1. Pada saat batuk seperti apa pasien menggunakan obat batuk GG, Ambroxol dan
Dextrometorpan?
Jawab :
Antitussiva adalah obat-obat yang menghentikan rangsang batuk, menurunkan
frekuensi dan intensitas dalam batuk dengan menekan refleks batuk akibat penghambatan
pusat batuk dalam batang otak dan atau melalui blokade reseptor sensorik (reseptor
batuk) dalam saluran bronchus. Obat batuk jenis antitussiva yang sering digunakan
adalah dekstrometorfan. Antitusif tidak boleh diberikan pada batuk yang produktif
(berdahak) akibat rokok, asma dan emfisema, karena supresi batuk akan menghambat
pengeluaran dahak (Gitawati, 2014).
Ekspektoran adalah senyawa yang mempermudah atau mempercepat pengeluaran
sekret bronchus dari bonchus dan trachea. Ekspektoran berguna untuk meningkatkan
produksi mukus. Obat batuk jenis ekspektoran yang sering digunakan adalah GG.
Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak pada batuk
kering (nonproduktif) agar menjadi lebih produktif. Ekspektoran bekerja dengan cara
membasahi saluran napas sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan mudah
dikeluarkan (dibatukkan) (Gitawati, 2014).
Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi
viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien penyakit paru
obstruktif kronis dan batuk produktif kronis. Mukolitik bekerja dengan cara menurunkan
viskositas dari mukus yang disekresikan berlebihan, pada hipersekresi mukus oleh karena
zat-zat rokok menyebabkan kerusakan sel silia pada tenggorokan. Berbagai jenis
mukolitik seperti ambroksol dan acetylcystein, bekerja dengan cara mengurangi
viskositas cairan sehingga mukus menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan.
Mukolitika digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti
pada bronchitis, emfisema dan mucoviscidosis ( = cystic fibrosis) (Hasanah dan Wati,
2014).
Mukolitik dan ekspektoran adalah obat batuk yang digunakan pada jenis batuk
berdahak. Sedangkan antitusif digunakan pada jenis batuk tidak berdahak dan tidak boleh
digunakan pada batuk berdahak karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oleh
bakteri maupun virus. Ketidaksesuaian penggunaan obat dapat menimbulkan dampak
yang tidak baik bagi kesehatan. Seharusnya obat golongan antitusif, tidak boleh
diperuntukkan pada pasien yang mengalami batuk jenis berdahak karena golongan
antitusif memiliki mekanisme untuk menekan batuk. Apabila pasien mengonsumsi obat
batuk antitusif maka frekuensi batuk akan berkurang, dan risiko infeksi yang terjadi akan
meningkat karena mukus tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan (Lorensia dkk,
2018).
2. Sebutkan macam – macam obat asma dan nyeri!
Jawab :
Obat – obat asma :
1. Obat Pelega (Reliever)
a. Terbutalin Sulfat
Indikasi : Sebagai bronkodilator pada asma bronkial, bronkospasme
pada bronchitis kronik, emfisema, dan penyakit paru
lainnya dengan komplikasi bronkokonstriksi.
Dosis : - Oral : Dewasa 1-2 tablet diberikan 2-3 kali sehari (1
tablet = 2,5 mg). Anak : 7,5 mcg/kgBB diberikan 2-3 kali
sehari, 7-15 tahun 2,5 mg diberikan 2-3 kali sehari.
: - Injeksi Subkutan, Intramuskular, atau Injeksi
Intravena Lambat : Dewasa : 250-500 mcg sampai 4 kali
sehari. Anak 2-15 tahun : 10 mcg/kgBB sampai maksimal
300 mcg.
: - Inhalasi Aerosol : Dewasa dan Anak 250-500 mcg (1-2
hirupan), untuk gejala persisten sampai 3-4 kali sehari.
: - Inhalasi Serbuk (Turbuhaler) : 500 mcg (1 inhalasi),
untuk gejala persisten hingga 4 kali sehari.
: - Inhalasi Nebullizer : 5 mg 2-4 kali sehari, dosis
tambahan mungkin diperlukan untuk asma akut yang berat.
Anak < 3 tahun 2 mg : Anak 3-6 tahun 3 mg : Anak 6-8
tahun 4 mg : Anak > 8 tahun 5 mg. Dosis diberikan 2-4 kali
sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet/Kaplet 2,5 mg, Syrup 1,5 mg/5 mL, Injeksi Ampul
0,5 mg/5mL, Inhalasi 2,5 mg/mL.
Mekanisme Kerja : Relaksiasi otot polos jalan napas dengan menstimulasi
reseptor β-2 andrenergik dengan meningkatkan C-AMP
dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkotriksi.
Golongan : β-2 Agonis.
Efek Samping : Tremor, ketegangan, sakit kepala, pusing, takikardi,
palpitasi, batuk, iritasi local, mual, muntah, berkeringat,
otot lemah, myalgia, kram otot. Hypokalemia serius dapat
diakibatkan oleh terapi agonis beta 2.
Interaksi Obat : Efek antagonis bersama penghambat beta non selektif
seperti propanolol, nadolol, pindolol, aksepronol. timolol,
alprenolol, penbutolol, satalol. Hipokalemia dapat di pacu
dengan derivat xantin, steroid, diuretik.
Kontra Indikasi : Hipersensitif.
b. Salbutamol
Indikasi : Meredakan bronkospasme pada asma dan obstruksi
saluran napas reversibel lainnya.
Dosis : - Oral : Dewasa 3-4 x 4 mg/hari (lansia dan pasien yang
sensitive awal 2 mg) Anak 0,05-0,1 mg/kgBB/kali setiap 6-
8 jam.
: - Inhalasi Aerosol (DPI/MDI) : Dewasa 100-200 mcg (1-
2 hirupan). Untuk gejala yang persisten 3-4 kali sehari.
Anak 100 mcg (1 hirupan) dapat dinaikkan menjadi 200
mcg (2 hirupan) bila perlu. Profilaksis untuk bronkospasme
akibat latihan fisik, 200 mcg (2 hirupan) anak 100 mcg (1
hirupan).
: - Inhalasi Nebuliser : Dewasa dan Anak diatas 18 bulan
2,5 mg, diberikan sampai 4 kali sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet/Kapsul 2 mg, 4 mg, Nebule 2,5 mg.
Mekanisme Kerja : Relaksiasi otot polos jalan napas dengan menstimulasi
reseptor β-2 andrenergik dengan meningkatkan C-AMP
dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkotriksi.
Golongan : β-2 Agonis.
Efek Samping : Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, takikardi,
palpitasi, aritmia, vasodilatasi perifer, gangguan tidur dan
tingkah laku. Bronkospasme paradoksial, urtikaria,
angioedema, hipotensi, kolaps. Dosis tinggi menyebabkan
hypokalemia.
Interaksi Obat : Efek antagonis Bersama penghambat beta non selektif
seperti propranolol, nadolol, pindolol, aksprenolol, timolol,
alprenolol, penbutolol, sotalol.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap salbutamol.
c. Orsiprenalin
Indikasi :
d. Heksorenalin
Indikasi :
e. Fenoterol Hbr
Indikasi : Sebagai pengobatan gejala episode asma akut, sebagai
profilaksis asma yang dipicu olahraga, sebagai pengobatan
gejala asma bronkial dan kondisi lainnya dengan
penyempitan jalan napas yang reversibel.
Dosis : - Inhaler Dosis dewasa dan anak >12 tahun. Episode
Asma Akut : 1 semprot, jika belum ada perbaikan setelah 5
menit berikan dosis ke-2. Jika belum dapat diatasi dengan 2
semprot, dosis mungkin perlu ditambah.
: - Pencegahan asma yang dipicu aktivitas fisik : 1-2
semprot, maksimal 8 semprot/hari.
: - Asma bronkial dan keadaan lain dengan
penyempitan saluran napas yang reversibel : bila
diperlukan pengulangan dosis, 1-2 semprot untuk setiap
pemberian, maksimal 8 semprot/hari.
Bentuk Sediaan : Inhaler 100 mcg/semprot, Larutan inhalasi 0,1 %
Golongan : β-2 Agonis
Mekanisme Kerja : Relaksasi otot polos jalan nafas dengan menstimulasi
reseptor beta 2 adrenergik dengan meningkatkan C-AMP
dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkokonstriksi.
Efek Samping : Tremor halus pada otot rangka, sakit kepala, pusing,
takikardi, palpitasi, batuk, iritasi local, mual, muntah,
berkeringat, otot lemah, myalgia, kram otot. Hipokalemia
serius dapat diakibatkan oleh terapi agonis beta 2.
Interaksi Obat : Efek diperkuat oleh obat beta adrenergik, antikolinergik,
derivate xanthin. Penurunan efek yang serius dapat terjadi
jika diberikan bersama trisiklik. Inhalasi dari anestesi
hidrokarbon terhalogenasi dapat meningkatkan kerentanan
terhadap efek KV oleh antagonis beta.
Kontra Indikasi : Kardiomiopati obstruksi hipertrofi, takiaritmia.
f. Teofilin
Indikasi : Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut dan berat.
Dosis : - Dewasa : 3 x 130-150 mg/hari.
: - Anak 6-12 tahun : 3 x 65 mg-150 mg/hari. Obat
diberikan sesudah makan.
: - Euphyllin retard : Dewasa : 2 x 1 tablet.
Bentuk Sediaan : Kapsul 130 mg : Bufabron, Bronchophyllin, Theobron
: Tablet 150 mg : Bronsolvon
: Tablet Retard 250 mg : Euphyllin Retard, Tablet Retard
mite 125 mg, Euphylline Retard Mite.
Golongan : Antiasma, derivate xanthine.
Mekanisme Kerja : Antagonis kompetitif pada reseptor adenosin, adenosin
dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada penderita asma
dan memperkiat mediator yang diinduksi secara imunologis
dari sel mast paru-paru. Teofilin merupakan pernagsang
SSP yang kuat, merelaksasi otot polos terutama bronkus.
Efek Samping : Takikardi, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna
yang lain, sakit kepala, stimulasi system saraf pusat,
insomnia, aritmia dan konvulsi.
Interaksi Obat : - Efek meningkat bila diberikan bersama diltiazem,
erythromycin, fluvoxamine, verapamil, ciprofloxacin,
norfloxacin, cimetidin.
: - Efek menurun jika diberikan bersama rifampicin. Bila
diberikan bersama litium akan menurunkan efek litium.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, porfiria.
2. Obat Pengontrol (Controller)
a. Natrium Kromoglikat
Indikasi : Pencegahan serangan asma dan bronchitis yang bersifat
alergis, serta conjunctivitis/rhinitis allergica dan alergi
akibat bahan makanan
Dosis : - Tablet : Dewasa : 200mg ( 4 kali sehari) sebelum
makan, untuk pengobatan alergi makanan. Anak : 100mg (4
kali sehari) sebelum makan.
: - Inhalasi : Dewasa dan Anak : 10mg/mL (2 mL/vial)
Asma 20mg (2 kali sehari) Bronkospasme 20 mg.
: - Intranasal : Dewasa dan Anak : 5,2 mg/semprot (1
semprotan pada tiap lubang hidung setiap 6 sampai 8 jam
sekali).
: - Tetes Mata : Dewasa dan Anak : 1-2 tetes pada tiap
mata setiap 4-6 jam sekali.
Bentuk Sediaan : Tablet, Inhalasi, Intranasal, Tetes Mata.
Mekanisme Kerja : Kromoglikat berdaya menstabilisasi membran sel mast,
sehingga menghalangi pelepasan mediator vaso-aktif,
seperti histamine, serotonin, dan leukotrien, pada waktu
terjadinya reaksi antigen dan antibodi.
Golongan : Anti Inflamasi Non-Steroid
Efek Samping : Iritasi tenggorokan ringan, napas berbau, mual, batuk,
bronchospasme sementara.
Interaksi Obat :-
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap natrium komoglikat, Serangan
asma akut, Pasien dengan riwayat aritmia jantung,
Gangguan ginjal dan hati sehingga perlu penyesuaian dosis.
b. Nedocromil
Indikasi : Asma digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk
pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma
ringan sampai sedang.
Dosis : 1,75 mg/meter spray.
: - Inhalasi : Dewasa dan Anak : 2 inhalasi 4 kali sehari
dalam interval sedang.
: - Tetes Mata : Dewasa dan Anak : 1-2 tetes pada tiap
mata 2 kali sehari.
Bentuk Sediaan : Inhalasi Oral, Tetes Mata.
Mekanisme Kerja : Nedocromil adalah turunan kromoglikat yang memiliki
mekanisme yang sama sebagai stabilisator membrane sel
mast, sehingga menghalangi pelepasan mediator vaso-aktif,
seperti histamine, serotonin, dan leukotrien, pada waktu
terjadinya reaksi antigen dan antibodi.
Golongan : Anti Inflamasi Non-Steroid
Efek Samping : Mata panas, pedas, iritasi, gatal atau merah, mata sensitif
terhadap cahaya, sakit kepala, rasa tidak enak badan,
hidung tersumbat.
Interaksi Obat :-
Kontra Indikasi : Hipersensitifitas terhadap obat atau komponen dari
formulasi.
c. Budesonid
Indikasi : Asma Bronkial.
Dosis : - Turbuhaler : Dewasa 200-1200 mcg/hari terbagi dalam
2-4 dosis. Pemeliharaan 200-400 mcg/hari 2x sehari pada
pagi dan malam.
: - Respule : Dewasa dan Anak >12 tahun 1-2 mg 2x per
hari. Pemeliharaan 0,5-1 mcg 2x per hari. Anak 3 bulan-12
tahun; 0,5-1 mg 2x per hari. Pemeliharaan 0,25-0,5 mg 2x
per hari.
Bentuk Sediaan : Turbuhaler 200mcg/dosis, Respule 0,25 mg/mL; 0,5
mg/mL.
Mekanisme Kerja : Menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel dari sel yang
terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergic
dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara
langsung.
Golongan : Kortikosteroid
Efek Samping : Suara serak, kandidiasis orofaring, bronkospasme
paradoksikal, dosis tinggi jangka panjang meyebabkan
supresi adrenal, osteoporosis, katarak, glaucoma, ansietas,
depresi, gangguan tidur dan perilaku.
Interaksi Obat : - Mengurangi efek bila digunakan bersama barbiturate,
carbamazepine, phenytoin, griseofulvin, rifampicin,
efavirenz.
: - Meningkatkan efek bersama cyclophosphamide,
cyclosporin, diltiazem, fluconazole, itraconazole,
ketokonazol, makrolid, miconazole, nefazodone,
nicardipine, verapamil, ritonavir, indinavir.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas.
d. Fluticason Propionat
Indikasi : Profilaksis asma, mengatasi eksaserbasi asma akut.
Dosis : - Dewasa dan Anak > 16 tahun : 500-2000 mcg 2 x per
hari.
: - Anak 4-16 tahun : 1000 mcg 2 x per hari.
Bentuk Sediaan : Cairan inhalasi (nebule) 0,5 mg/2mL; 2 mg/2mL
Mekanisme Kerja : Perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan
napas.
Golongan : Kortikosteroid
Efek Samping : Suara serak, kandidiasis orofaring, bronkospasme
paradoksikal, dosis tinggi jangka panjang meyebabkan
supresi adrenal, osteoporosis, katarak, glaucoma, ansietas,
depresi, gangguan tidur dan perilaku.
Interaksi Obat : - Mengurangi efek bila digunakan bersama barbiturate,
carbamazepine, phenytoin, griseofulvin, rifampicin,
efavirenz.
: - Meningkatkan efek bersama cyclophosphamide,
cyclosporin, diltiazem, fluconazole, itraconazole,
ketokonazol, makrolid, miconazole, nefazodone,
nicardipine, verapamil, ritonavir, indinavir.
Kontra Indikasi : Hipersensivitas. Kontraindkasi relative: DM tukak peptik,
infeksi berat, hipertensi, gangguan kardiovaskuler.
e. Beklometason
Indikasi : Profilaksis asma, terutama jika tidak sepenuhnya teratasi
oleh bronkodilator atau kromoglikat.
Dosis : - aerosol inhalasi: 200 mcg 2 kali sehari atau 100 mcg 3-9
kali sehari (pada kondisi lebih berat dosis awal 600-800
mcg per hari).
f. Prokaterol
11. Piroxicam
13. Phenylbutazone
Indikasi : RA, OA, artisis, spondilitis ankilosa, tendinitis, bursitis,
periartritis pada bahu dan pinggul, gout arthritis akut.
14. Cecoxocib
Indikasi : Menghilangkan gejala dan tanda-tanda osteoarthritis dan
arthritis rheumatoid pada pasien dewasa.
Mekanisme Kerja :
Golongan :
Interaksi Obat :
Kontra Indikasi : Reaksi hipersensitivitas terhadap aspirin, golongan
OAINS lain, sulfonamide, nyeri perioperaktif akibat
coronary artery bypass graft.
15. Na Salicylate
Indikasi :
Dosis :
Bentuk Sediaan :
Mekanisme Kerja :
Golongan :
Efek Samping :
Interaksi Obat :
Kontra Indikasi :
16. Ketoprofen
Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan
oto skelt lainnya, setelah pembedahan ortopedik; gout akut;
dismenorea.
Bentuk Sediaan : Tablet 50 mg, 100 mg, Kapsul CR 200 mg, Suppositoria
100 mg, injeksi amppul 50 mg/ml.
Efek Samping : Nyeri pada tempat injeksi, iritasi rektum pada pemberian
suppositiria, pendarahan dan ulserasi saluran cerna, sakit
kepala, vertigo, ganguan fungsi hati dan ginjal
Kontra Indikasi :
17. Dexketoprofen
Indikasi : Nyeri muskuloskeletal akut, dismenorea, sakit gigi, nyeri
pasca operasi
Interaksi Obat :-