/2003, publik adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan

kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik

(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah untuk memuaskan

masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima.

Melindungi segenap bangsa Indonesia adalah salah satu fungsi hakiki

pemerintah dengan cara memberikan “keteraturan” dalam pelayanan publik. Ndraha

(2005: 14-15) mengemukakan layanan publik adalah hak eksistensial dan kebutuhan

manusia pribadi seperti kemerdekaan, kebebasan memilih, keamanan pribadi, rasa

adil, kepastian hukum, kebebasan bergerak, harkat dan martabat sebagai manusia.

Hak dan kebutuhan pribadi itu bukan pemberian negara, melainkan bawaan sebagai

manusia dan harus diakui, dilindungi, dihargai, dan dipenuhi oleh negara. Seperti

KTP, Akta Kelahiran, Akta perkawinan, Perizinan, dan pelayanan yang menyangkut

hak-hak sipil, atau pelayanan kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Dalam hal pelaksanaan pelayanan publik, untuk dapat mewujudkan

pemerintahan yang baik maka harus bercirikan good governance sesuai dengan

Kepmenpan Nomor: KEP/26/M.PAN/7/2004 Tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Good Governance merupakan isu sentral yang

paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik. The Organization for

Universitas Sumatera Utara


Economic Co-operation and Development (OECD) dan World Bank mensinonimkan

good governance penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran

salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi, baik secara politik

maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legaland

political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

Pelaksanaan pelayanan publik berdasarkan good governance memiliki prinsip-

prinsip utama yaitu; akuntabilitas, transparansi, partisipasi, dan supremasi hukum

aparat birokrasi (Sedarmayanti, 2009 :290). Akuntabilitas merupakan salah satu aspek

penting dalam rangka menciptakan kepemerintahan yang baik (good governance).

Akuntabilitas merupakan kewajiban dalam menyampaikan pertanggungjawaban atau

untuk menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif

suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta

keterangan akan pertanggungjawaban (LAN, 2003). Pelayanan yang diberikan harus

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Selain akuntabilitas sebagai konsep pertanggungjawaban, responsibilitas

merupakan konsep yang berkenaan dengan standar profesional dan kompetensi teknis

yang dimiliki adminitrator (birokrasi publik) dalam menjalankan tugasnya.

Administrasi negara dinilai responsibel apabila pelakunya memiliki standard

profesionalisme atau kompetensi teknis yang tinggi.

Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan

publik dengan melimpahkan sebagian kewenangan pemerintah pusat kepada

Universitas Sumatera Utara


pemerintah daerah melalui otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Pasal 1 ayat 6 UU No. 23 Tahun 2014). Melalui otonomi daerah

yang luas pemerintah daerah memiliki wewenang yang sangat luas dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan publik yang sesuai dengan

kebutuhan rakyat daerah. Proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, akuntabel, dan

responsif, sebab kendali dari proses kebijakan dan alokasi anggaran sepenuhnya ada

di tangan pemerintah daerah. Tegasnya, pelayanan publik merupakan kunci masuk

untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dicirikan dengan

terselenggaranya pelayanan publik yang baik. Hal ini sejalan dengan esensi kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan

kepada daerah mengatur dan mengurus masyarakat setempat dan meningkatkan

pelayanan publik.

Semangat pelayanan publik yang tertuang pada UU No. 23 Tahun 2014

mencerminkan fungsi pemerintah daerah, sebagai penyelenggara negara. Serangkaian

pokok aturan dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh Pemerintahan Daerah

disebutkan sangat gamblang dan sangat jelas yaitu pada Pasal 14 tentang urusan

wajib yang harus dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten/Kota yaitu: pemberian

pelayanan kependudukan dan catatan sipil, pelayanan administrasi umum

pemerintahan, dan penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang diamanatkan oleh

peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara


Pemerintah membentuk dinas-dinasdalam rangka meningkatkan koordinasi

penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat.

Satuan kinerja perangkat daerah dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi

penyelenggaraan pemerintahan urusan kependudukan dan pencatatan sipil di

Kabupaten/kota. Salah satunya ialah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(Disdukcapil)Kabupaten Mandailing Natal yaitu mempunyai tugas dan fungsi

melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberian pelayanan

kependudukan danpencatatan sipil kepada warganya. Karena setiap penduduk wajib

memiliki identitas sebagai warga negara Indonesia yang menduduki suatu wilayah

dan bertempat tinggal di Indonesia. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk

memberikan identitas kepada setiap warganya, yaitu melalui pemberian Kartu Tanda

Penduduk Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga (KK).

Namun demikian harus dicatat bahwa reformasi tidak selalu berjalan mulus

walaupun sudah dijalankan karena hasilnya belum seperti yang diharapkan. Masih

sering terjadi masalah dalam proses pelayanan publik. Mekanisme administratif

masih mengidap penyakit birokrasi seperti lamban, berbelit-belit, kurang berkualitas,

belum mencerminkan suatu pertanggungjawaban yang baik, kurangnya disiplin

pegawai, bahkan pengenaan biaya yang tidak wajar bagi pengurusan kepentingan

publik guna percepatan penyelesaian urusan. Biasanya dalam hal kepengurusan surat

menyurat seperti E-KTP dan KK sering berbelit-belit karena sulit dipahami. Banyak

keluhan dari masyarakat baik dari segi waktu yang lama, biaya yang mahal, dan

penyimpangan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan keluhan masyarakat dan sesuai dengan pengamatan penulis, sikap

pegawai di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing

Natal dalam memberikan pelayanan seperti halnya daya tanggap, kehandalan, dan

tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan masyarakat dalam pemberian layanan

masih kurang dan terbengkalai, disebabkan tingkat kesadaran pemberi layanan masih

kurang. Aturan ataupun prosedur pemberi layanan tidak selalu berjalan sesuai dengan

penerapannya di dalam proses pemberian layanan. Banyaknya keluhan masyarakat

tentang tingkah laku pegawai yang arogan, alur kerja yang kurang memuaskan dan

kurang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

Selain daya tanggap dan respon pegawai kepada masyarakat yang menjadi

keluhan lainnya ialah lamanya waktu dan lambatnya pelayanan dalam pembuatan E-

KTP dan KK yang seharusnya hanya membutuhkan waktu 1 sampai 14 hari bisa

sampai melebihi batas waktu tersebut sehingga membuat masyarakat enggan untuk

mengurus Administrasi Kependudukan. Terkadang masyarakat yang menginginkan

agar e-KTP dan KK cepat selesai rela memberikan biaya tambahan. Dalam

pembuatan e-KTP dan KK di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

SipilKabupaten Mandailing Natal terkadang harus mengantri lama karena informasi

yang kurang jelas dari aparat. Masyarakat harus bolak-balik dalam mengurus

administrasi kependudukan dengan alasan kurangnya syarat-syarat yang harus

dipenuhi sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih banyak apabila dihitung

dengan ongkos dan biaya penginapan yang harus ia keluarkan. Masyarakat yang

tinggal jauh terkadang merasa kesulitan dalam mengurus administrasi kependudukan

karena harus langsung mengurus e-KTP dan KK ke kantor dinas dukcapil disebabkan

Universitas Sumatera Utara


peralatan dan sumber daya yang ada di kecamatan tempat masyarakat setempat tidak

memadai. Selain itu, seseorang yang seharusnya sudah berhak memiliki e-KTP

karena telah berusia 17 tahun dan telah memenuhi persyaratan tetapi masih ada yang

belum mempunyai e-KTP.

Salah satu sumber berita yang terbit pada September 2016 berisi wawancara

langsung dengan pihak dinas dukcapil Kabupaten Mandailing Natal bahwa dari data

kependudukan yang diperoleh masyarakat Kabupaten Mandailing Natal yang sudah

melakukan perekaman e-KTP masih di bawah 90%, yaitu hingga bulan Juli 2016

warga yang sudah memiliki e-KTP sebanyak 64%(Sumber: metrotabagsel.com). Hal

tersebut terjadi kemungkinan disebabkan oleh lambannya aparatur serta berbelit-

belitnya proses yang dilalui dalam pengurusan e-KTP dan KK.

Akibat dari kurangnya tingkat responsibilitas dalam proses pelayanan,

kurangnya kesigapan dan keramahan pegawai, serta urusan yang rumit membuat

masyarakat merasa tidak dilayani dengan baik. Masyarakat juga kurang mengetahui

informasi terkait laporan pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan di

lingkungan dinas terkait program kerja kantor dinas dukcapil dalam menjalankan

tugas dan fungsinya.

Kurang baiknya kinerja pelayanan publik di kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal disebabkan karena belum

terlaksananya responsibilitas yang baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Patut diduga bahwa banyak birokrat tidak memahami secara pasti pelayanan yang

akan diberikannya. Kurangnya tingkat responsibilitas pada pelayan publik akan

mengurangi kualitas dari sebuah produk pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


Dari fenomena-fenomena administrasi publik yang telah diuraikan diatas,

sangat diharapkan penerapan responsibilitas pelayanan publik yang baik kepada

masyarakat terutama di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal demi terwujudnya peningkatan pelayanan publik. Adanya keluhan

dan ketidakpuasan yang dirasakan oleh masyarakat atas kinerja pegawai mengenai

proses pelayanan administrasi kependudukan yang cenderung sulit hendaknya

diperbaiki. Pembuatan e-KTP dan KK yang seyogyanya gratis dan dapat diselesaikan

dalam waktu yang singkat cenderung kurang terlaksana dengan baik, daya tanggap

dan pemberian informasi yang kurang jelas.Disinilah perlunya ditingkatkan

responsibilitas dalam pelayanan publik agar masalah-masalah tersebut bisa

diminimalisir.

Dengan ditingkatkannya responsibilitas dalam pelayanan publik, diharapkan

pelayanan publik yang maksimal akan terwujud dan sekaligus dapat memperbaiki

tingkat kepercayaan kepada pemerintah. Masyarakat sangat mengharapkan adanya

perubahan yang signifikan dalam pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal terutama dalam pelayanan e-KTP

dan KK.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk memilih judul skripsi

“Responsibilitas Pelayanan Publik dalam Pengurusan Kartu Tanda Penduduk

Elektronik (E-KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Kantor Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal”.

1.2 Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana responsibilitas pelayanan

publik dalam pengurusan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) dan Kartu

Keluarga (KK) di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk menjawab semua permasalahan yang telah

dirumuskan dalam perumusan masalah tersebut di atas. Adapun tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis sejauhmana penerapan responsibilitas dalam pelayanan

publik di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam

menerapkan responsibilitas dalam pelayanan publik di kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmiah dan sumbangan

bagi pengembangan teori-teori dalam Ilmu Administrasi Publik khususnya

dalam kaitannya dengan responsibilitas.

Universitas Sumatera Utara


2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan bagi

pemerintah, khususnya dalam pemberian pelayanan publik di kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal.

3. Secara Akademis

Diharapkan mampu menambah kemampuan berpikir secara ilmiah dan

memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi

kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Publik

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Good Governance

2.1.1 Definisi Good Governance

Arti good dalam good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut.

Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang

dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan (nasional),

kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek

fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya

untuk mencapai tujuan tersebut (Sedarmayanti, 2003:125). Berdasarkan pengertian

ini, good governance berorientasi pada:

1. Orientasi ideal, negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi

ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara denga elemen

konstituennya seperti: legitimacy (apakah pemerintah) dipilih dan mendapat

kepercayaan dari rakyat, accountability (akuntabilitas), securing of human rights,

autonomy and devolution of power, dan assurance of civilian control.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam

melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi kedua ini tergantung pada

sejauhmana pemerintah mempunyai kompetensi, dan sejauh mana struktur serta

mekanisme politik serta administratif berfungsi secara efektif dan efisien.

Pengertian “Good Governance” menurut Healy dan Robinson (dalam

Bambang, 2011:89) mengatakan bahwa “Good Governance” bermakna tingkat

efektivitas organisasi yang tinggi dalam hubungan dengan formulasi kebijakan dan

Universitas Sumatera Utara


kebijakan yang senyata dilaksanakan, khususnya dalam pelaksanaan kebijakan

ekonomi dan kontribusinya pada pertumbuhan, stabilitas dan kesejahteraan rakyat.

Pemerintahan yang baik juga bermakna akuntabilitas transparansi, partisipasi dan

keterbukaan.

Adapun pengertian “Good Governance” menurut OECD dan World Bank

(dalam Istianto, 2011:90) mensinonimkangood governance dengan penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang

langka, dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi

tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Sedangkan UNDP (dalam Bambang, 2011:90-

93) mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan

konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Berdasarkan

definisi tersebut, UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance yang

saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri, sebagai berikut:

1. Participation. Sebagai warga negara mempunyai suara dalam pembuatan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi

yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar

kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

2. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan,

terutama hukum hak asasi manusia.

Universitas Sumatera Utara


3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.

Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang

membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dipantau.

4. Responsiveness. Lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap

stakeholders.

5. Consensus orientation.Good governance menjadi perantara kepentingan yang

berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas,

baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.

6. Effectiveness and efficiency. Proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan

apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik

mungkin.

7. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan

masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga

stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan

yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal

organisasi.

Atas dasar uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wujud good

governance adalah penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab,

serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif

diantara ketiga domain; negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Oleh karena

good governance meliputi sistem administrasi negara, maka upaya mewujudkan good

Universitas Sumatera Utara


governance juga merupakan upaya melakukan penyempurnaan pada sistem

administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara menyeluruh.

Good governance memiliki sejumlah ciri sebagai berikut (Hardiansyah,

2011:110): (1) akuntabel, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai

pertanggungjawabannya; (2) transparan, artinya harus tersedia informasi yang

memadai kepada masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan;

(3) responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus

mampu melayani semua stakeholder; (4) setara dan inklusif, artinya seluruh anggota

masyarakat tanpa terkecuali harus memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan

dan pelaksanaan sebuah kebijakan; (5) efektif dan efisien, artinya kebijakan dibuat

dan dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya –sumberdaya yang tersedia

dengan cara yang terbaik; (6) mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan

ditegakan; (7) partisipatif, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus

membuka ruang bagi keterlibatan banyak aktor; (8) berorientasi pada konsensus

(kesepakatan), artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil

kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance

Dalam pembahasan mengenai “good governance” yang diawali dengan

menjelaskan tentang “prinsip-prinsip” dalam melaksanakan “tata kelola”

kepemerintahan yang baik menurut ”Tamim” (dalam Istianto, 2011:90),yaitu terdapat

Universitas Sumatera Utara


enam hal yang menunjukkan bahwa suatu pemerintahan memenuhi kriteria Good

Governance, sebagai berikut:

1. Competence,artinya bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah harus

dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi birokrasi.

Untuk itu, setiap pejabat yang dipilih dan ditunjuk untuk memenuhi suatu jabatan

pemerintahan daerah harus benar-benar orang yang memiliki kompetensi dilihat

dari semua aspek penilaian, baik dari segi pendidikan/keahlian, pengalaman,

moralitas, dedikasi, maupun aspek-aspek lainnya.

2. Transparency, artinya setiap proses pengambilan kebijakan publik dan

pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan

mengacu pada prinsip keterbukaan. Kemudahan akses terhadap informasi yang

benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan pemerintahan

oleh birokrasi daerah merupakan hak yang harus dijunjung tinggi.

3. Accountability, artinya bahwa setiap tugas dan tanggung jawab pemerintahan

daerah harus diselenggarakan dengan cara yang terbaik dengan pemanfaatan

sumber daya yang efisien demi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di

daerah, karena setiap kebijakan dan tindakan yang diambil harus dapat

dipertanggungjawabkan ke hadapan publik maupun dari kacamata hukum.

Prinsip akuntabilitas pemerintahan merupakan bentuk keseriusan para aparatur

pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bertujuan menyediakan

dan memberikan pelayanan publik yang murah, nyaman dan bermutu. Prinsip ini

sesungguhnya memiliki makna yang mendalam dan tidak sekedar ‘pertanggung-

Universitas Sumatera Utara


jawaban’ bersifat administrastif belaka seperti dalam Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP), akan tetapi dalam akuntabilitas juga

menyangkut aspek “moral”. Oleh sebeb itu jika prinsip tersebut dikembangkan

menjadi prinsip “the accountability just not simpel”. Artinya bahwa akuntabilitas

yang dijalankan oleh para pejabat publik tidak sesederhana dalam bentuk laporan

pertanggung-jawaban dalam bentuk tertulis seperti “LAKIP”, akan tetapi sampai

pada “pengunduran diri” dari jabatan publik jika gagal melaksanakan kebijakan

yang dibuatnya sendiri.

4. Participation, artinya dengan Otonomi Daerah, maka magnitude dan intensitas

kegiatan pada masing-masing daerah menjadi sedemikian besar. Apabila hal

tersebut dihadapkan pada kemampuan sumber daya masing-masing daerah, maka

mau tidak mau harus ada perpaduan antara upaya pemerintah daerah dengan

masyarakat. Dengan demikian, pemerintah daerah harus mampu mendorong

prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya yang

dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan keberhasilan

pembangunan daerah.

5. Rule of Law, artinya dalam penyelenggaraan pemerintah daerah harus

disandarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang jelas. Untuk

itu perlu adanya kepastian dan penegakan hukum yang merupakan prasyarat

keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

6. Social Justice, artinya penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan keadilan bagi

Universitas Sumatera Utara


setiap anggota masyarakat. Tanpa adanya hal tersebut, masyarakat tidak akan

turut mendukung kebijakan dan program pemerintah daerah.

2.2 Pelayanan Publik

2.2.1 Definisi Pelayanan Publik

Menurut Kotler (Sinambela, dkk,2010:4) pelayanan adalah “setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.” Sementara

istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapat beberapa pengertian,

yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu umum, masyarakat, dan

negara.

Menurut Sinambela, dkk (2010:5) pelayanan publik diartikan, pemberian

layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,

pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Sedangkan Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, sebagai berikut:

“Pelayanan Publik” adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Asas pelayanan publik

Asas-asas pelayanan publik menurut Keputusan Menpan Nomor 63/2003

sebagai berikut:

a. Transparansi, bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas, dapat dipertanggunjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayananan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyeleggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan hak, tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan publik

harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pelayanan Publik

Dalam keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Kesederhanaan; Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami

dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan; Kejelasan ini menyangkut kejelasan dalam hal : 1) Persyaratan teknis

dan administratif pelayanan publik. 2) Unit kerja atau pejabat yang berwenang

dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian persoalan

Universitas Sumatera Utara


dalam pelaksanaan pelayanan. 3) Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara

pembayaran.

3. Kepastian Hukum; Pelaksanaan pelayanan dapat diselesaikan dalam kurun waktu

yang telah ditentukan

4. Akurasi; Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

5. Keamanan; Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6. Tanggung jawab; Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau

persoalan dalam melaksanakan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana; Tersedianya sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan

sarana dan prasarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika)

8. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan; Pemberian pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun serta memberikan pelayanan dengan baik.

9. Kenyamanan; Lingkungan pelayanan harus tertib dan tersedianya sarana dan

prasarana yang memadai.

Dari penjelasan tentang prinsip-prinsip pelayanan di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan dari pelayanan publik adalah memuaskan sesuai dengan keinginan

masyarakat atau pelanggan pada umumnya dengan mengerti bagaimana memberikan

pelayanan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan yang ada. Dengan kata

lain, prinsip-prinsip pelayanan digunakan sebagai acuan bagi pegawai dalam

memberikan pelayanan kepada publik. Selain itu prinsip-prinsip pelayanan dapat

Universitas Sumatera Utara


memudahkan masyarakat dalam menilai kinerja para aparat pemerintah dalam

memberikan pelayanan kepada mereka.

Pasal 34 UU No. 25/2009 disebutkan bahwa pelaksana dalam

menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku sebagai berikut:

a. Adil dan tidak diskriminatif;

b. Cermat;

c. Santun dan ramah;

d. Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;

e. Profesional;

f. Tidak mempersulit;

g. Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;

h. Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;

i. Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan;

j. Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan

kepentingan;

k. Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;

l. Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi

permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;

m. Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;

n. Sesuai dengan kepantasan; dan

o. Tidak menyimpang dari prosedur.

2.2.4 Standar Pelayanan Publik

Universitas Sumatera Utara


Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan,

sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi di dalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya dan bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang

dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib

ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Standar pelayanan dalam Kep

MenPAN No. 63 Tahun 2003 sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai

dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5. Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara

pelayanan publik.

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Universitas Sumatera Utara


Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang

dibutuhkan.

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan

masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang

tercermin dari (Lijan, 2010:6) :

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses

oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta

mudah dimengerti;

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan

pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisien dan

efektivitas;

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan

harapan masyarakat;

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari

aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain;

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan

aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Selanjutnya, untuk dapat memberikan pelayanan secara cepat dan tepat,

Macaulay dan Cook (dalam Monang Sitorus, 2009:78) menyarankan sebaiknya

Universitas Sumatera Utara


menggunakan pendekatan smart. Secara ringkas konsep smart dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Specific, yaitu sasaran itu perlu menyatakan dengan tepat apa yang harus

dilakukan dan dicapai, sehingga tiap-tiap orang dapat menilai sendiri apakah

mereka telah mencapainya atau belum. Rumusan umum seperti meningkatkan

kepuasan pelanggan atau meningkatkan kualitas pelayanan, bukanlah sasaran,

melainkan tujuan. Tujuan merupakan sarana yang berguna untuk menetapkan

suatu arah umum, tapi bukanlah dasar yang produktif untuk menilai kemajuan.

Sasaran yang spesifik misalnya mengurangi jumlah keluhan para klien yang

diterima setiap tahun.

2. Measurable (dapat diukur), yaitu sasaran tidak dapat dijawab dengan sekadar

”ya” atau “tidak” harus dapat diukur dengan suatu cara. Misalnya sasaran yang

menyangkut target finansial seperti mejual barang senilai satu miliar rupiah,

mengurangi jumlah keluhan pelanggan yang diterima tahun ini menjadi kurang

10% daripada tahun lalu.

3. Achievable (dapat dicapai), yaitu sasaran itu memang dapat dicapai. Tak ada hal

yang lebih memerosotkan semangat individu atau kelompok daripada sasaran

yang tak mungkin dicapai. Tidak ada, kecuali sasaran yang terlalu mudah dicapai.

Ini merupakan satu alasan untuk melibatkan staf dalam menetapkan sasaran. Staf

mungkin mempunyai gagasan yang lebih realistis tentang yang dapat dicapai.

4. Relevant (relevan), yaitu sasaran yang tidak relevan dengan kebutuhan organisasi

atau individu adalah percuma serta memboroskan waktu dan sumberdaya.

Universitas Sumatera Utara


5. Timed (jelas batas waktunya), yaitu sasaran yang paling konstruktif adalah

sasaran mempunyai batas waktu yang jelas. Memberikan pelayanan publik

dengan batas waktu selama 7 hari dengan tepat, penentuan batas waktu yang jelas

untuk di capai, tetapi juga mengandung mekanisme pengawasan yang melekat.

Selanjutnya, Fitzsimmons dan Fitzsimmons (dalam Lijan, 2010:7) berpendapat

terdapat lima indikator pelayanan publik, yaitu realibity (kehandalan),yang ditandai

pemberian pelayanan yang tepat dan benar; tangibles (berwujud),yang ditandai

dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya;

responsiveness (ketanggapan), yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen

dengan cepat; assurance (jaminan), yang ditandai dengan tingkat perhatian terhadap

etika dan moral dalam memberikan pelayanan, dan empathy (empati), yang ditandai

tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.

2.3 Akuntabilitas dan Responsibilitas

Istilah akuntabilitas dan responsibilitas (responsibility) sering didefinisikan

sama yaitu pertanggungjawaban. Dalam rangka memahami konsep akuntabilitas

sangat dibutuhkan suatu analisis yang jelas dan mendalam sehingga tidak tumpang

tindih dengan pengertian responsibilitas.

Akuntabilitas dan responsibilitas saling berhubungan sebagai bagian dari sistem

yang menyeluruh. Akuntabilitas didasarkan pada catatan/laporan tertulis sedangkan

responsibilitas didasarkan atas kebijaksanaan. Akuntabilitas merupakan sifat umum

dari hubungan otoritasi asimetrik misalnya yang diawasi dengan pengawasnya, agen

dengan prinsipal, yang mewakili dengan yang diwakili, dan sebagainya. Selain itu,

kedua konsep tersebut sebetulnya juga mempunyai perbedaan fokus dan cakupannya.

Universitas Sumatera Utara


Responsibilitas mempunyai sejumlah konotasi termasuk di dalamnya kebebasan

untuk bertindak, kewajiban untuk memuji dan menyalahkan, dan perilaku baik yang

merupakan bagian dari tanggung jawab seseorang. Responsiblitas lebih bersifat

internal sebagai pertanggungjawaban bawahan kepada atasan yang telah memberikan

tugas dan wewenang, sedangkan akuntabilitas lebih bersifat eksternal sebagai

tuntutan pertanggungjawaban dari masyarakat terhadap apa saja yang telah dilakukan

oleh para pejabat atau aparat. (http://mohmasun.blogspot.co.id/akuntabilitas-kinerja)

2.3.1 Akuntabilitas

Akuntabilitas berada dalam ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang

ilmu sosial lainnya, seperti ekonomi, administrasi, politik, perilaku, dan budaya.

Selain itu akuntabilitas juga sangat terkait dengan sikap dan semangat

pertanggungjawaban seseorang. Akuntabilitas merupakan salah satu aspek penting

dalam rangka menciptakan kepemerintahan yang baik (good governance). Aspek-

aspek/unsur-unsur utama lainnya terkandung dalam good governance paling tidak

adalah:

a. Transparansi yaitu keterbukaan dalam pengelolaan pemerintahan dan pengelolaan

lingkungan ekonomi,

b. Partisipasi masyarakat yang bermakna penerapan pengambilan keputusan yang

demokratis dan pengakuan atas hak dan kebebasan manusia/ hak azasi manusia

(HAM), kebebasan pers, dan kebebasan ekspresi aspirasi masyarakat.

Dari unsur-unsur di atas, akuntabilitas merupakan sufficient condition,

sedangkan dua lainnya merupakan necessary condition saja. Artinya aspek/unsur

akuntabilitas akan dapat diterapkan apabila aspek transparansi pemerintahan dan

Universitas Sumatera Utara


partisipasi masyarakat terselenggara dengan baik dalam pemerintahan. Atau dengan

kata lain, akuntabailitas akan dapat terwujud bila transparansi pemerintahan dan

partisipasi masyarakat dilaksanakan dengan baik.

Y. Warella (dalam Mohammad, dkk, 2004:26) mengungkapkan bahwa “Dalam

suatu masyarakat yang demokratis, para administrator publik harus bekerja dalam

suatu sistem akuntabilitas administrasi, tanggap terhadap formula checks and

balances, bersedia diperiksa secara lugas oleh auditor resmi dan oleh media massa

serta aktivis-aktivis kemasyarakatan serta oleh whistelblowers. Namun, pada instansi

terakhir, mereka secara individual bertanggungjawab terhadap kode etik dan perilaku

terpuji yang mengikat mereka secara profesional”. Oleh karena itu, pemerintah harus

betul-betul menyadari bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang mengacu pada

penerapaan good governance, harus berlandaskan pada prinsip negara hukum dan

demokratis; serta penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dari akuntabilitas publik.

Deklarasi Tokyo (1985) mengenai petunjuk akuntabilitas publik (Mohammad,

dkk, 2004: 31-32) menetapkan pengertian akuntabilitas sebagai berikut;

Akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dariindividu-individu atau


penguasa yang dipercaya untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawaban fiskal, manajerial,dan program.

The Oxford Advance Learner’s Dictionary (dalam Sedarmayanti, 2003:68)

menyatakan bahwa akuntabilitas required or expected to give an explanation for

one’s action. Artinya adalah, dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk

Universitas Sumatera Utara


menyajikan dan melaporkan segala tindak-tanduk dan kegiatannya terutama di bidang

administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasannya.

Pertanggungjawaban menurut Kumorotomo (dalam Napitupulu, 2007:74)

sebagai proses antar pribadi yang menyangkut tindakan, atau keputusan seseorang

dalam hubungannya dengan orang lain sehingga ia dapat menerima hak dan

kewajiban tertentu berikut sanksi yang menjadi konsekuensinya.

Dalam Keputusan MenPAN No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman

Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menyebutkan bahwa penyelenggaraan

pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun

kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Pertanggungjawaban pelayanan publik meliputi :

1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang

antara lain meliputi : tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas,

kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan

kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan;

b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau

Akta/Janji Pelayanan Publik yang telah ditetapkan;

c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,

baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan

instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian

standar, harus dilakukan upaya perbaikan;

Universitas Sumatera Utara


d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik

harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan;

e. Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan secara

berkala sesuai mekanisme yang berlaku;

f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam

pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

a. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang telah ditetapkan;

b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan

publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat

Keputusan/Surat Penugasan dari pejabat yang berwenang.

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan;

b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

c. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah.

Di samping itu, pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah,

menurut Sedarmayanti (2003: 70-71) perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Komitmen pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan

pelaksanaan misi agar akuntabel.

2. Beberapa sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang

diperoleh.

5. Jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen

instansi pemerintah.

2.3.2 Responsibilitas

Menurut Kohler (dalam Mohammad, dkk, 2004: 34), responsibiltas dapat

didefinisikansebagai penerimaan atas wewenang yang diserahkan, dan juga

kewajiban untuk secara hati-hati melaksanakan wewenang yang diserahkan melekat

pada fungsi seseorang atau group yang berpartisipasi pada aktivitas atau kebijakan

organisasi.

Dari definisi yang dikemukakan tersebut, ada beberapa kata kunci yang perlu

diperhatikan. Pertama, responsibilitas itu berhubungan dengan wewenang. Ini berarti

orang yang memiliki responsibilitas harus memiliki wewenang, sebab wewenang

itulah yang menentukan dan membatasi responsibilitasnya. Kedua, responsibilitas

berkaitan dengan kewajiban (obligation) untuk melaksanakan wewenang yang

diterimanya. Ketiga, kewajiban yang harus dilaksanakan akan berkaitan dengan

fungsi dari orang yang memiliki wewenang di dalam organisasi. Ini berarti,

Universitas Sumatera Utara


wewenang yang dimiliki harus sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus

dilaksanakannya.

Responsibilitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengatur sejauhmana

pemberian layanan telah berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan atau

prosedur yang telah diatur. Responsibilitas mengukur tingkat pastisipasi pemberi

layanan melaksanakan tugasnya. Responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan

sejauh mana proses pemberian pelayanan publik dilakukan sesuai dengan prinsip-

prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar telah

ditetapkan.

Responsibilitas menurut Frederick merupakan konsep yang berkenaan dengan

standar profesional dan kompetensi teknis yang dimiliki administrator publik untuk

menjalankan tugasnya. Islmay dalam bukunya mengatakan bahwa responsibilitas

subyektif lebih mengedepankan nilai-nilai etis dan kemanusiaan yang terangkum

dalam equity (hak menurut keadilan/kewajaran), equality (persamaan hak), fairness

(kejujuran) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan tugas administrasi

lainnya.

Dalam sebuah hasil kajian tahun 2006 mengenai pengembangan ukuran

penilaian Good Executive Governance (GEG) yang menghasilkan indikator dalam

prinsip responsibilitas, yaitu :

1. Kejelasan tanggung jawab dan wewenang.

2. Memiliki komitmen untuk melaksanakan tanggung jawab dan wewenang.

3. Memiliki kebijakan pengelolaan SDM (sumber daya manusia).

4. Memiliki kebijakan pengelolaan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


5. Memiliki kebijakan pengelolaan sarana prasarana.

6. Memiliki kebijakan mengenai metode kerja.

Responsibilitas merupakan standar dalam pengukuran kualitas dari sebuah

pelayanan publik, sebagaimana (dalam Dwiyanto, 2014:143-144) menyebutkan

bahwa untuk menilai kualitas pelayanan publik itu sendiri, terdapat sejumlah

indikator yang dapat digunakan. Produk pelayanan publik di dalam negara demokrasi

setidaknya harus memenuhi tiga indikator yaitu responsiveness, responsibility, dan

accountability.

1. Responsivitas, adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan

keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

2. Responsibilitas, adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses

pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau

ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

3. Akuntabilitas, adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses

penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-

norma yang berkembang dalam masyarakat.

Responsibilitas adalah kunci dari konsep pengembangan etika dalam peranan

administrasi. Menurut pengamatan Frederick Mosher (dalam Terry L.

Cooper,1998:66) mungkin menjadi kata yang paling penting dalam semua kosakata

di dalam administrasi publik dan privat. Dua aspek utama dari konsep tersebut,

seperti apa yang didefinisikan oleh Mosher, adalah menggunakan responsibilitas

subjektif dan responsibilitas objektif.

2.3.2.1 Jenis Reponsibilitas

Universitas Sumatera Utara


Dua jenis responsibilitas yang dapat ditemukan adalah terkadang disebut

sebagai responsibilitas subjektif dan responsibilitas objektif. Responsibilitas objektif

harus dilakukan dengan tuntutan dari luar diri kita, sedangkan responsibilitas

subjektif yaitu terfokus pada hal-hal yang membuat seseorang merasa bertanggung

jawab. (Terry L.Cooper, 1998 : 66)

Mosher, 1968 dan Winter, 1966 menyebutkan bahwa terdapat dua jenis

responsibilitas yaitu (dalam Terry L.Cooper, 1998 : 66) :

1. Objective responsibility

Bentuk spesifik dari responsibilitas objektif menyangkut dua dimensi yaitu

akuntabilitas dan kewajiban. Semua hal mengenai responsibilitas objektif melibatkan

pertanggungjawaban kepada seseorang atau badan kolektif, dan tanggung jawab

untuk tugas-tugas tertentu, bawahan, dan terhadap pencapaian tujuan. Bermula pada

akuntabilitas dan berakhir dengan kewajiban. Akuntabilitas dan kewajiban

menyangkut responsibilitas kepada orang lain, hal ini adalah dimensi ganda dari

responsibilitas objektif administrasi.

Dalam hal kepentingan umum kewajiban adalah hal yang lebih mendasar dan

akuntabilitas adalah cara untuk memastikan pemenuhan kewajiban dalam sebuah

tingkatan struktur. Akuntabilitas menyiratkan hubungan bawahan dan atasan dan

kewenangan dari atas ke bawah dalam mengatur kerjasama untuk pencapaian tujuan

bersama. (Terry L. Cooper, 1998:67)

Dua aspek responsibilitas objektif dalam konteks organisasi dan politik pada

administrasi publik, dapat ditegaskan hubungan dari responsibilitas yang diciptakan

antar aktor dalam proses kebijakan. Hal ini akan memperjelas hubungan di dalam

Universitas Sumatera Utara


akuntabilitas dan juga hubungan di dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban dasar.

Dalam responsibilitas objektif terdapat dua dimensi yang terkait yakni akuntabilitas

dan kewajiban akan terlihat sejauhmana pertanggungjawaban aktor dalam organisasi

publik menjalankan kewajibannya.

Responsibilitas objektif dalam pemenuhan dimensi akuntabilitas dan kewajiban

tersebut dapat dilihat melalui proses pertanggungjawaban sebagai berikut (Terry

L.Cooper, 1998:67) :

1. Administrator publik bertanggung jawab langsung kepada atasan di dalam

organisasi dalam melaksanakan arahan atau tujuan yang telah disepakati dan

untuk mengarahkan bawahan.

2. Administrator publik bertanggung jawab untuk pejabat terpilih untuk

melaksanakan keinginan sebagaimana yang termaktub dalam kebijakan publik

yang terlaksana.

3. Administrator publik bertanggung jawab untuk warga dalam hal sikap,

pemahaman, preferensi, tuntutan, dan kepentingan lainnya.

Objective responsibility, yaitu menyangkut dua dimensi responsibilitas:

akuntabilitas dan kewajiban, administrator publik harus bertanggung jawab atas

kewajiban dari tugas yang dibebankan kepadanya. Beberapa indikator yang kemudian

dapat dilihat sejauhmana proses pertanggungjawaban dari seorang administrator

dalam menjalankan kewajibannya, yaitu dapat dilihat dari 3 macam pelaksanaan

kewajiban untuk pemenuhan tanggung jawab berikut ini :

a. Bertanggung jawab atas pimpinan dalam hukum yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada pimpinan dengan

mematuhi peraturan yang berlaku sebagai salah satu masalah dalam responsibilitas

objektif. Seseorang dianggap perlu untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan

keinginan pimpinan dalam arti pimpinan memiliki kekuasaan penuh atas diri

bawahan. Responsibilitas objektif melibatkan akuntabilitas kepada orang lain dan

pemenuhan kewajiban bagi standar tertentu yang berlaku dalam sebuah kategori

kinerja. Hal ini disebut objektif ketika sumber dari akuntabilitas dan kewajiban

terdapat di luar diri pribadi. Responsibilitas objektif bukanlah hasil dari serangkaian

keputusan yang dibuat tentang apa yang seharusnya dilakukan melainkan mengalir

dari keputusan orang lain tentang apa yang diinginkannya di dalam posisi yang

diemban dan apa yang harus dilakukan. Responsibilitas objektif umumnya

menekankan pada kewajiban yang harus dijalankan bagi semua orang yang

menduduki setiap jenis jabatan atau posisi tanpa ada upaya untuk mendahulukan

kebutuhan individual, keterbatasan, preferensi, atau pelaksanaan kewajiban tertentu.

Sebagai administrator publik, responsible to the law atau responsible terhadap

hukum atau peraturan yang mengatur organisasi dan perilaku merupakan salah satu

bentuk mewujudkan responsibilitas objektif. Hukum sebagai sumber objektif dari

responsibilitas seorang administrator publik seperti halnya : aturan dan kebijakan

organisasi, uraian tugas resmi, dan standar profesional. Pada akhirnya, responsible

terhadap hukum menjadi kewajiban di dalam menegakkan konstitusi. Konstitusi dan

beberapa pasal yang mengikat kepada warga negara yang bekerja pada pelayanan

publik perlu untuk dilaksanakan. Responsibel terhadap hukum adalah pedoman dan

Universitas Sumatera Utara


acuan bagi organisasi publik dan pelayanan publik bahwa mereka berada dan bekerja

atas nama publik.

b. Bertanggung jawab terhadap atasan dan bawahan.

Selain hukum terdapat banyak sumber objektif dari responsibilitas seorang

administrator publik seperti halnya : aturan dan kebijakan organisasi, uraian tugas

resmi, dan standar profesional. Namun, di samping hukum, responsibilitas objektif

yang paling menonjol dialami adalah struktur pertanggungjawaban berjenjang dari

organisasi tempat bekerja, seperti tanggung jawab kepada atasan organisasi dan

tanggung jawab untuk pelaksanaan kewajiban bawahan.

Hierarki atau tingkatan adalah struktur yang bersifat formal dan bagian dari

responsibilitas. Rantai komando dengan perwakilan berjenjang dari sebuah

responsibilitas adalah sarana dari peraturan yang diperkirakan dalam program dan

pelayanan.

c. Bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Bentuk ketiga dari responsibilitas objektif adalah kewajiban untuk melayani

kepentingan publik. Apakah dengan sumpah jabatan, kode etik, atau mandat, semua

administrator publik bertanggung jawab untuk menilai perilaku mereka dalam hal

kepentingan umum. Hasilnya adalah administrator publik dihadapkan dengan

berbagai alternatif untuk mewujudkan kepentingan umum, bebas melaksanakannya

dan diharapkan untuk melayani kepentingan umum meskipun jauh dari dasar dan

bagian responsibilitas objektif, baik itu dalam hal kemauan dari pejabat terpilih

dalam hukum yang berlaku atau komando di setiap rantai organisasi.

2. Subjective responsibility

Universitas Sumatera Utara


Di luar dari berbagai kewajiban yang merupakan salah satu dimensi

responsibilitas, terdapat perasaan dari dalam diri dan keyakinan tentang

responsibilitas itu sendiri. Responsibilitas objektif muncul dari tuntutan hukum,

organisasi, dan masyarakat dalam peran sebagai administrator publik, tetapi

responsibilitas subjektif berakar pada keyakinan tentang kesetiaan, hati nurani, dan

identifikasi. Responsibilitas subjektif dalam melaksanakan peran administrasi

mencerminkan jenis etika profesi yang dikembangkan melalui pengalaman pribadi.

Percaya untuk mentaati hukum sehingga didorong oleh hati nurani untuk bertindak

dengan cara tertentu, bukan karena diwajibkan oleh supervisor untuk melakukannya

atau hukum itu sendiri tetapi karena dorongan batin yang terdiri dari keyakinan, nilai-

nilai, dan karakter yang kemudian dipahami sebagai kecenderungan untuk bertindak

dengan cara tertentu. Responsibilitas subjektif menyangkut tingkat kesetiaan, nilai-

nilai, dan juga karakteristik.

Perasaan dan keyakinan tentang tanggung jawab kepada seseorang atau sesuatu

yang muncul dari proses sosialisasi. Hal tersebut adalah manifestasi dari nilai-nilai,

sikap, dan keyakinan yang telah diperoleh dari keluarga, sekolah, masyarakat, agama,

teman, pelatihan profesional, dan keterlibatan di dalam organisasi.

Tanggung jawab subjektif berakar pada keyakinan yang menentukan dasar

dalam bertindak yang disebut sebagai nilai-nilai, lebih atau kurangnya dijabarkan

sebagai prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip ini menghubungkan nilai-nilai di dalam

melakukan sesuatu. Ketika menghadapi masalah dan isu-isu, nilai-nilai, dan prinsip-

prinsip yang terkait menimbulkan perasaan dan kecenderungan untuk berperilaku

dengan cara tertentu, atau untuk mencari pemenuhan dari beberapa tujuan tertentu.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Definisi Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat

dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. (Singarimbun dan

Efendi,2009:17). Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti mengemukakan

definisi dari konsep penelitian ini adalah:

1. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di

Lingkungan kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal dalam hal pelayanan pembuatan E-KTP dan KK untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Responsibilitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengatur sejauhmana

pemberian layanan telah berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan

atau prosedur yang telah di atur. Responsibilitas mengukur tingkat pastisipasi

pemberi layanan melaksanakan tugasnya. Responsibilitas adalah ukuran yang

menunjukkan sejauh mana proses pemberian pelayanan publik dilakukan sesuai

dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang

benar telah ditetapkan.

Yang menjadi indikator dalam mengukur responsibilitas antara lain :

1. Objective responsibility

a. Bertanggung jawab atas pimpinan dalam hukum yang berlaku.

b. Bertanggung jawab terhadap atasan dan bawahan.

c. Bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


3. Subjective responsibility

a. Loyal

b. Nilai

c. Karakter

2.5 Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal. Oleh

karena itu, berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas, penulis

merumuskan hipotesis kerja: “responsibilitas yang dimiliki pelayan publikdalam

menjalankan kewajibannya pada pengurusan E-KTP dan KK di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandiling Natal, meliputi; Objective

responsibility dan Subjective responsibility.”

2.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari landasan teori, definisi konsep dan sistematika

penulisan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan

dalam penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian.

Serta berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian di

lapangan dan dokumen-dokumen yang akan dianalisis kemudian

memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi

kebijakan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang

bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam melalui

pengumpulan data atau informasi. Penelitian ini muncul karena adanya perubahan

paradigma sehingga dapat dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,

dinamis dan penuh makna. Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi,

2008:21) mendefinisikan metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara

sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat informan serta menganalisis kebenarannya

berdasarkan informasi yang diperoleh tentang subjective responsibility dan objective

responsibility.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal yang beralamat di Jl. Willem Iskandar No.11 Komplek

Perkantoran Bupati Lama Dalan Lindang, Panyabungan. Kantor Dinas Dukcapil

Universitas Sumatera Utara


terletak di Kecamatan Panyabungan. Kecamatan panyabungan merupakan ibukota

dari Kabupaten Mandailing Natal. Sebelumnya Dinas Dukcapil ini tergabung dengan

beberapa Dinas dengan nama Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga

Kerja dan Transmigrasi. Pada akhir tahun 2016 Dinas ini dibagi menjadi tiga bagian

sehingga Dinas Dukcapil berdiri sendiri. Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil memiliki tugas dan fungsi untuk memenuhi hak masyarakat Kabupaten

Mandailing Natal dalam pemenuhan surat-surat yang berkaitan dengan dokumen

administasi kependudukan termasuk dalam pelaksanaan pelayanan pendaftaran

penduduk, pencatatan sipil, pemanfaatan data dan dokumen kependudukan.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015 jumlah

penduduk di Kabupaten Mandailing Natal adalah sebanyak 430.894 jiwa dengan

rincian 211.506 jiwa laki-laki dan 219.388 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin

terhitung sebanyak 96,41.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun

sampel. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan

sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiono, 2005: 297). Informan adalah

seorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu

yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa

pertanyaan, keterangan atau data-data yang dapat membangun dalam memenuhi

Universitas Sumatera Utara


persoalan atau permasalahan. Menurut Bagong Suyanto (2005: 172), informan

penelitian terdiri dari beberapa macam, yaitu:

1. Informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun yang

menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas/Sekretaris

kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan Camat Panyabungan

Kabupaten Mandailing Natal.

2. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang sedang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam

penelitian ini adalah Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan,

Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil, Kepala Seksi Pendataan

Kependudukan, dan petugas pelayanan E-KTP dan KK di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal berjumlah

lima orang.

3. Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang berurusan dengan pelayanan E-KTP dan KK di Kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal

berjumlah sepuluh orang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 : Informan Penelitian

Informasi yang
No Informan Penelitian
dibutuhkan
Tanggung jawab bawahan
Informan Kepala/Sekretrasi Dinas kepada pimpinan terhadap
1 kunci (key Dukcapil dan Camat 2 hukum yang berlaku
informan) Panyabungan dalam pengurusan E-KTP
dan KK
bertangguang jawab
Kabid, kasi, dan Petugas terhadap atasan dan
Informan bawahan dalam
2 pelayanan E-KTP dan 5
utama melaksanakan pelayanan
KK pengurusan E-KTP dan
KK
Masyarakat yang Tanggungjawab pegawai
berurusan dengan untuk melayani
Informan kepentingan publik dalam
3 pelayanan E-KTP dan 10
tambahan hal pengurusan E-KTP dan
KK di Kantor Dinas
KK
Dukcapil
Jumlah 17
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder yang terkait dengan subjective responsibility dan objective responsibility,

yaitu:

1. Metode pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui kegiatan penelitian secara langsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian

ini akan dilakukan dengan :

a. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara

langsung oleh pewawancara (pengumpul data tentang subjective responsibility

dan objective responsibility) kepada informan, jawaban-jawaban informan

Universitas Sumatera Utara


dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Teknik wawancara

dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca

dan menulis, termasuk anak-anak. Wawancara juga dapat dilakukan dengan

telepon. (Adimihardja, 1995: 67)

b. Pengamatan (Observasi)

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini

diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

(Adimihardja, 1995: 69)

2. Metode penelitian data sekunder yaitu data yang tidak secara langsung dari objek

penelitian yang terdiri dari :

a. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan


literatur seperti buku, karya ilmiah, laporan penelitian, dan sumber-sumber
bacaan lainnya.
b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang menggunakan catatan-

catatan dan rekaman video yang ada dilokasi penelitian atau pada sumber-

sumber lain yang terkait dengan objek penelitian, seperti SOP, flowchart,

proses pemberian pelaporan, dan sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan,

memanipulasi serta menyingkatkan data ke dalam konsep objective responsibility dan

subjective responsibility sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari gejala

Universitas Sumatera Utara


yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul,

mempelajari data yang tersedia, menelaah, menyusunnya dalam satu satuan,

kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta

menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk

membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006: 247). Beberapa langkah yang harus

dilalui dalam melakukan analisis, yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang

penting tentang penelitian objective responsibility dan subjective responsibility

dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data
berikutnya.Tetapi apabilakesimpulan yang diketemukan pada awal didukung oleh
bukti-buktiyang valid dan konsisten pada saat di lapangan untuk mengumpulkandata,
maka kesimpulan yang dikeluarkan merupakan kesimpulan
yang kredibel sehingga dengan kesimpulan ini diharapkan dapatmenemukan temuan
baru yang sebelumnya belum ada. Temuandapat berupa deskripsi apa gambaran suatu
objek yang sebelumnyamasih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

BAB IV

Universitas Sumatera Utara


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah

4.1.1 Administrasi dan Geografi Wilayah

Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina adalah sebuah kabupaten

di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada

tanggal 9 Maret 1999.

Kabupaten Mandailing Natal beribukota di Panyabungan. Kecamatan

Panyabungan terdiri dari 23 Kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal

adalah 662.070 ha atau 9,24% dari wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Secara geografis, Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 0o 10’-1° 50'

LintangUtara dan 98° 50'-100° 10' Bujur Timur yang merupakan daerah kabupaten

palingselatan dari wilayah Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung

denganProvinsi Sumatera Barat dan Samudera Indonesia. Secara lengkap

batasadministrasi wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah sebagaiberikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan

KabupatenPasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

Administrasi Wilayah Kabupaten Mandailing Natal terdiri atas 23

Kecamatan,27 Kelurahan dan 377 Desa. Adapun nama kecamatan, ibukota

kecamatan, luaswilayah, jumlah desa, dan kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1
Administrasi Wilayah Kabupaten Mandailing Natal
Ibukota Luas Wilayah Jumlah
No Nama Kecamatan
Kecamatan (Ha) Kel Desa
1 Siabu Siabu 34.536,48 2 26
2 Bukit Malintang Malintang Jae 12.743,52 - 11
3 Panyabungan Utara Mompang 6.372,64 1 11
4 Huta bargot Bangun Sejati 11.620,97 - 14
5 Panyabungan Panyabungan 25.977,43 9 30
6 Panyabungan Timur Gunung baringin 39.787,40 1 14
7 Panyabungan Barat Longat 8.721,83 1 9
8 Panyabungan Selatan Tanobato 8.759,72 1 10
9 Lembah SorikMarapi Pasar Maga 3.472,57 1 8
10 Puncak Sorik Marapi Sibanggor Tonga 5.553,79 - 11
11 Tambangan Laru 15.859,86 1 19
12 Kotanopan Kotanopan 32.514,72 2 34
13 Ulu Pungkut Huta Godang 29.519,06 1 12
14 Muarasipongi Muarasipongi 13.570,31 1 15
15 Pakantan Pakantan 9.359,69 - 8
16 Batang Natal Muarasoma 65.150,99 1 30
17 Lingga Bayu Simpang Gambir 19.267,50 2 17
18 Ranto Baek Manisak 15.271,52 - 18
19 Batahan Batahan 49.707,30 1 17
20 Sinunukan Sinunukan III 17.263,70 - 14
21 Natal Natal 93.537,00 2 28
22 Muara Batang Gadis Singkuang 143.502,00 - 14
23 Naga Juang Banua Simanosor - 7
Total 662.070,00 27 377
Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal

4.1.2 Demografi

Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari 23 Kecamatan dengan kepadatan

penduduk sebanyak 62 jiwa/ Km² dan rata-rata penduduk per desa sejumlah 1.010

jiwa. Sensus penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah laki-laki

sebanyak 199.037 jiwa dan perempuan sebanyak 205.908 jiwa atau dengan total

404.905jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata 0,9% per tahun.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian jumlah penduduk Mandailing Natal pada tahun 2012 adalah 410.931

jiwa dengan rincian : jumlah laki-laki sebanyak 201.686 jiwa dan perempuan

sebanyak 209.245 jiwa. Dengan demikian sex ratio terhitung sebesar 96,39. Artinya,

perbandingan antara penduduk perempuan dengan laki-laki adalah 100 banding

96.Pada tahun 2012, laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Mandailing Natal

adalah 0,54%. Terdapat 97.566 KK dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak

4,21.

Dari data BPS Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015 menunjukkan

jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal adalah sebanyak 430.894 dengan

rincian jenis kelamin laki-laki sebanyak 211.506 jiwa dan jenis kelamin perempuan

sebanyak 219.388 jiwa. Rasio jenis kelamin terhitung sebanyak 96,41, rata-rata

kepadatan penduduk 65 dan rata-rata penduduk 1.059.

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin, dan
Kecamatan 2015

Jenis Kelamin Rasio


Laki-laki +
Jenis
Kecamatan Perempuan
Laki- Perempuan Kelamin
laki

[1] [2] [3] [5] [6]


1. Batahan 9426 9240 18666 102,01
2. Sinunukan 8353 8027 16380 104,06
3. Batang Natal 12059 12001 24060 100,48
4. Lingga Bayu 12079 11864 23943 101,81
5. Ranto Baek 6046 5940 11986 101,78
6. Kota Nopan 13465 14464 27929 93,09
7. Ulu Pungkut 2222 2292 4514 96,95
8. Tambangan 5676 6534 12210 86,87
9. Lembah Sorik Marapi 8263 8329 16592 99,21

Universitas Sumatera Utara


10. Puncak Sorik Marapi 4085 4370 8455 93,48
11. Muara Sipongi 5113 5169 10282 98,92
12. Pakantan 1138 1141 2279 99,74
13. Panyabungan 39911 42557 82468 93,78
14. Panyabungan Selatan 4784 5220 10004 91,65
15. Panyabungan Barat 4462 5021 9483 88,87
16. Panyabungan Utara 10312 10950 21262 94,17
17. Panyabungan Timur 6339 6745 13084 93,98
18. Huta Bargot 3015 2956 5971 102,00
19. N a t a l 14631 14442 29073 101,31
20. Muara Batang Gadis 8258 8165 16423 101,14
21. S i a b u 24274 26087 50361 93,05
22. Bukit Malintang 5665 5920 11585 95,69
23. Naga Juang 1930 1954 3884 98,77
Mandailing Natal 2015 211506 219388 430894 96,41
2014 209401 216981 426382 96,51
Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal

Motto daerah adalah:” Madina yang Madani “. Pengertian motto daerah Madina

yang madani adalah:

1. Madina yaitu singkatan atau akronim dari Mandailing Natal yang merupakan

wilayah/adat kabupaten daerah tingkat II Mandailing Natal.

2. Madani yaitu masyarakat yang hidup rukun, tentram, cukup sosial dan

mempunyai jiwa membangun yang cukup tinggi serta terbuka menerima

peraturan.

3. Madina adalah kependekan dari kata makmur, aman, damai, indah, nyaman

dan asri.

4.1.3 Sejarah Singkat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal

Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Mandailing Natal No. 188.45/24/Tahun

2001 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial,

Universitas Sumatera Utara


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Mandailing Natal maka terbentuklah

Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan Keputusan Bupati Mandailing Natal

Nomor 22/PW/2008 bertugas melaksanakan urusan pemerintahan daerahberdasarkan

asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 3 ayat (1) ) di daerah Kabupaten

Mandailing Natal.

Menjelang akhir tahun 2016 Pemerintah Kabupaten mandailing Natal

melakukan restrukturisasi antara SKPD yang diharapkan dapat memberikan hasil

yang lebih maksimal di lingkungan kerja yang pada akhirnya Pemerintah Kabupaten

Mandailing Natal merasa pas jika Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Sosial,

Tenaga Kerja dan Transmigrasi di pisah menjadi 3 dinas, dan untuk mendelegasikan

SUORTA tersebut Pemerintah Kabupaten Mandailing mengeluarkan Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Orgasnisasi dan Tata Kerja

Dinas Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal

4.1.4.1 Visi

Terwujudnya Pelayanan Administrasi Kependudukan yang Berkualitas dan

Percepatan Kepemilikan/Kelengkapan Administrasi Kependudukan bagi masyarakat

di Kabupaten Mandailing Natal. Adapun penjelasan visi adalah sebagai berikut:

1. Administrasi Kependudukan yang berkualitas adalah terwujudnya kondisi

masyarakat dimana telah memahami akan pentingnya memiliki identitas

Universitas Sumatera Utara


diri/akta catatan sipil sehingga didapatkan data kependudukan yang valid,

akurat, dan akuntabel.

2. Proses pelayanan dan penerbitan dokumen administrasi kependudukan

terlaksana dengan cepat dan tepat sasaran.

4.1.4.2 Misi

1. Meningkatkan sistem penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil untuk menghimpun data penduduk, baik melalui pelayanan reguler,

pelayanan keliling serta pelayanan hari sabtu.

2. Menertibkan identitas dan mensyahkan perubahan status dalam rangka

mewujudkan tertib administrasi.

3. Melakukan Program Kerjasama dengan instansi lainnya terkait penggunaan

data kependudukan.

4.1.5 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

1. Tugas Pokok

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal

mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang

kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas

perbantuan.

2. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Dinas

Kependudukan dan Pecantatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal mempunyai

fungsi:

a. Penyusunan program dan anggaran

Universitas Sumatera Utara


b. Pengelolaan keuangan

c. Pengelolaan perlengkapan, urusan tata usaha, rumah tangga dan barang

milik negara

d. Pengelolaan urusan ASN

e. Penyusunan perencanaan di bidang pendaftaran penduduk, pencatatan

sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan, kerja sama

administrasi kependudukan, pemanfaatan data dan dokumen

kependudukan serta inovasi pelayanan administrasi kependudukan

f. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendaftaran penduduk, pencatatan

sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan, kerjasama,

pemanfaatan data dan dokumen kependudukan serta inovasi pelayanan

administrasi kependudukan

g. Pelaksanaan pelayanan pendaftaran penduduk

h. Pelaksanaan pelayanan pencatatan sipil

i. Pelaksanaan pengelolaan informasi administrasi kependudukan

j. Pelaksanaan kerja sama administrasi kependudukan

k. Pelaksanaan pemanfaatan data dan dokumen kependudukan

l. Pelaksanaan inovasi pelayanan adminsitrasi kependudukan

m. Pembinaan, koordinasi, pengendalian biadang administrasi kependudukan

n. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil, dan

o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


3. Struktur Organisasi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal

terdiri dari:

1. Unsur Pimpinan, yaitu: Kepala Dinas

2. Unsur Staf, yaitu: Sekretaris Dinas yang terdiri dari : Sub Bagian

Perencanaan, Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian

3. Unsur Pelaksana, yaitu:

a. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk yang terdiri dari: Seksi

Identitas Penduduk, Pindah Datang Penduduk, dan Seksi Pendataan

Penduduk

b. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil yang terdiri dari: Seksi Kelahiran,

Seksi Perkawinan dan Perceraian, dan Seksi Perubahan Status Anak,

Pewarganegaraan dan Kematian

c. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan yang

terdiri dari: Seksi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, Seksi

Pengelolaan dan Penyajian Data Kependudukan, dan Seksi Tata

Kelola dan Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi dan

Komunikasi

d. Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan yang terdiri dari:

Seksi Kerjasama, Seksi Pemanfaatan Data dan Dokumen

Kependudukan, dan Seksi Inovasi Pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Sumber Daya SKPD

1. Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.3
Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 S3/S2 3
2 S1 12
3 D3 -
4 SLTA 8
5 SLTP -
6 SD -
Jumlah 23

2. Jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan perjenjangan

Tabel 4.4
Jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan perjenjangan

No Nama Pelatihan Perjenjangan Jumlah


1 ADUM/PIM IV -
2 SPAMA/PIM III 1
3 SPAMEN/PIM II 1
Jumlah 1

3. Jumlah pegawai berdasarkan golongan

Tabel 4.5
Jumlah pegawai berdasarkan golongan

No Golongan Jumlah
1 IV 5
2 III 11
3 II 7
4 I -
Jumlah 23

Universitas Sumatera Utara


4. Jumlah pegawai yang menduduki Eselon dan Staf

Tabel 4.6
Jumlah pegawai yang menduduki Eselon dan Staf

No Jabatan Jumlah
1 Eselon II 1
2 Eselon III 3
3 Eselon IV/a 9
4 Eselon IV/b -
5 Staf ASN 10
6 Staf Honorer 30
Jumlah 53

4.2 Responsibilitas Pelayanan Publik dalam pengurusan E-Ktp dan KK

Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang akuntabilitas dan

responsibilitas pelayanan publik dalam pengurusan e-KTP dan KK di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal. Setelah diadakan

penelitian dan pengumpulan data di lapangan, baik melalui wawancara, pengamatan

(observasi), studi kepustakaan, dan studi dokumentasi langsung maka diperoleh

berbagai data dari informan dalam kaitannya dengan responsibilitas pelayanan publik

dalam pengurusan e-KTP dan KK Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Mandailing Natal.

Dalam mewujudkan pemberian pelayanan yang baik dan mampu memenuhi

keinginan masyarakat terhadap pemberian pelayanan publik yang diberikan,

diperlukan adanya akuntabilitas dan responsibilitas atau tanggung jawab seorang

pelayan publik untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Objective responsibility dan

Subjective responsibility berkaitan dengan pertanggungjawaban pelayan publik ketika

Universitas Sumatera Utara


memberikan pelayanan yang berjalan berdasarkan tugas, fungsi dan kebijakan yang

berlaku terkait dengan Objective responsibility dan Subjective responsibility

sehingga dalam memberikan pelayanannya dapat menghasilkan pelayanan yang baik

dan memuaskan masyarakat.

Dengan demikian, indikator yang digunakan untuk mengukur responsibilitas

pelayan publik dalam memberikan pelayanan publik terhadap masyarakat pada

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal

adalah dilihat dari 2 (dua) tipe responsibilitas menurut Frederick Mosher, yaitu

Objective responsibility dan Subjective responsibility.

4.2.1 Objektif Responsibility

Indikator ini mencakup hal-hal eksternal yang menjadi faktor dan dorongan

seorang pemberi layanan melakukan tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas

dan fungsinya ketika memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Adapun tiga

hal yang menjadi faktor utama dalam objektif responsibilitas ini adalah :

4.2.1.1 Bertanggung jawab kepada pimpinan dalam hukum yang berlaku

Indikator ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada pimpinan dengan

mematuhi peraturan yang berlaku di dalam organisasi. Seseorang dianggap perlu

untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan keinginan pimpinan melalui peraturan

atau ketentuan yang ditetapkan di dalam organisasi. Indikator ini mencakup

pertanggungjawaban seluruh sumber daya yang terkait di lingkungan Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal untuk mematuhi

kebijakan dan ketentuan yang berlaku di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Universitas Sumatera Utara


Sipil. Dalam pemberian pelayanan publik pengurusan e-KTP dan KK di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal terdapat tugas dan

fungsi masing-masing dari setiap unsur yang terkait. Setiap pemberi layanan harus

menjalankan ketentuan yang berlaku di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil dan kantor camat sebagai perpanjangan tangan dari kantor dinas.

Kebijakan dan ketentuan yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal dilaksanakan sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing. Dokumen yang menjadi pedoman para pegawai maupun

atasan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat antara lain ialah:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah,

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan,

3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

4. Peraturan Presiden Nomor 25 tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil

5. Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Penduduk

Berbasis Nomor Induk Kependudukan Skala Nasional

6. Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2013 Tentang Penerapan Kartu Penduduk

Berbasis Nomor Induk Kependudukan Skala Nasional

7. Keputusan Menteri PAN No. 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/26/M.PAN/2/2004

Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Universitas Sumatera Utara


9. Surat Menteri Dalam Negeri nomor: 474.4/2292/MD tanggal 16 September 2005

Tentang Pedoman Pelayanan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk

10. Surat Edaran Nomor 470/295/SJ tanggal 29 Januari 2016 perihal KTP Elektronik

(KTP-el) Berlaku Seumur Hidup, ditujukan kepada para Menteri Kabinet Kerja

dan para pimpinan lembaga non kementerian.

11. Surat Edaran Nomor 470/296/SJ tanggal 29 Januari 2016 perihal KTP Elektronik

(KTP-el) Berlaku Seumur Hidup, ditujukan kepada para Gubernur dan

Bupati/Walikota seluruh Indonesia.

12. Serta beberapa Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal

Peraturan dan perundang-undangandi atas merupakan pedoman dan acuan

dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing pemberi layanan. Selain

beberapa peraturan di atas, kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing natal juga memiliki ketentuan di kantor yang mengikat semua

pegawai yaitu berupa tata tertib seperti jadwal kantor. Salah satu ketentuan kantor

dinas dukcapil kabupaten Mandailing Natal adalah jadwal pelayanan. Jadwal

pelayanan di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal antara lain:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 : Jadwal Jam Pelayanan

No Hari Pukul
1 Senin – Kamis 08.00 – 12.30
2 Istirahat 12.30 – 13.30
3 13.30 – 15.00
4 Jumat 08.00 - 12.00
5 Istirahat 12.30 – 14.00
6 14.00 - 15.30
7 Sabtu 09.00 – 12.00
Sumber: Dinas Dukcapil Kabupaten Mandailing Natal

Jadwal di atas merupakan tata tertib yang menjadi ketentuan di kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal. Selain dari tata

tertib di atas, pegawai kantor juga terkadang pulang lebih lama dari jadwal yang telah

ditetapkan. Di saat banyaknya masyarakat yang membutuhkan pelayanan tidak jarang

pegawai pulang malam karena harus menghabiskan nomor antrian yang telah

dibagikan serta menyelesaikan pekerjaannya.

Setiap pegawai bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Semua harus sejalan dengan peraturan dan ketentuan yang telah dibuat guna untuk

mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan kepada pimpinan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dalam menjalan tugas sudah seharusnya mengikuti tata tertib yang berlaku

serta mengikuti peraturan perundang-undangan. Dari beberapa tata tertib yang ada di

kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal sudah

dilaksanakan meskipun belum semuanya maksimal.

Universitas Sumatera Utara


Adanya kebijakan di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal yang perlu dipatuhi setiap pegawai/staf, atasan, dan

pelaksana yang diungkapkan dalam wawancara terhadap Bapak Sekretaris Dinas:

Kita punya ketentuan dan tata tertib. Penyelenggaraan pelayanan publik yang
diterapkan di kantor dinas harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Karena setiap apa yang kita laksanakan itu kan memang harus sesuai dengan
perundang-undangan, dan penting itu menerapkan akuntabilitas dan responsibilitas.
Dan tata tertib yang kita laksanakan bukan hanya bersumber pada perundang-
undangan, tetapi peraturan dari sekda juga kita jalankan. 1

Kemudian kepala seksi bagian pendataan penduduk lebih memperjelas lagi

tentang kebijakan-kebijakan yang menjadi pedoman bagi setiap pegawai dan atasan

yang ada di Kantor Dinas dukcapil :

UU yang menjadi pedoman kami adalah UU No. 23 tahun 2006 dan UU No.
24 tahun 2013 tentang adminitrasi kependudukan. Dan masih ada juga peraturan
bupati tentang pelayanan administrasi kependudukan. Di dalam UU membahas
tentang e-KTP seumur hidup Pasal 64 ayat 7. Beberapa e-KTP ada yang masa
berlakunya sampai tahun 2017, tetapi sebenarnya itu sudah ada edaran bahwa seluruh
e-KTP sudah berlaku seumur hidup walaupun di e-KTP tersebut tertera masa
berlakunya. Jadi E-ktp yang kita miliki sekarang tidak harus di ganti dengan masa
berlaku yang seumur hidup walaupun ada masa berlakunya, kecuali apabila ada
perubahan data. Misalnya, perubahan status dari belum menikah menjadi menikah
atau mungkin perubahan data lainnya, dan kerusakan maka wajib e-KTPnya diganti. 2

Selain itu, kebijakan dan ketentuan yang ada di Kantor Kecamatan

Panyabungan mengikuti peraturan perundang-undangan serta peraturan dari

pemerintah daerah, termasuk tentang Koordinasi antara Kantor Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal dengan kantor kecamatan. Adanya

pendelegasian wewenang dalam menjalankan tugas.

1
Hasil wawancara penulis dengan Bpk MHD, tanggal 08 Februari 2017
2
Hasil wawancara penulis dengan Bpk IE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil wawancara dengan Camat Panyabungan terkait penyelenggaraan

pelayanan publik khususnya pelayanan E-KTP dan KK di kantor Camat yang

kemudian di teruskan ke Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal. Bpk HS sebagai Camat Panyabungan menyatakan:

Mengenai kebijakan dan ketentuan yang ada di kantor camat ini disesuaikan
dengan undang-undang yang berlaku. Misalnya ketentuan yang telah dilaksanakan itu
seperti pendelegaian wewenang setiap urusan harus dimulai dari tingkat bawah
kemudian ke tingkat atas. Setiap kegiatan pengurusan surat-menyurat administrasi
kependudukan harus selalu di mulai dari tingkat Desa/kelurahan – kecamatan - Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Alur yang diberikan harus disesuaikan karena
dalam format formulir untuk surat pengantar juga sudah disebar kesetiap
desa/kelurahan sehingga masyarakat harus mengikuti alur tersebut. 3

Beberapa hal yang kemudian diungkapkan oleh pegawai kantor Camat dan

kantor dinas bahwa setiap menjalankan tugas ada ketentuan kantor yang mengikat

dan wajib untuk dipatuhi agar tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan tugas

maupun saat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan dan peraturan di

kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dianggap penting untuk dijalankan

dan dipatuhi. Berikut beberapa kutipan wawancara yang memperjelas bahwa adanya

kebijakan dan ketentuan kantor yang harus dipatuhi dan penting untuk mewujudkan

pelayanan yang baik :

Pernyataan Ny. SE kepala bidang pelayanan pencatatan sipil :

Setiap pegawai wajib menjalankan peraturan yang telah di buat di kantor ini.

Baik jadwal hadir maupun cara melayani masyarakat. Semua sudah ada aturan dan

tata tertibnya. Jadi wajib dilaksanakan. 4

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh pegawai, Bpk. HP :

3
Hasil wawancara penulis dengan bapak HS, tanggal 26 januari 2017
4
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Disini kita wajib mengikuti kebijakan yang diberlakukan, semua harus sesuai
dengan prosedur. Apalagi sekarang sabtu kami juga tetap bekerja untuk menghindari
antrian masyarakat yang mengurus e-KTP dan KK. Kalau hari-hari biasa pernah juga
pulang malam kalau nomor antrian panjang. 5

Setiap unsur yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing, begitu

juga dengan setiap unsur pelaksana memiliki bidang pelayanan masing-masing. Ada

ketentuan kantor yang berlaku secara nasional dan ada ketentuan yang berasal dari

organisasi serta ketentuan lain yang merupakan kebijakan dari pimpinan.

Ketentuan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal ada yang bersifat umum dan khusus. Ketentuan bersifat umum

adalah ketentuan dan kebijakan pimpinan yang mengikat kepada seluruh bagian di

dalam kantor seperti jadwal kerja dan tata tertib kantor. Sedangkan yang bersifat

khusus adalah SOP (standar operasional prosedur) dan juga uraian tugas resmi setiap

bagian. Secara khusus yaitu pelayanan yang diberikan pada bidang pelayanan

pendaftaran penduduk, bidang pelayanan pencatatan sipil, bidang pengelolaan

informasi, dan bidang pemanfaatan data dan inovasi pelayananmemiliki perbedaan

karena semua bagian memiliki tugas masing-masing dalam menjalankan tugas dan

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaan tugas, Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, meliputi

: Seksi Identitas Penduduk, Seksi Pendataan Penduduk, dan Seksi Pindah Datang

Penduduk. Untuk menyelenggarakan fungsi, Bidang Pelayanan Pendaftaran

Penduduk mempunyai tugas :

5
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. HP, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


1. menyusun rencana kegiatan Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

2. merumuskan kebijakan teknis di bidang pelayanan pendaftaran

kependudukan;

3. merumuskan rencana umum penyerasian dan harmonisasi kebijakan

kependudukan antar dan dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah;

4. merumuskan rencana umum kebijakan penyelenggaraan kerja sama

administrasi kependudukan;

5. menyusun rencana dan penetapan kinerja bidang pelayanan pendaftaran

kependudukan;

6. menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan pendaftaran penduduk

kependudukan;

7. menyusun bahan pembinaan administrasi kependudukan;

8. melaksanakan penatausahaan administrasi kependudukan;

9. menyiapkan bahan dan pelaksanaan penyuluhan di bidang kependudukan;

10. melaksanakan koordinasi pendaftaran penduduk;

11. melaksanakan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi, dan

konsultasi;

12. melaksanakan pendaftaran penduduk; termasuk dalam pembuatan E-KTP dan

KK

13. menyelenggarakan dan penatausahaan administrasi kependudukan;

14. melaksanakan pelayanan administrasi kependudukan;

15. melaksanakan pengendalian dan pelaksanaan norma, standar, pedoman, dan

petunjuk operasional di bidang pelayanan pendaftaran kependudukan;

Universitas Sumatera Utara


16. melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk; dan

17. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan lingkup tugas dan

fungsinya.

Selain itu, beberapa yang menjadi SOP (Standar Operasional Procedure)

dalam mempertanggungjawabkan terhadap perundang-undangan adalah Undang-

Undang dan KEPMEN yang mengatur mengenai waktu pelayanan, biaya pelayanan,

dan alur pelayanan serta lama waktu pelayanan. Setiap jenis pelayanan baik

pengurusan e-KTP maupun KK dan pengurusan surat-surat kependudukan lainnya

sudah memiliki ketentuan sendiri dalam pemberian pelayanan baik waktu, biaya, dan

prosedur pelayanan. Setiap pegawai kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Mandailing Natal wajib melaksanakan tugas dan memberikan

pelayanan kepada masyarakat berdasarkan SOP yang berlaku.

1. Waktu Pelayanan

Setiap pemberi layanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

harus sesuai dengan yang telah di tetapkan. Waktu penyelesaian yang ditetapkan

sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan. Waktu pelayanan dan penyelesaian harus efisien, adanya keterbukaan

mengenai waktu dan proses pelayanan. Jangka waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan sudah jelas dan

diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk mengetahui pelayanan

dari segi waktu pelayanan yang ada di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Mandailing Natal, maka penulis melakukan wawancara dengan

Universitas Sumatera Utara


beberapa orang pegawai dan masyarakat. Beberapa wawancara terkait dengan waktu

pelayanan:

Bpk. I.E Kepala Seksi Pendataan Penduduk:

Dalam penyelesaian e-KTP dan KK selalu tepat waktu sesuai dengan yang di
janjikan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangaan. Kalau di undang-undang
sudah jelas dibuat bahwa waktu penyelesaian adalah sehari dan selambat-lambatnya
selama 14 hari. Biasanya terjadi keterlambatan dalam penyelesaian dikarenakan
kehabisan blangko untu, itu terjadi di seluruh wilayah Indonesia bukan hanya di
Kabupaten ini saja. Belakangan ini juga sedang terjadi pertukaran posisi jabatan,
jabatan Kepala Dinas masih kosong jadi belum ada yang menandatangani untuk KK,
hal itu juga kami sampaikan kepada masyarakat yang mengurus e-KTP dan KK. 6

Dalam undang-undang sudah diatur mengenai waktu penyelesaian untuk

menyelesaikan surat-surat administrasi kependudukan bahwa dalam penyelesaiannya

adalah sehari dan paling lambat adalah 14 hari. Hal tersebut sedang di upayakan oleh

setiap unsur yang ada di kantor dinas agar penyelesaian bisa sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Bahkan kantor dinas Dukcapil sedang mengupayakan

pelayanan “one day service” agar masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan.

Untuk melihat apakah pertanggungjawaban dari segi waktu penyelesaian

dokumen administrasi kependudukan terutama e-KTP dan KK sudah dilaksanakan

dengan baik, maka penulis melakukan wawancara dengan masyarakat yang mengurus

e-KTP dan KK di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal.

Wawancara dengan Ny. Fr, masyarakat yang mengurus KK, menyatakan

bahwa:

6
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. I.E Kepala Seksi Pendataan Penduduk, tanggal 07 Februari
2017

Universitas Sumatera Utara


Selama saya mengurus surat-surat seperti e-KTP dan KK selesainya selalu

seperti yang di harapkan. Kalau dibilang selesai seminggu ya selesainya kadang bisa

lebih cepat. 7

Untuk mempertegas hal tersebut, wawancara dilakukan dengan masyarakat

lain yang mengurus e-KTP dan KK yaitu Bapak IN, menyatakan bahwa:

Waktu penyelesaian saat saya mengurus KK tidak lama, hanya tiga hari.

Menurut saya tiga hari cepat. Tapi untuk E-KTP lama, katanya blangko habis, baru

adanya nanti bulan maret, ini hanya dikasih resi dulu untuk sementara. 8

Berikut kutipan wawancara dengan masyarakat yang berpendapat sama, yaitu

Ny. EH yang mengurus e-KTP:

Waktu penyelesaian menurut saya sudah tepat waktu. Kalau tidak salah, saya

waktu mengurus e-KTP selesai dalam waktu satu minggu. Sudah lumayan cepat. 9

Selain itu, hasil kutipan wawancara dengan masyarakat yang mengurus e-

KTP, yaitu Bapak AN:

Waktu penyelesaian lama. Yang katanya ini itunya tidak ada, belum

ditandatangani dan lain-lain. 10

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan

pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal dalam segi waktu pelayanan yang diberikan sudah dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu waktu pelayanan paling cepat

7
Hasil wawancara penulis dengan .Ny Fr, masyarakat yang mengurus KK, tanggal 01 Februari 2017
8
Hasil wawancara penulis dengan Bpk IN, tanggal 03 Februari 2017
9
Hasil wawancara penulis dengan Ny. EH, tanggal 04 Februari 2017
10
Hasil wawancara penulis dengan Bapak AN, 03 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


selesai sehari dan selambat-lambatnya selama 14 hari. Walaupun masih terdapat

keluhan dari masyarakat tentang waktu penyelesaian e-KTP akibat blangko yang

kosong tetapi masyarakat tetap diberikan resi untuk sementara sebagai pengganti e-

KTP yang berlaku selama enam bulan dari mulai permohonan dan pengurusan yang

diajukan oleh masyarakat yang bersangkutan. Dari kutipan wawancara tersebut maka

dapat disimpulkan pegawai telah melaksanakan tugasnya dan bertanggungjawab

sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pelaksanaan pelayanan dapat diselesaikan

dalam kurun waktu yang telah ditentukan walaupun belum maksimal karena beberapa

kendala.

2. Biaya Pelayanan

Rincian biaya dalam pelayanan publik dan tatacara pembayarannya perlu

untuk diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dan penyelewengan oleh pelaksana

pelayanan publik atas kewenangan yang dimilikinya dan tidak menyesatkan

masyarakat. Semua biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya harus sesuai dengan

yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan. Rician biaya dan tatacara

pembayaran berbeda pada setiap produk yang dikeluarkan oleh setiap instansi. Setiap

urusan memiliki peraturan dan kebijakan masing-masing terutama pada setiap bidang

pelayanan dan produk pengurusan pelayanan yang dikeluarkan. Namun, dalam

pengurusan surat-menyurat administrasi kependudukan terutama pengurusan e-KTP

dan KK di dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 Pasal 79A telah dimuat

bahwa pengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan tidak dipungut biaya. Itu

artinya setiap instansi yang melaksanakan pelayanan penerbitan dokumen

Universitas Sumatera Utara


administrasi kependudukan tidak boleh melakukan pemungutan biaya apapun

terhadap masyarakat yang melakukan pengurusan e-KTP dan KK.

Untuk melihat pertanggungjawaban pegawai maupun tenaga yang langsung

berinteraksi melayani masyarakat dalam pengurusan e-KTP dan KK di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal, peneliti

melaksanakan wawancara dengan beberapa pegawai dan masyarakat. Berikut kutipan

wawancara dengan Bapak IE, Kepala Seksi pendataan penduduk e-KTP dan KK:

Di dalam Undang-Undang semua yang berurusan dengan pelayanan surat-

menyurat administrasi kependudukan termasuk penerbitan e-KTP dan KK gratis dan

tidak dipungut biaya apapun. 11

Selain itu, untuk mempertegas hal tersebut diatas bahwa dalam pengurusan e-

KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal tidak dipungut biaya, Kepala Dinas Dukcapil menjelaskan hal yang

sama:

Dia juga membantah adanya berita-berita terkait pengutipan yang dilakukan


oleh kantornya untuk pembuatan E KTP, namun dia tidak membantah ada agen-agen
yang menerima uang dari warga yang hendak mengurus E KTP di Kantornya padahal
pengumuman dan sosialisasi sudah kerap dilakukan bahwa pembuatan E KTP itu
tidak dipungut biaya. Kalau ada pegawai saya yang melakukan pengutipan silahkan
laporkan dan tunjukkan pada saya siapa orangnya. Biar saya yang akan
menindaknya. 12

Kepala Dinas Dukcapil Kab. Mandailing Natal menyebutkan agar pungli di

kantornya tidak terjadi lagi maka masyarakat yang melakukan pengurusan

administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil agar

11
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IE, tanggal 07 Februari 2017
12
Dikutip dari startfmmadina.com 26/08/2016

Universitas Sumatera Utara


menghindari calo. Beliau juga mengharapkan kepada masyarakat dalam pengurusan

administrasi kependudukan di kantor yang dipimpinnya untuk segera melaporkan

kepadanya bila ada oknum-oknum pegawai yang melakukan pengutipan dalam

pengurusan KTP, KK dan surat administrasi kependudukan lainnya.

Untuk lebih mendukung hasil wawancara dari pegawai dan Kepala Kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, maka penulis melaksanakan wawancara

dengan masyarakat yang sedang melakukan Pengurusan e-KTP dan KK di Kantor

Dukcapil.Kutipan wawancara dengan Bapak IN:

Biaya untuk mengurus E-KTP dan KK sebenarnya tidak ada. Tapi saya

kadang tetap kasih untuk tanda terimakasih karena sudah dibantu. 13

Dalam pengurusan e-KTP dan KK memang tidak dipungut biaya, namun

terkadang beberapa masyarakat tetap memberikan sejumlah uang untuk tanda

terimakasih kepada pegawai karena telah dibantu. Kemudian pernyataan lain

disebutkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak AW yang mengurus e-KTP dari

kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal:

Tidak ada dikenakan biaya untuk pembuatan e-KTP dan KK. 14

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak R, masyarakat yang melakukan

pengurusan KK bahwa:

Mengurus KK tidak ada bayar. 15

Berdasarkan kutipan wawancara dari beberapa masyarakat yang mengurus e-

KTP dan KK serta wawancara dengan Kepala Seksi pendataan yang menyebutkan

13
Hasil wawancara penulis dengan Bpk IN, 03 Februari 2017
14
Hasil wawancara penulis dengan Bapak AW yang mengurus e-KTP, tanggal 06 Februari 2017
15
Hasil wawancara penulis dengan Bapak R, tanggal 07 februari 2017

Universitas Sumatera Utara


tidak ada sama sekali pemungutan biaya dalam pengurusan kedua surat administrasi

kependudukan tersebut. Selain itu, Kepala Dinas juga menentang keras adanya

pegawai kantornya yang melakukan pemungutan biaya dalam melaksanakan tugas

sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat. Dari hal diatas dapat dilihat bahwa

pegawai maupun petugas Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal sudah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik

dengan tidak melakukan pemungutan biaya apapun dalam melayani kepentingan

masyarakat terkait pengurusan e-KTP dan KK.

Demi mewujudkan pelaksanaan pelayanan yang bebas dari pungutan liar di

depan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing

Natal membuat spanduk besar dengan bertuliskan :

“Kami Pelayan Bukan untuk Dilayani. Hindari Pungli. Diminta Kepada

Masyarakat Agar Tidak Menjanjikan Atau Memberi Bentuk Apapun Kepada

Pegawai/Petugas”

Dari hal tersebut diharapkan agar masyarakat sebagai penerima pelayanan

tidak memberikan biaya apapun kepada pegawai dan menyadarkan masyarakat bahwa

memberikan uang maupun bentuk lainnya adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Hal

tersebut dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran dan penyalahgunaan kekuasaan oleh

oknum-oknum pegawai maupun pihak lainnya. Karena di dalam undang-undang

sudah dijelaskan bahwa untuk pengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan

tidak di pungut biaya apapun.

Universitas Sumatera Utara


3. Prosedur Pelayanan

E-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat

sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi

informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya

diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan

(NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.

Informasi penduduk yang dicantumkan dalam e-KTP ditunjukkan pada layout

kasar. Struktur e-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan

pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan

transparan pada dua layer teratas. Chip memiliki antena didalamnya yang akan

mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali oleh

alat pendeteksi e-KTP sehingga dapat diketahui apakah berada di tangan orang yang

benar atau tidak.

Tahap pembuatan e-KTP, diantaranya:

1. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip

2. Pick and pressure, yaitu menempatkan chip di kartu

3. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang menyerupai

spiral)

4. Printing,yaitu pencetakan kartu

5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik

6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman

Penyimpanan data di dalam chip sesuai dengan standar internasional NISTIR

7123 dan Machine Readable Travel Documents ICAO 9303 serta EU Passport

Universitas Sumatera Utara


Specification 2006. Bentuk KTP elektronik sesuai dengan ISO 7810 dengan form

factor ukuran kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60 mm.

Fungsi dan kegunaan e-KTP adalah :

1. Sebagai identitas jati diri

2. Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk

pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya;

3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP;

4. Penerapan KTP berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan) telah sesuai dengan

pasal 6 Perpres No.26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk

Kependudukan Secara Nasional Jo Perpres No. 35 Tahun 2010 tentang perubahan

atas Perpres No. 26 Tahun 2009 yang berbunyi :

a. KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai

alat verifikasi dan validasi data jati diri penduduk;

b. Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata, tanda

tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan;

c. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam database

kependudukan;

d. Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan permohonan KTP berbasis NIK,

dengan ketentuan : Untuk WNI, dilakukan di Kecamatan; dan Untuk orang

asing yang memiliki izin tinggal tetap dilakukan di Instansi Pelaksana

Universitas Sumatera Utara


e. Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP berbasis NIK

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari telunjuk tangan kiri dan

jari telunjuk tangan kanan penduduk yang bersangkutan;

f. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

Prosedur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus sesuai

dengan peraturan yang telah ada. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan

dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

Selain itu, prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk yang diberikan kepada masyarakat

sebagai penerima layanan harus benar, tepat, dan sah.

Dalam menjalankan prosedur pelayanan terkadang masih terdapat pegawai

yang bekerja tanpa memperhatikan prosedur tetap ataupun hanya menyelesaikan

pekerjaan karena keterpaksaan dari pimpinan dan bukan karena rasa tanggungjawab

terhadap pekerjaan. Adapun dampak yang terjadi adalah terlambatnya pelayanan

yang diberikan terhadap masyarakat ataupun target pekerjaan tidak akan tercapai

sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan. Masih adanya pegawai yang

menunjukkan ketidakkonsistenan antara sistem dan prosedur pelayanan dengan

kenyataan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai aturan pelayanan.

Untuk memperjelas pelaksanaan pelayanan apakah sudah berjalan

berdasarkan kebijakan yang diterapkan di kantor Dinas Kependudukan dan

Universitas Sumatera Utara


Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal maka penulis melakukan wawancara

kepada masyarakat yang mendapatkan pelayanan pengurusan e-KTP dan KK tentang

prosedur dan alur pelayanan yang diberikan di kantor dinas dukcapil . Berikut kutipan

wawancara dengan Ny. Lina :

Alur pelayanan mudah, karena kan sebelumnya juga saya sudah tahu apa saja

persyaratan yang harus dibawa. 16

Alur dan prosedur yang mudah dipahami oleh masyarakat sangat penting

untuk diperhatikan oleh pegawai maupun petugas. Alur harus jelas, sederhana dan

tidak berbelit-belit. Penulis melakukan wawancara dengan masyarakat yang

mengurus e-KTP, Ny. NA menyatakan:

Pelayanan yang diberikan tidak susah, baik. Pas sampai kesana pegawai

langsung menanyakan apa yang diperlukan dan diberi penjelasan. 17

Kemudian untuk memperkuat pendapat tersebut, berkaitan tentang prosedur

dan alur pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal. Kutipan wawancara dengan Ny. EV, masyarakat yang mengurus e-

KTP menyatakan:

Alur dan prosedur untuk mengurus e-KTP mudah, hanya membawa fotokopi

KK saja lalu melakukan perekaman. 18

Dari beberapa hasil wawancara dengan masyarakat yang berkaitan dengan

prosedur dan alur pelayanan pengurusan e-KTP dan KK mengungkapkan bahwa

pelayanan yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

16
Hasil wawancara penulis dengan Ny. Lina, tanggal 03 Februari 2017
17
Hasil wawancara penulis dengan Ny. NA, tanggal 02 februari 2017
18
Hasil wawancara penulis dengan Nn. Ev, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Mandailing Natal sudah cukup mudah untuk dipahami masyarakat dan sederhana.

Prosedur pelayanan tidak rumit, dan produk dalam pelayanan cukup bagus. Karena

masyarakat tidak memiliki keluhan terkait alur, prosedur, dan tidak ada kesalahan

dalam pengurusan e-KTP dan KK. Berikut hasil wawancara dengan Ny. SE sebagai

kepala bidang pelayanan pencatatan sipil:

Alur tidak boleh memberatkan masyarakat. Pertama melakukan pendaftaran,


perekaman, pemeriksaan hasil kerja pegawai berupa data-data sesuai dengan KK,
pencetakan, dan pengambilan hasilnya biasanya seminggu. Dan langsung diberikan
kepada masyarakat yang mengambil ke dinas. 19

Alur dalam Pengurusan E-KTP dan KK

Alur pelayanan pengurusanE-KTP adalah:

1. Membawa Photocopy Kartu Keluarga (KK)

2. Surat pengantar dari Desa/Kelurahan

3. Surat pengantar dari kantor camat, kemudian

4. Diarahkan ke kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Alur pelayanan pengurusan Kartu Keluarga (KK):

1. Data-data anggota keluarga yang belum menikah

2. Surat menikah

3. Surat pengantar yang di tandatangani oleh lurah dan camat tempat tinggal

orang yang bersangkutan.

Saat ini alur pelayanan e-KTP tidak perlu surat pengantar dari kelurahan

maupun kecamatan, cukup membawa e-KTP lama saja. Demikian pula dengan

perubahan KK cukup membawa KK lama. Orang yang bersangkutan bisa langsung

19
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


mengurus ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tanpa melalui kelurahan dan

kecamatan.

Gambar 1: Alur dalam Pengurusan E-KTP

Syarat dan prosedur pengurusan E-KTP

1. Berusia 17 tahun

2. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan

3. Mengisi formulir (bagi penduduk yang belum pernah mengisi/belum ada data

di sistem informasi administrasi kependudukan) ditanda tangani oleh kepala

desa/kelurahan

4. Foto kopi Kartu Keluarga (KK)

Prosedur :

Universitas Sumatera Utara


1. Pemohon datang ketempat pelayanan

2. Pemohon menunggu pemanggilan nomor antrean

3. Pemohon menuju keloket yang telah ditentukan

4. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan basis data

5. Petugas mengambil foto pemohon secara langsung

6. Pemohon membubuhkan tanda tangan pada alat perekam tandatangan

7. Selanjutnya dilakukan perekaman sidik jari dan pemindaian retina mata

8. Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel pada surat panggilan yang

sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman

foto,tanda tangan dan sidik jari

9. Pemohon dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil proses pencetakan 2

minggu setelah pembuatan

Berdasarkan surat edaran bernomor 471/1768/SJ oleh Mendagri tentang

Percepatan Penerbitan e-KTP dan akta kelahiran agar segera mempercepat layanan

perekaman e-KTP dan penerbitan akta kelahiran. Dalam surat tersebut Mendagri

menegaskan, seiring dengan semakin tertatanya database kependudukan di seluruh

Indonesia, maka dalam pelayanan perekaman, penerbitan, dan penggantian e-KTP

yang rusak dan tidak merubah elemen data kependudukan, perlu penyederhanaan

prosedur. Cukup dengan menunjukkan fotokopi Kartu Keluarga tanpa harus ada surat

pengantar dari RT,RW dan Kelurahan/Kecamatan.

Hal serupa juga diperjelas oleh Bapak IE sebagai Kasi Pendataan Penduduk:

Universitas Sumatera Utara


Pengurusan e-KTP sekarang bisa langsung ke Kantor Dinas Dukcapil tanpa

harus melalui desa/kelurahan dan kecamatan sesuai dengan surat edaran Mendagri

yang telah ada. Jadi masyarakat langsung saja kesini. 20

Untuk pembuatan e-KTP baru, masyarakat hanya perlu membawa photocopy

KK saja. Selain pemberian alur yang mudah dalam pelayanan, pemberian informasi

untuk kepengurusan dokumen administrasi kependudukan juga harus diperhatikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian alur dan prosedur

pengurusan e-KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan tidak

mempersulit masyarakat. Karena alur yang diberikan sudah sesuai dengan surat

edaran Mendagri bahwa pelayanan e-KTP bisa langsung ditangani oleh Dinas

Dukcapil tanpa harus melalui desa/kelurahan dan kecamatan. Dengan demikian

masyarakat akan lebih merasa mudah dalam pengurusan kedua dokumen administrasi

kependudukan tersebut. Pelaksanaan pelayanan di lingkungan Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah sesuai dengan kebijakan dan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan hal-hal tersebut petugas sudah melaksanakan tanggung

jawabnyadengan baik. Demi mewujudkan pelaksanaan pelayanan yang

sistematisberdasarkan aturan dan ketentuan pegawai berusaha untuk melaksanakan

ketentuan yangberlaku yang harus dipatuhi. Wujud pertanggungjawabanini adalah

melalui pelaksanaan pelayanan sesuai dengan SOP dan melaksakan aturan.

20
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IE, tanggal 03 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Jadi dapat disimpulkan, pada indikator bertanggung jawab terhadappimpinan

dalam ketentuan yang berlaku oleh pegawai Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal sudah dilaksanakan dengan baik dan

bertanggungjawab. Untukindikator ini ditandai dengan pelaksanaan prosedur

pelayanan sesuai ketentuan yang berlaku dan tujuanbersama yang harus diwujudkan

serta pegawai telah memberikan pelayanandan melaksanakan tugas berdasarkan

ketentuan yang berlakusehingga pelayanannya berjalan lancar dan tepat. Walaupun

masih ada keluhan masyarakat mengenai lamanya waktu penyelesaian namun

pegawai telah melaksanakan tugas berdasarkan prosedur yang berlaku, maka dari itu

dalam indikator ini dapat dinilai pada tingkat pelayanan 80%.

4.2.1.2 Bertanggung jawab terhadap atasan dan bawahan

Hal ini merupakan struktur pertanggungjawaban berjenjang dariorganisasi

tempat bekerja,seperti tanggung jawab kepada atasan organisasidan tanggung jawab

untuk pelaksanaan kewajiban bawahan. Setiaporganisasi memiliki hirarki kekuasaan

mulai dari yang teratas hinggaterbawah.

Organisasi memiliki struktur berjenjang yang di setiap hirarki

tingkatantersebut memiliki fungsi, tugas, dan kewajiban yang berbeda-beda.

Hirarkikekuasaan dalam struktur organisasi dengan kewajiban yang berbedakemudian

menciptakan cara yang berbeda pada setiap struktur dalammempertanggungjawabkan

tugas yang diembannya. Bawahanbertanggungjawab terhadap atasannya untuk selalu

menjalankan tugas danmemberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Sedangkan atasanmenjadi sumber pertanggungjawaban dari tugas yang dilaksanakan

Universitas Sumatera Utara


olehbawahannya. Hal ini mencakup bagaimana pertanggungjawaban dari ataske

bawah atau dari bawahan ke atasan maupun dari atasan ke bawahannya.

Di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing

Natal terdapat hirarki kekuasaan mulai dari kepala dinas sebagai pemegang jabatan

tertinggi, sekretaris, kepala sub bagian, kepala bidang, kepala seksi, dan pegawai.

Semua bagian harusmempertanggungjawabkan tugas yang telah dilaksanakannya.

Dari kutipanwawancara yang dilakukan kepada Bapak. HP sebagai pegawai

menyatakan bahwa :

Kami harus selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat karena

merupakan tugas kami. 21

Hal ini juga diungkapkan oleh Ny. NH, pegawai :

Pelayanan diberikan sebaik mungkin, biar masyarakat puas dengan kinerja

kami sebagai pegawai. 22

Pegawai dan seluruh bagian yang ada di Kantor Dinas harus bertanggung

jawab untuksetiap tindakan, sikap, dan pekerjaan yang ditugaskannya. Hasil kinerja

setiap pegawai dan petugas akan di evaluasi dalam bentuk penilaian yang menjadi

tolak ukursejauhmana mereka melaksanakan tugas dan tanggung jawab merekadalam

memberikan pelayanan yang memuaskan. Hal ini telah diatur di dalam peraturan

tentang peningkatan cakupan kepemilikan surat-surat kependudukan. Selain itu ada

juga Peraturan Bupati Mandailing Natal No. 26 Tahun 2011 tentang rincaian tugas

dan fungsi dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (sebelumnya adalah Dinas

21
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. HP, tanggal 07 Februari 2017
22
Hasil wawancara penulis dengan Ny. NH, tanggal 25 Januari 2017

Universitas Sumatera Utara


Kependudukan dan Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi). Dinas

mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang

kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menyelenggarakan urusan

pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang

kependudukan dan catatan sipil. Melaksanakan penyelenggaraan koordinasi dan

kerjasama kemitraan dengan pihak terkait dalam pembinaan dan pengembangan

kependudukan dan pencatatan sipil sesuai kebijakan daerah. Pengkoordinasian dan

pengendalian pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang kependudukan

dan pencatatan sipil sesuai kebijakan daerah, ketentuan dan standar yang ditetapkan.

Setiappimpinan, kelompok jabatan, dan pelaksana pelayanan wajib

berkoordinasi, berintegrasi sesuai dengan tugas masing-masing, melakukan

pembinaan disiplin pegawai dinas, pemberian masukan yang perlu kepada atasan

sesuai bidang tugas dan fungsinya, pelaporan dan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugas kepada atasan, dan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh

atasan.Kepala Dinas sebagai pemimpin tertinggi di kantor Dinas mempunyai tugas

dan fungsi memimpin dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan tugas dan

fungsi Dinas yang dibantu oleh sekretaris, kepala bidang, dan kepala seksi setiap

unsur yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Sudah menjadikewajiban pimpinan untuk mengawasi bawahannya masing-

masing danbertanggungjawab dalam menyiapkan laporan berkala pencapaian

kinerjabawahannya serta wajib memberikan bimbingan bagi pelaksanaan

tugasbawahannya.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui bagaimana sistem penilaian dalam menilai kinerjadan

pertanggungjawaban pegawai dan petugas dalammelaksanakan tugasnya maka

penulis melakukan wawancara kepada Bapak IB, Kepala Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk yang menyatakan bahwa:

Sistem penilaian untuk menilai kinerja pegawai dilaksanakan evaluasi dalam


sekali enam bulan. Itu yang di evaluasi kinerja dan jumlah pengurusan dokumen
administrasi kependudukan, kedisiplinan pegawai juga dilihat dalam sebulan sekali. 23

Selain itu pula diungkapkan oleh Ny. SE kepala bidang pelayanan pencatatan

sipil bahwa penilaianmerupakan wujud evaluasi dari kinerja pegawai. Bentuk

pertanggungjawaban mereka dalam sebulan bekerjaberbentuk nilai yang harus

dicapai. Pertanggungjawaban kinerja pegawai dilaporkan setiap hari kepada kasi,

kemudian kasi melapor kepada kabid dan seterusnya untuk dilaporkan kepada kepala

dinas dan kemudian dilaporkan ke pusat setiap tahunnya sebagai bentuk

pertanggungjawaban agar setiap unsur termasuk pegawai bersungguh-sungguh dalam

menjalankan tugas. Berikut kutipanwawancaranya :

Pertanggungjawaban berupa berapa banyak jumlah masyarakat yang

mendaftar, berapa yang masuk dan berapa banyak pencetakan setiap hari dilaporkan

(hasil yang keluar). 24

Kemudian sekretaris dinas juga menjelaskan beberapa hal tentang sistem

evaluasi yang dilaksanakan di kantor dinas dukcapil terkait pertanggungjawaban

mengenai kinerja yaitu berupa Laporan akuntabilitas yang dilaksanakan sekali

setahun. Laporan langsung dikirimkan kepada Dirjen Kependudukan dan Pencatatan

23
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IB, tanggal 07 Februari 2017
24
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Sipil Kemendagri RI. Alur yang dilaksanakan ialah mulai dari dinas kemudian

dilaporkan ke Bappeda, lalu ke provinsi dan dirjen kependudukan dan pencatatan

sipil. Yang menyusun laporan akuntabilitas tersebut ditangani oleh bidang pendataan

kantor Dinas Dukcapil Kabupaten Mandailing Natal. Bidang pendataan memperoleh

data-data dari setiap bidang yang ada di kantor dinas kependudukan dan pencatatan

sipil.

Kepemimpinan yang ada di dinas dukcapil kabupaten Mandailing Natal

dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang. Tugas

dilaksanakan sesuai dengan tupoksi baik itu kadis, sekretaris, kepala bidang, kepala

seksi, petugas maupun pegawai. Kalau ada terjadi kesalahan saling menegur dan

saling mengingatkan.

Pengawasan perlu dilaksanakan oleh atasan sebagai pemimpin di dalam

sebuah organisasi untuk mempetanggungjawabkan setiap pekerjaan yang dilakukan

oleh bawahannya. Baik pengawasan terhadap disiplin, cara kerja, tindakan dan

tingkat kerajinan pegawai. Untuk mengawasi setiap pekerjaan pegawai di lingkungan

kantor dinas dukcapil maka dilaksanakan rapat setiap sekali dalam tiga hari. Berikut

merupakan kutipan wawancara dengan Bapak MHD sekretaris dinas dukcapil:

Penilaian ini membahas kendala apa yang dihadapi dan mencari solusi

mengatasimya. Sistem evaluasi juga kami laksanakan.Tingkat kerajinan pegawai juga

sudah baik. 25

Kemudian untuk melihat tanggung jawab pegawai kepada atasan dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, maka dilihat dari cara kerja, tingkat

25
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. MHD, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


kerajinan, dan sikap pegawai yang ada di lingkungan kantor dinas dukcapil, penulis

melakukan wawancara kepada Bapak Ib kepala bidang pelayanan pendaftaran

penduduk yang menyatakan bahwa:

Dikatakan rajin ya begitulah mereka mengerjakan pekerjaan sesuai dengan


tugasnya. Cara kerja yang dilaksanakan juga baik, sikap pegawai dalam memberikan
pelayanan bagus. Bisa membangun komunikasi yang baik, ramah dan sopan. Tapi
untuk kedisiplinan masih kurang, tidak semua datang tepat waktu sesuai jadwal
pelayanan. Maunya kedisiplinan itu diperbaiki. 26

Hal lain juga diungkapkan oleh Bapak Ib kepala bidang pelayanan

pendaftaran penduduk mengenai tingkatkerajinan pegawai bahwa terdapat berbagai

macam pegawai di kantor dinas. Ada yang disiplin dan juga ada yang malas. Sikap

dan kerajinan juga harus dipertanggungjawabkan dalam evaluasi. Untuk

mengantisipasi sikap pegawai yang tidak bagus, berikut kutipan wawancara:

Kalau ada pegawai yang cuek saya pindahkan ke pos yang lain yang tidak

berinteraksi langsung dengan masyarakat. Karena kan raut wajah kadang sudah

bawaan jadi tidak bisa diubah makanya dipindahkan saja ke pos lain. 27

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa tingkat kerajinan pegawai sudah

cukup bagus. Cara kerja dilaksanakan sesuai dengan tata tertib. Sikap pegawai dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat sudah bagus walaupun beberapa pegawai

menunjukkan raut wajah yang tidak ramah karena memang raut wajah setiap orang

berbeda-beda. Pegawai mampu membangun komunikasi yang baik terhadap

masyarakat dalam memberikan pelayanan. Jadi, untuk tanggung jawab pegawai

terhadap atasan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sudah cukup bagus.

26
Hasil wawancara dengan bpk. Ib, tanggal 07 Februari 2017
27
Hasil wawancara dengan bpk Ib, tanggal 03 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Selain pertanggungjawaban bawahan terhadap atasan, atasan juga memiliki

pertanggungjaawaban kepada bawahan, seperti halnya tanggung jawab kepala bidang

dan kepala seksi yang harusmemberikan kejelasan informasi, memperhatikan kinerja

pegawai, mengarahkan tugas dan tindakan yang harus dilakukan bawahannya di

kantor Dinas Dukcapil. Atasan juga mempertanggungjawabkan hasil kerja pegawai

terhadap atasan lainnya dan ke pusat.

Pertanggungjawaban seorang atasan kepada bawahan sebagai pimpinan

organisasi ialah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dibidang

pelayanan kepada masyarakat. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu hal

yang penting untuk dilaksanakan demi menciptakan pegawai yang handal sebagai

pemberi layanan kepada masyarakat. Dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang

diberikan diharapkan setiap petugas dan pegawai memahami arti pentingnya tugas

pokok dan fungsi mereka dalam menjalankan tugas, yaitu meletakkan kepentingan

masyarakat di atas kepentingan pribadi sebagai pihak yang memberikan pelayanan

agar pelayanan yang diberikan adalah pelayanan prima. Di lingkungan kantor Dinas

Dukcapil Kabupaten Mandailing Natal pernah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan

kepada pegawai. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan berupa pelayanan publik

dll. Pendidikan dan pelatihan juga pernah dilaksanakan langsung oleh Kementerian

dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal.

Pelatihan yang diberikan antara lain membahas tentang pelayanan publik, kebijakan

publik, kependudukan dan database. Biasanya peserta adalah pegawai dari

lingkungan dinas, kecamatan, dan desa/kelurahan yang terdiri 1 sampai 4 orang dari

Universitas Sumatera Utara


setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal. Untuk lebih jelas, peneliti

melakukan wawancara dengan Bapak IE, yang menyatakan bahwa:

Pernah mengikuti pelatihan, yaitu tentang pengelolaan database

kependudukan. 28

Hal yang sama juga disebutkan oleh Bapak HP, pegawai di lingkungan Kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tentang pengadaan pendidikan dan

pelatihan, yang menyatakan bahwa:

Saya belum pernah mengikuti diklat, karena saya juga baru di pindah

tempatkan kesini. Tapi seminar dan diklat pernah diadakan, itu tentang perekaman E-

KTP yang mengadakan langsung dari dari pusat. 29

Untuk memperjelas tentang peningkatan kualitas SDM yang ada di

lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, berikut kutipan

wawancara dengan Bapak IB, Kepala Bidang pelayanan pendaftaran kependudukan

yang menyatakan bahwa :

Kegiatan bimtek dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan pelayanan

pendaftaran penduduk dan catatan sipil kepada masyarakat sehingga menjadi lebih

cepat, akurat dan sinergis. 30

Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal

mengadakan bimbingan teknis guna meningkatkan pelayanan pendaftaran penduduk

dan catatan sipil agar menjadi lebih cepat dan akurat serta terintergrasi.

28
Hasil wawancara dengan Bapak IE, tanggal 07 Februari 2017
29
Hasil wawancara dengan Bapak HP, tanggal 07 Februari 2017
30
Hasil wawancara dengan Bapak IB, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Bimbingan teknis pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang

dilaksanakan selama tiga hari diikuti 23 kecamatan yang ada di Kabupaten

Mandailing Natal. Menghadirkan 2 narasumber dari Dirjen Dukcapil.

Dapat dilihat bahwa pegawai melaksanakan tugashariannya dengan baik.

Dalam memberikan pelayanan pegawai selalu mempertimbangkan tindakan

danproses kerjanya dengan maksimal berdasarkan himbauan kepala bidang serta

kepala seksi yang senantiasa memberikan arahan pelaksanaan tugasserta melakukan

evaluasi. Walaupun masih terdapat pegawai yang datangterlambat dan malas dalam

bekerja, semuanya dinilai dan di evaluasi. Jadi, apa yang petugas maupun pegawai

kerjakan adalah yangmereka pertanggungjawabkan.

Jadi dapat disimpulkan pada indikator bertanggungjawab terhadapatasan dan

bawahan sudah diwujudkan oleh pegawai di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal walaupun masih ada pegawai

yangmalas. Tetapi atasan tetap memberikan teguran dan motivasi kepada bawahan,

selalu memperhatikan setiap pekerjaan pegawai dan melaksanakan evaluasi sehingga

pegawai melaksanakan tugasnyadengan baik. Jadi bawahan sudah melaksanakan

tanggungjawabnya terhadap atasan danbegitu pula atasan sudah melaksanakan

tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab. Maka dari itu dalam indikator ini dapat

dinilai padatingkat pelayanan 75%.

4.2.1.3 Bertanggung jawab terhadap masyarakat

Kewajiban utama untuk melayani kepentingan publik bagaimanapunharus

mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Pada indikator ini

Universitas Sumatera Utara


merupakan tingkat responsivitas pelayan e-KTP dan KK dalam memberikan

pelayanan kepadamasyarakat.

Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengetahui danmemahami

kebutuhan maupun keinginan masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan di

kantor dinas dukcapil sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat dan mampu

memenuhi kepuasan masyarakat.

Pelayan maupun pegawai harus mampu bertanggung jawab kepada

masyaarakat yang dilayaninya. Pegawai di lingkungan kantor dinas kependudukan

dan pencatatan sipil kabupaten Mandailing Natal harus mampu merespon kebutuhan

dan keinginan masyarakat baikdengan cara membangun komunikasi, menunjukkan

sikap yang baik, kesigapan dalam melayani masyarakat, menanggapi keluhan

masyarakat dengancermat dan cepat serta ketersediaan lingkungan yang nyaman

seperti ruang tunggu dan tempat parkir bagi masyarakat yang sedang melakukan

kepengurusan dokumen administrasi kependudukan .

Di lingkungan kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandaiing Natal terdapat jenis pelayanan yang berbeda, yaitu pelayanan pengurusan

e-KTP, KK, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Surat Pindah, dan surat administrasi

kependudukan lainnya. Pelayanan yang diberikan pun dilakukan dengan cara yang

berbeda pula karena masyarakat yang dihadapi adalah berbeda kebutuhan. Jenis

pelayanan dibutuhkan cara yangberbeda dalam pemberian layanannya.

Dalam wawancara yang dilakukan kepada kepala bidang pelayanan

pencatatan sipil mengatakan bahwa pelayanan harus memuaskan masyarakat yang

dilayani, berikut kutipan wawancaranya dengan Ny. SE:

Universitas Sumatera Utara


Kepuasan masyarakat selalu diutamakan, tapi tergantung individu masing-

masing. Kadang kalau pelayanannya cepat selesai ya pasti puas, kalau lama pasti

kurang puas. 31

Selain itu pula hal yang sama diungkapkan oleh pegawai pemberi layanan

bahwa pelayanan yang maksimal diusahakandengan selalu memberikan yang terbaik

kepada masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban. Berikut kutipan

wawancaranya dengan Bapak HP :

Dalam memberikan pelayanan diusahakan yang terbaik, sabtu kami tetap buka

biar tidak banyak antrian di hari-hari lain. 32

Hal yang samajuga diungkapkan Kepala Seksi pendataan kependudukan saat

ada diruangan kerjanya, berikut pernyataan Bapak IE :

Pelayanan yang diberikan sudah maksimal walaupun belum 100%. Kalau saya

kadang rasanya belum puas, karena masih ingin berinovasi agar pelayanan yang

diberikan lebih baik lagi kedepannya. 33

Penulis kemudian juga melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat

yang melaksanakan pengurusan e-KTP dan KK diruang tunggu. Berikut beberapa

kutipan wawancara yang didapatkan:

Pernyataan Nn. EH, masyarakat pengurus e-KTP:

Pegawai cepat memberikan pelayanan, saat saya datang juga mereka sudah

ada diruangan pelayanan. 34

31
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017
32
Hasil wawancarapenulis dengan Bpk HP, tanggal 07 Februari 2017
33
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IE, tanggal 07 Februari 2017
34
Hasil wawancara penulis dengan Nn. EH, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Hal yang sama juga dipaparkan dalam wawancara terhadap petugas

pelayanan, Bapak R:

Respon pegawai cepat, selalu ada diruangan kalau memang jam kerja. 35

Namun hal yang berbeda diungkapkan Bapak AW yang ada di ruang tunggu,

berikut pernyataannya:

Pelayanan lama karena antriannya panjang. Kalau sudah masuk jam istirahat

harusnya pukul 13.30 mereka sudah harus ada lagi di tempat kerja, tapi kadang

mereka baru ada lagi jam 14.30. 36

Selain itu, untuk melihat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dari

petugas pelayanan e-KTP dan KK maka penulis melakukan wawancara dengan hasil

sebagai berikut:

Hasil wawancara dengan Bapak IN :

Cukup puas dengan pelayanan yang diberikan. Sikap pegawai ramah dan

sopan, tapi kalau jumlah pegawai saya rasa masih kurang karena masih ada saja yang

ngantri. 37

Penulis juga melakukan wawancara kepada Bapak MA:

Lumayan cukup puaslah sama pelayanannya. Sikap pegawai biasa saja, kalau

dibutuhkan memang ada ditempat. 38

35
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. R, tanggal 07 Februari 2017
36
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. AW, tanggal 06 Februari 2017
37
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IN, tanggal 03 Februari 2017
38
Hasil wawancarapenulis dengan Bpk. MA, tanggal 02 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Jika sebelumnya merupakan bentuk pertanggungjawaban petugas dalam

memberikan pelayanan terhadap masyarakat, maka berikut ini adalah hasil

wawancara dengan petugasmengenai pelayanan yang diberikan.

Kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersedianya sarana danprasarana

kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadaitermasuk sarana

teknologi telekomunikasi dan informatika. Alat-alat kelengkapan kantor untuk

petugas merupakan salah satu hal yang sangat mendukung pekerjaan pegawai untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak IE kepala seksi

pendataan kependudukan bahwa pelayanan yang diberikan masih kurang memuaskan

karena sarana dan prasarana hanya sebatas cukup tapi belum memuaskan.Berikut

kutipan wawancaranya :

Peralatan kantor masih kurang, ada beberapa komputer yang rusak. Tapi saat
ini sudah mulai berbenah, karena semua sedang sibuk-sibuknya pembagian tugas dan
sarana lainnya dikantor ini sejak dinas dibagi menjadi beberapa bagian. 39

Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan bapak HP, pegawai pelayanan.

Berikut pernyataannya:

Untuk ruangan kerja sudah memadai dan nyaman, tapi alat-alat masih kurang,

jumlah pegawai sudah cukup, tapi masih perlu ditambah lagi. 40

Selain sarana dan prasarana untuk peralatan yang mendukung pekerjaan

pegawai. Tanggung jawab terhadap masyarakat juga dilihat dari kelengkapan ruang

tunggu, gedung, dan area parkir.

39
Hasil wawancara penulis dengan bpk. IE, tanggal 07 Februari 2017
40
Hasil wawancara ppenulis dengan Bpk. HP, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh penulisbahwa sarana dan

prasarana di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada

bagian pelayanan perekaman e-KTP, pengambilan KK dan SP, pengambilan/leges

akta pencatatan sipil belum tercukupi. Diruangan tunggu tersebut dilengkapi dengan

tempat duduk sebanyak 6 buah untuk masyarakat yang melakukan pengurusan e-

KTP, selebihnya tempat duduk berada diluar ruangan karena ruangan juga tidak

terlalu besar. Hal initerlihat dengan masih banyaknya masyarakat yang menunggu

sambil mondar-mandir dan ketika masyarakat banyak berdatangan ruang tunggu

kadang tidakmencukupi sehingga terkadang banyak masyarakat yang berada di luar.

Untuk loket pendaftaran dokumen kependudukan sudah cukup memadai, ruangan

cukup luas dan tempat duduk sudah lumayan banyak, tetapi kerapian dan kebersihan

ruang tunggu masih kurang.

Dalam setiap memberikan pelayanan, petugas dituntut agar selalu senantiasa

peduli pada kebutuhan dan kenyamanan masyarakat. Setiap petugas maupun pegawai

dalam suatu organisasi dalam bidang pelayanan diharapkan mampu untuk mengetahui

serta memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Berikut kutipan wawancara tentang kemampuan pegawai untuk mengetahui

kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam memberikan pelayanan:

Wawancara dengan Bapak Ib sebagai kepala bidang pelayanan pendataran

kependudukan:

Universitas Sumatera Utara


Kepedulian pegawai dalam memahami keinginan masyarakat masih setengah-

setengah. Tapi karena memang sudah kewajibannya tetap dijalankan. 41

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak IE selaku kepala seksi

pendataan kependudukan:

Kalau tingkat kepeduliaan tergantung pegawai yang bersangkutan yang

berkenaan dengan masyarakat langsung. Pelayanan yang diberikan sudah maksimal

walaupun belum 100%. 42

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ny. Sec:

Semua pegawai senantiasa berusaha untuk memenuhi keinginan masyarakat. 43

Selain itu, mengenai sikap pegawai di lingkungan kantor dinas dukcapil sudah

memberikan pelayanan yang baik, ramah, sopan, dan santun kepada setiap

masyarakat yang datang mengurus e-KTP dan KK. Berikut kutipan wawancara

mengenai sikap sopan, santun dan ramah dari pegawai:

Kutipan wawancara dengan Bapak IE selaku kepala seksi pendataan

kependudukan:

Kalau sikap pegawai sudah bagus, ramah, sopan dan santun kepada
masyarakat. Tetapi namanya manusia punya tingkat kesabaran yang berbeda-beda.
Kalau ada keluhan dari masyarakat ya kita cari tahu masalahnya apa, dan kita cari
solusi yang cocok. 44

Pelayan terhadap masyarakat juga diwujudkan melalui pemberianinformasi

yang tepat terhadap masyarakat. Diungkapkan oleh Ny. SE kepala bidang pencatatan

41
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IB, tanggal 07 Februari 2017
42
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IE, tanggal 07 Februari 2017
43
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017
44
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


sipil di dinas dukcapil bahwa masyarakat telah diberikan informasi dengan jelas,

berikut pernyataannya :

Informasi sudah jelas dan mudah di akses. Karena sudah dilaksanakan


sosialisasi melalui kecamatan, dan di teruskan ke desa/kelurahan tentang syarat-syarat
dan prosedur yang harus dipenuhi agar masyarakat tidak kesulitan untuk mengakses
berbagai informasi. 45

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak MHD, selaku sekretaris kantor Dinas

dukcapil:

Informasi mudah dipahami, sudah disosialisasikan juga ke desa/kelurahan,

perekamanE-KTP malahan kami langsung turun ke desa-desa. 46

Untuk melihat apakah petugas sudah memberikan pelayanan yang baik

kepada masyarakat, maka penulis melakukan wawancara kepada masyarakat yang

mengurus E-KTP dan KK untuk melihat apakah petugas melaksanakan

pelayanandengan baik. Berikut kutipan wawancaranya :

Pernyataan Bapak AW, masyarakat yang sedang mengurus e-KTP:

Pelayanan dan sikap pegawai bagus, tapi kadang masih diperlakukan berbeda,

kalau ada saudaranya ya didahulukan, ruang tunggu juga belum nyaman. 47

Wawancara dengan Bapak R, yang sedang mengurus KK:

Respon cepat, persyaratan juga mudah, tapi sedikit kecewa karena waktu

selesainya ngaret. Cukup puas dengan kinerjanya. 48

Hal lain juga diungkapkan masyarakat yang mengurus e-KTP dan KK.

Berikut pernyataan Nn. EH:

45
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017
46
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. MHD, tanggal 09 Februari 2017
47
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. AW, tanggal 06 Februari 2017
48
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. R, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Kemampuan pegawai sudah bagus, tidak ada keluhan soalnya cuma bawa

fotokopi KK saja untuk membuat E-KTP, ini tinggal nunggu resi jadi. 49

Selain itu pula untuk melihat sikap pegawai, penulis juga melakukan

wawancara kepada Ny. Fr masyarakat yang mengurus E-KTP dan KK, berikut

pernyataannya :

Pegawai sopan dan ramah, respon pegawai juga cepat. 50

Selain itu pula penulis juga melakukan wawancara terhadap pegawai, kasi dan

kabid mengenai cara mereka menanggapi keluhan yang datang dari masyarakat untuk

mewujudkan kepuasan masyarakat yang dilayani. Berikut wawancara dengan Bapak

Ib kepala bidang pelayanan pendaftaran kependudukan:

Kadang kan masyarakat ada yang tidak puas, cara mengatasinya pegawai

harus memberikan respon yang cepat dan harus lebih disiplin.51

Berikut merupakan pernyataan Ibu SE terkait cara pegawai menanggapi

keluhan dari masyarakat:

Cara mengatasinya dimulai dari bawah keatas, tapi biasanya pegawai bisa
menangani keluhan masyarakat, diberi penjelasan dan pengertian supaya masyarakat
mengerti, karena biasanya keluhan yang datang itu mengenai pemenuhan syarat untuk
pengurusan dokumen kependudukan. 52

Wawancara dengan Bapak HP, pegawai yang melayani masyarakat:

Cara menanggapi keluhan masyarakat, kami melaksanakan pelayanan dengan


sebaik-baiknya, berkomunikasi yang baik. Kadang persyaratan mereka masih kurang,
alur sudah mudah di mengerti. Kalau persyaratan kurang akan mempersulit pekerjaan
pegawai. Karena nanti salah-salah kami juga yang di tegur. 53

49
Hasil wawancara penulis dengan Nn. EH, tanggal 06 Februari 2017
50
Hasil wawancara penulis dengan Ny. Fr, tanggal 01 Februari 2017
51
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. IB, tanggal 07 Februari 2017
52
Hasil wawancara penulis dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017
53
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. HP, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Dari wawancara di atas maka pegawai di kantor disdukcapil sudah berusaha

untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, menannggapi keluhan masyarakat secara

baik dengan memberikan penjelasan yang lebih detail. Untuk melihat kepuasan

masyarakat terhadap kinerja pegawai, maka penulis melakukan wawancara dengan

masyarakat yang mengurus E-KTP dan KK:

Berikut pernyataan Bapak BN:

Puas dengan pelayanannya. Pegawai ada terus diruangan. 54

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ny. LB:

Puas terhadap pelayanannya, tidak ribet, cepat selesai, pegawai juga ada

diruangannya saat saya kesana. 55

Kemudian hal yang sedikit berbeda diungkapkan Bapak MA:

Kepuasan biasa saja, karena kadang masih pilih kasih. 56

Dari wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan yang

diberikan oleh pegawai dan petugas sudah baik walaupun masih terdapat keluhan dari

masyarakat. Pegawai sudah memberikan pelayanan yang baik dan cukup memuaskan

masyarakat. Namun beberapa hal yang kemudian dikeluhkan adalah masih ada

perlakuan tidak adil yang dirasakan dalam memberikan pelayanan dan merasa di

persulit. Masyarakat juga sudahmerasa puas terhadap pelayanan yang diberikan

namun beberapa kendalapelayanan adalah pada sarana dan prasarana yang ada masih

kurang dan jumlah pegawai yang masih kurang pada beberapa pos.

54
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. BN, tanggal 01 Februari 2017
55
Hasil wawancara dengan Ny. LB, tanggal 01 Februari 2017
56
Hasil wawancara dengan Bpk. MA, tanggal 02 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pegawai dan petugas sudah melakukan

pelayanan secara professional dan tepat walaupunmasih dalam kategori lambat dalam

menanggapi keluhan masyarakat,karena masih adanya beberapa masyarakat yang

mengeluh perihal kecepatan penyelesaian pelayanan dan merasa diperlakukan

berbeda, maka dari itu dalam indikator ini dapat dinilai pada tingkatpelayanan 70%.

4.2.2 Subjektif Responsibility

Jika objektif responsibilitas menjadi tuntutan seseorang untukmelaksanakan

kewajiban sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap hukum,organisasi dan

masyarakat, maka pada subjektif responsibilitas ini merupakanhal yang menjadi

faktor pendorong terhadap seseorang untuk bertindakmemenuhi kewajibannya

tersebut atau keyakinan diri seseorang untukmemenuhi tanggungjawabnya di dalam

melaksanakan kewajibannya padaorganisasi dan masyarakat.

Pada responsibilitas subjektif ini secara garis besar merupakan

sebuahkeyakinan yang berasal dari pribadi seseorang yang memiliki kewajiban

untukmemenuhi sebuah tanggungjawab. Indikator yang kemudian digunakan

dalammelihat gambaran keyakinan yang menjadi dorongan dari sebuah

responsibilitasseorang pelayan publik adalah sebagai berikut :

4.2.2.1 Loyalitas

Hal ini merupakan tingkat kesetiaan seorang administrator publik ataupelayan

publik terhadap organisasi dimana dia memiliki kewajiban untukmemenuhi

tanggungjawabnya sebagai bagian dalam organisasi itu. Loyalitasmenjadi faktor yang

mempengaruhi keyakinan atau prinsip seseorang di dalammenjalankan tugas,

kewajiban, serta memenuhi tanggung jawabnya. Ketikaseseorang merasa dimiliki

Universitas Sumatera Utara


ataupun memiliki organisasi tempatnya bekerja, makadia akan merasa senang dan

puas sehingga tercipta sikap setia dan cintaterhadap organisasi yang menaunginya,

hal ini yang kemudian mempengaruhiadministrator ataupun pelayan publik

untukselalu melaksanakan kewajibannyademi keberlangsungan organisasi.Sikap loyal

terhadap organisasi kemudianmembuat pelayan publik memiliki tanggungjawab

untuk melaksanakan tugasuntuk mencapai tujuan organisasinya.

Sebagai organisasi pemerintah di bidang pelayanan dokumen administrasi

kependudukan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Madina

memiliki visi atau tujuan yang ingin dicapai. Kadis, kabid, kasi, dan pegawai

melaksanakan tugasnya demi mewujudkan visi kantor dinas. Untuk itu adanya

loyalitas dalam diri kadis, kabid, kasi, dan pegawai mempengaruhi visi dari kantor

dinas dukcapil.

Sangat penting untuk memiliki rasa loyal di dalam diri sebagai bagian

dariorganisasi. Apabila semua bagian di dalam kantor disdukcapil loyalterhadap

organisasinya maka visi akan terwujud karena dorongan inimenjadikan kinerja

mereka berkualitas dan bertanggungjawab memenuhikewajibannya sebagai wujud

mencapai visi tersebut.

Seperti dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan pegawai bahwa

loyalitas adalah hal yang penting untuk dimiliki sebab menjadi faktor dalam

meningkatkan kinerja pegawai dan juga patuh terhadap peraturan yang

ditegakkan.Berikut pernyataan Bapak. HP :

Universitas Sumatera Utara


Harus loyal dan patuh terhadap atasan serta peraturan yang ada. 57

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak MHD, sekretaris disdukcapil,

bahwa keloyalan dalam menjalankan tugas perlu. Berikut kutipan wawancaranya:

Pegawai loyal menjalankan tugas, bekerja sesuai dengan aturan, dan sudah

bertanggung jawab terhadap tugas yang dilaksanakan. 58

Hal yang sama juga diungkapkan Ny. SE:

Pegawai loyal, mereka bekerja penuh dengan tanggung jawab. 59

Hal yang berbeda diungkapkan Bapak Ib, Kabid pencatatan Sipil:

Pegawai sudah bertanggung jawab menjalankan tugas, tapi masih kurang

loyal, pegawai patuh terhadap peraturan tapi karena takut, bukan karena kesadaran

sendiri. 60

Pada kantor disdukcapil pegawai sudah menanamkansikap loyal terhadap

tempat mereka bekerja. Hal ini ditandai dengan pentingnya pegawai dan petugas

bersikap loyal terhadap disducapil untuk meningkatkankinerjanya maka dari itu

dalam indikator ini dapat dinilai pada tingkat pelayanan 75%.

4.2.2.2 Nilai

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau

keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau

keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa

ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.Nilai

57
Hasil wawancara dengan Bpk. HP, tanggal 07 Februari 2017
58
Hasil wawancara dengan Bpk. MHD, tanggal 09 Februari 2017
59
Hasil wawancara dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017
60
Hasil wawancara dengan Bpk.Ib, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


merupakansesuatu yang bersifat abstrak, karena mencakup pemikiran dari

seseorang.Menurut Kluckhohn, nilai merupakan sebuah konsepsi dari apa yang

diinginkan dan mempengaruhi seseorang dalam menentukan tindakan terhadap cara

dan juga tujuan yang ingin dicapai.

Di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Mandailing Natal nilai merupakan halyang cukup penting dalammempengaruhi

terciptanya lingkungan kondusif di dalam bekerja. Nilai yang lebih dikedepankan di

kantor disdukcapil adalah nilai moral secara khusus yang kemudian menjadi acuan di

dalam memberikan pelayanan.

Beberapa nilai-nilai yang menjadi acuan di dalam menjalankan pelayanan

kepadamasyarakat adalah meningkatkan pelayanan masyarakat secara prima. Selain

itu, terdapat papan iklan yang menjelaskan bahwa masyarakat harus “Menghindari

Pungli” dan sedang mengupayakan pelayanan menjadi “one day service” . Dari hal

ini juga yang menjadi nilai di kantor disdukcapil bahwa pegawai tidak boleh

menerima sesuatu apapun dan dalam bentuk apapun dari masyarakat. Pegawai harus

jujur, bertanggung jawab, ramah, sopan, disiplin, akurasi, terliti untuk menghindari

kesalahan dan profesional dalam memberikan pelayanan.

Untuk melihat penerapan nilai-nilai tersebut maka penulis melakukan

wawancara dengan Bapak MHD, Sekretaris disdukcapil:

Pegawai sopan, ramah, komunikasi bagus dengan masyarakat, mengerjakan

tugas dan fungsinya, tingkat kerajinan bagus walaupun belum sangat profesional. 61

61
Hasil wawancara dengan Bpk. MHD, tanggal 09 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Hal yang sama juga disampaikan oleh seorang pegawai bahwa terdapat nilai

moral selain nilai umum yang ditanamkan di dalam kantor dinas dukcapil, berikut

kutipan wawancaranya dengan Ny. NH :

Ya kita harus peduli sama masyarakat, tanya apa yang dibutuhkan biar

masyarakat nyaman sama pelayanan kita. 62

Dalam kutipan wawancara dengan pegawai, di dapatkan hasil wawancara

dengan Bapak HP yang menyatakan bahwa:

Nilai moral perlu dijalankan, harus jujur berusaha memberikan pelayanan

prima, tidak boleh memungut biaya apapun. 63

Dalam kedisiplinan juga merupakan nilai yang perlu dilihat. Untuk melihat

kedisiplinan pegawai dalam menjalankan tugas dan merupakan sebuah penilaian

tentang kepatuhan menegakkan aturan, maka penulis melakukan wawancara dengan

Bapak Ib selaku kepala bidang Pencatatan Sipil:

Untuk menegakkan disiplin belum maksimal, masih ada pegawai yang

terlambat. 64

Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak IE kasi pendataan

kependudukan:

Ya beginilah, ada yang datang cepat ada juga yang ngaret. Kalau ada urusan

yang urgent pasti terlambat. Ibu bisa dilihat sendiri kondisinya. 65

62
Hasil wawancara dengan Ny. NH, tanggal 25 Januari 2017
63
Hasil wawancara dengan Bpk. HP, tanggal 07 Februari 2017
64
Hasil wawancara dengan Bpk. IB, tanggal 07 Februari 2017
65
Hasil wawancara dengan Bpk. IE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Dari wawancara di atas dapat dilihat bahwa pegawai senantiasa berusaha

melaksanakan nilai-nilai moral di dalam bekerja walaupun belum profesional.

Pegawai berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang berlakudi

dalammenjalankan tugas. Walaupun dari tingkat kedisiplinan pegawai masih kurang,

kadang masih ada yang terlambat, namun untuk memberikan pelayanan pegawai

sudah bagus.

Pada indikator nilai, dapat disimpulkan bahwa pegawai telah melaksanakan

nilai-nilai yang baik di dalam melaksanakan tugasnya sebagaipemberi pelayanan. Hal

ini ditandai dengan pegawai maupun petugas berusaha untuk melaksanakan nilai

profesionalitas,disiplin dalam bekerja dan juga moralitas yang diutamakan sehingga

menghasilkan pelayanan yang bertanggungjawab, maka dari itudalam indikator ini

dapat dinilai pada tingkat pelayanan 70%.

4.2.2.3 Karakter

Pada bagian ini adalah mengenai karakter atau sifat bawaan dari

seseorang.Hal ini sangat mempengaruhi di dalam pemberian layanan dan juga

dalampelaksanaan kewajiban seseorang dalam memenuhi tanggung jawabnya

sebagaipelayan publik dan bagian di dalam organisasi. Manusia memiliki

berbagaimacam karakter yang berbeda-beda. Tak terkecuali pegawai yangada di

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, pegawai dan petugas memiliki

karakter yangberbeda-beda.

Karakter merupakan sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu.

Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut yang ada dalam pola tingkah laku

individu. Karakter seseorang biasanya sejalan dengan perilakunya. Bila selalu

Universitas Sumatera Utara


melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dan ramah dalam berbicara, suka

menolong, atau pun menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter seseorang

tersebut juga baik. Dan sebaliknya jika berperilaku buruk seperti suka mencela dan

berbohong kemungkinan besar orang karakter tersebut buruk.

Pada kantor dinas dukcapil merupakan keharusan bagi setiap pegawai sebagai

pelayan masyarakat dan bekerja untukmemberikan pelayanan yang baik terhadap

publik dan itu harus diwujudkan dengan pegawai memiliki karakter yang baik dan

memahami keinginan masyarakat.

Untuk melihat wujud penerapan karakter yang baik dari pegawai, maka

penulis melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat yang mengurus e-KTP

dan KK. Berikut kutipan wawancara dengan Nn. EH:

Pegawai sopan dan ramah. 66

Bapak SN:

Sikap pegawai bagus, sopan, ramah, responnya juga cepat. 67

Ny. Lb:

Pegawainya bagus dalam memberikan pelayanan, ramah, dan hormat. 68

Namun, hal yang sedikit berbeda disampaikan oleh Nn. PR mengenai karakter

pegawai dalam memberikan pelayanan. Berikut kutipan wawancaranya:

Pegawainya sopan, tapi tidak senyum, wajah datar saja, kalau seperti itu kita

pun jadinya kurang nyaman. 69

66
Hasil wawancara penulis dengan Nn. EH, tanggal 07 Februari 2017
67
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. SN, tanggal 03 Februari 2017
68
Hasil wawancara dengan Ny. LB, tanggal 01 Februari 2017
69
Hasil wawancara dengan Nn. PR, tanggal 06 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Selain itu pula untuk melihat karakter pegawai dari sudut pandang atasan,

maka penulis juga melakukan wawancara terhadap Bapak Ib, kepala bidang

pencatatan sipil:

Sikap pegawai melayani masyarakat bagus, sopan dan ramah. Kalau ada yang

cuek saya pindahkan ke pos yang lain. 70

Hal yang sama disebutkan oleh Ny. SE kepala bidang pelayanan pencatatan

sipil:

Pegawai membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Mereka


bersikap sopan dan santun serta ramah terhadap masyarakat. Respon dan kesigapan
pegawai juga sudah bagus, mereka selalu ada diruang kerja saat masyarakat
membutuhkan bantuan. Pegawai menangani dengan baik apabila terjadi keluhan dari
masyarakat. 71

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat karakter yang

berbeda-beda pada pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ada

pegawai yang ramah dalam memberikan pelayanan, ada juga yang cuek. Walaupun

terdapat keluhan masyarakat tentang karakter pegawai yang cuek dan datar-datar

dalam memberikan pelayanan tetapi usaha menanamkan karakter yang baikdan

lembut sudah dilakukan dengan tujuan agar masyarakat merasa puas dengan

pelayanan yang baik dari pegawai, maka dari itu dalam indikator karakter ini dapat

dinilai pada tingkatpelayanan 70%.

4.3 WujudResponsibilitas Pelayanan Publik dalam Pengurusan e-Ktp dan

KK

4.3.1 Objektif Responsibility

70
Hasil wawancara dengan Bpk IB, tanggal 07 Februari 2017
71
Hasil wawancara dengan Ny. SE, tanggal 07 Februari 2017

Universitas Sumatera Utara


Wujud pertanggungjawaban merupakan hasil dari pelaksanaan tugasindividu

maupun organisasi yang dapat dilihat secara fisik ataupun secaraabstrak tetapi

diketahui hasilnya. Seperti halnya pelaksanaan pelayanan publik dalam pengurusan e-

KTP dan KK yang merupakan proses pemberian jasa yang berhubungan

denganmanusia, maka dilihat dari indikator yang sebelumnya tentang

bagaimanapemberi pelayanan sudah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

tugasnyabaik itu bertanggung jawab terhadap hukum, organisasinya, dan masyarakat

yang dilayaninya dapat ditemukan pula bentuk pertanggungjawabanyang

dilaksanakan melalui data fisik seperti :

1. Melalui LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah), Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal melakukan

pertanggungjawaban kepada pemerintah Kabupaten Mandailing Natal khususnya

dimana bertanggung jawab langsung kepada Bupati melalui sekretaris daerah,

BAPPEDA, dan Dinas Keuangan dalam hal pelaksanaan kegiatan pelayanan

dokumen administrasi kependudukan beserta bukti dana yang digunakan

dalampelaksanaan aktivitas pelayanan dokumen administrasi kependudukan pada

dinas dukcapil. Setelah dilaporkan kepada pemda, kemudian ke provinsi dan

kepada dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil RI. LAKIP ini dilaporkan

setiap sekali setahun dan laporan tersebut sudah mencakup semua kegiatan yang

dilaksanakan di kantor dinas dukcapil Kabupaten Mandailing Natal.

2. Pelaksanaan tugas oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dipertanggung jawabkan melalui Penilaian

oleh Kepala Bagian dan jugaLaporan Evaluasi Bulanan yang dilaksanakan secara

Universitas Sumatera Utara


tertulis sebagai bukti pelaksanaan kinerja pegawai dan petugas pelayanan yang

ada di kantor dinas dukcapil. Kabid selalu memeriksa kembali pekerjaan pegawai

setiap hari setelah penutupan loket pelayanan.Evaluasi juga berkaitan dengan

jumlah pengurusan dokumen administrasi kependudukan.

3. Pemberian pelayanan e-KTP dan KK berdasarkan SOP pelayanan yang berlaku

dipertanggungjawabkan melalui pelaksanaan pelayanan mulai dari pendaftaran,

perekaman, pemeriksaan, paraf, dan percetakan sampai produk e-KTP dan KK

jadi dan diterima oleh masyarakat. Perekaman merupakan berkas yang berisi

dokumen antara lain identitas masyarakat seperti pas photo, tanda tangan, sidik

jari, dan iris mata.Dokumen kependudukan yang memuat sistem

keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi

dengan berbasis pada basis data kependudukan nasional yang berfungsi sebagai

identitas jati diri, berlaku nasional, mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP,

terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program pembangunan.

Perekaman e-KTP merupakan bukti utama yang membenarkan adanya

masyarakat dengan identitas yang jelas dan bukti bahwa adanyapelayanan yang

diberikan kepada masyarakat melalui pemeriksaan laporankinerja dalan pelayanan

publik, meskipun masyarakat yang memiliki e-ktp masih sebanyak 64% dari

132.152 warga tercatat sudah memiliki ektp. Perekaman merupakandokumentasi

pelayanan yang diberikan oleh setiap unsur pegawai dan penunjang pelayanan

sebagai tanda bukti yang sah dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum dan

bersifat rahasia sehingga hanya pihak yang berkepentingan yang dapat

mengetahui.

Universitas Sumatera Utara


4. Pelaksanaan pelayanan keliling ke desa-desa dan kecamatan yang dilakukan oleh

pihak kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing

Natal. Pelayanan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

memiliki dokumen administrasi kependudukan, terutama masyarakat yang sulit

untuk menjangkau kantor dinas. Selain itu manfaat dari pelayanan keliling ini

adalah untuk menghindari jasa para calo. Terlihat adanya armada bus pelayanan

keliling dokumen administrasi kependudukan di area parkir kantor dinas dukcapil.

5. Pelaksanaan Bimbingan Teknis (BIMTEK) guna meningkatkan kualitas sumber

daya manusia (SDM) dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil

kepada masyarakat agar menjadi lebih cepat dan akurat, sinergis serta terintegrasi.

Selain membekali peserta dari kecamatan melalui bimtek pihak kantor dinas

dukcapil juga melakukan pelayananan keliling di setiap kecamatan serta

membuka pelayanan di luar hari kerja resmi.

4.3.2 Subjektif Responsibility

Diilihat dari objektif responsibility, maka pertanggungjawaban SDM kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal dilihat dari

bentuk fisik seperti adanya Laporan Akuntabilitas, Laporan Evaluasi Bulanan, bentuk

pelayanan melalui perekaman e-KTP sebagai bukti, pelayanan keliling dokumen

administrasi kependudukan, serta pengadaan Bimbingan Teknis guna peningkatan

kualitas SDM. Sehingga pada subjektif responsibilitytidak dapat dikaitkandengan

bentuk fisik dari pertanggungjawabannya sendiri. Hal ini disebabkansubjektif

responsibility berkaitan dengan keyakinan dalam diri seseorang yangmembuatnya

Universitas Sumatera Utara


ingin melaksanakan tugasnya dan bertanggungjawab terhadappelaksanaan tugas dan

pelayanan yang dilakukannya.

Beberapa hal yang kemudian menjadi dasar sebuah wujud responsibilitasdi

dalam subjektif responsibility pada pelaksanaan pemberian pelayanan publik dalam

pengurusane-KTP dan KK di Kantor dinas dukcapil adalah melalui :

1. Kesatuan visi yang ingin dicapai dan pengembangan pegawai maupun petugas

melalui arahan dan pedoman yang diberikan bagi semua personil dalam

melaksanakan tugasnya sehingga patuh terhadap hukum yang sah dan perintah

atasan yang wajar untuk menentukan prioritas-prioritas di bidang Kependudukan

dan Pencatatan Sipil sehingga sasaran program kegiatan dapat tercapai.

2. Kesatuan Nilai yang ditanamkan melalui Motto Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil yang senantiasa diupayakan dalam pemberian pelayanan yaitu

“one day service”. Pegawai di harapkan profesional dan teliti dalam pemberian

pelayanan yang akurat.

3. Sikap dalam pemberian pelayanan yaitu senyum, sopan, santun dan hormat serta

mampu menangani keluhan masyarakat.

4.4 Hambatan-hambatan

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menerapkan prinsip Akuntabilitas

dan Responsibilitas pelayanan publik dalam pengurusan e-KTP dan KK antara lain:

a. Kurangnya Peran Aktif Masyarakat

Dalam menerapkan prinsip good governance, ada tiga stakeholder yang

terkait antara lain pemerintah (negara), swasta, dan masyarakat. Ketiga elemen ini

Universitas Sumatera Utara


berkaitan satu sama lain. Masyarakat memegang peran yang cukup penting dalam

halini. Peran aktif masyarakat dalam mewujudkan terciptanya good governance

dapatditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun kenyataannya partisipasi masyarakat masih kurang terlibat

dalamberbagai kegiatan yang diadakan oleh pihak kantor dinas kependudukan dan

pencatatan sipil. Salah satu contoh terlihat dari jumlah masyarakat sebanyak 312.152

warga Mandailing Natal yang memiliki e-KTP masih dibawah 90%. Banyaknya

masyarakat yang belum sadar akan pentingnya memiliki e-KTP menjadi masalah

terhambatnya pelaksanaan akuntabilitas dan responsibilitas pelayanan publik.

Masyarakat tidak sadar bahwa sebenarnya pelayanan yang diberikanmerupakan

kebutuhan dari masyarakat tersebut.

b. Kurangnya Sosialisasi yang Dilakukan kepada Masyarakat

Kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat mengakibatkan

banyak informasi yang tidak sampai kepada masyarakat. Banyak masyarakat yang

tidak tahu apa saja kegiatan dan program kerja yang dilaksanakan di lingkungan

kantor dinas dukcapil serta kebijakan-kebijakannya terutama dalam teknis

administratif. Banyak masyarakat yang kadang datang untuk mengurus dokumen

administrasi kependudukan yang masih kekurangan persyaratan yang harus

dilengkapi. Walaupun sosialisasi telah dilaksanakan melalui koordinasi ke kecamatan

dan kelurahan/desa tetapi belum secara maksimal karena terkadang tidak merata

sampai ke semua lapisanmasyarakat.

c. Melemahnya koordinasi yang dikarenakan rentang jarak yang cukup jauh ke titik

pelayanan (kecamatan)

Universitas Sumatera Utara


d. Banyaknya alat-alat perekam e-KTP serta kurangnya sumber daya manusia di

tingkat kecamatan

Seharusnya pelayanan pengurusan e-KTP bisa dilakukan di tingkat

kecamatan. Namun karena banyak alat-alat yang rusak di kecamatan membuat pihak

kantor dinas harus melayani kepengurusan administrasi kependudukan di kantor

Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berikut ini akan diuraikan kesimpulan mengenai akuntabilitas dan

responsibilitas pelayanan publik dalam pengurusan E-KTP dan KK di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten mandailing Natal berdasarkan

faktorberikut :

1. Objektif responsibilitas

a. Bertanggung jawab terhadap pimpinan dalam hukum yang berlaku.

Indikator ini mencakup pertanggungjawaban seluruh sumber daya terkait

dalam lingkungan kantor dinas dukcapil untuk mematuhi kebijakan dan

ketentuan yang berlaku di kantor dinas dukcapil. Dalam pemberian pelayanan

di kantor dinas dukcapil terdapat tugas dan fungsi masing-masing dari setiap

unsur terkait yang ada di dalamnya. Setiap pemberi layanan harus

menjalankan ketentuan yang berlaku. Pegawai maupun petugas kantor dinas

dukcapil kabupaten Mandailing Natal sudah bertanggung jawab dalam

melaksanakan ketentuan dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Hal

ini ditandai dengan kesadaran petugas bahwa mereka mempunyai kewajiban

dan harus melaksanakan tugasnya untuk mematuhi aturan serta pegawai telah

menjalankan tugas dengan mengikuti SOP yang berlaku. Tidak dapat

dipungkiri, masih ada keluhan-keluhan dari masyarakat yang mengurus E-

KTP dan KK sebagai penerima pelayanan yaitu mengenai lambatnya waktu

pelayanan karena terjadi pengantrian, lamanya waktu penyelesaian produk E-

Universitas Sumatera Utara


KTP karena keterbatasan pengadaan blangko (sampai dengan maret), lamanya

waktu penyelesaian KK karena kendala teknis dalam penandatanganan, dan

beberapa prosedur dan syarat-syarat yang menurut masyarakat sulit untuk

dipenuhi dan dipahami. Namun hal-hal tersebut tidak berlangsung setiap saat

dan pelayanan juga sudah dilaksanakan berdasarkan SOP.

b. Bertanggung jawab terhadap atasan dan bawahan

Indikator ini berkaitan dengan pertanggungjawaban bawahanterhadap

pelaksanaan tugasnya kepada atasan danpertanggungjawaban atasan untuk

menjadi penunjuk arah bagibawahannya. Dalam hal ini pegawai sudah

dianggapbertanggungjawab terhadap atasan dengan melaksanakan perintah

dan tugas-tugas yang diberikan sebagai tugas pokok dan fungsi masing-

masing, hal ini juga ditandai dengan penilaian dan pengawasan yang

dilakukan atasan kepada pegawai sebagai ukuran kinerja pegawai.Begitu pula

sebaliknya, atasan sudah bertanggung jawab dengan baikdalam memberikan

arahan kepada bawahannya dan melaksanakantugasnya untuk memberikan

penilaian yang dilakukan dengan adanya evaluasi setiap bulan. Bimbingan

teknis juga dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

yang ada di lingkungan kantor dinas dukcapil dan juga semua kecamatan yang

ada di Kabupaten Mandailing Natal terkait pendaftaran dan pencatatan sipil.

Namun walaupun pegawai telah bertanggung jawab dengan baik tetapi

motivasi pertanggungjawaban yangdilakukan belum cukup memuaskan

karena masih adanya petugas yang malas dan kurang disiplin, bekerja belum

atas dasar kemauan sendiri.

Universitas Sumatera Utara


c. Bertanggung jawab terhadap masyarakat

Indikator ini berkaitan dengan pemenuhan kepentingan publik dan pelayanan

atas masyarakat. Pegawai sudahmemberikan informasi dengan jelas dan

bersikap cukupbaik walaupun belum sepenuhnya profesional dalambekerja.

Beberapa keluhan terhadap pelayanan adalah mengenai pelayanan yang

diberikan masih tergolong lambatkarena masih adanya beberapa masyarakat

yang mengeluh perihallambatnya pelayanan akibat terjadinya antrian. Hal ini

terjadi karena beberapa kendalayaitu sarana dan prasarana yang masih kurang

memadai serta jumlah pegawai yang langsung berinteraksi dengan masyarakat

masih kurang. Ruang tunggu bagi masyarakat yang kurang nyaman, kursi

yang kurang dibagian perekaman E-KTP, loket pengambilan/leges akta

pencatatan sipil, serta loket pengambilan KK dan SP.

2. Subjektif responsibilitas

a. Loyal

Hal ini merupakan sikap loyal pegawai terhadap komitmen bersama di dalam

kantor dinas dukcapil. Petugas dianggap memiliki loyalitas yang cukup

terhadap kantor dinas dukcapil, atasan dan pemerintah. Hal ini ditandai

dengan pelaksanaan tugas pelayanan yang senantiasa dilaksanakan dan

antusiasme pegawai bahwa mereka harus meningkatkan kualitas kerjanya agar

mencapai visi kantor dinas dukcapil dan program pemerintah agar semua

masyarakat memiliki identitas diri berskala nasional melalui pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil untuk kelengkapan dokumen administrasi

kependudukan yang harus dimiliki masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


b. Nilai

Hal ini berkaitan dengan kepercayaan atau nilai yang ditanamkan di dalam

menjalankan tugas dan memberikan pelayanan. Pegawai kantor dinas dukcapil

Kabupaten Mandailing Natal sudah menerapkan nilai – nilai yang baik secara

moralitas. Hal ini dilihat dari penanaman nilai umum yang mereka jalankan

dan tanamkan sehari-hari.

c. Karakter

Hal ini berkaitan dengan sifat yang dimiliki oleh pegawai kantor dinas

dukcapil Kabupaten Mandailing Natal. Walaupun memiliki karakter yang

berbeda-beda namun pegawai telah melayani masyarakat dengan sapa, yaitu

menanyakan mengenai kebutuhan yang dibutuhkan masyarakatyang

bersangkutan, ramah, sopan dan santun serta hormat dalam memberikan

pelayanan sehingga masyarakat juga merasa puas dengan karakter pegawai di

dalam memberikan pelayanan dengansikap santun dan lembut tersebut.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapasaranyang

diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkanresponsibilitaspelayanan

publik di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatanan Sipil Kabupaten Mandailing

Natal, antara lain :

1. Pegawai kantor dinas dukcapil Kabupaten Mandailing Natal disarankan bisa

mematuhi semua ketentuan kantor dan menjalankan SOP sepenuhnya

dalammelaksanakan tugas yang diembankan kepada mereka dan memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, serta harus lebih disiplin

memberikan pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

2. Pegawai kantor dinas dukcapil diharapkan mampu menciptakan sinergi

dalammelaksanakan tugas setiap harinya bersama atasan sehingga tercipta

lingkungan kerja yang lebih kondusif dan terciptanya pelaksanaankerja yang lebih

berkualitas. Selain itu, pegawai kantor diharapkan mempertahankan motivasi

kerjanya untuk senantiasa loyal dan antusias dalam melaksanakan tugas untuk

mewujudkan visi kantor dinas dalam mewujudkan pelayanan yang lebih baik.

3. Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing Natal

diharapkan melengkapi fasilitas yang dibutuhkan pegawai dalam menunjang

pekerjaan guna percepatan penyelesaian proses kerja dan menjaga kebersihan

yang ada agar masyarakat dapat lebih nyaman. Sarana dan prasarana untuk

masyarakat perlu ditingkatkan seperti ruang tunggu perlu diperluas, penambahan

kursi, dan kesigapan pegawai untuk kejelasan informasi agar masyarakat tidak

kebingungan dalam mengisi formulir pendaftaran.

Universitas Sumatera Utara


4. Pegawai kantor dinas diharapkan menunjukkan sikap yang berintegritas dan

komitmen yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Senantiasa menunjukkan pribadi yang jujur, ramah, sopan, santun, hormat, dan

tersenyum saat memberikan pelayanan serta bertanggung jawab kepada

masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas.

5. Setiap unsur yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Mandailing Natal harus sigap terhadap keluhan-keluhan yang datang

dari masyarakat. Diperlukan adanya meja informasi yang berfungsi sebagai

tempat pengaduan masyarakat terhadap keluhan yang dihadapinya terkait

pelayanan atau tatacara yang harus dilakukan dalam setiap pelayanan yang ada di

kantor dinas agar masyarakat tidak kebingungan tentang prosedur maupun

informasi lainnya.

6. Diharapkan adanya peningkatan koordinasi kantor dinas dengan seluruh

kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal dalam hal pelayanan

dokumen administrasi kependudukan agar tidak memberatkan masyarakat dalam

pengurusannya, terutama masyarakat yang sulit menjangkau kantor dinas

dukcapil karena jarak yang cukup jauh dan waktu yang dibutuhkan cukup lama

untuk menjangkau kantor dinas. Dan untuk bus-bus pelayanan keliling diharapkan

memiliki jadwal yang rutin ke desa-desa agar masyarakat mudah mendapatkan

berbagai informasi tentang dokumen administrasi kependudukan dan jadwal

pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta

Dwiyanto, Agus. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.


Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Konsep, Dimensi, Indikator dan


Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media

Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan


Publik. Jakarta: Mitra Wacana Media

Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada

L.Cooper, Terry . 1998 . The Responsible Administrator : an approach to ethics for


the administrative role. United State : Jossey Bay

Mohammad, Ismail, dkk. 2004. Konsep dan Pengukuran Akuntabilitas. Jakarta:


Universitas Trisakti

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik & Customer Satisfaction. Prinsip-


prinsip Dasar Agar Pelayanan Publik Lebih Berorietasi pada Kepuasan dan
Kepentingan Masyarakat. Bandung: P.T. Alumni

Oktasari, Defi Maya. 2015. Implementasi KEPMEN PAN No. 63 Tahun 2003
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Publik di Kantor Kecamatan
Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara. (Online) Vol 3

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik. Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: PT Refika Aditama

Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Keperintahan Yang Baik) Dalam Rangka


Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju

Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan,
dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2009. Metode Penelitian Survai. (Eds).
Jakarta: LP3ES

Sitorus, Monang. 2009. Manajemen Pelayanan Publik. Bandung: UNPAD PRESS

Universitas Sumatera Utara


Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: Alfabeta

Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif


Pendekatan. 2005. Jakarta: Kencana

Sumber Undang-Undang:

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah

Keputusan Menteri PAN No. 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum


Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/26/M.PAN/2/2004


Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Peraturan Bupati Mandailing Natal Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas
dan Fungsi Dinas Kependudukan,Catatab Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Mandailing natal

Sumber Skripsi :

Amshar, Fadly. 2010. Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi
Kasus Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan
Labuhan Medan). Skripsi. Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP
USU. Medan

Muslimah, Syarifah. 2016. Responsibilitas Pelayanan Publik Pada RSUD


Salewangan Kabupaten Maros. Skripsi. Program Studi Ilmu Administrasi
Negara FISIP UNHAS. Makassar

Sumber Internet:
Disdukcapil: 30 September 2016 Batas Perekaman e-KTP. Metrotabagsel.com
diakses pada tanggal 14 Februari 2017 pukul 13:46 wib

Fungsi e-KTP. http://www.e-ktp.com/fungsi-e-ktp/ diakses pada tanggal 16 Maret


2017 pukul 22:31 wib

https://mandailingnatalkab.bps.go.id/V2/linkTabelStatis/view/id/46 diakses pada


tanggal 14 Februari 2017 pukul 10:00 wib

Universitas Sumatera Utara


Mahsun, Moh. 2011. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Konsep dan Praktik
Pengukuran Kinerja di Lingkungan Organisasi Sektor Publik.
(http://mohmahsun.blogspot.co.id/2011/04/akuntabilitas-kinerja.html)
diakses pada tanggal 12 oktober 2016 pukul 16:05 wib

Nilai. https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai. Diakses pada tanggal 22 februari 2017


pukul 14:40 wib

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan. Hasil Pengembangan Ukuran


Penilaian GEG. Nomor : LHP-824/LB/2007, Tanggal 14 November 2007.
http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/938/Ukuran-GEG. diakses
pada 30 Oktober 2016

http://madina.go.id/gambaran-umum-mandailing-natal/ diakses pada 14 Februari


2017 pukul 13:03 wib

KTP-el Berlaku Seumur Hidup. http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/ktp-el-


berlaku-seumur-hidup diakses pada tanggal 14 Maret 2017 pukul 23:55 wib

Optimalkan Pelayanan e-KTP, Dinas Kependudukan Siap Turun ke Desa-desa.


startfmmadina.com diakses pada tanggal 14 Februari 2017 pukul 13.46 wib
23 Pengertian Nilai Menurut ParaAhli.http://www.edukasinesia.com/2016/09/23-
pengertian-nilai-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 22 februari
2017 pukul 14:45 wib

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara untuk Kadis/Sekretaris Dinas Dukcapil Sipil Kab. Madina

1. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan publik yang diterapkan dilingkungan


kerja kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil?
2. Adakah Standart Operasional Procedur (SOP)/pedoman pelaksanaan E-KTP dan
KK? Jika ada, apa saja pedoman tsb?
3. Bagaimana wujud penerapan akuntabilitas dan responsibilitas dalam pelayanan
kepengurusan E-KTP dan KK ?
4. Apakah prosedur yang diterapkan sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang telah berlaku?
5. Adakah peran serta masyarakat dalam mewujudkan responsibilitas pelayanan E-
KTP dan KK?
6. Strategi apakah yang dilakukan untuk mencapai tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan E-KTP dan KK?
7. Apakah kendala yang dihadapi dalam melakukan strategi tersebut?
8. Bagaimana tanggung jawab bapak terhadap kinerja pegawai dalam pengurusan
dokumen administrasi kependudukan (E-KTP dan KK)?
9. Apakah kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kab. Mandailing Natal
memiliki laporan kinerja sesuai dengan standar pelaporan kinerja yang telah di
tetapkan?
10. Apakah pegawai memilliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam hal pelayanan E-KTP dan KK?
11. Bagaimana kebijakan bapak dalam meningkatkan kemampuan SDM yang telah
ada?
12. Menurut Bapak apakah petugas pelayanan sudah bekerja dengan penuh tanggung
jawab?
13. Menurut Bapak apakah pegawai sudah disiplin dalam menjalankan tugasnya?
14. Apabila ada pegawai yang tidak disiplin, tindakan apakah yang akan bapak
lakukan?
15. Menurut Bapak, apakah pegawai senantiasa sejalan dengan kondisi yang Bapak
harapkan dalam memberikan pelayanan E-KTP dan KK?
16. Bagaimana kecermatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya?
17. Bagaimana karakter pegawai?
18. Bagaimana sistem evaluasi kinerja pegawai ?
19. Adakah rasa puas Bapak terhadap kinerja yang telah dilaksanakan pegawai?

Pedoman wawancara untuk kabid dan kasi

1. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan publik yang diterapkan dilingkungan


kerja kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil?
2. Adakah Standart Operasional Procedur (SOP)/pedoman pelaksanaan E-KTP dan
KK? Jika ada, apa saja pedoman tsb?

Universitas Sumatera Utara


3. Apakah prosedur yang diterapkan sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang telah berlaku?
4. Strategi apakah yang dilakukan untuk mencapai tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan E-KTP dan KK?
5. Apakah kendala yang dihadapi pegawai dalam melaksanakan pelayanan?
6. Bagaimana tanggung jawab bapak terhadap kinerja pegawai dalam pengurusan
dokumen administrasi kependudukan (E-KTP dan KK)?
7. Apakah kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil kab. Mandailing Natal
memiliki laporan kinerja sesuai dengan standar pelaporan kinerja yang telah di
tetapkan?
8. Bagaimana menurut Bapak tentang kinerja pegawai? Apakah pegawai sudah
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat ?
9. Apakah pegawai memilliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam hal pelayanan E-KTP dan KK?
10. Menurut Bapak apakah petugas pelayanan sudah bekerja dengan penuh tanggung
jawab?
11. Menurut Bapak apakah pegawai sudah disiplin dalam menjalankan tugasnya?
12. Apakah pegawai sudah bekerja secara profesional dan teliti?
13. Apabila ada pegawai yang tidak disiplin, tindakan apakah yang akan bapak
lakukan?
14. Menurut bapak, bagaimana cara mengatasi pegawai yang cuek ? apakah bapak
pernah memberikan punishment jika terdapat hal yang seperti itu ?
15. Bagaimana kecermatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya?
16. Bagaimana karakter pegawai?
17. Bagaimana sistem evaluasi kinerja pegawai ?
18. Adakah rasa puas Bapak terhadap kinerja yang telah dilaksanakan pegawai?

Pedoman wawancara untuk pegawai

1. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan publik dalam pengurusan E-KTP dan


KK?
2. Apakah prosedur yang diterapkan sudah sesuai dengan peraturan yang telah
berlaku?
3. Apakah waktu penyelesaian E-KTP dan KK selesai dengan peraturan yang telah
ditetapkan? Berapa lama?
4. Mengapa masih terjadi keterlambatan waktu dalam penyelesaian kepengurusan E-
KTP dan KK?
5. Apakah dalam kepengurusan E-KTP dan KK di pungut biaya? Jika ya, berapa
rincian biaya dan bagaimana tatacara pembayarannya? sesuaikah dengan
peraturan perundang-undangan?
6. Apakah Bapak/Ibu pernah kesulitan dan mengalami kesalahan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pembuatan E-KTP dan KK?
Bagaimana memperbaiki kesalahan tersebut?
7. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam melayani atau menanggapi keluhan dari
masyarakat?

Universitas Sumatera Utara


8. Apakah bapak/ibu senantiasa peduli pada kebutuhan dan kenyamanan masyarakat
?
9. Menurut Bapak/Ibu apakah prosedur pelayanan dan alur sudah jelas dan mudah
dipahami oleh masyarakat?
10. Bagaimanakah ketersedian fasilitas yang ada? Apakah sudah memadai?
11. Apakah menurut Bapak/Ibu jumlah pegawai dalam pelayanan E-KTP dan KK
sudah cukup?
12. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti seminar, pendidikan dan pelatihan tentang
pelayanan publik?
13. Menurut bapak/ibu, apakah perintah atasan senantiasa berjalan sesuai dengan
ketentuan dan kewajiban pelayanan yang harus dijalankan ?
14. Apakah atasan senantiasa melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan secara
detail pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai ?
15. Menurut Bapak/Ibu apakah pelayanan yang diberikan sudah berkualitas dan
sesuai dengan yang diharapkan masyarakat?
16. Apakah bapak/ibu senantiasa hadir tepat waktu berdasarkan jam kerja yang
ditetapkan?
17. Menurut bapak/ibu, bagaimana sistem evaluasi yang diterapkan terhadap kinerja
pegawai dalam melaksanakan kewajiban ?
18. Apakah bapak/ibu senantiasa menerapkan sikap yang baik (senyum, salam, sapa,
sopan, dan santun) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat ?
19. Adakah rasa puas Bapak/Ibu terhadap pelayanan yang telah dilaksanakan?
Pedoman wawancara untuk masyarakat

1. Menurut bapak/ibu, bagaimana prosedur pemberian pelayanan E-KTP dan KK di


kantor ini ? apakah pegawai memberikan alur pelayanan yang mudah ?
2. Apakah waktu penyelesaian sudah sesuai dengan yang bapak/ibu harapkan?
3. Apakah dalam pengurusan E-Ktp dan KK mengeluarkan biaya?
4. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang fasilitas yang ada? Apakah sudah memadai
dan nyaman?
5. Menurut bapak/ibu apakah jumlah pegawai dalam pelayanan E-KTP dan KK
sudah cukup?
6. Menurut Bapak/Ibu apakah pegawai sudah memiliki kemampuan yang baik dan
berkompeten untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan E-
KTP dan KK?
7. Apakah pegawai memberikan perlakuan yang berbeda saat memberikan
pelayanan?
8. Apakah menurut bapak/ibu pegawai sudah profesional dan teliti dalam bekerja?
9. Menurut bapak/ibu apakah pegawai sudah melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik?
10. Menurut bapak/ibu, apakah pegawai senantiasa bersikap sopan, santun, dan ramah
dalam memberikan pelayanan pembuatan E-KTP dan KK ?
11. Menurut bapak/ibu, apakah pegawai merespon dengan cepat saat dibutuhkan ?
12. Menurut bapak/ibu, apakah pegawai senantiasa berada di ruang kantor saat waktu
tugas dan melayani masyarakat setiap saat ?

Universitas Sumatera Utara


13. Apakah bapak/ibu pernah memiliki kesulitan dan keluhan terhadap pelayanan
yang diberikan dalam pengurusan E-KTP dan KK?
14. Apakah bapak/ibu puas dengan pelayanan yang diberikan pegawai?

Universitas Sumatera Utara


PEDOMAN OBSERVASI

Lokasi : Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mandailing


Natal

Yang diamati
Profesional Kerja Pegawai
Masih
1. Mentaati segala peraturan yang berlaku disipl
kanto
Sikap
memb
2. Sikap dalam memberikan pelayanan
ramah
kepad
3. Pelayanan oleh pegawai yang cepat Pegaw
yang
pelay
Pegaw
4. Penampilan pegawai seraga
ditent
Pegaw
denga
tinggi
5. Daya tanggap pegawai dalam menghadapi dan menyelesaikan keluhan dari masyarakat
mamp
kemu
dan m
Pegaw
6. Penguasaan pengetahuan pegawai memb
dalammenjawabpertanyaan,informasidankebutuhanberkaitandenganpelayananyangdisedi syarat
akan masya
meng
Kejelasan Pelayanan
1. Pelayanan yang merata/berlaku adil Beber
yang
yang
2. Rincian biaya/tarif pengurusan e-KTP dan KK Tidak
apapu
Alur
untuk
dilaku
3. Alur/prosedur (flowchart) pengurusan e-KTP dan KK desa/k
kanto
belum
alur/f

Universitas Sumatera Utara


bisa
masya
alur y
meng
pegaw
4. Pemberian informasi
inform
masya
Syara
dileng
5. Syarat-syarat untuk pengurusan e-KTP dan KK setiap
kepen
di tem
6. Jadwal pelayanan Jadwa
tertem
Ketepatan waktu pelayanan:
Pelay
meny
sudah
penye
admin
1. Lamanya waktu penyelesaian
selesa
beber
dokum
kepen
selesa
Kelengkapan Sarana dan Prasarana:
1. Kelengkapan alat-alat kantor Alat-a
mema
Fasili
pelay
lengk
kursit
2. Kenyamanan Ruang tunggu dan parkir
kuran
keber
juga
ada y
Tidak
mena
3. Tersedianya kotak/loket pengaduan masyarakat
darim
dukca
Akses
beber
4. Kemudahan akses
di Ka
sulit k

Universitas Sumatera Utara


kanto
mema
meng
banya
Kanto
Madi
websi
masya
memb
terhad
tidak
meng
meng
pokok

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai