Anda di halaman 1dari 53

RANGKUMAN BUKU PENGANTAR SOSIOLOGI

KARYA PROF. DR. SOERJONO SOEKANTO

DRA. BUDI SULISTYOWATI, M.A.

OLEH

NAMA : RUSMAWARTI

NIM : 16.11.017457

PRODY : ADMINISRTASI NEGARA AKHIR PEKAN

MATA KULIAH : PENGANTAR SOSIOLOGI

SEMESTER : 1 (SATU)

FAKULTAS : FISIP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar

Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami
perkembangan yang cukup lama, setiap manusia mengenal kebudayaan dan
peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup yang telah
menarik perhatian. Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama kali
terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang
berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia
beranggapan saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan
kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu  tahap
ilmiah.

Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan logos yang
berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai
masyarakat”. Bagi Comte sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan
umum yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus
di bentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan
spekulasi.

B. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara


sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa
dan ditelaah (dikontrol) dengan krisis setiap orang lain yang mengetahuinya. Unsur-
unsur (element) yang merupakan bagian- bagian yang tergabung dalam suatu
kebulatan adalah :

1. Pengetahuan (knowledge)
2. Tersusun secara sistematis
3. Menggunakan pemikiran
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan


panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul
(superstitions) dan penerangan- penerangan yang keliru (misinformations). Ilmu
pengetahuan dapat di bedakan menurut sifat dan objeknya.

Menurut sifat ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksak


2. Ilmu pengetahuan yang bersifat non-eksak

Menurut objek ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu matematika
2. Ilmu pengetahuan alam
3. Ilmu tentang perilaku
4. Ilmu pengetahuan kerohanian
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi


terhadap kenyataan  dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha
menyusun abstraksi dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah
teori.
3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori
yang sudah ada dalam arti diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori
yang lama.
4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan
menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan


antara orang-orang dalam masyarakat.

Beberapa definisi sosiologi :

1. Pitirim Sorokin,Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh


timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social, gejala social dengan
gejala nonsosial, cirri-ciri umum semua gejala social.
2. Roucek dan WarrenSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar
manusia dalam antar kelompok-kelompok.
3. William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff Sosiologi adalah penelitian secara
ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi social
4. A.A van Doorn dan C.J Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang
struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari stuktur social dan proses-proses social, termasuk perubahan
social.

Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat


mencakup beberapa unsure berikut.

 Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama


 Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
 Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan.
 Mereka merupakan suatu system yang hidup bersama.

C. Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi

1. Apakah Teori?

Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau
pengaturan fakta menurut cara- cara tertentu. Kegunaan teori Sosiologi :

1. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari
sosiologi.
2. Teori memberikan petunjuk- petunjuk terhadap kekurangan- kekurangan pada
seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.
3. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang
dipelajari oleh sosiologi.
4. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan system klarifikasi
fakta, membina struktur konsep- konsep serta memperkembangkan definisi-
definisi yang penting untuk penelitian.
5. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan- kemungkinan untuk
mengadakan proyeksi social .
2. Perhatian Terhadap Masyarakat Sebelum Comte

Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah masyarakat secara sistemmatis
adalah Plato ( 429-347 SM ), bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi
dari manusia perorangan dan suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan.
Artistoteles (348-322 SM) mengikuti system analisis secara organis dari Plato.
Dalam bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap
lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.

Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406)
yang mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian
social dan peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila
ingin mengadakan analisis terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada
zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More
dengan Utopia –nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih
sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang
ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis
bagaimana mempertahankan kekuasaan.

Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul
The Leviathan. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan
manusia didasarkan pada keinginan-keingginan yang mekanis sehingga manusia
sering berkelahi. Akan tetapi, mereka mempunyai pikiran hidup damai dan tentram
adalah jauh lebih baik jika mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak. Abad
ke-18 muncul ajaran-ajaran seperti John Locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau
(1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak social dari Hobbes.
Menurut Locke, manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak
untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta. Rousseau berpendapat bahwa kontrak
antara pemerintah dengan yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu
kolektivitas yang memiliki keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum.Pada
abab ke -19 muncul ajaran seperti Saint Simon (1760-1825) menyatakan bahwa
manusia hendaknya di pelajari dalam kehidupan kelompok.

3. Sosiologi Auguste Comte (1798- 1853)

Auguste Comte adalah orang pertama – tama memakai istilah “Sosiologi” dan yang
membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-
ilmu pengetahuan lainnya. menurut Comte ada 3 tahap perkembangan intelektual :

1. Tahap teologis, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di


sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan roh dewa-
dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa dalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat
diungkap.
3. Ilmu pengetahuan positif, yaitu manusia masih terikat cita-cita tanpa verifikasi
karena adan kepercayaan bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas
tertentu dan dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum alam yang
seragam.

Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi,
yang merupaka ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian
membedakan antara sosiologis statis dan dinamis. Sosiologi statis memusatkan
perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat.
Studi ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system-sistem social.
Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti
pembangunan. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam
mana perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah
ketingkat yang lebih tinggi. Comte yakin bahwa masyarakat berkembang menuju
suatu kesempurnaan.

4. Teori- teori Sosiologi sesudah Comte

Suatu gambararan menyeluruh dan lengkap tentang teori- teori sosiologi sesudah
masa comte akan dipilih beberapa teori saja, yang dikelompokan kedalam
beberapa mazhab untuk memudahkan penyusunan.

a. Mazhab Geografi dan Lingkungan

Mazhab Geografi dan Lingkungan telah lama berkembang. Dengan kata lain, jarang
sekali terjadi para ahli pemikir menguraikan masyarakat manusia terlepas dari
tanah atau lingkungan dimana masyarakat itu berada. Masyarakat hanya mungkin
timbul dan berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup bagi
masyarakat tersebut. Teori yang termasuk mazhad ini adalah ajaran-ajaran dari
Edward Buckle yang berasal dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari Prancis
(1806-1888). Dalam karyanya History of Civilization in England, Buckle meneruskan
ajaran-ajaran yang sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap
masyarakat.

b. Mazhab Organis dan Evolusiuner

Herbert Spencer adalah orang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas


dasar data empiris yang kongkret. Dia telah memberikan suatu model kongkret
yang secara sadar  maupun tidak telah diikuti oleh sosiolog setelah dia. Suatu
organisme menurut Spencer , akan bertambah sempurna apabila bertambah
kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Spencer ingin
membuktikan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industry secara
intern tidak stabil karena terlibat pertentangan-pertentangan diantara mereka
sendiri. Selanjutnya dia berpendapat bahwa masyarakat industry yang telah
terdiferensiasi dengan mantap, aka nada suatu stabilitas yang menuju pada
kehidupan yang damai.

Ajaran Spencer berpengaruh besar sekali terutama di Amerika Serikat. Salah


satunya W.G Summer (1840-1910) salah satu hasil karyanya adalah Folkway.
Folkway dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak
sadar dalam masyarakat, yang menjadi bagian dari tradisi. Division of Labor karya
Emile Durkheim termasuk mazhab ini. Durkheim menyatakan bahwa unsure-unsur
dalam masyarakat adalah factor solidaritas. Dia membedakan masyarakat yang
memiliki solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Masyarakat dengan solidaritas
mekanis, warga-warga masyarakat belum mempunya diferensiasi dan pembagian
kerja,  masyarakat memiliki kepentingan dan kesadaran yang sama. Masyarakat
dengan solidaritas organis, yang merupakan perkembangan dari masyarakat
solidaritas mekanis, telah memiliki pembagian kerja yang ditandai dengan derajat
spealisasi tertentu.

Sebagaimana halnya dengan Spencer dan Durkheim, Ferdinand Tonnies dari


Jerman (1855-1936) juga terpengaruh oleh bentuk-bentuk kehidupan social yang
lain. Hal yang penting bagi Tonnies adalah bagaimana warga suatu kelompok
mengadakan hubungan dengan sesamanya. Tonnies berpendapat bahwa dasar
hungungan tersebut disatu pihak adalah factor perasaan, simpati, pribadi, dan
kepentingan bersama. Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan
rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya.
c. Mazhab Formal

Ahli piker yang menonjol pada mazhab ini, kebanyakan dari Jerman yang
terpengaruh oleh ajaran-ajaran Immanuel Kant. Georg Simmel (1858-1918)
menyatakan elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk
yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Selanjutnya dia
berpendapat bahwa pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk
superioritas, subordinasi, dan konflik. Menurut Simmel, seseorang menjadi warga
masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi.

Leopold von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan


perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengkaitkannya dengan
tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan
bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi mental yang berasal dari hasil perilaku
yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu dan kelompok dalam
masyarakat.

d. Mazhab Psikologi

Gabriel Tarde (1843-1904) dari perancis. Dia mulai denagnsuatu dugaan atau
pandangan awal bahwa gejala social mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari
interaksi antara jiwa-jiwa individu dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan –
kepercayaan dan keinginan-keinginan. Keinginan utama Tarde adalah berusaha
untuk menjelaskan gejala-gejala social di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis
seseorang. Salah satu sosiolog dari Amerika, Richard Horton Cooley (1864-1926)
menyatakan bahwa individu dan masyarakat saling melengkapi, dimana individu
hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat.

Di Inggris yang terkenal adalah L.T Hobhouse (1864-1929) yang sangat tertarik
pada konsep-konsep pembangunan dan perubahan social. Dia menolak penerapan
prisip-prinsip biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika
merupakan criteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan social.

e. Mazhab Ekonomi

Di mazhab ini akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Marx (1818-1883) dan Max
Webber (1864-1920). Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan
filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukan
perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan social.
Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada
kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan

Webber menyatakan bahwa bentuk organisasi social harus diteliti menurut prilaku
warganya, yang motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya.

f. Mazhab Hukum

Durkheim menaruh perhatian yang besar tehadap hukum yang dihubungkannya


dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di masyarakat. Hukum menurut
Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat-ringannya tergantung
pada pelanggaran, anggapan-anggan serta keyakinan masyarakat tentang baik
buruknya suatu tindakan. Tujuan kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk
mengemablikan keadaan pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan
sebagai akibat dilanggarnya kaidah hukum.

Max Webber yang mempunyai latar belakang prndidikan hukum dapat dimasukan
dalam mazhab ini. Dia telah mempelajari pengaruh politik, agama dan ekonomi
terhadap perkembangan hukum. Disamping itu , dia juga menyoroti pengaruh para
cendikiawan hukum, praktikus hukum, dan para hororatioren terhadap
perkembangan hukum. Bagi Webber hukum rasional dan formal merupakan dasar
bagi suatu Negara modern. Konsep budaya hukum di perkenalkan di Amerikan
pada tahun60-an oleh Lawrence M. Friedmann lewat tulisannya yang berjudul
“Legal Culture and Social”. Menurut Lev, konsepsi budaya hukum menujuk pada
nilai-nilai yang berkaitan dengan hukum (substantif) dan proses hukum (hukum
ajektif). Budaya hukum pada hakikatnya mencakup 2 komponen pokok yang saling
berkaitan, yakni nilai-nilai hukum substantif dan nilai-nilai hukum ajektif. Nilai-nilai
hukum hukum substantif beisikan asumsi-asumsi fundamental mengenai distribusi
dan pengunaan sumber-sumber di dalam masyarakat, hal-hal yang secara social
dianggap salah atau benar. Nilai-nilai hukum ajektif mencakup sarana pengaturan
social maupun pengelolaan konflik yang terjadi dalam masyarakat yang
bersangkutan.

Di dalam perkembangan selanjutnya Lev memperkenalkan konsepsi system hukum


yang mencakup struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum. Struktur
hukum merupakan suatu wadah, kerangka maupun system hokum, yakni susunan
daripada unsure-unsur system hukum yang bersangkutan. Substansi hukum
mencakup norma-norma atau kaidah mengenai patokan prilaku yang pantas dan
prosesnya. Budaya hukum mencakup segala macam gagasan, sikap, kepercayaan
harapan maupun pendapaty-pendapat mengenai hukum.

Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif
dan metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat di
ukur dengan angka-angka atai denganukuran lain yang bersifat eksak, walaupun
bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat.  Di dalam
metode Kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif. Metode historis
menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan
prinsip-prinsip umum. Metode komparatif mementingkan perbandingan antara
bermacam-macam masyarakar berserta bidang-bidangnya untuk memperoleh
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya.

Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka,


sehingga gejala-gejala yang di teliti dapat diukur menggunakan scalar-skalar,
indeks, tabel dan formula-formula yang semuanya menggunakan ilmu pasti atau
matematika. Yang termasuk metode kuntitatif adalah metode ststistik yang
bertujuan untuk menelaah gejala-gejala social secara matematis.

Disamping metode-metode diatas, metode sosiologi lainnya berdasarkan


penjenisan antara metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus
untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlakudalam lapang yang lebih luas, dan
metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknya, yaitu mulai dengan
kaidah-kaidah yang dianggap berlaku secara umum untuk kemudian dipelajari
dalam keadaan khusus.

D. Metode-metode dalam Sosiologi

1. Kualitatif : tidak bisa diukur dengan angka tetapi nyata dalam


masyarakat(metode historis,komparatif)
2. Kuantitatif : bias diukur dengan angka,skala,indeks,table dan formula ( metode
statistik,sociometry)

E. Mazhab-mazhab dan Spesialisasi dalam Sosiologi

Contoh spesialisasi dalam sosiologi adalah sosialisasi pendidikan. Sosiologi


pendidikan adalah cabang sosiologi yang mempelajari lembaga-lembaga dan
proses pendidikan. Tujuan utama pendidikan adalah meneruskan kebudayaan
kepada generasi muda melalui proses sosialisasi.
F. Perkembangan Sosiologi Di Indonesia

Walau pada hakikatnya para pujangga dan pemimpin Indonesia belum pernah
mempelajari teori-teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, banyak diantara
mereka yang telah memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam ajarannya. Ajaran
Wulang Reh yang diciptakan Sri paduka Mangkenegoro IV dari Surakarta antara
lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat jawa yang
berasal dari golongan –golongan yang berbeda ,banyak mengandung aspek
sosiologi , terutama dalam bidang hubungan antar golongan. Almarhum Ki Hadjar
Dewantoro, Pelopor Utama yang meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional
di Indonesia , memberikan sumbangan yang sangat banyak pada sosiologi dengan
konsep –konsepnya mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang
dengan nyata dipraktikan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Bab II

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

A. Pengantar

Proses Sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para
individu dan kelompok –kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-
perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau
dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbale balik
antara berbagai segi kehidupan bersama.

B. Interaksi Sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan social

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan-


hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.

C. Syarat-syarat terjadinya interaksi social

Suatu Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu :

1. Adanya kontak sosial


2. Adanya Komunikasi

D. Kehidupan yang terasing

Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji
pada suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan Terasing yang
sempurna ditandai dengan ketidakmampuan mengadakan interaksi sosial dengan
orang lain.

E. Bentuk –bentuk Interaksi sosial

1. Proses-proses yang asosiatif

a. Kerja sama ( Cooperation )

Ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut:

1. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong


2. Bargaining, yait pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang
dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
3. Kooptasi ( Cooptation ), Yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan
4. Koalisi ( Coalition ), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu
dengan yang lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah
kooperatif
5. Joint venture, Yaitu Kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pengeboran minyak.

b. Akomodasi ( Accomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti:

1. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaaan, berarti kenyataan adanya


suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok
sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku
didalam masyarakat.
2. Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha mencapai kestabilanTujuan Akomodasi
adalah untuk mengurangi pertentangan antar individu atau kelompok , untuk
mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi
kerja sama.

2. Proses Disosiatif
a. Persaingan ( Competition)

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau
kelompok yang bersaing mencari ke mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara
menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa
mempergunakan kekerasan atau ancaman.

Persaingan ada dua tipe, yaitu bersifat pribadi dan yang tidak bersifat pribadi.

Bentuk-bentuk persaingan adalah :

1.Persaingan Ekonomi

2.Persaingan Kebudayaan

3.Persaingan untuk mencapai kedudukan

4.Persaingan Karena Perbedaan Ras

Fungsi Persaingan adalah :

1. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif


2. sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi social

Hasil suatu persaingan adalah :

1. Perubahan kepribadian seseorang


2. Kemajuan
3. Solidaritas Kelompok
4. Disorganisasi
b. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.

Tipe- tipe Kontravensi, menurut Von Wiese dan Becker, terdapat tiga tipe umum
yaitu, kontravensi generasi masyarakat, kontravensi yang menyangkut seks, dan
kontravensi parlementer.

Tipe- tipe umum tersebut dimasukan dalam katagori kontravensi karena pada
umumnya tidak menggunakan ancaman atau kekerasan, tipe- tipe tersebut antara
lain :

1. Kontavensi antarmasyarakat setempat


2. Antagonisme keagamaan
3. Kontravensi Intelektual
4. Oposisi moral

c. Pertentangan atau pertikaian ( Conflict )

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
dengan ancaman atau kekerasan.

Sebab-sebab pertentangan adalah

1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan Kebudayaan
3. Perbedaan Kepentingan
4. Perubahan Sosial

Pertentangan –pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nila atau kepentingan


bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di
dalam struktur sosial tertentu.

Bentuk-bentuk pertentangan adalah

1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan rasial
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial
4. Pertentangan politik
5. Pertentangan yang bersifat Internasional

Akibat-akibat dari pertentangan antara lain :

1. tambahnya solidaritas atau mungkin sebaliknya


2. Perubahan Kepribadian
3. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu
Bab III

KELOMPOK- KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. Pengantar

Manusia pada dasarnya adalah makhluk social, memiliki naluri untuk hidup dengan
orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut
gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal Karena sejak
dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu :

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia satu dengan yang lainnya.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya

B. Pendekatan sosiologis terhadap kelompok-kelompok sosial

Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang
hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut
antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga
suatu kesadaran untuk saling menolong.

C. Tipe-tipe Kelompok Sosial

1. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok sosial

Tipe tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau ukuran.
Seorang sosiolog jerman , George Simmel, mengambil ukuran besar kecilnya
jumlah anggota kelompok, sebagaimana individu mempengaruhi kelompoknya
serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut.Ukuran lain yang diambil adalah atas
dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut.

2. Kelompok Sosial dipandang dari sudut individu

Seorang masyarakat yang masih bersahaja susunannya, secara relatif menjadi


anggota pula dari kelompok kelompok kecil lain secara terbatas. Kelompok sosial
termaksud biasanya adalah atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan.

3. In-Group dan Out-Group

In Group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya.Out


Group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in
gorupnya.Perasaan in group atau out group didasari dengan sutu sikap yang
dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam
kelompoknya merupakan yang terbaik disbanding dengan kelompok lainnya.

4. Kelompok Primer dan kelompok sekunder

Kelompok Primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling
sederhana, dimana anggotanya saling mengenal antara lain serta ada kerja sama
yang erat. Contohnya,Keluarga, kelompok sepermainan dan lain lain.Kelompok
sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya
tidak berdasrkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya
Hubungan kontrak jual beli.
5. Paguyuban dan patembayanPaguyuban( gemeinschaft )

merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana anggotanya diikat oleh hubungan


batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa
cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti
ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan,rukun tetangga, dan lain
lainPatembayan( geselischaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan
biasanya untuk jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam
pikiran belaka. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu
pabrik, dan lain-lain.

6. Formal Group dan Informal Group

Formal Group adalah kelompok yang mempunyai aturan tegas dan sengaja
diciptakan oleh anggota-anggotannya untuk membangun hubungan antara sesame.
Contohnya organisasiInformal Group Tidak mempunyai struktur dan organisasi
tertentu yang pasti. Kelompok kelompok tersebut biasanya terbentuk karena
pertemuan yang berulangkali yang didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang
sama. Contohnya Klik ( Clique)

7. Membership Group dan reference group

Membership group Merupakan suatu kelompok dimanasetiap orang secara fisik


menjadi anggota kelompok tersebut.Reference Group ialah kelompok-kelompok
sosial yang menjadi acuan bagi seseorang ( bukan anggota kelompok tersebut)
untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

8. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin


memudarnya fungsi kekerabatan, diman kelompok ini timbul karena anggotanya,
memiliki pekerjaan yang anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya
kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan
lain-lain.Kelompok Volunter adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan
sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini
diharapakan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual
tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.

D. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur

1. Kerumunan ( Crowl )

Kerumunan ( Crowl ) adalah individu-i( individu yang berkumpul secara kebetulan di


suatu tempat, pada waktu yang bersamaan.

Bentuk kerumunan adalah formal dan ekspresif ( direncanakan )

Sifat kerumunan ( sementara ), yaitu tidak menyenangkan, keadaan panic,


kerumunan penonton.

Berlawanan dengan norma hokum (emosional dan immoral)

2. Publik

Publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan .Interaksi terjadi
secara tidak langsung melalui alat komunikasi misalnya pembicaraan pribadi yang
berantai, desas desus, surat kabar, radio,televise, film, dan lain sebagainya.
E. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Community adalah masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis)


dengan bata – batas tertentu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya adalah
interaksi yang lebih besar diantara anggota, dibandingkan dengan interaksi dengan
penduduk di luar batas wilayahnya.

Empat criteria untuk klasifikasi masyarakat, yaitu :

1. Jumlah penduduk
2. luas,kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
3. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setemapat terhadap seluruh
masyarakat.
4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.

Perbedaan antara masyarakat pedesaaan dan masyarakat perkotaan.

Masyarkat Pedesaan:

 Warga memiliki hubungan yang lebih erat


 Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan
 Umumnya hidup dari pertanian
 Golongan orang tua memegang peranan penting
 Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat
informal,
 Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
 Kehidupan keagamaan lebih kental
 Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota

Masyarakat perkotaan:

 Jumlah penduduknya tidak tentu


 Bersifat Individualistis
 Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya dan lebih sulit mencari
pekerjaan
 Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan
muda dengan golongan orang tua
 Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor pribadi
 Perhatian lebih pada pengguanaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dengan
masalah prestise
 Kehidupan keagamaan lebih longgar
 Banyak migrant yang berasal dari daerah dan berakibat negatif di kota, yaitu
pengangguran, naiknya kriminalitas, persoalan rumah, dan lain lain

F. Kelompok-kelompok kecil (Small Group)

Small Group suatu kelompok yang secara teoritis terdiri paling sedikit dari dua
orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan
tertentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya.

G. Dinamika Kelompok Sosial

Dinamika kelompok sosial, setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan


serta perubahan. Perubahan dalam kelompok sosial, ada yang mengalami
perubahan secara lambat, namun ada pula yang mengalami perubahan secara
cepat
BAB IV

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT


A. Pengantar

Kebudayaan adalah Kompleks yang mencakup pengetahuan,kepercayaan,


kesenian,moral, hukum, adapt istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan –kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

B. Unsur-unsur Kebudayaan

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Unifrsals, yaitu :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia( Pakaian, perumahan, Alat-Alat


Rumah tangga,senjata,alat-alat produksi, transport dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
3. Sistem Kemasyarakatan
4. Bahasa(Lisan maupun tertulis )
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Religi ( sistem kepercayaan )

C. Fungsi Kebudayaan bagi masyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Bermacam


kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya seperti
kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya didalam masyarakat itu sendiri
tidak selalu baik baginya. Selain itu, masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik
di bidang spiritual maupun materiil.

D. Sifat Hakikat Kebudayaan

Sifat Hakikat Kebudayaan adalah sebagai berikut:

1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia


2. Kebudayaan terlebih ada dahulu mendahului yang lainnya
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya
4. Kebudayaan mencakup aturan – aturan yang berisikan kewajiban –
kewajiban, tindakan – tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan – tindakan
yang dilarang dan tindakan – tindakan yang diizinkan.

E. Kepribadian dan kebudayaan

Kepribadian mewujudakan perilaku manusia Perilaku manusia dapat dibedakan


dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku
yang ada dalam diri seorang individu, sedangkan pengertian kebudayaan
menunujuk pada pola perilaku- perilaku yang khas dari masyarakat.
F. Gerak Kebudayaan

Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan.Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya karena terjadinya hubungan
antar kelompok manusia di dalam masyarakat.

BAB V.

LEMBAGA KEMASYARAKATAN ( LEMBAGA SOSIAL )

A. Pengantar
Lembaga Kemsyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing Sosial
Institution . Akan tetapi hingga kini belum ada kata sepakat mengenai istilah
Indonesia yang dengan tepat dapat menggambarkan isi Sosial Institution tersebut.
Ada yang mempergunakan istilah pranata sosial, tetapi Sosial-Institution menunjuk
pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat.

B. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan

1. Norma- Norma Masyarakat

Ada empat pengertian norma (dimana dasar itu sama yaitu memberikan pedoman
bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat):

1. Cara (Usage) menunjuk pada suatu bentuk perubahan


2. Kebiasaan (Folkways) adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
sama.
3. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara
berperilaku dan diterima norma-norma pengatur.
4. Adat-Istiadat (Customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya
dengan pola-pola perilaku masyarakat. Ada sanksi penderitaan bila dilanggar.

2. Sistem Pengendalian Sosial

Bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan –


perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu sistem pengendalian sosial bertujuan
untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan
keadilan/kesebandingan.Alat-alat pengendalian sosial dapat digolongkan ke dalam
paling sedikit lima golongan, yaitu :

1. Mempertebal anggota keyakinan masyarakat akan kebaikan norma-norma


kemasyarakatan
2. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada
norma-norma kemasyarakatan
3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat bila
mereka menyimpang atau menyeleweng dari norma-norma kemasyarakatan
dan nilai-nilai yang berlaku.
4. Menimbulkan rasa takut
5. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi yang tegas
bagi para pelanggar.

C. Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan

Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa ciri


umum, yaitu.:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran


dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga
kemasyarakatan
3. Lembaga Kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5. Lambang biasanya juga merupakan cirri khas lembaga kemasyarakatan
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau yang
tidak tertulis.

D. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan


Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebgai berikut :

1. dari sudut perkembangannya

 cresif institutions
 enacted institutions

2. dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat

 basic institutions

 subsidiary institutions

3. dari sudut penerimaan masyarakat


 approved socially sanctioned

4. dari sudut penyebarannya

 general institutions

 regulatif institutions

5. dari sudut fungsinya


 operatif institutions

 restrictedinstitutions

E. Cara-cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan

Cara-cara pendekatan atau mempelajari lembaga kemasyarakatan dapat dirinci ke


dalam :

1. analisis histories
2. analisis komparatif
3. analisis hubungan antara lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terdapat
dalam suatu masyarakat tertentu.

F. Conformity dan Deviation

Masalah Conformity dan Deviation berhubungan erat dengan social control.


Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara
mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, Deviation adalah
penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB VI .

LAPISAN MASYARAKAT (STRATIFIKASI SOSIAL)


A. Pengantar

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal


tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Bahkan pada zaman kuno dahul,
filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan didalam negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada di tengah-tengahnya.

Sistem lapisan masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan Social


Stratification. Social Stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).

B. Terjadinya Lapisan Masyarakat

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Pembedaan atas lapisan masyarakat merupakan
gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.Untuk
meneliti terjadinya proses lapisan dalam masyarakat, pokok-pokoknya adalah :

1. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem


demikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu
yang menjadi objek penyelidikan.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis sebagai berikut :

a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan,


kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju kejahatan)
b. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan)
c. Kriteria sistem pertanggaan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan,
kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan
d. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi
e. Mudah sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas diantara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat.

C. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat sistem lapisan masyarakat dapat tertutup (Closed Social Statification) dan
dapat pula terbuka (Open Social Stratification). Yang bersifat tertutup tidak
memungkingkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik
gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-
satunya jalan untuk masuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah
kelahiran.

Sebaliknya didalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai


kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi
mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan yang
dibawahnya.

D. Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social Classes)

Kelas sosial (Social Clases) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukannya didalam suatu lapisan, sedang kedudukan mereka itu diketahui serta
diakui oleh masyarakat umum.
Kurt. B. Mayer berpendapat bahwa istilah kelas hanya dipergunakan untuk lapisan
yang berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan
atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan (Status Group)
selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas
dan kelompok kedudukan tersebut.

Apabila pengertian kelas ditinjau dengan lebih mendalam maka akan dijumpai
beberapa kriteria tradisional, yaitu :

1. Besar atau ukuran jumlah anggot-anggotanya


2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
warganya
3. Kelanggengan
4. Tanda-tanda atau lambang-lambang yang merupakan ciri khas
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain)
6. Antagonisme tertentu

Sehubungan dengan kriteria tersebut diatas, kelas menyediakan kesempatan atau


fasilitas-fasilitas hidup tertentu. Sosiologi menamakannya life chances.

E. Dasar Lapisan Masyarakat

Ukuran-ukuran yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota


masyarakat kedalam lapisan-lapisan adalah:

1. Ukuran kekayaan (material)


2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan

F. Unsur-unsur Lapisan Masyarakat

1. Kedudukan (Status)

Secara abstrak, kedudukan berati tempat seseorang daam suatu pola tertentu.
Dengan demikian seseorang dikatakan mempunyai banyak kedudukan, oleh karena
seseorang biasanya ikut serta dalam pelbagai pola-pola kehidupan. Pengertian
tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara
menyeluruh.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :

1. Ascribed-status : kedudukan eseorang dalam masyarakat tanpa


memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan
tersebut diperoleh karena kelahiran.
2. Achieved-status : kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidan diperoleh atas dasar kelahiran,
akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, ergantug dari kemampuan masing-
masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
3. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam keudukan yaitu Assigned-status,
yang merupakan kedudukaan yang diberikan. Assigned-status tersebut sering
mempunyai hubungan yang erat dengan achieved-status dalam arti bahwa
suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih
tinggikepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan suatu untuk
memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Adakalanya antara kedudukan –kedudukan yang dimiliki seseorang timbul


pertentangan-pertentangan atau konflik, yang dalam sosiologi, dinamakan status-
conflic.
Kedudukan tertentu yang dimliki seseorang atau yang melekat pada diri seseorang
tercermin pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu. Sosiologi
menyebutnya status-cymbol.

2. Peranan (Role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang


melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peranan. Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu :

1. Peranan adalah melupiti norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau


tempat seeorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang terpenting bagi
struktur sosial.

G. Lapisan yang Sengaja Disusun

Chaster I. Barnard secara khusus membahas sistem lapisan yang sengaja disusun
dalam organisasi-organisasi formal untuk mengejar suatu tujuan tertentu. Menurut
Barnard, sistem kedudukan dalam organisasi-organisasi formal timbul karena
perbedaan-perbedaan kebutuhan kepentingan dan kemampuan individu. Sistem
pembagian kekuasaan dan wewenang dalam organisasi-organisasi tersebut,
dibedakan kedalam :

1. Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang


tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang
sederajat.
2. Sistem skala yang merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga
kedudukan dari bawah ke atas.

H. Mobilitas Sosial (Social Mobility)

1. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial

Gerak sosial atau social mobility adalah gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup
sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok itu dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.

Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang
horizontal dan vertikal. Dengan gerak sosial yang horizontal dimaksudkan suatu
perihal individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial lainnya
yang sederajat.

Dengan gerak sosial yang vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau
objek sosial dari suatu kedudukan sosial lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai
dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal yaitu yang naik
(social climbing) dan yang turun (social sinking).

2. Tujuan Penelitian Gerak Sosial


Para sosiolog meneliti gerak-gerak sosial terutama untuk mendapatkan keterangan-
keterangan perihal kelanggengan dan keluwesan struktur sosial untuk masyarakat
tertentu.

3. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal

Prinsip-prinsip umum gerak sosial yang vertikal adalah sebagai berikut:

1. Hampir tak ada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup secara
mutlak.
2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin
gerak sosial vertikal dilakukan dengan bebas, sedikit banyaknya akan ada
hambatan-hambatan.
3. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada.
Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri khas bagi gerak sosialnya yang vertikal.
4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik
serta pekerjaan adalah berbeda.
5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang
disebabkan faktor-faktor ekonomi, politik dan pekerjaan, tak ada
kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak
sosial.

4. Saluran Gerak Sosial Vertikal

Saluran-saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga-lembaga


keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian dalam pelaksanaan
gerak sosial vertikal di dalam masyarakat.

I. Perlunya Sistem Lapsian Mayarakat

Mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat, oleh karena gejala tersebut sekaligus
memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu
dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar
melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta peranannya.

BAB VII
KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN

A. Pengantar

Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta


manusia. Karena itu, soal kekuasaan (power) amat menarik perhatian para ahli ilmu
pengetahuan masyarakat.

Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pegetahuan, sosiologi tidak memandang


kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Akan tetapi sosiologi mengakui
kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih


bersahaja, maupun yang sudah besar dan rumit susunannya. Adanya kekuaaan
tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan
perkataan lain, antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan
pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena
terpaksa.

Apabila kekuasaan dijelmamakan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu
dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-
pengikutnya. Bedanya antara kekuasaan dan wewenang (authority atau legalized
power) adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat
dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang pada
seseorang atau sekelompok orang, yang mendapat pengakuan masyarakat.

Kekuasaan:

1. Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai suatu yang baik atau buruk,
namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang penting dalam
kehidupan suatu masyarakat.

2. Kekuasaan ada dalam setiap bentuk masyarakat, baik yang bersahaja


maupun masyarakat yang kompleks.

3. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang
dikuasai, atau dengan perkataan lain, antara pihak yang memiliki kemampuan
untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu,
dengan rela atau karena terpaksa.

4. Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang itu


dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah
pengikut – pengikutnya.

Wewenang:

Adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat pengakuan masyarakat.
B. Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya

Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut


kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan tertinggi dalam
masyarakat dinamakan pula kedaulatan (sovereignity) yang biasanya dijalankan
oleh segolongan kecil masyarakat. Oleh Gaetano Mosca diebut the rulig class.

Sifat dan Hakikat Kekuasaan :

1. SIMETRIS

a. Hubungan persahabatan

b. Hubungan sehari – hari

c. Hubungan yang bersifat ambivalen

d. Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya

2. ASIMETRIS

a. Popolaritas

b. Peniruan

c. Mengikuti perintah

d. Tunduk pada pemimpin formal atau informal

e. Tunduk pada seorang ahli

f. Pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya

Sumber Kekuatan :

1. SUMBER

a. Militer, Polisi, Kriminal

b. Ekonomi

c. Politik

d. Hukum

e. Tradisi

f. Ideologi

g. Diversionary power

2. KEGUNAAN

a. Pengendalian kekerasan

b. Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi

c. Pengambilan Keputusan
d. Mempertahankan, mengubah, melancarkan interaksi

e. Sistem kepercayaan nilai – nilai

f. Pandangan hidup, integrasi

g. Kepentingan rekreatif

C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan dan Dimeninya

Unsur-unsur pokok kekuasaan adalah :

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala


kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan unsur
negatif, karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa.

2. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif.

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau
lebih yang bersifat asosiatf.

4. Pemujaan

Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan
tetapi di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang yang
memegang kekuaaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain.
Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya di
anggap benar.

Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam kekuasaannya


dijalankan melalui saluran-saluran tertentu, yakni:

1. Saluran militer
2. Saluran ekonomi
3. Saluran politik
4. Saluran tradisional
5. Saluran ideology
6. Saluran-saluran lainnya

D. Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan

Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan


kekuasaan antara lain adalah:

1. Dengan jalan meninggalkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama


dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.
3. Melaksanakan administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengadakan konsolidasi secara hrizontal dan vertikal.

Untuk  memperkuat kedudukan, penguasa dapat menempuh jalan sebagai berikut :

1. Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.


2. Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat yang di lakukan
dengan paksa dan kekerasan.

E. Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan

Menurut Robert M. Maclver, dalam masyarakat terdapat tiga tipe umum piramida
kekuasaan yang merupakan pola umum, yaitu :

1. Tipe kasta.
2. Tipe oligarkis.
3. Tipe demokratis.

F. Wewenang

Menurut Max Weber, wewenang adalah suatu hak yang telah di tetapkan dalam
suatu tata-tertib sosial untuk menatapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan,
menentukan keputusan-keputusan mengenai persoalan-persoalan yang penting,
dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Wewenang ada empat
macam, yaitu :

1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional (Legal)

Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma,


yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Wewenang
kharismatis tersebut akan dapat tetap bertahan selama dapat dibuktikan  dan
rasional keampuhannya bagi seluruh masyarakat.

Wewenang kharismatik tidak diatur oleh kaidah – kaidah, baik yang tradisional
maupun rasional. Sifatnya cenderung irasional. Adakalanya kharima dapat hilang
karena masyarakat sendiri yang berubah dan mempunyai paham yang berbeda.
Perubahan – perubahan tersebut sering kali tak dapat diikuti oleh orang yang
mempunyai wewenang kharismatis tadi sehingga dia tertinggal oleh kemajuan dan
perkembangan masyarakat.

Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekelompok orang.


Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah :

 Adanya ketentun-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang


mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya.
 Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seeorang yang
hadir secara pribadi.
 Selama tak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional,
orang-orang dapat bertindak secara bebas.

Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang di sandarkan pada sistem
hukum yang berlaku pada masyarakat.

2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi


Wewenang resmi sifatnya sistematis, di perhitungkan dan rasional. Biasanya
wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang
memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Sedangkan
wawasan tidak resmi tidak menjalankan semua peraturan-peraturan resmi yang
segaja dibentuk.

3. Wewenang Pribadi dan Teritorial

Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya timbul dari sifat
dan dasar kelompok-kelompoksosial tertentu.

4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh

Wewenang terbatas adalah wewenang yang tidak mencakup semua sektor atau
bidang kehidupan. Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak
dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu.

G. Kepemimpinan (Leadership)

1. Umum

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader)


untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang di pimpin  atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh
pemimpin tersebut.

Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan


kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan
merupakan suatu komplek dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat di
miliki oleh seseorang  atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial,
kepemimpinan meliputi segala tindakan yang di lakukan seseorang atau sesuatu
badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.

Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan 


yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena
pengakuan masyarakat dan kemampuan seseorang untuk menjalankan
kepemimpinan (informal leadership).

2. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat Seorang


Pemimpin

Menurut mitologi Indonesia, kepemimpinan yang baik tersimpul dalam Asta Brata
yang pada pokoknya menggambarkan sifat-sifat dan kepribadian para dewa, yakni :

 Indra-brata, yang memberi kesenangan dalam jasmani.


 Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum.
 Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka
untuk bekerja  persuasion.
 Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah.
 Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak 
segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut-
pengikutnya.
 Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut di hormati.
 Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan,
kepandaian dan keterampilan.
 Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah.

3. Kepemimpinan Menurut Ajaran Tradisional

Ajaran-ajaran tradisional seperti misalnya di jawa, menggambarkan tugas pemimpin


melalui pepatah sebagai berikut :

Ing ngarsa sung tulada

Ing madya mangun karsa

Tut wuri handayani

yang apabila di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut:

Di muka memberi tauladan

Di tengah-tengah membangun semangat

Dari belakang memberikan pengaruh

Seorang pemimpin diharapkan dapat menempati ketiga kedudukan tersebut, yaitu


sebagai pemimpin dimuka (front leader) pemimpin di tengah-tengah (sosial leader)
dan sebagai pemimpin di belakang (rear-leader).

4. Sandaran-sandaran Kepemimpinan dan Kepemimpinan


yang Dianggap Efektif

Secara sosiologis, seseorang pemimpin harus mempunyai sandaran-sandaran


kemasyarakatan atau sosial basis yang mencakup susunan masyarakat serta
cultural focus masyarakat yang bersangkutan.

5. Tugas dan Metode

Tugas kepemimpinan memberikan kerangka pokok kekuasaan dan wewenang,


mengawasi dan menyalurkan perilaku kelompok. Cara-caranya adalah :

 Otoriter
 Demokratis
 Bebas
BAB VIII

PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

A. Pengantar

Perubahan :

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi


masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat
berupa perubahan – perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada
pula perubahan – perubahan yang pengaruhnya terbatas mapun yang luas, serta
ada pula perubahan – perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan
cepat.

Perubahan bisa berkaitan dengan :

a. Nilai – nilai social

b. Pola – pola perilaku

c. Organisasi

d. Lembaga kemasyarakatan

e. Lapisan dalam masyarakat

f. Kekuasaan dan wewenang, dan lain – lain

Perubahan social

Segala perubahan pada lembaga – lembaga kemasyarakatan di dalam suatu


masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai –
nilai, sikap – sikap dan pola – pola perilaku diantara kelompok – kelompok dalam
masyarakat.

B.  Pembatasan Pengertian

1. Definisi

      Para sosiaolog dan antropolog telah mempersoalkan mengenai pembatasan


pengertian perubahab perubahan sosial dan kebudayaan agar tidak timbul
kekabutan  sehingga di buatlah batasan sehingga diinventarisasi rumusan rumusan
seperti berikut.

William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan perubahan sosial


meliputi unsur unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Dengan
menekan kan unsur unsur kebudayaan material terhadap unsur unsur immaterial.

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan perubahan yang


terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.dengan contoh timbulnya
pengorganisasian buruh dalam msyarakat kapitalis. Maclaver membedakan
utilitarian element dengan cultural elements berdasarkan kepentingan primer dan
sekunder.dengan contoh utilitarian element bisa kita ambil mesin ketik benda
tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia tetapi dapat di pakai dalam
memenuhi kebutuhan kebutuhannya.dan culture menurutna ialah ekspresi jiwa
yang terwujud dalam cara cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesustraan,
agama, rekreasi dan hiburan dengan hal itu dapat langsung memenuhi kebutuhan
manusia.

2. Teori-teori Perubahan Sosial

Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan perubahan


sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia . dan ada
pula pendapat bahwa perubahan perubahan sosial bersifat periodik, pendapat
tersebut umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-
kejadian. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi kondisi sosial primer
yang menyebabkannya,seperti kondisi ekonomis, teknologis, geografis atau biologis
.

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan kondisi dan faktor faktor tersebut perlu di
teliti secara objektif dan juga memperhatikan waktu serta tempat perubahan itu
berlangsung  sehingga memberikan hukum hukum umum perubahan sosial dan
kebudayaan.

C.   Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan


Kebudayaan

Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan


perbedaan antara perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan ini tergantung
dari adanya perbedaan pengertian tentang masyarakat dan kebudayaan. Apabila
perbedaan perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka
dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-
perubahan kebudayaan dapat di jelaskan.
Kingsley Davis berpendapat “bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan”. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat, dan sebagainya.
Bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan dalam organisasi sosial.
Sebagai contoh dikemukakan perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah
dari induknya. Tetapi, perubahan sosial tersebut tidak mempengaruhi organisasi
sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan perubahan
kebudayaan ketimbang kebudayaan sosial

Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk letak garis
pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal itu di sebabkan tidak ada
masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan
yang tidak terjelma kedalam suatu masyarakat. Hal itu mengakibatkan garis
pemisah didalam kenyataan hidup antara perubahan sosial dan kebudayaan lebih
sukar lagi untuk di tegaskan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat ditemukan
hubungan timbal balik sabagai sebab dan akibat

Proses proses pada perubaha perubahan sosial saat ini mempunyai ciri ciri :

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya


2. Perubahan pada lembaga masyarakat akan diikuti pada lembaga lembaha
lainnya dan menjadikan rantai pada tahap selanjutnya.
3. Perubahan yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi karena
membutuhkan proses penyesuaian.

D.   Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

1. Perubahan lambat dan cepat

Perubahan memerlukan waktu yang lama dengan proses  rentetan perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan lambat yang di namakan evolusi, dan terjadi tanpa
ada rencana atau kehendak tertentu. Dan pada umumnya teori tentang evolusi
dapat di golongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :

a. Unilinear Theories of Evolution

Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan


sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana,
kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori
tersebut antara lain August Comte, Herbert Spencer.

b. Universal Theory of Evolution

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui


tahap-tahap tertentu yang tetap. Herbert Spencer mengatakan bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen,
baik sifat maupun susunannya.

c. Multilined Theories of Evolution

Teori ini menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap


perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.

Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung


dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) disebut Revolusi. Unsur-
unsur dalam revolusi adalah adanya perubahan yang cepat dan perubahan tersebut
mengenai dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat.

Secara sosiologis, syarat-syarat terjadinya revolusi adalah sebagai berikut:

1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.


2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
3. Adanya pemimpin yang dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat
untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas untuk
menjadi program dan arah gerakan.
4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.
5. Harus ada “momentum”, yaitu saat di mana segala keadaan dan factor sudah
tepat dan baik untuk memulai suatu gerakan. Apabila “momentum” keliru,
revolusi dapat gagal.

2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Dapat dikatakan bahwa perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-
unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi
masyarakat.

Perubahan mode rambut misalnya, tidak membawa pengaruh apa-apa bagi


masyarakat secara keseluruhan kerana tidak mengakibatkan perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Sedangkan perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur


struktur sosial dan membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.

Sebagai contoh, reformasi pada tahun 1998 yang telah melahirkan perubahan dan
pengaruh yang besar bagi masyarakat Indonesia dan  di berbagai bidang
kemasyarakatan.   Menimbulkan berbagai macam oraganisasi massa yang
memanfaatkan peluang ini untuk menampilkan ideologi.

3. Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang


Direncanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang tidak Dikehendaki
(Unintende-Change) atau Perubahan yang tidak Direncanakan
(Unplanned-Change)

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang


diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghedaki perubahan dinamakan Agent of Change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of Change
mempengaruhi masyarakat dengan sistem teratur dan direncanakan terlebih
dahulu. Cara-cara tersebut dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau
perencanaan sosial (social planning).

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan  merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, belangsung di luar
jangkauan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan masyarakat.
E.  Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan
Kebudayaan

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.

Pertambahan penduduk yang terjadi sangat cepatmenyebabkan terjadinya


perubahan dalam struktur masyarakat, terutama pada lembaga kemasyarakatnya.
Misal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, bagi hasil
dan lain sebagainya yang sebelumnya belum dikenal. Berkurangnya penduduk
mungkin disebabkan karena perpindahan penduduk dari kota ke desa atau
transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam
bidang pembagian kerja yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
perpindahan penduduk telah berlangsung selama ratusan ribu lamanya didunia ini.

2. Penemuan-penemuan Baru.

Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang
tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suat penemuan baru,
jalannya unsur-unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian
masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan
akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penenemuan baru sebagai
akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pngertian dari
discovery dan invention.

Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi
invention  kalau masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan
penemuan baru itu.

Apabila ditelaah lebih lanjut lagi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa
faktor pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah:

a) Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.

b) Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.

c) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya
kekeurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima
kekurangan-kekurangan tersebut sebagai hal yang diterima begitu saja. Sebagian
orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak mampu memperbaiki
keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjaci pencipta-pencipta baru
tersebut.

3. Pertentangan Masyarakat

Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompok-


kelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif.
Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu
walaupun diakui tapi mempunyai fnganungsi sosial. Banyak timbul pertentangan
antara kepentinga individu denga kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat
menimbulkan perubahan-perubahan.

Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan


generasi tua. Pertentangan-pertentangan demekian itu kerap terjadi, apalagi pada
masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap
modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiaannya lebih mudah
menerima unsur-unsur kebudayan asing atau barat yang dalam beberapa hal
mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas antara wanita
dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita yang kian sama di dalam
masyarakat dan lain-lain.

4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi.

Revolusi yang terjadi di Rusia pada 1917 telah menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar bagi negra rusia yang dulu adalah kerajaan berubah menjadi
dictator proletariat yang dilandaskan pada doktrin marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan , mulai dari bentuk egara sampai keulrga mengalami perubahan
yang mendasar.

Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri (faktor ekstern) antara lain:

a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar
manusia.

Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan
masyarakamasyarakat terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Misal,
pada waktu dulu masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian.

Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh


tindakan manusia itu sendiri. Misalnya penggunaan tanah yang sembrono tanpa
memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebanagan hutan yang liar dapat
menyebabkan banjir.

b. Peperangan

Peperang dengan negara lain dapat menimbulkan perubahan, karena negara yang
menang akan memaksakan kebudayaannya kepada negara yang kalah.hingga
negara tersebut mengalami perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.

c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan


lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat
mempunyai kecerendungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya
masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga
menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu kebudayaan
yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi maka yang terjadi adalah
proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut
ditambahkan kebudaya asli namun lanbat laun kebudayaan asli diubah dengan
kebudayaan asing tersebut.
F.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses
Perubahan

Penyebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan terbagi menjadi dua yaitu
faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya sebuah perubahan.
Dan semua akan diterangkan dalam bentuk poin-poin sebagai berikut :

1. Faktor yang Mendorong jalannya proses Perubahan :

a. Kontak dengan Kebudayaan Lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah  difusi (diffussion). Menurut
kamus sosiologi dan kependudukan karya Dra. Hartini dan G. Kartasapoetra, difusi
adalah penyebaran sifat kebudayaan atau kompleks dari suatu masyarakat yang
lain. Yaitu cara bagaimana masyarakat mendapat sebagian benar sifat-sifat
barunya. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas hingga dapat
menikmati kegunaannya bersama.

b. Sistem Pendidikan Formal yang Maju

Pendidikan formal dapat mengajarkan manusia berpikir objektif, yang akan


memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.

c. Sikap Menghargai Karya Seseorang dan Keinginan-Keinginan untuk


Maju

Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, hal ini akan mendorong
semangat bagi usaha-usaha penemuan baru. Contohnya Hadiah Nobel, Kalpataru,
atau Adipura.

d. Toleransi

Toleransi terhadap sikap-sikap menyimpang, yang bukan perbuatan yang yang


dapat dikenakan hukuman kerana merupakan pelanggaran terhadap undang-
undang.

e. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat

Berarti memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan
sendiri.

f. Penduduk yang Heterogen

Pada masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan ras ideologi berbeda
akan mudah terjadi pertentangan. Keadaan demikian akan menjadi pendorong
perubahan-perubahan dalam masyarakat.

g. Ketidak Puasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan


Tertentu

Ketidakpuasan masyarakat yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah


masyarakat bekemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
h. Orientasi Ke masa depan

Selalu berpikir kedepan untuk merubah keadaan masyarakat.

i. Nilai Meningkatkan Taraf Hidup

Bahwa manusia harus berikhtiar untuk sentiasa memperbaiki diri dan taraf
hidupnya.

2. Faktor yang Menghalangi Perubahan :

a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui


perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin
dapat memperkaya kebudayaan sendiri.

b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat

Dikeranakan terisolasi dari dunia luar, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi


terhambat.

c. Sikap Masyarakat yang Tradisionalistis

Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau, dan menganggap


tradisi mutlak tidak bisa diubah akan menghambat proses perubahan sosial.

d. Adanya Kepentingan-kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat


atau Vested Interest

Dalam organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti ada sekelompok
orang yang menikmati kedudukan. Mereka takut kedudukannya akan direbut jika
terjadi perubahan-perubahan. Hal ini terjadi pada masyarakat feodal.

e. Rasa Takut akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan

Integrasi kebudayaan tidak ada yang sempurna. Beberapa kelompok


mengkhawatirkan akan tergoyahnya integrasi kebudayaan lama yang bisa
menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.

f. Prasangka Terhadap Hal-hal yang Baru

Sikap demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah


bangsa-bangsa barat kerana tidak bisa melupakan pengalaman pahit selama
penjajahan.

g. Hambatan Ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya usaha


yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang biasanya sudah menjadi dasar
integrasi masyarakat tersebut.

h. Adat atau Kebiasaan


Apabila adat atau kebiasaan ternyata tidak efektif lagi di dalam memenuhi
kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Akan tetapi adat atau kebiasaan yang
mencangkup segala bidang didalam masyarakat begitu kokoh sehingga sukar untuk
diubah.

i. Nilai Pasrah

Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

G.  Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan

1. Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan

Keserasian dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap


masyarakat. Keserasian masyarakat yang dimaksud adalah sebagai suatu keadaan
di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan
saling mengisi. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keserasian, masyarakat dapat
menolaknya atau mengubah susunan kemasyarakatan dengan maksud menerima
unsur yang baru. Kadang kala ada unsur baru yang dipaksakan oleh suatu
kekuatan. Akan tetapi, jika ada unsur baru yang tidak dapat ditolak oleh masyarakat
kerana tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada, tetapi sifatnya
dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Hal ini tidak akan berpengaruh
pada norma-norma dan nilai-nilai sosial dan dapat berfungsi dengan wajar.

Terkadang  unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan


mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap
masyarakat. Itu berarti ada gangguan yang berkelanjutan terhadap keserasian
masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa ketegangan dan kekecewaan di antara
masyarakat tidak mempunyai saluran perubahan. Apabila keserasian kembali
dipulihkan  setelah terjadinya suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan
penyesuaian (adjusment). Bila sebaliknya terjadi, maka dinamakan ketidak
penyesuaian sosial (maladjusment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya
anomie. Anomie dalam kamus sosiologi dan kependudukan karya Dra. Hartini dan
G. Kartasapoetra, adalah lunturnya norma-norma yang dianut, atau vakumnya
suatu nilai/tata krama.

2. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (Avenue or Channel of Change)


merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya
saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya. Lembaga
kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada cultural focus
masyarakat pada suatu masa yang tertentu.

Lembaga kemasyarakatan mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat


cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan
lembaga masyarakat tersebut akan membawa akibat pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya kerana lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan
suatu sistem yang tergabung menjadi satu.
3. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)

a. Pengertian

Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam


masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Reorganisasi adalah proses pembuatan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar
sesuai dengan lembaga- lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.
Reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah
melembaga (institutionalized) dalam diri warga.

b. Suatu Gambaran Mengenai Disorganisasi dan Reorganisasi

Suatu contoh adalah norma-norma dalam lalu lintas. Sopan santun berlalu lintas
yang secara minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang yang
jalan kaki. Pada umumnya terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar
peraturan-peraturan tersebut, padahal peraturan bertujuan untuk menjaga
keselamatan masyarakat, termasuk pengemudi dan orang-orang yang berjalan
kaki. Hal ini pailng tidak dapat dijadikan suatu indeks terhadap keadaan sampai di
mana disorganisasi masih berlangsung padahal telah ada reorganisasi.

c. Ketidakserasian Perubahan  dan Ketertinggalan Budaya (Cultural


Lag)

Ada unsur-unsur yang cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk
berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah
daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu perubahan dalam cara
bertani, tidak berpengaruh pada tarian-tarian tradisonal.

Suatu teori tentang ketertinggalan budaya (cultural lag)  dari William F. Ogburn,
menyatakan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama
cepatnya dalam keseluruhannya seperti diurai sebelumnya, sedangkan ada bagian
lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai
bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat dinamakan ketertinggalan
kebudayaan (cultural lag) dan unsur masyarakat atau kebudayaan yang
mempunyai korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh
unsur lainnya.

Ketertinggalan kebudayaan juga berarti sebagai jangka waktu antara terjadi dan
diterimanya penemuan baru. Atau dipakai untuk menunjukkan pada tertinggalnya
suatu unsur lainnya yang berkaitan erat hubungannya.

H. Arah Perubahan (Direction of Change)

Gerak perubahan adalah perubahan bergerak meninggalkan  faktor yang diubah.


Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada
sesuatu bentuk yang sama sekali baru, atau mungkin pula bergerak ke arah suatu
bentuk yang sudah ada di dalam waktu lampau.

Sebagai contoh, perkembangan industri musik saat ini mengalami kemajuan yang
luar biasa. Banyak jenis-jenis aliran musik yang kita kenal, mulai dari pop, rock,
jazz, dangdut, heavy metal, ska, hip-hop, punk, dan lain-lain. Tapi saat ini ada jenis
musik baru yang sedang trend di kalangan anak muda Indonesia yaitu The
Changcuter. Lagu mereka berjenis rock n’ roll yang pernah dipopulerkan Rolling
Stone dan mengikuti aksi panggung Mick Jagger dan Jim Morrisson. Akan tetapi
lagu mereka rata-rata bertema komedi. Hal tersebut tentu berbeda dengan dengan
generasi sebelum mereka yang biasanya bertema sosial dan cinta.

I. Modernisasi

1. Pengantar

Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju


pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik. Negara-negara atau
masyarakat-masyarakat modern pun yang sedang menjalani proses tersebut telah
berkembang dari aneka warna masyarakat tradisional. Setiap negara-negara atau
masyarakat-masyarakat mengalami persolan berbeda-beda dalam menghadapi
modernisasi sesuai dengan hukum situasi, pasti ada unsur-unsur yang sama dan
berlaku universal. Menyangkut Indonesia yang mengalami modernisasi melalui
perubahan-perubahan yang direncanakan , misalnya dari orde lama ke orde baru,
orde baru ke zaman reformasi.

2. Pengertian

Modernisasi mencangkup suatu tranformasi total kehidupan bersama yang


tradisional dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis
dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil.

Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan


perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi
merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, kerana di dalam
prosesnya meliputi bidang yang luas, menyangkut proses disorganisasi, problema-
ploblema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan,
dan sebagainya.

3. Disorganisasi, Tranformasi, dan Proses dalam Modernisasi

Di dalam proses modernisasi akan muncul disorganisasi pada masyarakat. Hal


tersebut akan menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial diartikan sebagai
penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan.

Disamping itu, perlawanan terhadap transformasi misalnya keyakinan yang kuat


terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-
penyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang tertinggal , merupakan
faktor-faktor yang menghambat modernisasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  yang berpengaruh pada modernisasi


adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru, dan
kesepadanannya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan
modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada. Selain itu, ada
kemungkinan modernisasi menggantikan unsur-unsur yang lama.

4. Syarat-syarat Modernisasi
Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi
masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah)
dan konstruktif (membangun).

Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut.

1)      Cara berpikir yang ilmiah.

2)      Sistem administrasi negara yang baik.

3)      Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur.

4)      Penciptaan iklim yang baik dari masyarakat.

5)      Tingkat organisasi yang tinggi.

BAB IX

MASALAH SOSIAL DAN MANFAAT SOSIOLOGI

A.  Pengantar

Masalah-masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial yang mencangkup pula segi


moral. Karena untuk dapat mengklasifikasikan suatu persoalan sebagai masalah
sosial, harus digunakan penilaian sebagai pengukurannya. Apabila suatu
masyarakat menganggap sakit jiwa, bunuh diri, perceraian, penyalahgunaan obat
bius sebagai masalah sosial, masyarakat tersebut tidak semata-mata menunjuk
pada tata kelakuan yang menyimpang. Akan tetapi, sekaligus juga mencerminkan
ukuran-ukuran umum mengenai segi moral.

B.  Masalah Sosial, Batasan dan Pengertian

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral masalah tersebut


merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan
dengan hukum dan bersifat merusak oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak
akan mungkin ditelaah tanpa pertimbangan ukuran-ukuran masyarakat mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik. Sosiologi menyangkup
teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang
terpokok adalah aspek ilmiahnya. Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial.

C.  Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-sebabnya


Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis,
biopsikologis, dan kebudayaan. Klasifikasi yang berbeda
mengadakanpenggolongan atas dasar kepincangan-kepincangan  dalam warisan
fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan kebijaksanaan sosial. Klasifikasi ini lebih
luas ruang lingkupnya daripada yang terdahulu.

D. Ukuran-ukuran Sosiologis terhadap Masalah Sosial

1. Tidak ada kesesuaian antara ukuran atau nilai-nilai sosial dengan kenyataan
sosial.
2. Sumber-sumber sosial dari masalah sosial, yaitu merupakan akibat dari suatu
gejala sosial atau bukan, yang menyebabkan masalah sosial. Contohnya
gagal panen.
3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan gejala
sosial atau tidak, tergantung dari kerakteristik masyarakatnya.
4. Manifest Social Problems dan Latent Social Problems.
5. Perhatian masyarakat dan masalah sosial.
6. Sistem nilai dan dapatnya suatu masalah sosial diperbaiki.

E.  Beberapa Masalah Sosial Penting

1. Kemiskinan, menyababkan tidak baiknya fungsi lembaga kemasyarakatan di


bidang ekonomi.
2. Kejahatan, tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan
bentuk-bentuk dan organisasi  sosial dimana kejahatan itu terjadi. Orang yang
berbuat jahat canderung melawan norma hukum.
3. Disorganisasi keluarga, yaitu perpecahan keluarga, mungkin terjadi karena
konflik peranan sosial atas perbedaan ras, agama, atau karena faktor
ekonomis.
4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern, masa remaja dikatakan
sebagai suatu masa yang berbahaya karena pada periode itu, seseorang
meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju tahap kedewasaan.
5. Peperangan, mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek
kemasyarakatan, baik bagi negara yang ke luar sebagai pemenang atau
negara yang kalah.
6. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat.
7. Masalah kependudukan, tercipta kepadatan penduduk sehingga
menyebabkan ketidaksejahteraan.
8. Masalah lingkungan, tercemarnya bahan yang merugiakan manusia pada
dasarnya tercipta karena manusia itu sendiri, kemudian menghancurkan diri
sendiri.
9. Birokrasi, merupakan organisasi yang bersifat hierarkis, bersifat menghambat
roda pemerintahan.

F.  Pemecahan Masalah Sosial

Sosiologi mempunyai kegunaan bagi proses pembangunan dalam hal-hal sebagai


berikut:

1. Tahap perencanaan untuk mengidentifikasi :


6. Kebutuhan-kebutuhan sosial,
7. Pusat perhatian sosial,
8. Lapisan sosial,
9. Pusat-pusat kekuasaan,
10. Sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial.
2. Tahap pelaksanaan:
 Identifikasi terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat,
 Pengamatan terhadap perubahan sosial yang terjadi
3. Tahap evaluasi:
 Analisis terhadap efek-efek sosial pembangunan.

G. Perencanaan Sosial

Menurut Ogburn dan Nimkoff  prasyarat suatu perencanaan sosial yang efektif
adalah:

1. Adanya unsur-unsur modern dalam masyarakat yang mencakup sistem


ekonomi dimana telah dipergunakan uang, urbanisasi yang teratur, intelegensi
dibidang teknik dan ilmu pengetahuan dan suatu sistem administrasi yang
baik.
2. Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisa yang baik.
3. Terdapatnya sistem publik yang baik terhadap usaha-usaha perencanaan.
4. Adanya pimpinan ekonomi dan politik yang progresif.

Untuk melaksanakan perencanaan sosial dengan baik, diperlukan organisasi yang


baik pula dan itu berarti adanya disiplin disatu pihak dan hilangnya kemerdekaan
dipihak lain.

H. Tokoh- tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi

1. Auguste Comte (1789-1857)

Auguste Comte, seorang Prancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama-tama


member nama pada ilmu tersebut (socius dan logos). Dia mempunyai anggapan
bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistic dan social
dynamic. Sebagai social statistic, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari hubungan timbale balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sebagai social dynamic, meneropong bagaimana lembaga-lembaga itu
berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa. Menurut Comte,
masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan
pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang
berlainan. Hasil karya Comte yang terutama adalah :

1. The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);


2. The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);
3. Subjective Synthesis (1820-1903).

2. Herbert Spencer (1820-1903)

Dalam bukunya The Principles of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer menguraikan


materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Dia mengatakan bahwa objek sosiologi
yang pokok adalah keluarga, politik,agama,pengendalian social dan industry. Dia
juga menekankan bahwa sosiologi harus menyoroti hubungan timbale balik antara
unsure-unsur masyarakat seprti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga,
hubungan antara lembaga polotik dan lembaga keagamaan. Hasil karya yang
terkenal lainnya :
1. Social Statistic (1850);
2. Principles of Psychology (1955);
3. Principles of Biologis (2 jilid, 1864 dan 1961
4. Principles of Ethics (1893)

3. Emile Durkheim (1858-1917)

Menurut Emile Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat


dan proses-proses social. Dalam majalah sosiologi, ia mengklasifikasikan
pembagian sosiologi atas tujuh seksi, yaitu:

1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.


2. Sosiologi agama
3. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi
social, perkawinan dan keluarga.
4. Sosiologi tentang kejahatan
5. Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok
kerja
6. Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan
7. Sosiologi estetika

Hasil karyanya yang terkemuka :

1. The Social Division of Labor (1893)


2. The Rules of Sociological Method (1895)
3. The Elementary Forms of Religious (1912)

4. Max Webber(1864-1920)

Max Webber, seorang Jerman, berusaha memberikan pengertian mengenai


perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social.
Max juga terkenal dengan teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi
dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk
menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang ditulisnya antara lain :

1. The History of Trading Companies During the Moddle Ages (disertasi,1889)


2. Economy and Society (1920)
3. Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)
4. Collected Essays on Sociology and Social Problems (1924)
5. From Max Webber : Essays in Sociology (1946)
6. The Theori of Social and Economic Organization (1947)
7. Alex Webber on The Methodology of Social Sciences (1949)

5. Charles Horton Cooley (1864-1929)

Seorang Amerika, Charles Horton Cooley, mengembangkan konsepsi mengenai


hubungan timbale balik dan hubungan yang tidak terpisah antara individu dengan
masyarakat. Coooley dalam mengemukakan teorinya terpengaruh aliran romantic
yang mengidamkan kehidupan bersama, rukun, damai, sebagaimana dijumpai pada
masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja. Hasil-hasil karyanya :

1. Human Nature and Social Order (3 jilid,1902)


2. Social Organization (1909)
3. Social Process (1918)
6. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)

Le Play mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalisis


gejala-gejala social, yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta
social dan analisis induktif. Kemudian ia juga menggunakan metode case study
dalam penelitian-penelitian social. Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat
menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan dan
hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga, serta lembaga-lembaga
lainnya.

Karangan-karangan yang pernah di buatnya:

1. European Worker (1855);


2. Social Reform in France (1864)
3. The Organization of The Family (1871)
4. The Organization of Labor (1872)

7. Ferdinand Tonnies

Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan


Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-
kelompok social. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama
dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat
ilmiah serta bersifat kekal. Gasellschaft (patembayan) merupakan bentuk
kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya
dalam jangka waktu yang pendek. Hasil karyanya antara lain :

1. Gemeinschaft und Gesellschaft (1887)


2. Sociological Studies and Criticism (3 jilid, 1952)
3. Introduction to Sociology (1937) dan lain-lain.

8. Leopold von Wiese (1876-1949)

Von Wiese, seorang jerman, menganggap sosiologi sebagai ilmu pengegtahuan


empiris yang berdiri sendiri. Objek sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan
antarmanusia yang merupakan kenyataan social. Jadi, menurutnya, objek khusus
ilmu sosiologi adalah interaksi social atau proses social. Penelitian selanjutnya
dilakukan terhadap struktur social yang merupakan saluran dari hubungan antar
manusia. Hasil-hasil karyanya adalah antara lain :

1. The Basis of Sosiologi : A critical examination of Herbert spencer’s Synthetic


Philosophy (1906)
2. General Sosiology, jilid I Social Relations (1924); dan jilid II
3. Social Forms (1929)
4. Systematic Sosiology (bersama dengan Howard Becker,1932)
5. Sosiology of Social Relation (1940)

9. Alfred Vierkandt (1867-1953)

Pada permulaannya Alfred menganggap sosiologi harus mempelajari sejarah


kebudayaan. Kemudian, ia menyatakan bahwa sosiologi terutama mempelajari
interaksi dan hasi interaksi tersebut. Masyarakat merupakan himpunan interaksi-
interaksi social, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkontruksikan teori-teori
tentang masyarakat dan kebudayaan. Hasil-hasil karyanya adalah :

1. Primitive and Civilized (1896)


2. Inertia in Culture Change (1908)
3. Theory of Society; Main Problems of Philosophical Sociology (1922)
4. Dictionary of Sociology (1931)
5. Family, People and State in their Social Life (1936)

10. Lester Frank Ward (1841-1913)

Ward merupakan salah satu pelopor sosiologi di Amerika. Tujuan utamanya adalah
membentuk suatu system sosiologi yang akan menyempurnakan kesejahteraan
umum manusia. Menurutnya sosiologi bertujuan menetili kemejuan-kemajuan
manusia. Ia membedakan antara pure sociology (sosiologi murni) yang meneliti
asal dan perkembangan gejala-gejala social dan applied sociology (sosiologi
terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan dinamis dalam
masyaraka karena usaha-usaha manusia. Hasil karyanya adalah :

1. Dynamic Society (1883)


2. Psychic Factors of Civilization (1893)
3. Pure Sociology (1903)

11. Vilfredo Pareto (1848-1923)

Teori Pareto didasarkan pada observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen


terhadap fakta-fakta dan rumus-rumus matematis. Menurut dia, masyarakat
merupakan system kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut
tergantung pada cirri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-
tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan
dari dalam dirinya. Buku yang pernah ditulisnya antara lain Treatisme on General
Sociology (3 jilid,1917), yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul The
Mind and Society.

12. Georg Simmel (1858-1918)

Menurut Georg Simmel, sosiologi merupakan ilmu pengtahuan khusus, yaitu satu-
satunya ilmu pengetahuan analitis yang abstrak diantara semua ilmu pengetahuan
kemasyarakatan. Masyarakat merupakan suatu proses yang berjalan dan
berkembang terus. Masyarakat ada dimana individu mengadakan interaksi dengan
indiviu-individu lainnya. hasil katya-karyanya adalah :

1. Concering Social Differentiation (1890)


2. Sociology, Studies of  the Forms of Socialization (1908)
3. Basic Problems of Sociology (1917)
4. Conflic of Modern Culture (1918)

13. William Graham Summer (1840-1910)

Sistem sosiologi Summer didasarkan pada konsep in-group dan out-group.


Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok social. Kebiasaan dan
tata kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan
warga-warga sekelompok, maupun warga-warga dari kelompok lainnya. hasil
karyanya misalnya :

1. Collected Essays on Political and Science (1885)


2. What Social Classes Owe to Folksway (1907)
3. Selected Essays of WilliamGraham Summer (1924)
4. The Science of Sociology (dengan A.C Keller, 1927)
5. Essays of William Graham Summer (2 jilid, 1934)

14. Robert Ezra Park (1864-1944)


Pokok ajaran Robert Ezra Park adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa
sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antarmanusia.
Namanya terkenal karena telah mengarang sebuah buku (bersama Burgess) yang
berjudul : Introduction to The Science of Sociology tahun 1921. Hasil karya lainnya :

1. Race and Culture (1950)


2. Old World Traits Transplanted (bersama H.A Miller, 1921)

15. Karl Mannheim (1893-1947)

Mannheim telah banyak menyumbangkan pikirannya bagi perkembangan sosiologi.


Antara lain di peloporinya satu cabang sosiologi, yang dinamakan sosiologi
pengetahuan, yang khusus menelaah hubungan antara masyarakat dengan
pengetahuan. Kemudian teorinya yang sangat terkenal adalah mengenai krisis.
Hasil-hasil karya dari Karl Mannheim yang terkenal antaralain :

1. Ideology and Utopia (1929)


2. Man and Society in an Age of Reconstruction (1940)
3. Diagnosis of our Time (1943).

I. Manfaat Penelitian Sosiologi bagi Pembangunan

1. Pengantar

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan disegala bidang kehidupan


yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Proses
pemangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyrakat,baik secra
spritual,maupun material

2. Cara melangsungkan pembangunan

 Strutural, yang mencangkup perencanaan, pembentukan, dan evaluasi


terhadap lembaga sosial.
 Spiritual, yang mencangkup watak dan pendidikan dalam penggunaan
cara berfikir
 Struktural dan spiritual

3. Syarat yang diperlukan

Masyarakat harus aktif memecahakan masalah-masalah dan memiliki  sikap


terbuka bagi pikiran dan usaha baru.

4. Tahap-tahap pembangunan

Tahap perencanaan,penerapan atau pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap


penerapan perlu diadakan penyorotan terhadap kekuatan sosial dalam masyarakat.

5. Penelitian sosiologis
Penelitian yang terpusatkan pada masalah, yang bertujuan untuk memecahkan
masalah yang timbul penelitian murni, yang berujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan secara  teoretis dalam perkembangan teori

Penelitian terapan, yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi


masyarakat atau pemerintah.

6. Manfaat penelitian sosioogis bagi pembangunan

Pada tahap perncanaan pembangunan diperlukan data yang relatif lengkap


megenai masyarakat. Pada tahap penerapan atau pelaksanaan, perlu diadakan
identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan
pengetahuan mengenai perubahan sosial yang telah terjadi, akan dapat di ketahui
apakah pemangunan berhasil atau tidak. Dan pada tahap evaluasi dapat diadakan
penilaian dengan menggunakan beberapa ilmu pengetahuan.

7. Penutup

Indonesia merukan masyarakat yang majemk. Dan kemajemukan inilah yang


dihadapi dalam proses pembangunan nasional.

BAB X

PENUTUP

A. PENGANTAR

Setelah mendalami isi buku ini menjadikan kita lebih memperdalam sosiologi
sebagai suatu ilmu, namun masih memiliki kesan bahwa ilmu sosiologi bersifat
abstrak. Sebagai ilmu msyarakat sosiologi mengalami peristiwa-peristiwa tertentu
maupun berbagai masa kritis.pada masa selesai Perang Dunia ke II, banyak
masalah muncul konflik konflik realis ,kejahatan  dll. Masalah tersebut selalu di
kaitkan atau di dasarkan pada yang terjadi saat ini sehingga di nilai cepat tanggap
terhadap masalah sosial penting sehingga dapat membantu memecahkan masalah-
masalah tersebut.

Perkembangan sosiologi di amerika telah di arahkan untuk menyususn program


program sosial serta usaha usaha  untuk mengatasi masalah ketertiban dan
kemiskinan  yang terjadi. Sehingga perhatiannya lebih tertuju pada kesejahteraan
individual daripada struktural yang menyeluruh yang sanagat mempengaruhu
tersedianya kesempatan untuk membenahi dan memperkuat peranan sosial
seseorang.

B. KETERKAITAN “PUBLIC SPEAKING” DENGAN SOSIOLOGI


KOMUNIKASI

1. Pengantar
Publik speaking atau berbicara kepada umum merupakan suatu kegiatan yang
berintikan pada interaksi sosial.Proses interaksi demikian merupakan salah satu
lingkup sosiologi sebagai ilmu dan juga sosiologi komunikasi sebagai salah satu
pengkhususannya. Sosiolgi merupakan suatu ilmu yang menelah dan menganalisis
kehidupan bersama manusia serta akibat-akibatnya yang mungkin dilanjutkan
dengan suatu proyeksi.sosiologi berintikan pada komunikasi sehingga sudah
sewajarnya apabila tumbuh pengkhususan dalam wujud sosiologi komunikasi.
Dasar uraian ini adalah semata – mata pengalaman sebagai pendidikan dan
pengajar yang dalam pekerjaan sehari-hari banyak berhubungan dengan umum
khususnya sivitas akademika dan pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian
masyarakat.

2. Khalayak yang Dihadapi

Seorang publik speaking akan menghadapi khalayak tertentu, yang terdiri lebih dari
satu orang dengan jumlah maksimal yang kadang-kadang tidak dapat ditentukan
batas-batasnya.

Heterogenitasdilihat dari sudut kebudayaan khusus yang dianut, orientasi politik


yang berbeda, latar belakang pendidikan informal dan formal yang berlainan,agama
yang tidak sama, suku yang tidak seragam, dan seterusnya.dipergunakan sebagai
patokan umum untuk memberikan public speech.khalayak yang dihadapi
mempunyai taraf kecerdasan yang berbeda – beda. Salah satu akibatnya adalah
bahwa taraf kemampuan untuk memahami hal-hal yang disampaikan oleh
pembicara juga berbeda.Karena khalayak terdiri dari orang banyak,sulit diciptakan
hubungan batiniah antara pembicara dengan khalayak.Dengan
demikianlah,pembicara dengan khalayak biasanya bersifat impersonal.Dalam
menghadapi khalayak yang beranekaragam latar belakangnya seorang pembicara
harus mampu membuat tolak ukur yang seragam terlebih dahulu. Di antara sekian
banyaknya perbedaan, pasti akan ada hal – hal yang sama. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah meminta data mengenai khalayak yang akan dihadapi
(artinya, sebelum publik speaking berlangsung).

3. Usaha Agar Khalayak Menjadi Pendengar yang Aktif

Seseorang pembicara pertama – tama harus mengusahakan agar khalayak


menjadi pendengar yang baik.Kemampuan untuk mendengarkan pembicaraan
orang dengan baik, merupakan salah satu landasan bagi adanya pemahaman.
Pertama-tama seorang pembicara harus dapat memberikan “pengantar”yang
menarik perhatian khalayak ,yang hanya dapat dilakukan apabila pembicara
terlebih dahulu telah memperoleh data awal mengenai khalayak yang dihadapinya.
“Pengantar” yang menarik tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan terutama bagi khalayak.Suasana yang menyenangkan ini biasanya
terjadi apabila khalayak merasa dirinya dihargai oleh pembicara.kadang – kadang
pembicara perlu menempatkan dirinya pada posisi yang lebih tinggihendaknya hal
itu dilakukan hanya sebagai taktik sajaLangkah kedua yang perlu dilakukan agar
khalayak mendengarkan hal – hal yang dibicarakan adalah menciptakan
kewibawaan.yang lebih penting lagi adalah sikap tindakan yang nyata dari
pembicara, atau penampilannya yang simpatik.Langkah yang ketiga adalah
menciptakan landasan pengetahuan yang sama.peKalau itu sudah
terciptapembicara berusaha “menggiring” khalayak ke taraf pengetahuan yang lebih
tinggi dengan jalan membantu khalayak untuk hari esok. untuk kemudian
membimbingnya ke taraf yang lebih tinggi akan merangsang khalayak untuk
bertanya atau memberikan tanggapan pada kesempatan diskusi nantinya.

4. Usaha untuk Memengaruhi Khalayak

Pembicara tentunya harus berusaha untuk memengaruhi khalayak agar tujuan –


tujuan tertentu dapat dicapai.Agar diperoleh suatu gambaran yang jelas, akan
dikemukakan suatu contoh, dimana pembicara berfungsi sebagai pembaharu atau
pengubah (change agent; agentof development).Kalau seorang pembicara
berfungsi sebagai pembaharu, pertama – tama yang dilakukannya adalah
mengembangkan suasana,pembaharu perlu menyadarkan khalayak bahwa ada
sesuatu yang perlu diubah untuk mencapai tingkat kehidupan tertentu.Selain itu,
pembicara juga harus menyakinkan khalayak bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.Sesudah
mengemukakan hal itu,pembicara harusmenciptakan keadaan yang baik.pembicara
mencoba dan mengajak khalayak untuk menggadakan diagnosis terhadap keadaan
yang dihadapi.Dalam tahap harus dijelaskan mengapa timbul masalah, dan
mengapa selama ini masalah-masalah tidak dapat ditanggulangi. Namun, diagnosis
ini hendaknya dilandaskan pada kepentingan khalayak dan bukan
pembicara.Selanjutnya pada langkah keempat pembicara berusaha untuk
menanamkan keinginan agar keadaan yang dihadapi diubah.Pada tahap kelima
pembicaraberusaha untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian sebagai akibat
terjadinya perubahan.Dengan cara demikian, pembicara berusaha membentuk
opini khalayak kearah yang positif bagi pemenuhan kebutuhannya.

5. Kemampuan – Kemampuan yang Diperlukan

Seorang pembicara seyogyanya mempunyai berbagai kemampuan agar dapat


melakukan publik speaking dengan baik dan benar.Kemampun-kemampuan
tersebut hanya akan dapat dipunyai apabila yang bersangkutan mempunyai
wawasan yang luas karena banyak membaca, peka terhadap masalah-masalah di
sekitarnya, dan secara cepat merekam kejadian-kejadian yang penting.

6. Penutup

Keterkaitan antara publik speaking dengan sosiologi komunikasi tampaknya terletak


pada kenyataan bahwa publik speaking pada hakikatnya merupakan penerapan
konsep-konsep sosiologi komunikasi tertentu.

Hal yang penting adalah bahwa seorang pembicara mengetahui atau memahami
aspek-aspek sosiologi kehidupan masyarakat. Apalagi kalau pengetahuan tersebut
ditambah dengan pengetahuan dibidang ilmu – ilmu sosial lainnya seperti
antropologi, psikologi sosial, ekonomi dan seterusnya, pengetahuannya semakin
lengkap (demikian pula halnya dengan kemampuan yang bersangkutan).Hal yang
penting adalahrajin melatih diri berbicara di depan umum dengan memberikan
penyajian yang akurat mengenai masalah yang diketengahkan.Seorang public
speaker harus senantiasa berterus terang, namun dilandaskan pada perhitungan
yang mantap. Hal yang juga penting adalah pantangan untuk mempopulerkan diri
dengan jalan mendiskreditkan pihak – pihak lain yang dijadikan kambing hitam, baik
secara langsung maupun tidak langsung.Demikianlah beberapa catatan mengenai
publik speaking, yang semata-mata didasarkan pada mudahan-mudahan rekaman
pengalaman sendiri. Mudahan-mudahan rekaman pengalamanini dapat
dimanfaatkan demi kebaikan.

C. DAMPAK PADA SISTEM SOSIAL BUDAYA

1. Pengantar

Secara etimologis, dampak berarti pelanggaran, tubrukan atau benturan. Dampak


pada sistem sosial budaya dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap sistem
sosial budaya, tubrukan terhadapnya, ataupun benturan. Secara garis besar,
kehidupan bersama yang berproses dalam suatu wadah, disebut sistem
kemasyarakatan. Setiap gejala tersebut saling berkaitan, sehingga terjadi proses
saling pengaruh, mempengaruhi.

2. Sistem Kemasyarakatan dan Sistem Sosial Budaya

Sistem kemasyarakatan mencakup berbagai macam bidang kehidupan yang


merupakan subsistem, oleh karena menjadi bagian dari suatu kesatuan yang
menyeluruh. Biasanya subsistem-subsistem tersebut adalah sebagai berikut :

1. Subsistem politik
2. Subsistem ekonomi
3. Subsistem sosial
4. Subsistem budaya
5. Subsistem pertahanan-keamanan
6. Subsistem hukum

3. Indikator Perubahan

Masalah perubahan sosial telah menjadi sorotan penting para sosiolog, semenjak
timbulnya sosiologi modern. Sosiologi modrn dilahirkan dalam masyarakat yang
sedang mengalami perubahan pada unsur-unsur tradisional, sehingga para ssiolog
waktu itu menaruh perhatian besar pada proses-proses perubahan tersebut. Pada
masa itu, masalah pokoknya adalah :

 Kecenderungan-kecenderungan umum perubahan suatu masyarakat


sebagai keseluruhan atau sesuat yang utuh.
 Perkembangan suatu tipe masyarakat tertentu.
 Pemusatan perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya perubahan sosial 
dan pengaruh perubahan sosial terhadap masyarakat maupun bagian-
bagiannya.

4. Dampak Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakn dan


dikehendaki. Disamping tujuan-tujuan yang direncanakan dan dikehendaki tidak
mustahil pembangunan mengakibatka terjadinya dampak pada subsistem
kemasyarakatan, misalnya pada subsistem sosial budaya.

5. Penanggulangan Dampak

Penanggulangan terhadap dampak pembangunan sangat penting, karena pelopor


pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun, menginginkan
akibat-akibat yang positif dari pembangunan tersebut. Dampak pembangunan
dapat ditekan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1)      Awareness

2)      Interest

3)      Evaluation

4)      Trial

5)      Adoption
D. TINJAUAN SOSIOLOGIS MENGENAI LINGKUNGAN ANAK
DAN REMAJA YANG MENUNJANG TUMBUHNYA
MOTIVASI DAN KEBERHASILAN STUDI ANAK

1. Pengantar

Suatu tinjauan sosiologis berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar
manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antara manusia dengan
keompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat.

2. Orang Tua, Saudara-Saudara dan Kerabat Dekat

Di dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan


dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua serta
mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah.

3. Kelompok Sepermainan

Kelompok sepermainan dan peranannya belum begitu tampak pengaruhnya pada


masa kanak-kanak, walaupun pada masa itu seorang anak sudah mempunyai
sahabat-sahabat yang terasa sangat dekat sekali dengannya.

4. Kelompok Pendidik (Sekolah)

Kelompok pendidik sebenarnya tidak mencakup sekolah saja, oleh karena sekolah
hanya menyelenggarakan pendidikan formal. Pada sekolah-sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan awal seperti TK, SD atau SMP guru berperan
sangat besar bahkan dominan, guru mempunyai peranan yang cenderung mutlak di
dalam membentuk dan mengubah pola perilaku anak didik.

5. Penutup

Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak dan
remaja. Orang tua merupakan tempat anak erlindung dan mendapatkan kedamaian
melalui keserasia antara ketrtiban dengan ketenteraman, dengan
mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar rumah

Daftar Pustaka

Soekanto Soerjono, “ Sosiologi Suatu Pengantar “, Rajawali Pers, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai