SKRIPSI
SRI WAHYUNI
09C10432017
SKRIPSI
SRI WAHYUNI
09C10432017
dddd
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Teuku Umar
Judul : Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar Di Balai Benih Ikan
Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya
Nama : Sri Wahyuni
NIM : 09C10432017
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Diketahui,
PERNYATAAN MENGENAI
SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Penulis
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt karena dengan
Kudrah dan Iradah-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan Skipsi ini yang
berjudul “Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar di Balai Benih Ikan Babah
Krueng Kecamatan Beutong di Kabupaten Nagan Raya”. Shalawat dan salam
penulis sampaikan kepangkuan Alam Nabi Besar Muhammad Saw yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Skripsi ini tidak akan terwujud jika tanpa izin daripada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kekuatan kapada penulis, dan bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak. Maka dengan terselesainya Skripsi ini sebagai rasa syukur
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
2. Bapak Muhammad Rizal,S.Pi.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
3. Ibu Erlita,S.Pi selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan arahan sehingga terlaksana dan selesainya Skripsi ini.
4. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan meluangkan waktu,tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan arahan sehingga Skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Yuli Erina, S.Si, M.Si, selaku penguji I yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan saran untuk kesempurnaan Skripsi ini.
6. Bapak Ahmad Astori, S.Pi selaku peguji II yang telah memberikan saran –
saran dan arahan sehingga skripsi ini dapat berguna untuk pembaca.
7. Bapak Abdul Latif selaku kepala BBI Babah Kueng beserta staf yang telah
memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian ini.
8. Ayahanda Nurdin, Ibunda Sawami, kakakku Nika Wati serta adikku
Silfiana, yang telah memberikan kasih sayang, harapan, motivasi,
pengorbanan beserta dengan do’a.
9. Teman – teman yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi dan
kebersamaan yang luar biasa sehingga Skripsi ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih banyak
kekurangan baik itu di segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Skripsi ini, karena sesungguhnya Kesempurnaan itu hanya datang
dari Allah SWT. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH
IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasit pada ikan air
tawar yang terdapat di Balai Benih Ikan Babah Krueng kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012.
Metode survey yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil sampel
ikan secara acak sebanyak 5 ekor pada setiap jenis ikan. Analisis data secara
deskriptif dan menghitung prevalensi dan intensitas pada masing – masing ikan
yang terserang parasit. Dari hasil penelitian didapatkan dua jenis parasit pada ikan
Tawes (Puntius javanicus) yaitu Dactylogyrus sp dan Gyrodactylus sp. Prevalensi
Dactylogyrus sp adalah 20% dan Gyrodactylus sp 20%. Intensitas dactylogyrus
sp berjumlah 2 ind per ikan dan Gyrodactylus sp berjumlah 3 ind per ikan.
Kata kunci : Parasit, Ikan air tawar, Prevalensi, Intensitas, Dactylogyrus sp,
Gyrodactylus sp
1)
Mahasiswa Program Study perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar
2)
Dosen Program Study Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF PARASITIES ON FRESHWATER FISHES
AT BABAH KRUENG HATCHERY KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
This research aims to know the types of parasities in freshwater fish found
in the Babah Krueng Hatchery Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. This
research was carried out in November 2012. The survey methods used in this
study with a random fish sampled as much as 5 tails on each type of fish.
Descriptive data analysis and calculating prevalence and intensity at each fish
afflicted by parasites. The research results obtained from two different types of
parasites on fish tawes (Puntius javanicus) i.e. Dactylogyrus sp and Gyrodactylus
sp. prevalence of Dactylogyrus sp is 20% and 20% of the Gyrodactylus sp. The
intensity of Dactylogyrus sp are 2 individu per fish and Gyrodactylus sp 3
individu per fish .
1)
Student Fisheries Program, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar
2)
Lecturer Fisheries Program, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar
RINGKASAN
Sri Wahyuni. 09C1O432017. IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR
TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN
BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA. Dibawah bimbingan Ibu Erlita,
S.Pi, dan Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si.
Balai benih ikan (BBI) pada dasarnya adalah sentral kegiatan budidaya
khususnya pembenihan, tentunya diharapkan dapat memproduksi benih yang
sehat (bebas dari penyakit) dan berkualitas. Diketahuinya benih atau indukan yang
terinfeksi penyakit diharapkan deteksi dini terhadap ikan-ikan yang di
kembangkan di BBI tersebut. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar dan sebagai
informasi (data dasar) dalam upaya melihat kondisi ikan budidaya di BBI Babah
Krueng.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Tanggal 12 sampai dengan 17
November 2012, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah Metode Survey untuk mendeteksi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan
air tawar. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak pada setiap jenis ikan yang ada di BBI Babah
Krueng. Jumlah ikan yang diambil dari masing-masing jenis ikan adalah 5 ekor
dan untuk induk ikan di ambil 2 ekor pada setiap jenisnya. Sampel ikan
selanjutnya di isolasi dan di identifikasi jenis parasitnya.
Metode penelitian meliputi penyediaan ikan sampel, Nekropsi sampel,
pemeriksaan parasit (ektoparasit dan endoparsit), identifikasi parasit, menghitung
tingkat infeksi (prevalensi) dan intensitas. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk identifikasi dilakukan
dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh dengan gambar dan data yang ada
pada Literatur/Buku Panduan Identifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian mengenai identifikasi
parasit pada ikan air tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya ditemukan dua jenis parasit. Jenis-jenis parasit
yang ditemukan pada penelitian ini adalah Dactiligyrus sp dan Gyrodactylus sp.
Prevalensi parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan Tawes
(Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 20%. Intensitas
parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius
javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 2-3 ind/ekor.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................ ii
RINGKASAN........................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Identifikasi Parasitologi............................................. 4
2.2. Penyakit....................................................................................... 4
2.3. Parasit.......................................................................................... 5
2.4. Jenis-jenis Parasit........................................................................ 9
2.5. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit........................ 12
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat...................................................................... 13
3.2. Alat dan Bahan............................................................................ 13
3.3. Metode Penelitian........................................................................ 14
3.3.1. Penyediaan Ikan Sampel.................................................... 14
3.3.2. Nekropsi Sampel............................................................... 14
3.3.3. Pemeriksaan Parasit........................................................... 14
3.4. Metode Pengambilan Data........................................................... 16
3.4.1. Data Primer........................................................................ 16
3.4.2. Data Sekunder................................................................... 17
3.5. Analisis Data................................................................................ 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil............................................................................................. 18
4.2. Pembahasan................................................................................. 19
4.2.1. Dactylogyrus sp................................................................... 19
4.2.2. Gyrodactylus sp................................................................... 22
4.2.3. Prevalensi Parasit................................................................. 24
4.2.4. Intensitas Parasit................................................................. 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan................................................................................... 27
5.2. Saran............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis-jenis parasit yang dideteksi dengan mata telanjang..................... 8
2. Jenis-jenis parasit yang diamati secara mikroskopis............................ 8
3. Alat yang digunakan dalam identifikasi parasit.................................... 13
4. Bahan-bahan yang digunakan dalam identifikasi parasit...................... 13
5. Hasil identifikasi parasit pada ikan air tawar........................................ 18
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan yang terserang dactylogyrus sp..................................................... 19
2. Anatomi Dactylogyrus sp..................................................................... 20
3. Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan tawes..................................... 21
4. Ikan yang terserang Gyrodactylus sp.................................................... 22
5. Gyrodactylus sp yang menginfeksi ikan tawes.................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................... 30
2. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 31
3. Prevalensi dan intensitas parasit Dactylogyrus sp
dan gyrodactylus sp............................................................................... 34
4. Surat Keterangan Penelitian.................................................................. 35
I. PENDAHULUAN
terbuka. Namun bukanlah jaminan bahwa budidaya ikan akan berjalan mulus,
Salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian sumber daya hayati
perikanan tersebut adalah serangan hama dan penyakit ikan. Kerusakan tersebut
sangat merugikan bangsa dan negara karena akan menurunkan hasil produksi
budidaya ikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan dapat pula
mengakibatkan musnahnya jenis – jenis ikan yang bernilai ekonomis dan ilmiah
tinggi.
berbagai sebab yang dapat mematikan ikan, pada ikan penyakit disebabkan oleh
organisme pathogen berupa parasit (virus, bakteri, cacing, dll). Banyak petani ikan
yang sama sehingga petani sering salah menduga (Aryani et al, 2005).
Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai
yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan
bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk
menjadi dua yaitu ektoparsit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi
jenis parasit yang menyerang ikan, maka perlu adanya identifikasi parasitenis
terhadap serangan spesies dari suatu jenis parasit tersebut. Secara fisik, efek
negatif yang ditimbulkan dari serangan parasit lebih jelas terlihat pada serangan
parasit yang ada pada BBI Babah Krueng, seperti jenis parasit, sebagai informasi
terhadap serangan parasit agar produksi budidaya ikan dapat terjaga dan terus
meningkat.
Balai benih ikan (BBI) Babah Krueng sebagai UPTD yang diharapkan
serangan penyakit baik terhadap benih maupun indukan sangat perlu dilakukan,
karena itu perlu dilakukan identifikasi jenis parasit yang menyerang ikan. Hal ini
menjadi penting karena jika tidak dilakukan identifikasi sejak awal maka
Balai benih ikan (BBI) pada dasarnya adalah sentral kegiatan budidaya
sehat (bebas dari penyakit) dan berkualitas. Diketahuinya benih atau indukan yang
mengidentifikasi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar dan sebagai
informasi (data dasar) dalam upaya melihat kondisi ikan budidaya di BBI Babah
Krueng.
menyerang ikan air tawar yang terdapat di BBI Babah Krueng Kecamatan
1. Penulis mengetahui jenis parasit yang menyerang pada ikan air tawar.
semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini
protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun
adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang
dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang
Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak
menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial
2.2. Penyakit
pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan
dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang
penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,
kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah
didalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula
oleh organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat
terluka karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka
tubuh ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit.
2.3. Parasit
Parasit adalah suatu organisme lebih kecil yang hidup dan menempel pada
tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan parasit dalam
tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya
sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah, jenis, tingkat kesakitan yang
dapat ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan tubuh dan nutrisi dalam tubuh host.
Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan
Menurut Ghuffran dan Kordi (2004), timbulnya suatu penyakit bukan hanya
disebabkan oleh faktor tunggal saja, melainkan merupakan hasil interaksi yang
penyakit pada ikan sangat di pengaruhi oleh kondisi tubuh itu sendiri dan cara
penyerangan parasit tersebut. Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup
pada tubuh ikan yang mendapat perlindungan dan memperoleah makanan dari
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu pathogen asli (true pathogen) dan
parasit yang selalu menimbulkan penyakit khas apabila ada kontak dengan ikan.
Pathogen potensial adalah organisme parasit dalam keadaan normal hidup dengan
ikan, akan tetapi jika kondisi lingkungan menunjang akan segera menjadi
sebagai perantara bagi patogen. Parasit biasanya lebih banyak menyerang ikan-
ikan yang dibudidayakan daripada ikan-ikan yang hidup secara liar di perairan
bebas. Hal ini disebabkan karenan kepadatan ikan-ikan yang di budidayakan lebih
tinggi daripada kepadatan ikan yang hidup secara bebas. Biasanya parasit
mempunyai spesifitas inang (spesific host), yaitu hanya dapat menyerang satu atau
karena organisme parasit sudah ada di kolam tersebut atau secara tidak sengaja
telah didatangkan dari daerah lain. Dalam kondisi kolam yang baik, organisme
parasit yang ada di kolam maupun di tubuh ikan tidak mampu menyebabkan
timbulnya penyakit. Akan tetapi jika kondisi lingkungan menjadi buruk, daya
menjadi lebih baik. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pada kolam
yang kurang terawat sering terjadi wabah penyakit, sebab pada kolam semacam
ini kondisi tubuh ikan menjadi lemah sehingga tidak akan mampu menahan
biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah, cairan limfe,
yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.
Sebab parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang
tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi
penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Yang
jelas, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat
perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu
biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infestasi yang disebabkan oleh
menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang yang berbeda. Parasit dapat
dijumpai pada tempat atau bagian tubuh tertentu dari inang. Parasit yang hidup
pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparasit
sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut
mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada sejumlah
besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua
kelompok yaitu :
1. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti pada
kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya
pada ikan budidaya maupun ikan aquarium antara lain adalah: Ichthyophthirius
Lerneae.
2. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan seperti:
saluran pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparsit yang sering menyerang
Menurut Yuasa et al (2003), terdapat beberapa jenis parasit ikan air tawar di
Indonesia. Jenis-jenis parasit tersebut ada yang dapat di amati dengan mata
Tabel 1. Jenis-jenis parasit yang dapat dideteksi dengan mata telanjang pada ikan
air tawar
Tabel 2. Jenis-jenis Parasit yang diamati secara Mikroskopis pada ikan air tawar
Spesies Morfologi Inang Tempat
Ichtyophthirius Berbentuk bundar Botia, Patin Dalam kulit dan
multifilis sampai oval, insang
(Protozoa bersilia
bersiliata)
Trichodina sp. Berbentuk seperti Patin, Nila, Mas Pada kulit dan
(Protozoa
piring, diameter dan Botia insang
bersiliata) sekitar 50 µm.
Chilodonella Berbentuk seperti Mas Pada insang
cyprini (Protozoa serpihan daun,
bersiliata) berukuran 20-40
µm.
Centrocestus sp. Berbentuk oval, Mas Dalam insang
(Trematoda berukuran 110-
digenetik) 130 µm.
(Yuasa et al, 2003)
1. Dactylogyrus sp.
merupakan jenis cacing yang biasanya menyerang pada insang. Cacing ini
berbentuk pipih, pada ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai
pengait dan penghisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit tidak
terlihat cerah lagi. Sirip ekor rontok dan tutup insang tidak dapat menutup
badan ke dasar kolam. Parasit ini selalu terdapat bersama-sama pada satu inang
dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Parasit ini akan meninggalkan
tubuh ikan bila ikannya mati, kemudian larva yang baru menetas dari
Dactilogyrus sp. siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang yang baru
ditemukan adalah ikan yang telah terjangkiti oleh parasit lain. Bila selama
sepuluh jam setelah lepas ke perairan belum menemukan ikan, parasit ini akan
mati.
2. Trichodina sp.
Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal pada ikan. Bagian tubuh
yang diserang yaitu kulit, sirip, dan insang. Ikan yang telah terserang memiliki
bintik-bintik putih terutama pada kepala dan punggung. Nafsu makan ikan
berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya (ikan).
Penularannya terjadi melalui kontak langsung antara ikan yang sehat dengan
3. Apiosoma sp.
misalnya ikan grasscarp. Parasit ini biasanya menjangkiti kulit, ingsang dan
4 .Lernea sp.
Lernea sp. Merupakan udang renik yang memiliki bentuk bulat memanjang
seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang berbentuk seperti
jangkar, sehingga organisme ini disebut sebagai cacing jangkar (anchor worm),
organ ini berfungsi untuk menempel pada tubuh ikan. Lernea sp. dapat
pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang penyakit ini mengalami luka
pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel dengan
dilakukan peternak ikan antara lain, secara mekanik, kimia, atau biologis. Agar
kimia yang sering dijadikan obat antara lain yaitu formalin, Hidrogen peroksida,
jenis jamur, pengobatannya dapat dilakukan melalui perendaman dan obat oles.
Obat-obat yang sering digunakan adalah malachyt green, methylene blue, kalium
November 2012, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan
a. Alat
b. Bahan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Survey untuk
mendeteksi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar. Sampel penelitian
dipilih secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
pada setiap jenis ikan yang ada di BBI Babah Krueng. Jumlah ikan yang diambil
dari masing-masing jenis ikan adalah 5 ekor dan untuk induk ikan di ambil 2 ekor
pada setiap jenisnya. Sampel ikan selanjutnya di isolasi dan diidentifikasi jenis
parasitnya.
Ikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis ikan air tawar
yang diambil dari BBI Babah Krueng sebanyak 5 ekor/jenis dan untuk induk ikan
di ambil 2 ekor/jenisnya.
banyak lendir).
larutan fisiologis.
Untuk bagian organ yang berongga terlebih dahulu deperiksa isi dan
parasit yang menginfeksi, juga untuk mengetahui tingkat infeksi (prevalensi) dan
intensitas parasit pada ikan. Cara menghitung prevalensi dan intensitas adalah
Hadiroseyani (1998) :
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama
yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke
lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan
1. Observasi
2. Wawancara
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
lama.
Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam
infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi
langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini data sekunder akan diperoleh dari
parasit.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
diperoleh dengan gambar dan data yang ada pada Literatur/Buku Panduan
4.1. Hasil
parasit pada ikan air tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng kecamatan Beutong
kabupaten Nagan Raya ditemukan dua jenis parasit. Jenis-jenis parasit yang
4 Induk Insang - 0 0
lele
Lendir - 0 0
4 Induk Insang - 0 0
Bawal
Lendir - 0 0
4 Induk Insang - 0 0
Mas
Lendir - 0 0
Sumber : Hasil pengamatan November 2012
4.2. Pembahasan
4.2.1. Dactylogyrus sp
Hasil pemeriksaan terhadap ikan sampel, teridentifkasi parasit ini pada ikan
Tawes (Puntius javanicus) yang berasal dari kolam 4 (lampiran 4). Ditemukan
pada bagian insang ikan tersebut karena parasit ini merupakan cacing insang atau
habitat hidupnya adalah di insang ikan dan siklus hidupnnya secara langsung yang
menyebabkan warna tubuh ikan menjadi pucat, warna insang berubah menjadi
yang lemah.
mm. Mempunyai dua pasang eye spots pada ujung anterior. Sucker terletak dekat
ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari
2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai
testis dan ovary. Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat
pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior.
Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx.
Sifat Biologis Bersifat hermaprodit, sebagian besar telur terlepas dari insang dan
sebagian kecil tertanam pada insang, ukuran telur 50 um, bentuknya ovoid dan
berspina seperti duri mawar/ rosethorn like, sexual maturity 3 – 6 hari Larva dapat
ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larva yang berenang bebas
Dactylogiriasis. Ikan yang terinfeksi parasit ini dalam jumlah yang besar akan
Produksi lendir (mucosa) menjadi berlebihan akibat infeksi parasit ini, sehingga
terjadi penurunan berat badan ikan, karena hilangnya nafsu makan ikan. Ikan yang
terinfeksi berat akan menunjukkan tingkah laku yang tidak normal dan
menyebabkan kematian.
(A) (B)
Gambar 3. Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan tawes (Puntius javanicus)
pakan yang cukup terutama ikan-ikan yang berukuran kecil/benih ( 1,5-5 cm),
segera pindahkan keluar kolam atau dimatikan jika ikan menunjukkan infeksi
berat. Kolam dikeringkan apabila mungkin setelah kering 2-3 hari, dasar kolam
diberi kapur (CaO) dengan dosis 25 kg/ha. Dapat juga dilakukan desinfeksi
Padat penebaran ikan juga harus diperhatikan, agar tidak telalu padat. Sedangkan
garam dapur/NaCl 12,5-13 Gram/m3 selama 24-36 jam atau NaCl 2% selama 30
selama 24 jam (di kolam/bak) atau 250 ppm selama 15 menit, atau methylene blue
3 gram/m3 selama 24 jam dan KMnO4 0,01% selama 30 menit (Ghufran dan
Kordi, 2004).
4.2.2. Gyrodactylus sp
infeksi parasit dari jenis cacing monogenia yaitu Gyrodactylus sp. Parasit ini
ditemukan pada ikan tawes (Puntius javanicus) dibagian kulit ikan yaitu pada
sisik ikan tersebut. Dari pengamatan ikan ini berasal dari kolam 3 (lampiran 4)
terlihat ikan yang terserang parasit ini mengalami pendarahan atau bintik – bintik
merah pada bagian sisiknya, warna tubuh berubah menjadi pucat dan ikan terlihat
kurus.
Gambar 4. Ikan yang terserang gyrodactylus sp
posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah, serta
tidak mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.
Dalam siklus hidupnya tidak mempunyai inang perantara, jadi hanya mempunyai
reproduksinya bersifat vivipar yaitu embrio berkembang dalam uterus, larva yang
(A) (B)
Tergolong cacing monogenia cacing ini juga bentuknya pipih dan pada ujung
badannya di lengkapi dengan alat yang berfungsi sebagai penggait dan alat
penghisap darah. Gyrodactylus sp biasanya menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan
yang terseang gejalanya dapat di kenali kulitnya kelihatan tidak bening lagi, ikan
terlihat berkumpul pada pintu air masuk dan ikan berenang tidak normal.
Penularan parasit ini melalui kontak langsung antara individu ikan. Apabila
ikan yang terinfeksi oleh parasit ini, maka ikan akan memperlihatkan perubahan
atau gejala klinis seperti bintik – bintik merah pada daerah tertentu, kulit berwarna
putih keabu – abuan, produksi lendir tidak normal, warna lebih gelap disebagian
atau seluruh tubuh, sisik dan kulit terkelupas, proses respirasi dan osmoregulasi
ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih
Ikan Babah Krueng adalah 20%. ini merupakan tingkat serangannya rendah.
Rendahnya tingkat serangan parasit pada Balai Benih Ikan Babah Krueng
disebabkan oleh padat penebaran yang rendah sehingga ikan tidak mudah stress
dan kualitas air yang agak lebih baik seperti adanya sirkulasi air serta tidak adanya
berkembang dengan cepat disebabkan beberapa faktor antara lain kepadatan yang
tinggi, nutrisi kurang baik, kualitas air yang kurang baik yang dapat menyebabkan
Organ yang paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal ini
terlarut, menyaring partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wawunx (2008) bahwa letak insang, struktur dan mekanisme
kondisi lingkungan serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi
ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih
Babah Krueng karena kualitas air yang baik, padat penebaran yang rendah serta
nutrisi yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Talunga (2007), bahwa
pemeliharaan ikan dalam jumlah banyak pada area yang terbatas, menyebabkan
lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit
infeksi.
tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang menyerang ikan, kondisi
lingkungan dan daya tahan tubuh ikan juga turut memicu cepat tidaknya penyakit
itu menyerang ikan. Parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Secara langsung dapat terjadi dengan adanya kontak
langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang terinfeksi, sedangkan secara
tidak langsung dapat terjadi apabila kekebalan tubuh ikan mulai menurun akibat
Ditambahkan pula oleh Noble and Noble (1989) dalam Aria (2008)
menyatakan bahwa Prevalensi dan Intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama
karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh
adalah ukuran inang. Pada beberapa spesies ikan, semakin besar ukuran/berat
inang, semakin tinggi infeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih tua dapat
mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun apabila telah terjadi saling
meskipun tingkat prevalensi dan intensitasnya relatif rendah, Hal ini disebabkan
karena lingkungan alami yang relatif seimbang antara pathogen, ikan dan
lingkungannya. Jika salah satu dari inang tidak ada maka siklus hidup parasit akan
terputus, sehingga fauna parasit pada ikan yang hidup di perairan bebas dan yang
dibudidayakan kemungkinan ada perbedaan (Sriwulan et al, 1998 dalam Susanti,
2004).
5.1. Kesimpulan
1. Jenis parasit yang ditemukan selama penelitian ada dua jenis parasit yang
Gyrodactylus sp.
2. Prevalensi parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan
tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 20%.
3. Intensitas parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes
ind/ekor.
5.2. Saran
Dalam usaha budidaya ikan perlunya mengetahui cara budidaya ikan yang
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E. dan Evi L. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.
Yogyakarta. 89 hal.
Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan hama dan penyakit ikan. Pt.
Asdi Mahasatya. Jakarta.
Yuasa K. Novita P. Meliya B. dan Edy B. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan:
Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar Indonesia. Balai
Budidaya Air Tawar Jambi dan Japan Internasional Cooperation Agenci
(JICA). Jambi
BULAN
NO KEGIATAN Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Usulan proposal Penelitian
Penyusunan proposal
2
penelitian
Konsultasi dengan
3
pembimbing
4 Seminar proposal penelitian
5 Revisi proposal
6 Persiapan penelitian
7 Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan dan analisa
8
data
Penyusunan laporan hasil
9
penelitian
10 Seminar hasil penelitian