Anda di halaman 1dari 8

Makalah pemeriksaan RF

Untuk memenuhi tugas remedial Praktek imunoserologi

Disusun oleh

Nita Silvia Martdesi


1010171012
Kelas E
Pengertian

RF adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG. Sebagaimana ditunjukkan


namanya, RF terutama dipakai untuk mendiagnosa dan memantau rheumatoid arthritis.
Semua penderita dengan Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan antibodi terhadap IgG
yang disebut faktor rheumatoid atau antiglobulin. Rheumatoid arthritis sendiri merupakan
suatu penyakit sistemik kronis yang ditandai dengan peradangan ringan jaringan
penyambung. Sekitar 80-85% penderita RA mempunyai autoantibodi yang dikenal dengan
nama Rheumatoid faktor dalam serumnya dan menunjukkan RF positif.

Faktor ini merupakan suatu faktor anti-gammaglobulin. Kadar RF yang sangat tinggi
menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan
komplikasi sistemik. Faktor reumatoid (rheumatoid factor, RF) adalah immunoglobulin
yang bereaksi dengan molekul IgG. Karena penderita juga mengandung IgG dalam serum,
maka RF termasuk autoantibodi. Faktor penyebab timbulnya RF ini belum diketahui pasti,
walaupun aktivasi komplemen akibat adanya interaksi RF dengan IgG memegang peranan
yang penting pada rematik artritis (rheumatoid arthritis, RA) dan penyakit-penyakit lain
dengan RF positif. Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau IgA.

RF positif ditemukan pada 80% penderita rematik artritis. Kadar RF yang sangat tinggi
menandakan prognosis yang buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan
komplikasi sistemik. RF sering dijumpai pada penyakit autoimun lain, seperti LE,
scleroderma, dermatomiositis, tetapi kadarnya biasanya lebih rendah dibanding kadar RF
pada rematik arthritis. Kadar RF yang rendah juga dijumpai pada penyakit non-imunologis
dan orang tua (di atas 65 tahun). Uji RF tidak digunakan untuk pemantauan pengobatan
karena hasil tes sering dijumpai tetap positif, walaupun telah terjadi pemulihan klinis. Selain
itu, diperlukan waktu sekitar 6 bulan untuk peningkatan titer yang signifikan. Untuk
diagnosis dan evaluasi RA sering digunakan tes CRP, ANA dan Uji RF untuk serum
penderita diperiksa dengan menggunakan metode latex aglutinasi.
Nilai rujukan
DEWASA : penyakit inflamasi kronis; 1/20-1/80 positif untuk keadaan rheumatoid
arthritis dan penyakit lain; > 1/80 positif untuk rheumatoid arthritis.
Tujuan Pemeriksaan :
Tes ini diperuntukkan pengecekan kwalitatif serta penentuan semi-kwantitatif dari
Rheumatoid Factor (RF) di dalam serum dan sebagai bantuan dalam diagnosis dari radang sendi
reumatik.
Metode : REAKSI AGLUTINASI

 PRA ANALITIK.
PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan


laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan
persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar
tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang
kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi
yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis
sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan
akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat
terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat
mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi
oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik,
puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok,
kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca
operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa
variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus
selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.

PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

 Volume mencukupi
 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah
bentuk, steril (untuk kultur kuman)

 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

 Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien


harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai
diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai
dengan pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan
juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila
pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi,
dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.

1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 bersih, kering

 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia.

 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen.

 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat. sekali pakai buang (disposable)

 steril (terutama untuk kultur kuman)

 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen.
 ANALITIK

PROSEDUR
Metode I (Pengecekan)
1. Reagen dan contoh serum harus mencapai suhu ruangan terlebih dahulu.
2. Campur perlahan reagen latex RF, kosongkan isi dropper kemudian isi kembali, kemudian
masukkan satu tetes kedalam glass side. Tambahkan satu tetes serum pasien yang telah
diencerkan dengan menggunakan pipet disposable kedalam glass side. Campur keduanya
dengan ujung pipet yang berbentuk sendok.
3. Rotasikan selama 3 menit untuk mengamati pengelompokan makrokospik dengan
menggunakan pencahayaan miring yang tidak langsung.
4. Masing-masing kontrol negatif dan positif harus dikerjakan sesuai dengan seri dari serum
tes. Kontrol-kontrol yang disediakan harus digunakan secara tepat sesuai langkah 1-3 di atas,
kecuali mereka digunakan tanpa pengenceran lebih lanjut, karena telah disediakan dropper-
tip, maka pipet untuk menuang tidak dibutuhkan lagi.
5. Bandingkan reaksi dari serum tes terhadap RF positif dan serum kontrol negatif.
Metode

Metode II (semi kwalitatif)

Reagen latex tes RF DALF juga cocok untuk tujuan titrasi


1. Serum yang akan dititrasi harus diencerkan secara berturut-turut (1:2, 1:4, dst), di dalam
buffer glycinesaline yang telah diencerkan, hasilkan 5 tuba atau lebih. Lanjutkan pengenceran
hingga hasil akhir dapat diperoleh (misalnya satu pengenceran menunjukkan hasil positif
dengan pengenceran berikut memberikan hasil negatif).
2. Masukkan masing-masing satu tetes kontrol negatif dan positif kedalam slide. (Jangan
melarutkan serum kontrol positif RF untuk perbandingan atau tujuan lain sebagaimana tidak
ada korelasi yang terjadi antara titer aktual kontrol dengan titer serum yang tidak diketahui).
3. Ulangi langkah 1-5 dari metode 1 kecuali sampel-sampel baru ini akan digunakan.
 Hasil
Aglutinasi dari suspensi partikel latex merupakan hasil positif. (Pengelompokan yang
dapat dilihat muncul dalam waktu 3 menit.) Serum yang bereaktif lemah menghasilkan
butiran-butiran yang sangat halus atau pengelompokan parsial. Hasil harus dibaca dalam
jangka 3 menit, karena reaksi non spesifik dapat terjadi setelah periode waktu yang
ditentukan.
Serum yang positif dalam tes pengecekan harus dites ualng dalam tes titrasi untuk
menghasilkan sebuah verifikasi untuk penginterpretasian garis batas. Pengenceran terbesar
dari sampel tes yang menunjukkan aglutinasi dianggap sebagai nilai akhir. Pengalian dari
faktor pengenceran dengan 20IU/ml akan menghasilkan level perkiraan dari RF. Tabel
berikut ini hanya ditampilkan sebagai contoh dari penentuan konsentrasi RF dalam serum.
Spesimen yang sebenarnya akan memiliki konsentrasi RF lebih tinggi/ rendah dari level
yang terindikasi dalam tabel ini.

pengenceran Konsentrasi (IU/ml)


1:1 20
1:2 40
1:4 80
1:8 160
1:16 320
1:32 640

 PASCA ANALITIK

Interpretasi Hasil

 Positif : terjadi aglutinasi.


 Negatif : tidak terjadi aglutinasi.

Pembacaan Hasil
Cara pembacaan dari pemeriksaan Rheumatoid faktor secara aglutinasi latex:

A B
Gambar 1. Reaksi positif dan negatif pada slide test
A: Reaksi positif bila terjadi aglutinasi
B. Reaksi negatif bila campuran keruh seperti susu
Jika terjadi hasil yang meragukan pada pemeriksaan, diulangi dan dibandingkan dengan
kontrol positif dan negatif.
Daftar Pustaka

Anonim, 2006, Rheumatoid (http://www.medicastore.com/


Gordon, N. F. 2002. Radang Sendi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Harti, A. S. 2006. Imunologi Serologi II. Surakarta: Fakultas Biologi D III Analis Kesehatan
USB.
Mansjoer, A. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta:
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
https://www.academia.edu/10217530/makalah_rheumatoid_factor_RF_

Anda mungkin juga menyukai