MELINJO
Ciri- ciri :
1. Memiliki akar tunggang, merayap kepermukaan, berwarna kecoklatan hingga abu – abu gelap,
dan dapat menembus hingga kedalaman 3 sampai dengan 5 meter bahkan lebih.
2. Memiliki batang berbentuk bulat memanjang, diamaternya sekitar 10-20 cm bahkan lebih,
tumbuh tegak dengan panjang mencapai 15 sampai dengan 20 m, permukaan batang merata
3. Daun tunggal, berbentuk bulat oval dengan urat jaring (tulang daun menyirip).
4. Termasuk berbiji terbuka dengan lapisan luar yang keras, sedangkan selaput dalam diselubungi
oleh tandan bunga yang berdaging. Warna biji yaitu hijau muda ketika belum matang dan
kemerahan tua ketika sudah matang.
Habitat :
Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak
tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari
ketinggian 0 – 1.200 m. Melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan. Melinjo dapat ditemukan di daerah
yang kering sampai tropis.
Reproduksi :
Organ Reproduksi pada melinjo yaitu Sporofit Gnetum gnemon bersifat Dioceous sehingga organ
reproduksi jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Organ reproduksi terorganisasi
dalam strobili. strobili tersusun atas perbungaan panikula atau fasikula pada ketiak daun. Strobili juga
tumbuh dalam ketiak pasangan daun sisik yang tersusun dekusata.Daun sisik ini bergabung pada bagian
dasarnya membentuk brekta. Reproduksi Generatif Pada Gnetum gnemon menggunakan organ
reproduksi yang disebut konus atau strobilus. Strobilus pada Gnetum gnemon ada dua yaitu strobilus
jantan dan strobilus betina.
PINUS
Ciri- ciri :
Pohon pinus umumnya tumbuh dan berkembang secara bergerombol. Kondisi tanah yang cocok untuk
pinus, yaitu tanah asam, berpasir, dan memiliki serapan air yang baik. Kawasan hutan tersebut dapat
ditemukan di daerah dataran tinggi dan bersuhu 18⁰ C hingga -3⁰ C. Pinus adalah akar tunggang dengan
sistem perakaran yang dalam dan kuat sehingga cocok tumbuh di tanah dengan tekstur ringan hingga
sedang. Selain itu, tingkat keasaman tanah atau pH tanah untuk habitat pinus juga beragamam, atau
dengan kata lain tumbuhan pinus mampu tumbuh pada tanah ber-pH asam maupun basa.
Pinus mampu tumbuh diberbagai ketinggian, akan tetapi tempat terbaik untuk perkembangannya
berada di ketinggian 400 hinga 2000 mdpl. Pohon pinus yang ditanam di ketinggian kurang dari 400
mdpl akan tumbuh tidak optimal karena suhu udara terlalu tinggi. Sedangkan jika ditanam di ketinggian
lebih dari 2000 mdpl juga tidak optimal karena proses fotosintesis akan terhambat.
Reproduksi :
Pinus memiliki daur hidup yang khas. Pembuahan sel telurnya terjadi didalam jaringan sporofit
induknya. Seperti gymnospermae pada umumnya, pinus mempunyai tajuk berbentuk kerucut /
strobilus. Strobilus tersebut merupakan tempat sporangium (mikrosporangium dan makrosporangium)
yang menghasilkan mikrospora dan makrospor. Pada reproduksi seksual, mikrospora (gamet jantan)
membelah menghasilkan serbuk sari bersel 4 yang akan dilepaskan ke udara. Sementara itu, sel telur
yang berasal dari pembelahan megaspora juga terbentuk pada strobilus betina.
Setelah serbuk sari menempel pada strobilus betina maka terjadi perkecambahan serbuk sari. Serbuk
sari membentuk buluh atau tabung serbuk sari yang tipis, dengan membawa inti sperma menuju sel
telur (dapat memakan waktu 1 tahun). Selanjutnya, inti sperma bersatu dan melebur dengan sel telur
membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi embrio dengan mengambil makanan dari endosperma.
Pada saat itu , biji membentuk struktur tambahan berupa sayap tipis.
Satu tahun kemudiian, kerucut betina melepaskan bijinya satu persatu. Biji-biji yang bersayap tersebut
menyebar ke tempat-tempat lain (terbang) dengan bantuan angina. Jika biji sampai pada tempat yang
sesuai maka terjadi perkecambahan bij, sehingga akan terbentuk tumbuhan yang baru.
Senyawa ini kemudian diekstraksi menjadi Pycnogenol dan dipasarkan menjadi suplemen diet.
Pycnogenol juga digunakan sebagai obat jet lag, meringankan peredaran darah, nyeri lutut, kram
menstruasi, bahkan obat untuk meningkatkan memori pada orang lanjut usia.
2. Mengurangi stres
Penelitian di Universitas Kyoto Jepang menunjukkan bahwa berjalan-jalan di hutan pinus selama 15
menit per hari mampu menurunkan stres. Jika di daerah Anda sulit menemukan hutan pinus, maka ini
bisa diganti dengan menggunakan minyak esensial pinus atau cemara. Selain meredakan stres, aroma
pinus juga bisa menenangkan emosi.
3. Sembuhkan bronchitis
Kemampuan pinus tak hanya untuk menenangkan diri, tetapi juga bisa meredakan pilek, sinus, sesak
napas, dan ronchitis. Caranya mudah, tambahkan tiga tetes minyak esensial pinus pada semangkuk air
panas. Kemudian tutupi kepala Anda dengan handuk, dan hirup aroma pinus melalui hidung dan mulut.