Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Sistem Konstruksi Plat


2.1.1 Jenis Perletakan
Untuk merencanakan plat beton bertulang yang perlu
dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan
dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara plat
dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada plat.
Untuk bangunan gedung, umumnya plat tersebut di tumpu oleh
balok-balok secara monolit, yaitu plat dan balok di cor bersama-sama
sehingga menjadi satu kesatuan. Kemungkinan lainnya, yaitu plat di dukung
oleh balok-balok baja dengan sistem komposit atau dapat pula di dukung
oleh kolom lansung tanpa balok.

Gambar 2.1 Penumpu plat


Sumber:https://www.google.co.id/search?
q=gamabr+kerjapenumpu +plat
Kekakuan hubungan antara plat dan konstruksi pendukungnya
menjadi salah satu bagian dari perencanaan plat. Ada 3 jenis perletakan plat
pada balok yaitu sebagai berikut :
1. Terletak bebas
Jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau antara pelat dan
balok tidak dicor bersama-sama sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut, plat yang di tumpu dengan tembok juga dapat di sebut
terletak bebas.
2. Terjepit elastis
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi
ukuran balok cukup kecil sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi.
3. Terjepit penuh
Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan
ukuran balok cukup besar sehingga mampu untuk mencegah terjadinya
rotasi pelat.

Gambar 2.2 Jenis perletakan plat pada balok


Sumber:https://www.google.co.id/search?
q=gamabr+kerjapenumpu +plat

2.1.2 Macam – Macam Sistem Pelat


Sistem perhitungan struktur plat atap, plat lantai, jembatan,
pelabuan dll. pada dasarnya sama hanya saja berbeda dalam hal
pembebanannya. Sistem perencanaan tulangan plat pada dasarnya di bagi
menjadi dua macam, yaitu: sistem perencanaan plat satu arah dan sistem
perencanaan plat dua arah. Plat satu arah atau dua arah dapat di bedakan
melalui perbandigan sisi panjang bentang (Lx) dan sisi pendek bentang (Lx)
dari plat.
Ly
Plat satu arah, apabila , > 2,5 dan,
Lx
Ly
Plat dua arah, apabila, ≤ 2,5
Lx
Sistem perencanaan tulangan Plat Beton pada dasarnya dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
2.1.2.1 Plat satu arah (One way Slab)

Plat satu arah yaitu suatu plat yang memiliki panjang lebih besar
atau lebih lebar yang bertumpu menerus melalui balok – balok. Maka
hampir semua beban lantai dipikul oleh balok – balok yang sejajar. Suatu
plat dikatakan plat satu arah apabila Ly/Lx ≥ 2,5 , dimana Ly dan Lx adalah
panjang dari sisi-sisinya. Strukutur plat satu arah dapat di gambarkan

sebagai plat yang di dukung pada kedua tepinya sehingga lenturannya


timbul hanya dalam satu arah.
Gambar 2.3 Plat satu arah
Sumber:https://www.google.co.id/search?
q=gamabr+kerja+plat+satu+arah+ly+lx

Berdasarkan persamaan di atas dapat di simpulkan bahwa bila rasio


sisi terpanjang terhadap sisi terpendek plat lebih dari dua maka porsi beban
yang masuk ke bentang pendek mencapai 16 kali porsi beban yang masuk
ke bentang panjang, berdasarkan fakta ini bila sisi bentang terpanjang plat
mencapai dua kali atau lebih sisi bentang terpendeknya maka plat akan
berperilaku sebagai sistem plat satu arah. Ada berbagai jenis sistem plat satu
arah dintaranya :
a. Sistem balok menerus plat satu arah.
Pelat lantai satu arah yang di tumpu elemen balok cocok di
gunakan untuk bentang 3 m - 6 m, dengan rentang beban hidup yang
mampu dipikul berkisar antara 300 - 500 kg/m². Pelat tipe ini dapat
digunakan untuk bentang yang lebih besar namun butuh biaya yang tinggi
untuk pelaksanaannya dan cenderung menghasilkan defleksi yang besar.
Gambar 2.4 Sistem balok menerus plat satu arah.
Sumber: Anggraini, Rita (2018)

b. Sistem konstruksi pelat berusuk satu arah


Sistem pelat berusuk satu arah cocok digunakan untuk bentang
pelat lebih besar dari 9 m, dengan beban hidup berkisar 250-500 kg/m.
Sistem pelat seperti ini membutuhkan kuantitas beton dan baja tulangan
yang relatif rendah, namun formwork yang digunakan cenderung mahal.

Gambar 2.5 Sistem konstruksi pelat berusuk satu arah


Sumber: Anggraini, Rita (2018)
Gambar 2.6 4 dimensi & penulangan pelat berusuk satu arah
Sumber: Anggraini, Rita (2018)

c. Penulangan pelat satu arah


Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini dijumpai jika pelat beton
lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu
arah saja.

Gambar 2.7 Contoh pelat dengan penulangan satu arah


Sumber: Aprilia, Reski (2014)
Karena momen lentur hanya bekerja pada satu arah saja, yaitu
searah dengan bentang λ, maka tulangan pokok juga dipasang satu arah
yang searah bentang λ tersebut. Untuk menjaga kedudukan tulangan
pokok pada saat pengecoran beton tidak berubah dari tempat semula,
maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus
tulangan pokok. Tulangan tambahan ini disebut tulangan bagi.
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan
tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton.
Sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel
pada tulangan pokok.
2.1.2.2 Plat dua arah (Two Way Slab)
Plat dua arah adalah plat yang didukung dari keempat sisi dengan
lendutan yang akan timbul saling tegak lurus, atau perbandingan antara sisi
panjang dan pendek tidak lebih dari dua. Momen lentur yang bekerja pada
plat dua arah yaitu searah dengan bentang lx dan bentang ly. Untuk plst di
daerah lapangan di pasang tulangan pokok pada 2 arah yang saling tegak
lurus, sedangkan plat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu
arah, sehingga pada daerah tumpuan tetap di pasang tulangan pokok dan
tulangan bagi.
Plat dengan empat tumpuan sejajar ini menghasilkan lendutan dan
momen lentur. Lendutan yang terjadi di akibatkan oleh beban mrata yang
bekerja di atas plat, dan momen lentur yang terjadi merupakan akibat dari
beban yang bekerja pada plat. Semakin besar beban maka semakin besar
lendutan dan momennya. Besar momen lentur dapat di hitung dengan
persamaan sebagai berikut:
𝑀𝑙𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 = 0,001.𝑞𝑢.𝑙𝑥2 (𝑥)
Dimana: qu = beban terfaktor
Lx = bentang terpendek
X = Koefisien momen (tabel PBI-1971).
Gambar 2.8 Contoh pelat dengan penulangan dua arah
Sumber: Aprilia, Reski (2014)

Penempatan tulangan pada sistem pelat dua arah, sesuai dengan


sifat beban dan kondisi tumpuannya, harus memenuhi ketentuan yang ada
pada SNI-2002:
1. Luas tulangan pelat pada masing-masing arah dari sistem pelat dua
arah ditentukan dengan meninjau momen-momen pada penampang
kritis tapi tidak boleh kurang daripada yang disyaratkan.
2. Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada
dua kali tebal pelat kecuali untuk bagian pelat yang berada pada
daerah rongga atau rusuk.
3. Tulangan momen mositif yg tgk lurus Tepi tak-menerus harus
diteruskan hingga mencapai tepi Pelat dan ditanam, dpt dengan
Kaitan, minimum sepanjang 150 mm ke dlm balok tepi, kolom, atau
dinding.
4. Tulangan momen negatif yang tgk lurus tepi tak-menerus harus
dibengkokan atau diangkur pada balok tepi, kolom, atau dinding,
sesuai dengan ketentuan mengenai panjang penanaman.
5. Bila pelat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak-

menerus, atau pada pelat yang membentuk kantilever pada


tumpuan maka pengangkuran tulangan harus dilakukan didalam
pelat Itu sendiri.
Gambar 2.9 Contoh pelat dua arah
Sumber: Afandi, munsy (2018)

2.1.3 Pelat dengan satu tumpuan


Pelat yang ditumpu satu sisi (tumpuan jepit). Pada umumnya pelat
satu tumpuan sering disebut pelat luifel atau pelat kantilever. Pelat ini
termasuk jenis pelat satu arah, karena beban lentur hanya bekerja pada satu
arah saja yang menghasilkan momen negatif. Karena termasuk pelat satu
arah, maka harus dihitung tulangan pokok serta tulangan bagi (tulangan
susut dan suhu) dan karena momen lenturnya negatif, maka kedua tulangan
tersebut dipasang dibagian atas.
Gambar 2.10 contoh penulangan pelat dengan satu tumpuan
Sumber: Aprilia, Reski (2014)

2.1.4 Pelat dengan dua tumpuan sejajar


Pelat yang ditumpu oleh dua tumpuan berpasangan, yang dapat
berupa tumpuan bebas, tumpuan jepit elastis, maupun tumpuan jepit penuh.
Pelat ini termasuk jenis pelat satu arah yang dapat menghasilkan momen
positif di lapangan atau bentang tengah dan momen negatif di ujung pelat.
Untuk daerah momen positif yaitu di daerah bentang tengah tulangan
dipasang di bawah, sedangkan untuk daerah momen negatif yaitu di daerah
ujung pelat tulangan dipasang di atas. Baik daerah momen positif maupun
momen negatif tersebut harus dipasang dua jenis tulangan, yaitu tulangan
pokok dan tulangan bagi.

Gambar 2.11 contoh penulangan pelat dengan dua tumpuan sejajar


Sumber: Aprilia, Reski (2014)

2.1.5 Pelat dengan empat tumpuan sejajar


Pelat dengan empat tumpuan yang saling sejajar termasuk pelat dua
arah, karena menahan momen lentur dalam dua arah yaitu arah lx dan arah
ly. Beban merata q yang bekerja di atas pelat dapat mengakibatkan lendutan
pada pelat, sehingga pelat melengkung ke bawah. Lendutan maksimal pada
pelat akan terjadi di tengah bentang, kemudian menyebar ke semua arah di
antara bentang lx maupun bentang ly dan secara berangsur-angsur
lendutannya semakin kecil menuju ke tumpuan (balok). Lendutan dan
momen lentur yang terjadi merupakan fungsi dari beban yang bekerja pada

pelat. Semakin besar beban yang bekerja di atas pelat, semakin besar pula
lendutan maupun momen lentur yang akan ditimbulkannya.
Gambar 2.12 contoh penulangan pelat dengan empat tumpuan
sejajar
Sumber: Aprilia, Reski (2014)
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Rita. (2018). Pelat Satu Arah Dan Balok Menerus. Sumatra
Barat: Universitas Bung Hatta
Aprilia, Reski. 2014.Plat Beton Bertulang. Balikpapan: Politeknik Negeri
Balikpapan
Asroni, Ali. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Serbaneka, B. (2013). Menggambar Rencana Pelat Lantai Bangunan.
Diambil pada 8 Maret 2014 dari
http://belajarserbaneka.blogspot.com/2013/11/menggambar-
rencana-pelatlantai-bangunan.html
Vis, W.C., Kusuma, Gideon. (1993). Dasar – Dasar Perencanaan Beton
Bertulang (CUR-1). Jakarta: Erlangga (Anggota IKAPI).

Anda mungkin juga menyukai